Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PROPOSAL
OLEH:
DIANA NURULLAH
NIM.150103115
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul “Analisa Kadar
Ureum Dalam Serum Penderita Tuberculosis Paru (TB Paru) Yang Mengonsumsi Obat
Anti Tuberculosis (OAT) Lebih Dari 4 Bulan Di UPT Kesehatan Paru Masyarakat (KPM)
Medan Tahun 2018”.
Proposal ini merupakan salah satu syarat sebagai bentuk tugas akhir mahasiswa di
perkuliahan semester V pada program studi D-III Analis Kesehatan Sari Mutiara Indonesia
Medan, dan sebagai syarat untuk melanjutkan tugas Karya Tulis Ilmiah (KTI). Dalam
penyusunan Proposal ini penulis mendapat banyak kesulitan, namun berkat bimbingan dan saran
dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini tepat pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tuberkulosis Paru
2.2 Cara Penularan Bakteri Tuberkulosis
2.3 Gejala Klinis Tuberkulosis
2.5 Faktor-faktor Penyebab Tuberkulosis Paru
2.5.1 Pemeriksaan Radiologis : foto rontgen torak
2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium
2.5.3 Tes Tuberkulin (Mantoux Test)
2.5.4 Pemeriksaan Penunjang
2.6 Pencegahan Penyakit TB Paru
2.7 Pengobatan Tuberkulosis Paru
2.8 Efek Dari Obat Anti Tuberkulosis
2.9 Ginjal
2.9.1 Fungi Ginjal
2.9.2 Penyakit Gagal Ginjal
2.10 Uji Laboratorium
2.11 Ureum
2.11.1 Metabolisme Ureum
2.11.2 Transport/Sirkulasi Ureum
2.12 Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Tempat dan Penelitan
3.2.1 Tempat Penelitian
3.2.2 Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Pemeriksaan dan Prinsip
3.4.2 Alat, Bahan, dan Reagensia
3.5 Prosedur
3.5.1 Cara Pengambilan Darah Vena
3.5.2 Cara Pemisahan Serum dari Darah
3.5.3 Prosedur Kerja Spektrofotometer LAB300
3.5.4 Perhitungan
3.7. Analisa Data
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan
bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis.
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah, dahak atau droplet penderita yang
mengandung basil bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Pada
saat penderita TB Paru batuk, butir-butir air ludah beterbangan di udara dan terhirup oleh
orang lain. Apabila telah terhirup dan bersarang di dalam paru-paru seseorang, maka bakteri
tuberkulosis akan mulai membelah diri dan berkembang biak. Kemudian dapat menyebabkan
penyakit TB Paru. Resiko tinggi terjangkit penyakit TB Paru pada anak berusia di bawah 3
tahun, remaja, usia lanjut dan juga pada orang yang kurang gizi (Sholeh S. Naga, 2013).
kesehatan masyarakat yang terpenting di Asia terutama di negara berkembang. Ada beberapa
hal yang menjadi penyebab semakin meningkatnya penyakit TB Paru di Asia antara lain
mencukupi, kurangnya biaya untuk berobat, dan kurangnya asupan makanan yang bergizi
(WHO, 2006).
TB Paru paling banyak terjadi di Negara berkembang, pada tahun 2009 Indonesia
menduduki peringkat ke lima di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria dengan
jumlah prevalensi 285/100.000 penduduk, sedangkan angka kematian telah turun menjadi
505,614 kasus per tahun, 244 per 10.000 penduduk dan 1.550 per hari. Insiden kasus baru
236.029 pertahun, 102 kasus per 10.000 penduduk. Dan kematian 91.369 per tahun, 30 kasus
menempati urutan ke-7. Jumlah penderita TB Paru klinis di Sumatera Utara pada tahun 2010
sebanyak 104,992 orang setalah dilakukan pemeriksaan dan diobati sebanyak 13.744 orang
serta yang sembuh sebanyak 9.390 orang atau sekitar 68,32%. Jumlah kasus TB Paru di
Sumatra Utara meningkat pada tahun 2012, secara klinis sebanyak 123,790 orang setelah
dilakukan pemeriksaan dan yang diobati sebanyak 16,392 orang. Dan di dapat prevalensi TB
diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar dengan mengkonsumsi obat dalam rentang
waktu kurang lebih 6 bulan dan terus menerus tanpa putus, adapun obat yang dikonsumsi
antara lain Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, dan Streptomisin (Depkes RI,
2007).
