Vous êtes sur la page 1sur 26

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Urinaria I

Dosen: Vivop Marti Lengga,S.Kep.,M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


SINDROM NEFROTIK
SISTEM URINARIA I

Disusun oleh:

- Hildegardis Orlin Silia P (88150010)


- Robby Ramdhan (88150011)
- Novia Suci Wiranti (88150018)
- Herlina Mulya Lestari (88150019)
- Yusiartha F S P (88150036)
- Dudin Hasanudin (88150042)
- Delia Wati Putri (88150045)
- Eliya Rapika Fitriani (88150048)
- Hera Wahyuni (88150049)
- Herlina Robo

Kelas:

88.6A.33

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BSI BANDUNG

2018

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah S.W.T, zat yang Maha Sempurna yang telah menganugerahkan akal dan
pikiran manusia sebagai makhluk berakhlak dan paling sempurna. Karena rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Sindrom Nefrotik”

Penulis menyusun makalah ini guna memenuhi kewajiban tugas mata kuliah
Sistem Urinaria 1. Penulis menyusun makalah ini menggunakan beberapa sumber
buku dan internet.

Penulis sadar betul dalam penyusunan makalah ini sangatlah jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan, namun penulis sudah berusaha sebaik
mungkin agar makalah ini selesai dan layak untuk dipelajari. Untuk itu penulis
berharap kritik dan saran yang membangun serta sumber referensi yang dapat
membantu dalam penyusunan makalah ini menjadi lebih baik. Besar harapan
penulis makalah ini dapat bermanfaat baik sebagai syarat pemenuhan tugas dalam
segi materi maupun penambah wawasan dalam segi ilmu pengetahuan.

Bandung, 20 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SINDROM NEFROTIK ..................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II................................................................................................................................. 3
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 3
2.1 Definisi ................................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ................................................................................................................ 3
2.3 Manifestasi klinis ................................................................................................ 3
2.4 Manajemen Nutrisi.............................................................................................. 4
2.4.1 Tujuan Diet ................................................................................................. 4
2.4.2 Syarat Diet .................................................................................................. 4
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................. 5
BAB III ............................................................................................................................. 22
PENUTUP ........................................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindrom Nefrotik atau nefrosis bukan suatu penyakit, tetapi sekelompok
gejala, termasuk albuminuria, hipoalbuminemia (kurang dari 3g/dl),
proteinuria masif (lebih dari 3,5g/1,73m2 luas permukaan tubuh perhari),
edema, hiperlipidemia, dan lipuria. Sekitar 50-75% individu dewasa dengan
sindrom nefrotik akan mengalami gagal ginjal dalam 5 tahun. Etiologi
sindrom nefrotik pada anak adalah idiopatik. Sindrom nefrotik paling sering
ditemukan pada anak-anak. Sekitar 70-80% kasus nefrosis terdiagnosa
sebelum mereka mencapai usia 16 tahun. Insiden tertinggi adalah pada usia
6-8 tahun.

Angka kejadian di negara berkembang seperti Indonesia diperkirakan


berkisar 6 kasus per tahun tiap 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun
dengan perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan adalah 2:1
(Meliana et al, 2012 ; Radde & Macleod, 1999).Angka kejadian sindrom
nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika serikat dan Inggris adalah
2-7 kasus per 100.000 anak pertahun, dengan prevelensi berkisar 12-16
kasus per 100.000 anak .

Perubahan fisiologis awal sindrom nefrotik adalah perubahan sel


membran dasar glomerular. Hal ini mengakibatkan membran tersebut
menjadi hipermeabel (karena berpori-pori) sehingga banyak protein yang
terbuang dalam urine mengakibatkan albumin serum menurun
(hipoalbuminemia). Kurangnya albumin serum mengakibatkan
berkurangnya tekanan osmotik serum. Tekanan hidrostatik kapiler dalam
jaringan seluruh tubuh menjadi lebih tinggi daripada tekanan osmotik
kapiler. Oleh karena itu edema di seluruh tubuh. Semakin banyak cairan
yang terkumpul dalam jaringan (edema), semakin berkurang volume plasma
yang menstimulasi sekresi aldosteron untuk menahan natrium dan air. Air
yang ditahan ini juga akan keluar dari kapiler dan memperberat edema.

