Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI TIROID
Kelenjar tiroid terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus dextra, lobus sinistra dan
isthmusyang terletak di bagian tengah. Kadang- kadang dapat ditemukan bagian
keempat yaitulobus piramidalis yang letaknya di atas isthmus agak ke kiri dari
garis tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan embrional yang masih tertinggal.
kelenjar tiroid mempunyai berat sekitar 25 – 30 gram dan terletak antara
tiroideadan cincin trakea keenam. Seluruh jaringan tiroid dibungkus oleh suatu
lapisan yang disebut true capsule.
Saraf yang melewati tiroid adalah nervus rekurens. Saraf ini terletak di
dorsal tiroid sebelum masuk ke laring.
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.2 Patofisiologi
Grave’s disease merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kelainan
systemimun dalam tubuh, di mana terdapat suatu zat yang disebut sebagai Thyroid
receptor antibodies. Zat ini menempati reseptor TSH di sel-sel tiroid dan
menstimulasinya secara berlebiham, sehingga TSH tidak dapat menempati
reseptornya dan kadar hormone tiroiddalam tubuh menjadi meningkat.
3.1.4 Tatalaksana
Terapi penyakit graves ditujukan pada pengendalian keadaan
tirotoksisitas/hipertiroidi dengan pemberian antitiroid, seperti propil-
tiourasil ( ptu ) atau karbimazol.terapi definitif dapat dipilih antara
9
3.2.2 Patofisiologi
Penyakit ini diawali dengan timbulnya pembesaran noduler pada kelenjar
tiroid yangtidak menimbulkan gejala-gejala toksisitas, namun jika tidak segera
diobati, dalam 15-20 tahundapat menimbulkan hipertiroid. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan dari nontoksik menjadi toksik antara lain adalah nodul
tersebut berubah menjadi otonom sendiri (berhubungandengan penyakit
autoimun), pemberian hormon tiroid dari luar, pemberian yodium
radioaktif sebagai pengobatan.
3.2.4 Tatalaksana
Terapi yang diberikan pada plummer’s disease juga sama dengan grave’s
yaitu ditujukan pada pengendalian keadaan tirotoksisitas/ hipertiroidi dengan
pemberian anti tiroid, seperti propil-tiourasil (PTU) atau karbimazol. Terapi
10
3.3.2 Patofisiologi
Umumnya, mekanisme terjadinya goiter disebabkan oleh adanya defisiensi
intake Iodin oleh tubuh. Selain itu, goiter juga dapat disebabkan oleh
kelainansintesis hormon tiroid kongenital ataupun goitrogen (agen penyebab
goiter seperti intake Kalsium berlebihan maupun sayuran famili brassica).
Kurangnya iodin menyebabkan kurangnya hormon tiroid yang dapat disintesis.
Hal ini akan memicu peningkatan pelepasan TSH (Thyroid-Stimulating Hormone)
ke dalam darah sebagai efek kompensatoriknya. Efek tersebut menyebabkan
terjadinya hipertrofi dan hiperplasi dari selfolikuler tiroid, sehingga terjadi
pembesaran tiroid secara makroskopik. Pembesaran inidapat menormalkan kerja
tubuh, oleh karena pada efek kompensatorik tersebut kebutuhanhormon tiroid
terpenuhi. Akan tetapi, pada beberapa kasus, seperti defisiensi iodinendemik,
pembesaran ini tidak akan dapat mengompensasi penyakit yang ada. Kondisiitulah
11
yang dikenal dengan goiter hipotiroid. Derajat pembesaran tiroid mengikuti level
dandurasi defisiensi hormon tiroid yang terjadi pada seseorang.
Goiter difus adalah bentuk goiter yang membentuk satu buah pembesaran
yangtampak tanpa membentuk nodul. Benttuk ini biasa ditemukan dengan sifat
non-toksik (fungsi tiroid normal), oleh karena itu bentuk ini disebut juga goiter
simpel. Dapat jugadisebut sebagai goiter koloid karena sel folikel yang membesar
tesebut umumnya dipenuhioleh koloid. Kelainan ini muncul pada goiter endemik
dan sporadik.
Goiter endemik muncul di tempat yang tanah, air, maupun suplai makanan
yang mengandung sedikit iodin, sehingga terjadi defisiensi iodin secara meluas di
daerahteresebut. Contoh daerahnya adalah daerah pegunungan alps, andes atau
himalaya.
Sementara itu, goiter sporadik muncul lebih jarang dan dapat disebabkan
oleh berbagai hal, yaitu konsumsi bahan yang menghambat sintesis hormon tiroid
ataugangguan enzim untuk sintesis hormon tiroid yang turun secara herediter.pada
goiter simpel, terdapat dua fase evolusinya, yaitu hiperplastik dan involusi
koloid.pada fase hiperplastik, kelenjar tiroid membesar secara difus dan simetris,
walaupun pembesarannya tidak terlalu besar (hingga 100-150 gram). Folikel-
folikelnya dilapisi olehsel kolumner yang banyak dan berdesakan. Akumulasi sel
ini tidak sama di keseluruhankelenjar. Apabila setelah itu konsumsi iodin
ditingkatkan atau kebutuhan tubuh akanhormon tiroid menurun, terjadi involusi
sel epitel folikel sehingga terbentuk folikel yang besar dan dipenuhi oleh koloid.
Biasanya secara makroskopik tiroid akan terlihat coklatdan translusen, sementara
secara histologis akan terlihat bahwa folikel dipenuhi oleh koloidserta sel
epitelnya gepeng dan kuboid.