Obat dapat menjadi zat toksik dalam tubuh, akibat lamanya mengkonsumsi obat akan
berpengaruh terhadap organ tubuh lainnya misalnya organ hati dan ginjal, bahkan bisa
berdampak pada penyakit gagal ginjal, dimana organ tersebut berfungsi sebagai alat
pembuangan atau eksresi. Obat-obatan dieliminasi dari dalam tubuh baik dalam bentuk yang
tidak diubah oleh proses eksresi maupun diubah menjadi metabolit. Ginjal merupakan organ
yang paling penting untuk mengeluarkan obat-obatan dan hasil metabolitnya. Efek samping
yang dapat timbul karena mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dalam waktu lama
berdasarkan obat yang diberikan yaitu Isoniazid timbulnya rasa panas pada kaki, bercak-
bercak kemerahan pada seluruh kulit. Rifamfisin menimbulkan efek samping keringat dan
urine berwarna merah muda, mual, kadang-kadang timbul sakit perut bahkan diare, gatal-gatal
pada kulit, sakit kepala dan tulang, dapat pula terjadi anemia hemolitik akut dan gagal ginjal.
kebutaan, altralgi (nyeri sendi) dan gagal ginjal. Pirazinamide menimbulkan efek samping
kerusakan hati, sakit pada persendian, pembesaran hati, limpa terasa nyeri dapat diikuti
ikterus, kadar asam urat meningkat yang semakin lama dapat mengganggu fungsi ginjal
(Gilman, 2010).
Tuberkulosis (OAT) dengan teratur menurut petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.
Selama pengobatan TB Paru dapat menyebabkan efek samping, jika tidak sesuai dosis atau
tidak teratur dengan petunjuk dokter. Pengobatan OAT yang cukup lama di atas 6 bulan,
sehingga dengan lamanya komsumsi obat terus menerus dapat mempengaruhi ginjal dan
menyebabkan penyakit gagal ginjal atau kerusakan fungsi ginjal sehingga meningkatkan kadar
Berdasarkan hasil penelitian Harun Rasid Lubis tahun 2006 mengkonsumsi obat secara
tidak teratur dalam waktu yang lama, beresiko terkena gagal ginjal. Dari 200 penderita gagal
ginjal yang ditangani tercatat 5-6 orang diantaranya masyarakat yang semula sehat namun
akhirnya menderita gagal ginjal akibat mengkonsumsi obat dengan tidak teratur.
Penyakit Gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu berfungsi sama sekali dalam hal filtrasi zat sisa
dari dalam tubuh. Ginjal juga berfungsi menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh
seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. Beberapa jenis pemeriksaaan
untuk melihat kerusakan fungsi ginjal yaitu ureum, kreatinin, asam urat, dan kreatinin
difiltrasi di glomerulus dan direabsorbsi di tubulus dalam jumlah yang bervariasi. Reabsorbsi
ureum ini menjadi lebih besar dengan meningginya kadar ureum dalam urine dan sebaliknya
reabsorbsi berkurang bila urine makin cair. Karena itu penentuan kadar ureum dalam serum
berperan sebagai indikator yang peka terhadap kelainan fungsi ginjal (Depkes RI, 2003).
Pemeriksaan ureum dilakukan pada penderita TB Paru dimana terjadi akumulasi dari
konsumsi OAT yang akan mempengaruhi ginjal. Maka dilakukan penelitian “Analisa Kadar
Ureum dalam Serum Penderita Tuberculosis Paru (TB Paru) yang Mengonsumsi Obat
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang terjadi
yaitu: Apakah ada peningkatan kadar ureum dalam serum penderita TB Paru yang
mengkonsumsi OAT lebih dari 4 bulan di UPT Kesehatan Paru Masyarakat Medan Tahun
2018.
Untuk mengetahui kadar ureum dalam serum penderita TB paru yang mengkonsumsi
OAT lebih dari 4 bulan di UPT Kesehatan Paru Masyarakat Medan Tahun 2018.
1. Bagi Peneliti
dibidang Kimia Klinik, serta cara kerja yang baik dan benar bagi penulis
2. Bagi Klinisi
TINJAUAN PUSTAKA
TB Paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru secara khas ditandai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit ini dapat menular
dari penderita kepada orang lain. TB Paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
sejenis bakteri berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron, dan tebal 0,3-0,6 mikron.
Bakteri ini terdiri dari asam lemak, sehingga bakteri lebih tahan asam dan tahan terhadap
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam alkohol, sehingga bakteri ini disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan
terhadap zat kimia dan fisik. Bakteri tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin,
bersifat dorman dan aerob. Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10
menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-90% selama 15-30
detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap
(bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara
(Widoyono, 2008).