Manifestasi klinis sindrom nefrotik adalah edema berat di seluruh tubuh


(anasarka), proteinuria berat, hipoalnuminemia, dan hiperlipidemia. Pasien
juga mengalami anoreksia, merasa cepat lelah. Pasien wanita dapat
mengalami amenorea.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi, penyebab, manifestasi klinis Sindrom Nefrotik?
2) Bagaimana proses pengkajian pada pasien Sindrom Nefrotik?

1
3) Diagnosa keperawatan apa saja yang sering muncul pada pasien Sindrom
Nefrotik?
4) Bagaimana intervensi keperawatan untuk pasien Sindrom Nefrotik?
5) Bagaimana manajemen nutrisi untuk pasien Sindrom Nefrotik?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
tentang asuhan keperawatan Sindrom Nefrotik
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi, penyebab, manifestasi klinis Sindrom
Nefrotik
b. Untuk mengetahui proses pengkajian pada pasien Sindrom Nefrotik
c. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan apa saja yang sering muncul
pada Sindrom Nefrotik
d. Untuk mengetahui intervensi keperawatan untuk pasien Sindrom
Nefrotik
e. Untuk mengetahui manajemen nutrisi untuk pasien Sindrom Nefrotik

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang di tandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glumerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinaris yang masif (Donna L wong, 2004 : 550).

2.2 Etiologi
Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit
autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Nefrotik syndrome bawaan
Gejala khas adalah edema pada masa neonatus
b. Nefrotik syndrome sekunder
Penyebabnya adalah malaria, lupus eritomateus diseminasi, GNA dan
GNK, bahan kimia dan amiloidosis
c. Nefrotik syndrome idiopatik
d. Sklerosis glumerulus

2.3 Manifestasi klinis


Gejala utama yang di temukan adalah :
a. Proteinuria> 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada
anak – anak
b. Hipoalbuminemia <30 g/l
c. Edema generalista. Edema jelas terdapat pada kaki namun dapat
ditemukan edema wajah, asites dan efisien pleura
d. Anorexia
e. Fatigue
f. Nyeri abdomen
g. Berat badan meningkat
h. Hiperlipidemia, umunya ditemukan hiperkolestrolemia
i. Hiperkoagualbilitas, yang meningkatkan resiko trombus Vena dan
arteri
Apapun tipe Sindrom Nefrotik, manifestasi klinik utama adalah sembab, yang
tampak pada sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik. Seringkali sembab timbul
secara lambat sehingga keluarga mengira sang anak bertambah gemyk. Pada fase
awal sembab sering bersifat intermitten, tampak pada daerah-daerah yang
mempunyai resistensi jaringan yang rendah (misal, daerah periorbita, skrotum atau
labia). Akhirnya sembab menjadi menyeluruh dan masif (anasarka).

3
2.4 Manajemen Nutrisi
2.4.1 Tujuan Diet
1) Mengganti kehilangan protein terutama albumin
2) Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
3) Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida
4) Mengontrol hipertensi
5) Mengatasi anoreksia

2.4.2 Syarat Diet


1) Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif,
yaitu 35 kkal/kgBB/hari
2) Protein sedang yaitu 1,0 g/kgBB atau 0,8 g/kgBB ditambah jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urine. Utamakan pengggunaan protein
bernilai biologik tinggi
3) Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan
lemak jenuh, lemak jenuh tunggal dan lemak jenuh ganda adalah 1:1:1.
Diet vegetarian yang mengandung kedelai dengan asam amino
sessensial efektif menurunkan hiperlipidemia dan disertai pula
penurunan proteinuria.
4) Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan
karbohidrat kompleks
5) Natrium dibatasi, yaitu 1-4 g/hari, tergantung berat ringannya edema.
6) Cairan dibatasi selama masih ada sembab dan hipernatremia
7) Kolesterol dibatasi <300mg, begitu pula gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah
8) Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urin ditambah 500mL pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit
dan pernafasan. Cairan dibatasi selama masih ada sembab dan
hipernatremia.
9) Vitamin dan mineral diberikan cukup terutama kalsium dan vitamin D,
kecuali natrium
10) Bumbu penyedap dipilih yang tidak mengandung natrium

4
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Umumnya 90% dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun
setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-
laki dan perempuan yaitu 2:1. Pada daerah endemik malaria banyak
mengalami komplikasi sindrom Nefrotik.

