Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
a. Mengetahui definisi stenosis aorta
b. Mengetahui etiologi stenosis aorta
c. Mengetahui patofisiologi stenosis aorta
d. Mengetahui manifestasi klinis stenosis aorta
e. Mengetahui komplikasi stenosis aorta
f. Mengetahui penatalaksanaan stenosis aorta
g. Mengetahui asuhan keperawatan stenosis aorta
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Etiologi
Sering terjadi pada individu diatas usia 65 tahun oleh karena proses
degenerative.
2
C. Patofisiologi
Demam Non
reumatik reumatik
Tubuh salah
persepsi,dianggap antigen
Tubuh membentuk
antibodi
STENOSIS
MITRAL
3
STENOSIS
MITRAL
Mk:
Palpitasi
(frekuensi Gangguan Ke Ke otak Ke
tinggi dan Rasa jaringan ginjal
tidak teratur) Nyaman
hipoks
Kebutuhan MK: ia Penurunan
02 jantung Gangguan MK: GFR oliguri
meningkat Perfusi Penurunan
Jaringan Perfusi
Cerebral MK:Perubahan
Tidak tercukupi Pola Eliminasi
kelelahan Urine
MK: Intoleransi
Aktivitas
Peningkatan Tekanan
Vena dan
tekanan hidrostatik >
kapiler pecah
vena tekanan
pulmonal onkotik
Darah merembes
ke intestinal
4
Darah merembes ke
interstisial
MK:
STENOSIS MITRAL Nyeri Akut Mual, muntah,
nyeri abdomen
PENATALAKSANAAN
MK:
PEMBEDAHAN
Perubahan
Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
Pre Operasi Post Operasi
Kurang Pembedahan
pengetahuan
Luka insisi
MK: Ansietas
MK: MK:
Resiko Infeksi Gangguan
mobilisasi
5
6
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan
tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta.
Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan
pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan meningkatkan ketebalan
dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang ventrikel kiri
terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik
ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya
beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran
ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard
timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang
hipertrofi [2].
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan
aorta mulai terlihat bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral
<1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut berat. Kemampuan adaptasi
miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru muncul
bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup
aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta)
akan merangsang mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta
mekanisme lainnya agar miokard mengalami hipertrofi. Penambahan massa
otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar dapat
melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress
yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius):
2xthickness [2].
Namun bila tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan
berkembang menjadi patologik disertai penambahan jaringan kolagen dan
menyebabkan kekakuan dinding ventrikel,penurunan cadangan diastolic,
penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard . Pada akhirnya
performa ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding
ventrikel dan after load mismatch. Gradien trans-valvular menurun, Tekanan
arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak nafas. Gejala
yang mentolok adalah sinkope, iskemia sub-endokard yang menghasilkan
7
angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung kongestif). Angina
timbul karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat
hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari penurunan
cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan
katup aorta. Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan
jantung memenuhi peningkatan curah jantung saat aktifitas ditambah dengan
reaksi penurunan resistensi perifer. Aritmia supra maupun ventricular,
rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir diastolik dapat
menimbulkan hipotensi dan sinkop [3].
Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi
pada stenosis aorta yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto
toraks dan enongkatan Peptida Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan
menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung. Deposisi kolagen akan
menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik. Setelah
penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi
sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan
penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut sebagai
disfungsi sistolik [4].
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada stenosis katup jantung dapat dibedakan menjadi [4]:
1. Pada tahap asimtomatik, stenosis aorta tidak menimbulkan gejala khas akan
tetapi saat di aukultasi akan terdengar murmur sistolik di intercosta 2 dan
intercosta 3 sebelah kanan sternum (paling keras terdengar di daerah apek
dan aorta).
8
c. Angina : timbul akibat ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan oksigen miokard serta adanya penurunan aliran darah
koroner.
Gejala lain yang timbul yaitu palpitasi yang disebabkan oleh karena
ventrikel kiri meningkatkan kekuatan denyutan jantung untuk memompa
darah lebih banyak.Pada tahap lanjut maka akan timbul Gagal jantung kiri,
akibat peningkatan beban ventrikel kiri sehingga otot jantung kiri mengalami
hipertropi sebagai respon terhadap besarnya obstruksi dan bila obstruksi
semakin membesar makam mengakibatkan penurunan fungsi jantung kiri [4].