Penyebaran bakteri tuberkulosis ini terjadi di udara melalui dahak yang berupa droplet.
Pada saat penderita batuk atau bersin, bakteri tuberkulosis dan BTA positif yang berbentuk
droplet sangat kecil ini akan berterbangan di udara. Droplet yang sangat kecil ini kemudian
mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri
ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam lamanya, sehingga cepat atau lambat droplet
yang mengandung bakteri tuberkulosis akan terhirup oleh orang lain. Apabila droplet ini telah
terhirup dan bersarang di dalam paru-paru seseorang, maka bakteri ini akan membelah diri
atau berkembangbiak. Dari sinilah akan terjadi infeksi dari satu penderita ke calon penderita
Untuk mengetahui penderita TB Paru dengan baik harus dikenali tanda dan gejalanya.
Seseorang ditetapkan sebagai penderita TB Paru apabila ditemukan gejala utama seperti batuk
berdahak lebih dari tiga minggu, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada. Dan gejala lainnya
seperti berkeringat malam hari, demam, dan penurunan berat badan (Widoyono, 2008).
Resiko penyakit TB Paru pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor penting
yaitu:
Faktor sosial ekonomi sangat erat kaitannya dengan kondisi rumah, kepadatan
hunian, lingkungan perumahan, serta lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang
sangat erat dengan penularan TB Paru, karena pendapatan yang kecil membuat
2. Status Gizi
Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan lain-lain atau malnutrisi akan
3. Umur
Penyakit TB Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau produktif, yaitu
15-50 tahun. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang
menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit
TB Paru.
4. Jenis Kelamin
Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan
proses kehamilan dan persalinan. Pada laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena
Sehingga jika perokok dan peminum alkohol lebih mudah terpapar penyakit
Untuk menegakkan diagnosa TB Paru, maka test diagnostik yang sering dilakukan
adalah:
rontgen toraks, akan tetapi terdapat beberapa gambaran yang karakteristik untuk
d. Terdapat klasifikasi.
e. Apabila lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan atas paru.
f. Bayangan abnormal yang menetap pada foto toraks setelah foto ulang
1. Sputum BTA
Bakteri Tahan Asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu
berantai karbon yang memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin
dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel.
dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan Bakteri Tahan Asam (BTA).
atau pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena
dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan
larutan pemucat (asam alkohol) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan
cepat, sehingga sel bakteri tidak bewarna. Uji bakteri tahan asam menggunakan
prosedur Pewarnaan Ziehl Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol
fuchsin, asam alkohol, dan methyelen blue. Tujuan pemberian carbol fuchsin adalah
untuk mewarnai seluruh sel bakteri. Tujuan pemberian asam alkohol adalah
melunturkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada golongan BTA tidak terpengaruh
pemberian asam alkohol karena memiliki lapisan lipid yang sangat tebal sehingga
alkohol sukar menembus dinding sel bakteri tersebut dan warna merah akibat
pemberian carbol fuchsin tidak hilang. Tujuan methylene blue adalah memberi warna
tuberkulosis.
a. Biakan/kultur BTA
tiga kali berturut-turut dan biakan/kultur BTA selama 4-8 minggu (Santa Manurung,
2009).
b. Pewarnaan BTA Pada Sampel Dahak
Bila dari dua kali pemeriksaan didapatkan BTA positif, maka pasien tersebut
intra cutan 0,1 ml. Lokasi penyuntikan umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah
sebelah kiri bagian depan. Penilaian test tuberkulosis dilakukan setelah 4-8 jam
yang terjadi pada lokasi suntikan. Indurasi berupa kemerahan dangan hasil sebagai
berikut:
Test tuberkulin negatif berarti bahwa secara klinis tidak ada infeksi
petugas kesehatan :
1. Bagi penderita, dengan menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak
sembarangan tempat.
kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap muntahan atau ludah
anggota keluarga yang terjangkit penyakit ini (piring, tempat tidur, pakaian).
penderita.