2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dikeluhkan adalah adanya bengkak pada
wajah, kaki, atau diare

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Muka sembab, muntah, penurunan nafsu makan, urine menurun

4. Riwayat penyakit dahulu


Perawat mengkaji: riwayat menderita penyakit edema, riwayat dirawat
dengan DM, dan hipertensi sebelumnya. Penting dikaji tentang riwayat
pemakaian obat-obatan atau alergi dimasa lalu. Edema masa neonatus,
malaria, riwayat GNA dan GNK , terpapar bahan kimia

5. Riwayat kesehatan keluarga


Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama
atau dua tahun setelah kelahiran.

6. Riwayat kesehatan lingkungan


Endemik malaria sering terjadi kasus Sindrom Nefrotik
7. Riwayat pertumbuhan
Berat badan = umur (tahun) × 2 +8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir

8. Perkembangan psikososial
Anak berada pada fase presiden school (inisiatif vs rasa bersalah)
yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika
usahanya di omeli atau di cela anak akan merasa bersalah dan menjadi
anak peragu.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : badan terlihat bengkak, wajah sembab, fatique

5
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Hasil TTV : Biasanya tidak didapatkan perubahan
4. Pemeriksaan fisik persistem
a. Sistem pernapasan
Frekuensi pernafasan 15-32× /menit, rata-rata 18×/menit, efusi
pleura karena sistem-sistem abdomen. Penurunan ekspansi dada,
dispnea, penurunan respirasi rate
b. Sistem kardiovaskular
Nadi 70-110×/menit, tekanan darah 100/60 mmHg, hipertensi
ringan dapat ditemukan. Adanya anemia, edema anasarka dan
hipertensi. Tekanan darah normal.
c. Sistem persyarafan
Dalam batas normal
d. Sistem integumen
Biasanya kulit pasien ditemukan berwarna pucat karena
kekurangan darah, dan biasanya kasar. Adanya pembengkakan
disebagian tubuh.Wajah sembab pada pagi hari. Gatal, kulit kering
dan kerusakan kulit.
e. Sistem reproduksi
Pembengkakan pada labia atau skrotum, biasanya tidak ada
nyeri tekan serta lesi pada penis.
f. Sistem imun
Daya tahan tubuh lemah karena penurunan metabolisme sel.
g. Sistem pencernaan
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal,
mukosa bibir biasanya kering, pucat. Adanya asites, nyeri tekan,
hepatomegali,abdomen simetris dan bising usus positif. Nafsu
makan menurun, peningkatan berat badan menunjukan udema
(bronkhitis). Mual,muntah, diare, peningkatan/penurunan BB,
gastritis, anoreksia, malnutrisi.
h. Sistem muskuloskletal
Tonus otot menurun, keletihan, insomnia, malaise,
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, penurunan
kemampuan
i. Sistem perkemihan
Urine 24 jam 600-700 ml (urine menurun), hematuria,
proteinuria, oliguri
j. Ekstremitas
Adanya edema di esktremitas atas maupun bawah seperti di area
sakrum, tumit, dan tangan.

6
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Nafsu makan menurun, anoreksia.
b. Pola Eliminasi
Pembengkakan pada labia atau skrotum, biasanya tidak ada
nyeri tekan serta lesi pada penis,jumlah urin yang di produksi 600-
700 ml/ hari. Adanya hematuria dan poliuria.
c. Pola tidur dan Istirahat
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan
hospitalisasi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urine
- Proteinuria
- Serpihan
- Sel darah meningkat
- Peningkatan BJ urine
- Tes klirens kreatinin normal

b. Kultur Darah
- Hipoalbuminemia
- Hiperlipidemia
- Hipernatremia
- Hb dan Ht meningkat
- Ureum meningkat

C. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS : Kerusakan
- Klien glomerular asam
mengatakan ↓
matanya bengkak Proteinuria
setiap bangun ↓
tidur dan
Hipoalbuminemi
mengecil saat a
Kelebihan
siang hari ↓
volume cairan
DO : Tekanan osmotik
- Edema (+) plasma turun
- Asites ↓
- Bengkak bagian Cairan
mata intravaskular
- hypernatremia pindah ke
(+) [N:135-145 interstisisal

7
mEq/L] ↓
- hipoalbuminemia Hipovolemia
(+) [N:3,8-5.1 ↓
gr/dL] Renin-
- proteinuria (+) angiotensin aktif
- peningkatan BJ ↓
urine Sekresi ADH &
Aldosteron

Retensi cairan &
Natrium

Edema

Kelebihan
volume cairan
2. DS : Penurunan fungsi
- Melaporkan secara ginjal
verbal nafsu makan ↓
menurun Gangguan
kesesimbangan
DO : asam-basa
Ketidakseimbang
- Mual, ↓
an nutrisi kurang
- muntah, Mual
dari kebutuhan
- diare, ↓
tubuh
- penurunan BB, Anoreksia
- anoreksia, ↓
- malnutrisi. Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
3. DS : - Hipoalbuminemi
DO : a
- Hb dan Ht meningkat ↓
(Hb normal:14-18 Albumin plasma
gr/dL ,) turun
(Ht normal : 40- ↓
48gr/dL) Imunitas turun Risiko Infeksi
- hypernatremia (+) ↓
[N:135-145 mEq/L] Risiko cedera
- hipoalbuminemia (+)
[N:3,8-5.1 gr/dL]
- proteinuria (+)

4. DS : Edema
- Klien mengeluh ↓ Kerusakan
kulitnya kering Kerusakan integritas kulit
- Klien mengeluh jaringan

8
kulitnya terasa gatal epidermis dan
DO : dermis
- Adanya edema ↓
- Kemerahan Kemerahan
- Turgor kulit >2 detik ↓
- CRT >2 detik Turgor kulit jelek
- kulit kering ↓
- Kerusakan kulit Kerusakan
- ureum meningkat [N: integritas kulit
15-40 mg/dL]

5. DS : Retensi cairan &


- Klien mengatakan Natrium
sesak nafas ↓
Paru-paru
DO : ↓
- Penurunan RR Ekspansi dada &
- Penurunan ekspansi paru turun
dada ↓ Pola nafas tidak
- Dispneu Ventilasi efektif
- Efusi pleura (+) inadekuat
- Hyperlipidemia [N : ↓
HDL : pria : > 55 Sesak nafas
mg/dLl , LDL : < 150 ↓
mg/dL] Pola nafas tidak
efektif

6. DS : Kerusakan
- Klien mengeluh glomerular asam
keletihan ↓
- Klien mengatakan Kebocoran
lemas plasma; muntah
DO : ↓
- Tonusotot menurun Masuk ke
- Keletihan interstisial
Intoleransi
- Insomnia ↓
aktivitas
- Malaise Edema
- Adanya edema di ↓
ekstermitas atas dan Kelemahan
bawah akibat edema
berat

Intoleransi
aktivitas
7. DS : Hipovolemia
- Klien mengatakan ↓ Ketakutan
takut jika diberi Aktivasi renin-

9
tindakan angiotensin
DO : ↓
- Kesulitan tidur Vasokonstriksi
- Cemas akan ↓
hositalisasi Penatalaksanaan
- Menangis saat akan ↓
diberi tindakan Hospitalisasi

Ketakutan
8. DS : Hipovolemia
- klien/keluarga ↓
bertanya tentang Aktivasi renin-
angiotensin
penyakit

- klien/keluarga Vasokonstriksi
bertanya cara ↓
pengobatan Penatalaksanaan
- klien/keluarga ↓
mengatakan tidak Hospitalisasi
Tahu akan penyakit ↓
Kurang
pengetahuan Kurang
DO : pengetahuan
- keluarga pasien
terlihat bingung
dengan keadaan yang
di alami
- keluarga pasien
menunjukan perilaku
tidak tepat yang
berhubungan dengan
penyakit