3.3.3 gejala klinis
Sebagian besar manifestasi klinik berhubungan dengan pembesaran kelenjar
tiroid.sebagian besar pasien tetap menunjukkan keadaan eutiroid, namun sebagian
lagi mengalamikeadaaan hipotiroid. Hipotiroidisme lebih sering terjadi pada anak-
anak dengan defek biosintetik sebagai penyebabnya, termasuk defek pada transfer
yodium.3.3.4 tatalaksanatujuan dari pengobatan struma endemik adalah untuk
mengecilkan struma dan mengatasihipotiroidisme yang mungkin ada, yaitu
12
dengan pemberian sol lugoli selama 4-6 bulan. Bilaada perbaikan, pengobatan
dilanjutkan sampai tahun dan kemudian tapering off dalam 4 minggu.bila 6 bulan
sesudah pengobatan struma tidak juga mengecil maka pengobatan
medikamentosatidak berhasil dan harus dilakukan tindakan operatif.
3.4.2 Patofisiologi
SNTT dapat juga disebut sebagai goiter sporadis. Jika goiter endemis terjadi
10% populasi di daerah dengan defisiensi yodium, maka goiter sporadis terjadi
pada seseorang yangtidak tinggal di daerah endemik beryodium rendah.
Penyebabnya sampai sekarang belumdiketahui dengan jelas, bisa terdapat
gangguan enzim yang penting dalam sintesis hormon tiroidatau konsumsi obat-
obatan yang mengandung litium, propiltiourasil, fenilbutazone, atau
aminoglutatimid.
3.4.4 tatalaksana
Tindakan operatif masih merupakan pilihan utama pada snnt. Macam-
macamteknik operasinya antara lain :a. Lobektomi, yaitu mengangkat satu lobus,
bila subtotal maka kelenjar disisakanseberat 3 gram b. Isthmolobektomi, yaitu
pengangkatan salah satu lobus diikuti oleh isthmusc. Tiroidektomi total, yaitu
pengangkatan seluruh kelenjar tiroidd. Tiroidektomi subtotal bilateral, yaitu
pengangkatan sebagian lobus kanan dansebagian kiri, sisa jaringan 2-4 gram di
bagian posterior dilakukan untuk mencegahkerusakan pada kelenjar paratiroid
atau n. Rekurens laryngeus
karsinoma ini berasal dari sel-sel tiroid dan merupakan jenis paling
umumdari karsinoma tiroid. Lebih sering terdapat pada anak dan dewasa
muda dan lebih banyak pada wanita. Terkena radiasi semasa kanak ikut
menjadi sebab keganasan ini. Pertama kali muncul berupa benjolan
teraba pada kelenjar tiroid atau sebagai pembesaran kelenjar limfe
didaerahleher. Metastasis dapat terjadi melalui limfe ke daerah lain pada
tiroid atau, pada beberapa kasus,ke paru.
2. Karsinoma folikuler
Karsinoma ini berasal dari sel-sel folikel dan merupakan 20-25 %
darikarsinoma tiroid. Karsinoma folikuler terutama menyerang pada usia
di atas 40 tahun.karsinomafolikuler juga menyerang wanita 2 sampai 3
kali lebih sering daripada pria. Pemaparan terhadapsinar x semasa kanak-
kanak meningkatkan resiko jenis keganasan ini. Jenis ini lebih
infasif daripada jenis papiler.
3. Karsinoma anaplastik
Karsinoma ini sangat ganas dan merupakan 10% dari kanker
tiroid.sedikit lebih sering pada wanita daripada pria. Metastasis terjadi
secara cepat, mula-mula disekitarnya dan kemudian keseluruh bagian
tubuh. Pada mulanya orang yang hanyamengeluh tentang adanya tumor
didaerah tiroid. Dengan menyusupnya kanker ini disekitar,timbul suara
serak, stridor, dan sukar menelan. Harapan hidup setelah ditegakkan
diagnosis, biasanya hanya beberapa bulan.
4. Karsinoma parafolikular
Karsinoma parafolikular atau meduller adalah unik diantara
kanker tiroid. Karsinoma ini umumnya lebih banyak pada wanita
daripada pria dan paling sering di atas50 tahun. Karsinoma ini dengan
cepat bermetastasis, sering ketempat jauh seperti paru, tulang,dan hati.
Ciri khasnya adalah kemampuannya mensekresi kalsitonin karena
asalnya. Karsinomaini sering dikatakan herediter.
1. konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan
sukar digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi
kistik dan kemudianmenjadi lunak.
2. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun
nodul yangmengalami kalsifikasi dapat ditemukan pada hiperplasia
adenomatosa yang sudah berlangsung lama
3. Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupaka tanda keganasan,
walaupun nodul ganastidak selalu melakukan infiltrasi. Jika ditemukan
ptosis, miosis, dan enoftalmusmerupakan tanda infiltrasi ke jaringan
sekitar
4. 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang
ganas.
5. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas
terutama yangtidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba
membesar progresif
6. Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah
bening regionalatau perubahan suara menjadi serak.
7. Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus
sternokleidomastoideuskarena desakan pembesaran nodul (berry’s sign)
BAB IV
KESIMPULAN
Struma adalah suatu penyakit yang sering kita jumpai sehari-hari. Sangat
penting untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dan cermat
untuk mengetahui adatidaknya tanda-tanda toksisitas yang disebabkan oleh
perubahan kadar hormon tiroid dalamtubuh. Begitu juga dengan tanda-tanda
keganasan yang dapat diketahui secara dini. Selanjutnya adalah menentukan
pemeriksaan penunjang yang tepat untuk menentukandiagnosis pasti dari jenis
struma yang ada. Dengan menegakkan diagnosis pasti maka kita
dapatmnentukkan tatalaksana yang tepat bagi struma yang dialami oleh pasie.
Apakah memerlukantindakan pembedahan, atau cukup diberi pengobatan dalam
jangka waktu tertentu
20
DAFTAR PUSTAKA