6. Dilakukan pengobatan yang khusus dengan meminum obat yang terartur selama
6-12 bulan.
kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Saat ini pengobatan
dalam program pemberantasan TB Paru, menggunakan paduan OAT yang diberikan dalam
bentuk kombinasi dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama selama 6-8 bulan yang terdiri
dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid, Streptomycin (S), dan Etambutol (E).
a. Tahap intensif
Tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu dan sebagian besar penderita
tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif pada tahap pengobatan intensif.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama, ini sangat penting untuk membunuh kuman rersisten
Ginjal adalah organ vital dalam tubuh yang berbentuk mirip dengan kacang dan
terletak didalam perut bagian belakang. Sebagian dari ginjal berfungsi mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme tubuh (seperti kreatinin, ureum, asam urat) dan membuangnya bersamaan
dengan urine. Ginjal berfungsi pula sebagai pengatur cairan yang terlarut seperti natrium,
kalium, dan hidrogen. Ginjal terletak dirongga retoperitoneum pada dinding abdominal
posterior dari sisi columa vertebra, ginjal kanan terletak dibawah hati dan ginjal kiri 12 mm
lebih rendah. Ginjal dewasa berukuran panjang kurang lebih 11 sampai 12 cm, dengan lebar
kurang lebih 6 cm dan beratnya kurang lebih 140 gram. Ginjal terbentuk oleh unit yang
terkecil yaitu nephron yang berjumlah 1-1,2 juta buah pada setiap ginjalnya (Depkes RI,
2008).
3. Ekskresi zat-zat bioaktif yang mempengaruhi fungsi tubuh (Hormon dan zat
7. Glukoneogenesis.
tubuh menggunakan makanan untuk energi, sisa metabolisme dikirim melalui darah
dan apabila ginjal tidak membuang sisa metabolisme tersebut maka akan menumpuk
diginjal dan menggagu kesehatan tubuh. Ginjal juga berfungsi sebagai penjaga
dan sintesis sel darah merah (Eritropoetin) yang membantu pembuatan sel darah
kesehatan tulang. Selain itu penyerapan kembali elektrolit tertentu juga dilakukan
oleh bagian ginjal yang bernama tubulus. Unit nephron di mulai dari pembuluh darah
kapiler yang bersifat sebagai saringan, disebut Glomerulus. Darah akan melewati
glomerulus tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrate (urine yang masih encer)
sekitar 180 liter/hari, kemudian dialirkan melalui saluran yang disebut tubulus. Cairan
filtrate kemudian diproses di dalam tubulus hingga akhirnya keluar dari kedua ginjal
menjadi urine sebanyak 1-2 liter/hari. Kemudian urine dialirkan melalui ureter
kedalam kandung kemih dan dikeluarkan melalui ureter (Depkes RI, 2008).
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana organ ginjal tidak dapat
menjalani fungsinya secara normal atau mengalami penurunan hingga akhirnya tidak
lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh,
menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa
saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung
pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang
berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia. Gagal ginjal sebagian besar dibagi
dua yaitu:
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara
mendadak akibat kegagalan sirkulasi renal, serta gangguan fungsi tubulus dan
(peningkatan kadar nitrogen dalam darah, peningkatan kreatinin serum, dan retensi
produk metabolit yang harus diekskresikan oleh ginjal) (Arrif Muttaqi, dkk, 2011).
atau kehilangan cairan melaui saluran pencernaan), dan terapi diuretik. Hal ini
biasanya ditandai dengan penurunan turgor kulit, mukosa membrane kering,
prostaglandin yang melindungi aliran darah renal. Cedera akibat terbakar dan
dilepaskan dari otot ketika cedera sehingga terjadi toksik renal, iskemik, atau
3. Penyebab postrenal terjadi akibat sumbatan atau ganguan aliran urine melalui
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
Etiologi gagal ginjal kronik bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan diluar ginjal:
1. Penyakit dari ginjal
b. Dyslipidemia,
d. Preeklamasi
e. Obat-obatan,
pemeriksaan yang paling lazim dilakukan adalah kadar ureum dan kadar kreatinin.
2.11 Ureum
Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan yang
banyak mengandung protein seperti tempe, kacang-kacangan, ikan dan sebagainya. Ureum
merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. Ureum dibentuk dalam hepar, di filtrasi di
glomeruli dan di reabsorbsi di tubuli dalam jumlah yang bervariasi. Reabsorbsi ureum ini
menjadi lebih besar dengan meningginya kadar ureum dalam urine dan sebaliknya reabsorbsi
berkurang bila urine makin cair. Karena itu penentuan kadar ureum dalam serum berperan
Kadar ureum darah yang normal adalah 20–40 mg setiap 100 ml darah, tetapi hal ini
tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan
ureum. Ureum berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini
dipekatkan dalam urine untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar
Kenaikan kadar ureum dalam serum dapat dijumpai pada penderita- penderita
glomerulus nephritis akuta dan kronis, keracunan sublimat dan juga pada pembendungan
Gugusan amino dicopot dari asam amino bila asam itu didaur ulang menjadi
sebagian dari protein lain atau dirombak dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh.
pertukaran gugusan amino antara senyawa-senyawa yang ikut serta dalam reaksi-
reaksi sintesis. Pada pihak lain, deaminasi oksidatif memisahkan gugusan amino dari
molekul aslinya dan gugusan amino yang dilepaskan itu diubah menjadi ammonia.