D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Sindrom adalah sebagai berikut.
a. Kelebihan volume cairan b/d kehilangan protein sekunder terhadap
peningkatan permeabilitas glomerulos
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anorexia, penurunan
nafsu makan
c. Resiko tinggi infeksi b/d imunitas tubuh yang menurun
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
e. Pola nafas tidak efektif b/d peningkatan retnsi cairan dan natrium

10
f. Intoleransi aktivitas berhubungan/d
g. Ketakutan b/d lingkungan perawat yang asing (dampak hospitality
si)
h. Defisit pengetahuan b/d pajanan tentang penyakit

11
E. Intervensi

N
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O.
1. Kelebihan volume Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
cairan berhubungan tindakan keperawatan 1. Timbang berat badan setiap hari 1. Penimbangan berat badan harian
dengan kehilangan selama 3 x 24 jam dan monitor status pasien. dilakukan untuk mengawasi
protein sekunder keseimbangan volume status cairan pasien. Jika terjadi
terhadap cairan tercapai dengan peningkatan berat badan >0,5
peningkatan KH : kg/hari diduga ada retensi cairan.
permeabilitas 1.Tidak ada edema
glomerulos 2. BB stabil 2. Jaga intake atauasupan yang 2. Untuk mengevaluasi harian
3. intake sama dengan akuratdancatat output pasien. keberhasilan terapi dan dasar
output penentuan tindakan.
4. TTV dalam batas
normal 3. Monitor tanda vital. 3. Untuk mengetahui keadaan
5. Berat jenis urine atau pasien (adakah peningkatan
hasil laboratorium frekuensi nadi dan peningkatan
mendekati normal TD).

4. Monitor hasil laboratorium terkait 4. Untuk mengkaji berlanjutnya dan


dengan retensi cairan (misalnya penanganan disfungsi atau gagal
peningkatan berat jenis, ginjal.
peningkatan BUN, penurunan

12
hematocrit dan peningkatan kadar
osmolalitas urin).

5. Kaji lokasi dan luasnya edema 5. Untuk mengkaji adanya retensi


:ukur lingkar abdomen pada cairan. Evaluasi derajat edema
umbilicus serta pantau edema pada skala +1 sampai +4
sekitar mata. tergantung keparahannya.

6. Berikanterapi IV, seperti yang 6. Untuk mempertahankan intake


ditentukan. sesuai dengan yang diresepkan.

7. Berikan cairan secara hati – hati7. Untuk mencegah edema


dan diet rendah garam bertambah berat. Karena diet
rendah garam dapat mencegah
retensi cairan.
2. Perubahan nutrisi Tujuan : Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
kurang dari tindakan keperawatan 3 x 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk 1. Mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan tubuh 24 jam konsumsi makanan makanan yang disukai. menentukan intervensi.
berhubungan pasien adekuat dengan
dengan anorexia, kalori yang sesuai dengan 2. Beri makanan dengan porsi kecil 2. Makan sedikit dapat menurunkan
penurunan nafsu usia/berat badan sehingga tapi sering. kelemahan dan meningkatkan
makan kebutuhan pemasukan, juga mencegah
metabolismenya dapat distensi gaster.
terpenuhi.
Kriteria Hasil : 3. Pantau dan timbang berat badan 3. Memantau adanya perubahan

13
 Nafsu makan pasien berat badan dan efektivitas
pasien baik intervensi nutrisi
 Porsi makan yang
diberikan habis 4. Sediakan waktu makan sebagai 4. Untuk mendorong nafsu makan
mual berkurang waktu untuk bersosialisasi, anak untuk makan.
izinkan anak untuk makan dengan
anak lain atau orangtuanya.

5. Catat masukan makanan 5. Untuk mengevaluasi jumlah


kalori yang masuk

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Masukan protein 3,5
mengenai makanan rendah gr/KgBB/hari dan cukup kalori
natrium dan tinggi protein. serta akan menyebabkan sintesis
penyesuaian kebutuhan kalori albumin dan balance nitrogen
sesuai dengan umur dan berat positif maksimal pada syndrome
badan pasien. nefrotik anak.Ada pendapat yang
mengatakan bahwa masukan
protein 1-2 gr/KgBB/hari lebih
mudah dibandingkan dengan diet
tinggi protein.Tinggi energi
diperlukan untuk mencegah
pemecahan protein sebagai
sumber energi.

