Vous êtes sur la page 1sur 10

Algoritma Afasia

Pembimbing:
Dr. dr. Budi Riyanto Wreksoatmodjo, Sp.S

Disusun oleh:
Metta Witari
(2017.0601.0010)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya
Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta
Periode 19 Maret – 21 April 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul “Algoritma
Afasia”. Referat ini penulis susun dalam periode program Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Saraf di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta.

Berhasilnya Referat ini disusun tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang membantu penulisan Referat ini

1. Dr. dr. Budi Riyanto Wreksoatmodjo, Sp.S, selaku dosen pembimbing yang turut
serta memberi masukan dan dukungan kepada penulis selama penyusunan Referat
ini.
2. Seluruh pihak yang membantu dalam pembuatan Referat ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam referat
ini akibat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis sangat terbuka dan mengharapkan adanya kritik dan saran pembaca dalam
penyempurnaan Referat ini.

Akhir kata, penulis berharap Referat ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Terima Kasih.

Jakarta, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................i


KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
Latar belakang.............................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................2
Tujuan Penulisan..........................................................................2
Tujuan Umum......................................................................................2
Tujuan Khusus ..............................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................3
2.1.Gambaran Klinis Umum Demensia ..............................................3
2.2.Pencitraan dalam Diagnosis Demensia..........................................3
2.3.Struktur Otak pada Penuaan ..........................................................5
2.4.Alzheimer’s Disease (AD) .............................................................7
2.5.Degenerasi Lobus Frontotemporal.................................................10
2.6.Demensia Vaskular .......................................................................15
2.7.Demensia Badan Lewy .................................................................17
BAB III PENUTUP ..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Afasia merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan berbahasa yang dapat
mengganggu proses pemahaman, pembentukan bahasa, serta kemampuan untuk
membaca atau menulis. Afasia terbentuk akibat adanya kerusakan pada otak yang
umumnya disebabkan oleh stroke, dan kebanyakan terjadi pada orang lanjut usia. Namun
tidak hanya itu, afasia juga seringkali disebabkan oleh trauma, tumor ataupun infeksi.(1)

Afasia dapat terjadi cukup ringan atau dapat menjadi sangat berat sehingga
komunikasi menjadi suatu hal yang sangat sulit dan hampir mustahil. Hal ini dapat
mempengaruhi satu aspek Bahasa seperti kemampuan penamaan benda, kemampuan
membentuk kalimat, atau kemampuan membaca. Namun, seringkali afasia
mempengaruhi beberapa aspek Bahasa, walaupun terdapat beberapa channel yang dapat
diakses secara terbatas.(1)

Afasia memiliki beberapa tipe dan memiliki ciri khas masing-masing, tergantung
dari area kerusakan dan gejala yang ditimbulkan. Namun, walaupun afasia cukup sering
ditemukan pada pasien dengan stroke ataupun pasien tua, algoritma untuk mendiagnosis
afasia jarang diperbaharui.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara menentukan diagnosis pada penderita afasia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui algoritma diagnosis dari afasia
1.3.2 Tujuan Khusus
 Mengetahui definisi dan klasifikasi dari afasia.
 Mengetahui manifestasi klinis dari afasia.
 Mengetahui patofisiologi dari afasia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Latar Belakang


Afasia merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan berbahasa yang
disebabkan karena kerusakan otak. Hal ini dapat disebabkan oleh cedera otak atau
degenerasi. Namun dalam hal ini, afasia tidak termasuk; (1) gangguan bahasa atau
dysphasia; (2) gangguan bicara motorik murni, yaitu gangguan pada artikulasi saat
berbicara dengan oral-motor apparatus, seperti gagap, disartria, dan apraksia; atau (3)
gangguan berbahasa yang disebabkan oleh gangguan mental, seperti skizofrenia
Terdapat beberapa kategori yang termasuk afasia yang selektif, yaitu alexia atau
gangguan membaca, dan agraphia atau gangguan menulis. Selain itu beberapa kategori
lainnya yang seringkali dihubungkan secara erat dengan afasia yaitu, apraxia dimana
penderita memiliki kesulitan untuk melakukan instruksi atau gerakan yang sudah pernah
dipelajari sebelumnya, agnosia atau gangguan mengenali benda, acalculia atau
kehilangan kemampuan untuk melakukan perhitungan sederhana, dan deficit
neurobehavioral global lainnya seperti demensia dan delirium. Sindrom-sindrom tersebut
dapat muncul secara independen atau dapat disertai dengan afasia.