Amonia diantar ke hati dan disana ia berubah menjadi ureum melalui reaksi-reaksi
bersambung. Ureum adalah satu molekul kecil yang mudah mendifusi kedalam cairan
ektrasel, tetapi pada akhirnya ia dipekatkan dalam urine dan diekskresi (Frances K,
1989).
Ureum ini kemudian masuk ke dalam ansa henle, melalui Tubulus distalis, dan
banyak jumlahnya sehingga harus dibuang oleh gijal. Hal ini penting untuk menjaga
cairan tubuh bila suplai air hanya sedikit (Baradero Mary, 2008).
Ada tiga faktor peningkatan ureum dalam darah (uremia) terjadi karena:
1. Faktor prerenal
a. Shock
c. Perdarahan
d. Dehidrasi
3. Faktor renal
b. Glomerulo nefritis
c. Hiprtensi maligna
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini dilakukan secara deskriptif crossectional untuk melihat kadar
ureum pada serum penderita TB Paru yang mengkonsumsi OAT lebih dari 4 bulan di UPT
3.3.1 Populasi
mengkonsumsi OAT di lebih dari 4 bulan sebanyak 200 orang di UPT Kesehatan
3.3.2 Sampel
Paru yang mengkonsumsi OAT lebih dari 4 bulan di UPT Kesehatan Paru Masyarakat
Medan.
1. Metode Pemeriksaan
Spektrofotometer Kolorimetik
2. Prinsip
Urea di hidrolisis dengan adanya air dan urease untuk menghasilkan ammonia dan
1. Alat
1. Rak Tabung
2. Tabung Reaksi
3. Spuit 3 ml
6. Plaster
1. Sentrifuge
2. Tabung reaksi
1. Tabung reaksi
2. Mikro pipet ,yellow tip dan blue tip
4. Mikropipet
2. Bahan
3. Reagensisa
2. Persiapan Reagent
Blanko : pipet 1000 µL Reagent 1A , inkubasi selama 10 menit pada suhu 25oC.
1. Pasang tourniquet pada lengan, tiga jari diatas siku dan mintalah agar pasien
3. Bersihkan bagian kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70% dengan
cara memutar dari arah dalam keluar dan tekan sedikit agar benar-benar bersih
4. Tusuk vena dengan spuit dengan sudut kemiringan 45o hingga masuk kedalam
lumen vena.
10. Masukkan darah kedalam tabung reaksi secara perlahan-lahan melalui dinding
tabung untuk menghindari terjadinya hemolisis atau lisis, lalu tutup tabung.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serum, maka pemisahan
1. Darah yang sudah ada di dalam tabung tadi didiamkan hingga darah membeku
selama 30 menit.
3. Beri pembanding dengan volume yang sama agar darah seimbang, lalu tutup
sentrifuge.
4. Tekan ON Pada sentrifuge lalu putar dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
5. Setelah sentrifuge berhenti berputar, angkat tabung yang berisi darah tadi
6. Setelah serum dan sel-sel terpisah, pipet serum dengan menggunakan mikro
2. Tunggu 10 menit (alat akan menghitung mundur) tunggu sampai layar main
menu.
3. Cuci alat dengan aquadest dengan cara:
4. Pilih program nomor 1 (sampel test) lalu tekan ENTER untuk program
berikutnya.
ENTER.
7. Celupkan ujung selang mikro kedalam aquadest lalu tekan tombol START.
ke dalam tabung blanko lalu tekan START, tunggu 4 detik untuk mengisap
blanko.
12. Pilih sampel kemudian masukkan selang mikro kedalam tabung sampel lalu
3.5.4 Perhitungan:
Serum/plasma
1. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan.
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain fisis (Santa
Manurung, 2009).
2. Mengkonsumsi OAT merupakan suatu terapi pengobatan lebih dari 6 bulan untuk
3. Kerusakan fungsi ginjal merupakan suatu keadaan dimanaorgan ginjal tidak dapat
menjalani fungsinya secara normal atau mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi
mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau
4. Kadar ureum dalam serum berperan sebagai indikator yang peka terhadap kelainan
fungsi ginjal.
Goodman & Gilman. 2010. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.