14
2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Untuk mengurangi rasa mual
pemberian obat anti mual yang dirasakan pasien

3. Risiko infeksi b.d Kriteria Hasil Mandiri Mandiri


imunitas tubuh yang - Mengungkapkan 1. Informasikan kepada pasien dan 1. Memberikan pemahaman kepada
menurun secara verbal keluarga informasi mengenai pasien dan keluarga tentang risiko
pemahaman mengenai infeksi, tanda-tanda dan infeksi dan bahayanya terhadap
risiko infeksi pencegahannya pasien.
- Mengidentifikasi
intervensi untuk 2. Catat faktor resiko yang dapat 2. Mengevaluasi intervensi yang akan
mencegah risiko menimbulkan infeksi dilakukan untuk mengurangi risiko
infeksi infeksi
- Mendemonstrasikan
teknik, perubahan 3. Observasi tanda lokal infeksi 3. Mencegah penyebaran infeksi
gaya hidup untuk (demam,menggigil,diaphoresis) semakin luas
mendukung
lingkungan yang 4. Batasi pengunjung 4. Mengurangi kontaminasi silang
aman
- Kadar albumin dan 5. Anjurkan pasien mencuci tangan 5. Mencegah dan mengurangi
protein plasma dalam sebelum dan sesudah menyentuh kontaminasi mikroorganisme yang
rentang normal sesuatu dapat masuk dalam tubuh
 Albumin (3,4-
4,7 g/dL) 6. Jaga lingkungan tetap bersih di 6. Mencegah perkembangan
 Protein (6,6-8,7 sekitar tempat tidur pasien mikroorganisme lebih cepat
g/dL)
7. Monitor hasil lab darah (kadar 7. Protein dan albumin plasma yang
albumin, protein dan kolesterol) rendah dapat menurunkan imunitas
tubuh dan meningkatkan risiko

15
infeksi, kolesterol tinggi dapat
menyebabkan hipertensi

8. Anjurkan pasien mengkonsumsi 8. Meningkatkan kebutuhan energi


makanan tinggi protein dan dan meningkatkan imunitas tubuh
rendah lemak

Kolaborasi Kolaborasi
9. Konsultasi dokter pemberian 9. Antibiotik berfungsi sebagai
antibiotik bila perlu bakterisida yang efektif
membunuh bakteri penyebab
infeksi

10. Konsultasi ahli gizi pemberian 10. Mendukung kebutuhan nutrisi


diet TKTP untuk meningkatkan berat badan,
memberikan energi yang cukup
dan mencegah kerusakan
jaringan
4. Kerusakan Tupan : setelah dilakukan Mandiri : Mandiri
integritas kulit b/d tindakan keperawatan 1. Observasi edema. 1. Deteksi kemungkinan bertambah
edema dalam waktu 5 hari parahnya integritas kulit.
kerusakan integritas kulit
dapat teratasi. 2. Ubah posisi tidur setiap 2 jam 2. Dengan edema massif selalu
sekali. letargis, mudah lelah.
Tupen : setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3. Anjurkan pasien untuk 3. Dapat mencegah area menonjol
selama 1 x 24 jam edema menggunakan pakaian yang tertekan dan menghindari

16
dapat berkurang. longgar. melebarnya kerusakan jaringan.