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic dari askep stenosis dapat dilakukan dengan cara
berikut ini [5]:
1. Radiologi
a. Pembesaran jantung ( CTR > 50%)
b. Peningkatan Vaskularisasi Paru
c. Kalsifikasi katup arota dapat terlihat pada pemeriksaan Flouroscopy
d. Dilatasi aorta asenden dan dilatasi ventrikel kiri
2. Elektrokardiogram
a. LVH ( Left Ventrikel Hypertropi)
b. LBBB ( Left Bundle Branch Block)
c. LAD ( Left axis Deviasi)
d. Atrial Fibrilasi
3. Echocardiografi
Ditemukan adanya aorta stenosis, kalsifikasi pada daerah aorta,
hipertropi ventrikel kiri dan atrium kiri membesar.
4. Kateterisasi
a. Hemodinamik
Pada hemodinamik terjadi peningkatan tekanan sistolik ventrikel kiri
dan LVEDP selain itu juga terjadi peningkatan PCWP dan terdapat
9
perbedaan gradient tekanan ventrikel kiri dan aorta lebih dari 50
mmHg.
b. Kalkulasi area katup aorta
1. Normal : 3.0 – 3.5 cm²
2. Midstenosis aorta : 1.0 – 1.5 cm²
3. Moderate stenosis aorta: 0.85 – 1.0 cm²
4. Severe stenosis aorta : < 0.85 cm²
F. Komplikasi [5].
1. Kematian mendadak oleh karena aritmia ventrikel
2. Gagal jantung kiri
3. Gangguna sistem konduksi
4. Emboli
5. Endokarditis
G. Penatalaksanaan Medis
1. Paliatif
10
2. Pembedahan
a. Repair
1. Anuloplasty
b. Replacement
1. Katup Mekanik
11
Berbentuk bola dan cakram, lebih kuat dibandingkan dengan
katup prostetik lainnya dan biasa digunakan pada pasien usia muda.
Katup mekanik memerlukan antikoagulasi sepanjang hidup dengan
pengencer darah seperti warfarin, untuk mencegah terjadinya
tromboemboli [6].
2. Xenograf
4. Otograf
5. Medikamentosa
a. Nitrogliserin Oral ( sublingual ) diberika bila ada angina
b. Diuretik dan Digitalis diberikan bila ada tanda gagal jantung
c. Statin dianjurkan untuk mencegah kalsifikasi daun katup aorta
d. Antikoagulan, pada pasien menggunakan katup mekanik
penggunaan antikoagulan seumur hidup, sedangkan pada katup
bioprostetik penggunaan antikoagulan selama fase awal saja
12
biasanya selama 5 hari. Sementara untuk preventif penggunaan
Heparin 3-4 bulan.
a. e.Antibiotik digunakan untuk profilaksis diantaranya amoxilin,
eritromicin, ampicilin, gentamizin, dan vancomicyn.
e. Diet rendah garam
f. Hindari aktivitas berat seperti mengangkat beban berat dan lari
H. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Pengkajian Keperawatan
1) Anamnesa
Terkait dengan :
- Aktifitas/ istirahat
Kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, sesak napas karena
kerja, dan gangguan tidur.
- Neurosensori
Pusing atau pingsan berkenaan dengan beban kerja.
- Nyeri
Nyeri dada
- Pernapasan
Sesak napas
2) Pemeriksaan fisik
Pada Stenosis Trikuspidalis
Oleh karena sering menyertai kelainan katup lain, maka
stenosis katup tricuspid ini sering tak diketahui, kecuali memang
sengaja di cari.
Stenosis berat akan menimbulkan bendungan hati yang berat
sehingga terjadi sirosis, ikterus, malnutrisi yang berat, edema dan
asites yang berat bahkan splenomegali. Vena jugularis dilatasi,
ditemukan pulsasi presistolik yang prominen pada permukaan hati
yang membesar.
Pada auskultasi dapat terdengar opening snap pada daerah
tricuspid dan bising diastolik. Bising diastolic akan bertambah keras
saat inspirasi dan melemah saat ekspirasi.