2.2 Etiologi
Afasia umumnya terjadi akibat stroke, tetapi penyakit atau kerusakan pada bagian
otak yang mengontrol Bahasa dapat menyebabkan afasia, seperti tumor, cedera otak
traumatik, dan gangguan neurologis progresif(1). Dalam beberapa kasus langka, afasia
dapat juga disebabkan oleh ensefalitis herpes simpleks. Virus herpes simpleks dapat
menyerang lobus frontal, temporal, subkortikal dan hipokampus yang juga dapat
memicu timbulnya afasia.(2)

2.3 Klasifikasi
Afasia dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
2.3.1 Afasia Global
Afasia yang melibatkan semua aspek Bahasa dan mengganggu
komunikasi secara lisan. Penderita tidak dapat berbicara spontan
dan hanya dapat menghasilkan tidak lebih dari fragmen perkataan.
Penderita tidak dapat memahami ucapan atau hanya dapat
mengenali beberapa kata, termasuk nama mereka sendiri.
Karakteristik utama dari afasia tipe ini adalah Bahasa otomatisme
atau pengulangan omong kosong.
2.3.2 Afasia Motorik
Lesi yang menyebabkan afasia motorik terletak pada area Broca.
Area Broca merupakan area motorik yang memproses informasi
dari area Wernicke untuk diintepretasikan sebagai gerakan motorik
yang diperantarai oleh daerah motorik primer dan lobus frontalis
untuk memproses bahasa dan diekspresikan secara lisan maupun
visual.
2.3.3 Afasia Sensorik
Afasia ini dikenal juga sebagai afasia reseptif atau afasia Wernicke,
dimana kemampuan untuk memahami Bahasa verbal dan visual
terganggu atau hilang sama sekali akibat kegagalan pemahaman
bahasa yang didengar atau dilihat oleh penderita. Pada afasia
Wernicke, kemampuan untuk mengucapkan dan menulis kata-kata
masih ada secara aktif, walaupun apa yang diucapkan dan ditulis
oleh penderita tidak mempunyai arti sama sekali.
2.3.4 Afasia Transkortikal
Pada afasia ini, kata-kata yang didengar oleh penderita dapat
diulang, akan tetapi fungsi linguistik lainnya terganggu; pada
afasia transkortikal motorik, penderita tidak dapat berbicara secara
spontan seperti pada afasia Broca; dan pada afasia transkortikal
sensorik, penderita tidak memiliki pemahaman Bahasa seperti pada
afasia Wernicke. Pada afasia transkortikal motorik, lesi terletak di
kiri lobus frontal berdekatan dengan area Broca, dan pada afasia
transkortikal sensorik, lesi terletak pada termporooksipital yang
berdekatan dengan area Wernicke.
2.3.5 Afasia Anomik
Jenis afasia ini ditandai dengan adanya gangguan penamaan dan
mencari perkataan namun masih dapat bicara spontan dan fasih,
mengulang, memahami dan menuliskan kata-kata, tetapi memiliki
kesulitan untuk menemukan kata-kata dan membentuk kalimat.
2.3.6 Afasia Konduksi
Pemahaman Bahasa pada afasia konduksi sedikit terganggu yang
ditandai dengan adanya pengulangan yang terganggu dan jeda
untuk mencari kata-kata walaupun penderita masih fasih berbahasa.

2.4 Manifestasi Klinis


2.4.1 Afasia Broca
 Bicara tidak lancar
 Tampak sulit memulai bicara
 Kalimatnya pendek
 Repetisi buruk
 Kemampuan menamai buruk (anomia)
 Pemahaman lumayan
 Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks
2.4.2 Afasia Wernicke
 Bicara lancar
 Kemampuan menamai buruk (anomia)
 Panjang kalimat pendek
 Repetisi buruk
 Komprehensi auditif dan membaca buruk
2.4.3 Afasia Konduksi
 Bicara lancar
 Pemahaman baik
 Repetisi sangat buruk
2.5 Algoritma Afasia

2.6

2.7

Vous aimerez peut-être aussi