Kriteria Hasil : 4. Hindari kerutan pada tempat 4. Tempat tidur yang berkerut akan
- Mampu melindungi kulit tidur. merusak jaringan yang mulai
dan mempertahankan baik.
kelembaban kulit dan
perawatan alami. 5. Jaga kebersihan kulit agar tetap5. Daerah yang lembab akan
- Tidakada edema bersih dan kering. mempercepat tumbuhnya
mikroorganisme.
5. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
pola nafas keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor kecepatan, irama, 1. Frekuensi, irama dan kedalaman
berhubungan jam tidak terjadi kedalaman dan kesulitan bernafas yang normal
dengan ekspansi perubahan pola nafas. bernafas. menunjukkan pola nafas yang
paru tidak Pasien dapat bernafas efektif.
maksimal. dengan normal dengan KH
: 2. Auskultasi suara nafas, catat area 2. Mengetahui atau mendengarkan
1.Klien tidak sesak dimana terjadi penurunan atau suara nafas pasien normal atau
nafas. tidak adanya ventilasi dan tidak. Penurunan bunyi nafas
2. RR dalam batas keberadaan suara nafas tambahan. klien menunjukkan adanya
normal. gangguan pada jalan nafas.
3.Ekspansi dada normal. 3. Berikan posisi semi fowler. 3. Posisi semi fowler
mempermudah udara masuk
sehingga klien dapat bernafas
dengan optimal.
4. Monitor keluhan sesak nafas 4. Menurunkan kebutuhan selama

17
pasien termasuk kegiatan yang periode penurunan pernafasan
meningkatkan atau memperburuk dapat menurunkan beratnya
sesak nafas tersebut. Atur gejala.
aktivitas yang memungkinkan
energi minimal.

5. Berikan informasi atau 5. Dengan latihan nafas dalam yang


Pendidikan untuk latihan nafas rutin, pasien dapat terbiasa untuk
dalam kepada pasien atau nafas dalam yang efektif.
keluarga.

6. Berikan bantuan terapi nafas jika 6. Untuk membantu memenuhi


diperlukan : terapi oksigen kebutuhan oksigenasi pasien.
5. Intoleransi aktivitas Tupan : dalam waktu 2x24 Mandiri: Mandiri
b.d kelemahan jam pasien sudah 1. Pertahankan tirah baring awal bila 1. Tirah baring yang sesuai gaya
merasakan kerja fisik dan terjadi edema hebat. gravitasi dapat menurunkan
dapat melakukan aktivitas edema.
secara mandiri
2. Seimbangkan istirahat dan 2. Ambulasi menyebabkan
Tupen : dalam waktu 1x24 aktivitas bila ambulasi . kelelahan.
jam kelemahan teratasi
3. Rencanakan dan berikan aktivitas 3. Aktivitas yang tenang
Kriteria hasil : tenang. mengurangi penggunaan energy
- Tanda-tanda vital yang dapat menyebabkan

18
normal kelelahan.
- Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa 4. Instruksikan istirahat bila mulai 4. Mengadekuatkan fase istirahat.
disertai peningkatan merasa lelah.
tekanan, darah, nadi,
dan RR 5. Berikan periode istirahat tanpa 5. Agar dapat menikmati masa
- Mampu melakukann gangguan istirahatnya
aktivitas sehari-hari
secara mandiri
- Level kelemahan
- Mampu berpindah
dengan atau tanpa alat
bantu
6. Ketakutan b.d Kriteria Hasil : Mandiri Mandiri
lingkungan a. Tingkat ketakutan 1. Gunakan pendekatan yang tenang 1. Kepercayaan dan saling terbuka
perawatan yang anak-anak; keparahan dan meyakinkan. dapat memudahkan menurunkan
asing (dampak manifestasi rasa takut, ketakutan.
hospitalisasi) ketegangan atau 2. Berusaha untuk memahami
kegelisahan yang perspektif pasien dari situasi 2. Membantu pasien untuk terbuka
berasal dari sumber stress. sehingga dapat menghadapinya.
yang dikenali pada
anak-anak dari usia 1 3. Tetap dengan pasien untuk 3. Memantapkan hubungan dan
tahun sampai 17 tahun meningkat-kan keselamatan dan meningkatkan ekspresi perasaan.
b. Pengendalian diri mengurangi rasa takut.