13
3) Pemeriksaan diagnostic
- Kateterisasi Jantung
Stenosis Trikuspidalis : Peningkatan gradien tekanan melewati
katup, peningkatan tekanan atrium kanan, penurunan curah
jantung.
Isufisiensi Trikuspidalis : Aliran balik media kontras melalui
katup tricuspid, peningkatan tekanan atrium kanan, curah jantung
normal atau menurun.
ANALISIS DATA
Kelompok Data Etiologi Masalah
1. DO: Odema paru Gangguan
˗ Sianosis pertukaran gas
˗ Dispnea
˗ Tachikardia
˗ Gas darah arteri
abnormal
˗ Pucat kehitaman
2. DO:
- Aritmia Keletihan Intoleransi
- Brakikardia ,kelemahan,sesak aktivitas
- Perubahan EKG nafas.
- Takikardia
- Penurunan tekanan
vena
- Keletihan
- Murmur
14
ASUHAN KEPERAWATAN
15
hipotermia
˗ Monitor tekanan
darah setelah pasien
diberikan obat jika
diperlukan
˗ Monitor tetekanan
darah, nadi, dan
respirasi sebelum,
selama dan setelah
aktivitas.
16
3. Nyeri akut b.d 1. Client satisfaction : 1. Pain management :
ketidak sympton control - Kaji
seimbangan suplai 2. Anxiety level pengetahuan
darah ke pasien terhadap
miokardium Setelah dilakukan nyeri yang di
(NANDA : tindakan alami
domain 12 kelas 1) keperawatan selam - Evaluasi dengan
3x 8 jam diharapkan tenaga medis
: lain untuk
Mengontrol gejala, mengontrol
sehingga nyeri dapat nyerinya
berkurang - Menjamin
Memberi posisi yang perawatan
nyaman analgesik pasien
Memberi pakaian - Penuh perhatian
yang nyaman untuk
meningkatkan
rasa nyaman
pasien
IMPLEMENTASI
1. Gangguan Pertukaran Gas
1. Respiratory monitoring :
a) Memonitor jumlah irama, kedalaman dari pernapasan dada.
b) Memonitor pola pernapasan ( bradypnea, tacypnea, tinggi
pernapasan, pernapasan kussmaul, pernapasan cheyne-stokes,
biot )
c) Mengguanakan teknik relaksasi serta chin lift atau teknik jaw
thrast yang sesuai untuk kenyamanan pasien.
17
2. Intoleransi aktivitas
1. Oksigen terapy
a) Memonitor efektifitas dari oksigen terapi
b) Utamakan patensi jalan napas
c) Mengobservasi tanda dari oksigen untuk mengurangi
terjadinya hipoventilasi
2. Terapy Aktivity
a) Memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktifitas fisik,
kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik
b) Pengelolaan Energi
c) Pengaturan penggunaan energi untuk ,erawat dan mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan fungsi.
3. Nyeri
1.Oksigen terapy
a) Monitor efektifitas dari oksigen terapi
b) Utamakan patensi jalan napas
c) Mengobservasi tanda dari oksigen untuk mengurangi
terjadinya hipoventilasi
2.Terapy Aktivity
a) Memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktifitas fisik,
kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik
b) Pengelolaan Energi
c) Mengatur penggunaan energi untuk ,erawat dan mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan fungsi.
EVALUASI
1. Gangguan Pertukaran Gas
S : Klien mengatakan tidak sesak nafas.
O : Tidak terlihat pernafasan menggunakan otot tambahan.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Pertahankan kondisi Klien.
2. Intoleransi aktivitas
S : Klien mengatakan mulai mampu untuk beraktivitas
O : Klien tidak terlihat lemas saat beraktivitas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan dan tingkatkan kondisi Pasien klien
3. Nyeri
S : Klien mengatakan tidak nyeri lagi.
O : Tidak terdapat edema paru dan pembengkakan tungkai pada klien
mulai berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan dan tingkatkan kondisi Pasien klien
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan mahasiswa memahami dan menjelaskan kembali tentang
konsep dari Stenosis Aorta, selain itu pula diharapkan Perawat nantinya dapat
lebih mudah dalam membuat asuhan keperawatan, tertuama asuhan keperawatan
Stenosis Aorta
19
DAFTAR PUSTAKA
20