19
terhadap ketakutan;
tindakan individu 4. Dorong keluarga untuk tinggal 4. Dukungan yang terus menerus
untuk mengurangi atau dengan pasien. mengurangi ketakutan atau
menurunkan perasaan kecemasan yang dihadapi.
tidak mampu akibat
rasa takut, ketegangan 5. Menyediakan aktivitas pengalihan 5. Meminimalkan dampak
atau kegelisahan yang diarahkan pengurangan hospitalisasi dengan adanya
berasal dari sumber ketegangan. aktivitas pengalihan.
yang dikenali
c. Mencari informasi
untuk menurunkan
ketakutan
d. Menghindari sumber
ketakutan bila mungkin

7. Defisit Tupen : Mandiri Mandiri


pengetahuan b.d Dalam waktu 6 jam 1. Berikan penilaian tentang tingkat 1. Untuk mengetahui bagaimana
kurang pajanan pasien / keluarga pasien pengetahuan pasien tentang cara penyampaian, media yang
tentang penyakit dapat mengetahui proses proses penyakit yang spesifik. digunakan kepada pasien atau
penyakit. keluarga pasien dengan cara yang
tepat.

Tupan : 2. Gambarkan proses penyakit, 2. Pasien atau keluarga pasien dapat


Dalam waktu 1 hari dengan cara yang tepat. mengetahui proses penyakit

20
pasien / keluarga pasien secara jelas.
dapat mengetahui proses
penyakit dan adanya 3. Diskusikan perubahan gaya hidup 3. Pasien atau keluarga pasien dapat
perubahan perilaku yang yang mungkin diperlukan. mencegah komplikasi di masa
berhubungan dengan yang akan datang atau dapat
penyakit. mengontrol penyakit dengan
benar.
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga 4. Instruksikan pasien mengenai 4. Mengurangi kemungkinan
menyatakan tanda dan gejala untuk terjadinya kegawat daruratan
pemahaman tentang melaporkan pada pemberi yang diakibatkan dari penyakit
penyakit, kondisi, perawatan kesehatan, dengan cara dan mendapat penanganan
prognosis dan program yang tepat. dengan segera bila terjadi hal
perubahan. yang tidak diinginkan.
b. Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan 5. Diskusikan pilihan terapi atau 5. Memberikan kesempatan kepada
prosedur yang penanganan. pasien atau keluarga pasien untuk
dijelaskan secara benar. menentukan pilihan terapi atau
c. Pasien dan keluarga pengobatan.
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat atau
tim kesehatan lainnya.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang di tandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glumerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinaris yang masif. Pada Sindrom Nefrotik didapatkan lipiduria,
kenaikan serum lipid lipoprotein serta adanya sembab sebagai akibat dari
proteinuria masif dan hipoprotenemia.

Etiologi sindrom nefrotik masih idiopatik hingga saat ini, namun menurut
klasifikasi dibagi berdasarkan faktor penyebab dari penyakit penyerta seperti
malaria atau DM.

Menurut Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) clinical


practice guideline (2012), 1-3 anak dari 100.000 anak dibawah 16 tahun menderita
sindrom nefrotik. Prevalensi sindrom nefrotik di Indonesia yaitu 6 dari 100.000
anak dibawah 14 tahun (Handayani dkk., 2007).

3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi pacuan untuk
mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan. Penelitian sindrom nefrotik
perlu lah untuk di tingkatkan untuk menunjang perkembangan ilmu
kesehatan terutama keperawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2006). PENUNTUN DIET Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (keperawatan Medikal


Bedah), alih bahasa: Monica Ester. Jakarta : EGC.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2000). RENCANA


ASUHAN KEPERAWATAN. (A. Yasmin, Ed.) (3rd ed.). Jakarta: EGC.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2008). NURSE ’ S POCKET


MINDER Diagnoses, Prioritized Interventions, and Rationales (11th ed.).
Kanada: F.A. Davis Company.

Nuari, N. A., & Widayanti, D. (2017). GANGGUAN PADA SISTEM


PERKEMIHAN & PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN (1st ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Smeltzer,S.C.,dan Bare,B.G.(2002).Buku ajar: Keperawatan Medikal


Bedah,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:EGC.

Suandi, I. (1999). DIIT PADA ANAK SAKIT. (Soetjiningsih, Ed.). Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Tucker, S. M., & Asih, Y. (1998). STANDAR PERAWATAN PASIEN - Proses


Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi. (M. Ester, Ed.) (4th ed.). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC)

23

Vous aimerez peut-être aussi