Vous êtes sur la page 1sur 17

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAK (PKL) APOTEK

DI

KIMIA FARMA No. 383

Jalan Pinus No. 38

(12 Maret – 30 Maret 2018)

Disusun oleh:

I Ketut Gunawan K F.16.055

Kriscika Guspani F.16.060

Shopa Handayani F.16.077

Sofiya Maulida F.16.037

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

BANJARMASIN

2018
LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAK (PKL) APOTEK

DI

KIMIA FARMA No. 383

Jalan Pinus No. 38

(12 – 30 Maret 2018)

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktik kerja
lapangan (PKL) pada Program Studi Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia

Banjarmasin

Disusun oleh:

I Ketut Gunawan K F.16.055

Kriscika Guspani F.16.060

Shopa Handayani F.16.077

Sofiya Maulida F.16.037

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Apoteker Penanggung Jawab PKL


Prodi Farmasi STIKES Sari Mulia Apotek

(Noval, S.Farm, M.Farm.,Apt) (Ellisa Emy Supriani, S.Farm.,Apt)


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii


Daftar isi ........................................................................................................... iii
BAB I TINJAUN APOTEK............................................................................. 1
1.1 Sejarah Apotek ...............................................................................
1.2 Profil Apotek ..................................................................................
BAB II SOP DAN MANAJEMEN APOTEK .................................................
2.1 SOP dan Metode Perencanaan .......................................................
2.2 SOP dan Metode Pengadaan ..........................................................
2.3 SOP dan Metode Penerimaan .........................................................
2.4 SOP dan Metode Penataan dan Penyimpanan ................................
2.5 SOP dan Metode Pencatatan ..........................................................
2.6 SOP dan Metode Pelaporan ............................................................
2.7 SOP dan Metode Pemusnahan .......................................................
2.8 Struktur Organisasi Apotek ............................................................
BAB III ANALISIS RESEP ............................................................................
3.1 Membaca dan Menulis Ulang Resep ..............................................
3.2 Menganalisis Resep ........................................................................
3.3 Alur Pelayanan Resep ....................................................................
3.4 Penyerahan Obat ke Pasien ............................................................
BAB IV ANALISIS SWAMEDIKASI............................................................
4.1 Alur Pelayanan Non Resep ............................................................
4.2 Kegiatan swamedikasi ....................................................................
4.3 Analisis Swamedikasi ....................................................................
4.4 Penatalaksanaan Swamedikasi .......................................................
4.5 Monitoring ......................................................................................
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................
BAB VI SARAN ..............................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I

TINJAUAN APOTEK

1.1 Sejarah Apotek


1.1.1. Sejarah Kimia Farma
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817,
nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijakan nasioalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan pada tahun 1958,
Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah
perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi)
Bhineka Kimia Farma. Kemudia pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas,
sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma
(Persero).
1.1.2. Sejarah Apotek Kimia Farma 383 Pinus
Apotek Kimia Farma 383 di resmikan tanggal 2 Juli 2011 dengan
Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Ellisa Emy Supriani,
S.Farm.,Apt. Apotek Kimia Farma 383 ini terletak di persimpangan
jalan antara jalan Pinus, jalan Cemara dan jalan Adhiyaksa. Apotek
Kimia Farma 383 memiliki satu orang Apoteker dan empat (4) orang
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).

1.2 Profil Apotek


Apotek Kimia Farma 383 bertempat di jl. Pinus No. 38 Sultan Adam
Banjarmasin. Apotek Kimia Farma 383 diresmikan pada tanggal 2 juli 2011
dengan Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah ibu Ellisa Emy
Supriani,S.Farm.,Apt yang sekaligus sebagai Apoteker penanggung jawab
Apotek tersebut. Adapun beberapa pihak yang menjadi patner kerjasama
dengan Apotek Kimia Farma ini ialah ........ Apotek Kimia Farma 383 juga
memiliki fasilitas kesehatan yaitu satu praktik dokter umum dan satu praktik
dokter spesialis, Apotek Kimia Farma 383 juga pelayani resep Umum, BPJS
dan Program Rujuk Balik (PRB).
BAB II
SOP DAN MANAJEMEN APOTEK
2.1 Obat Bebas, Bebas Terbatas, Keras, Psikotropika dan Narkotika
2.1.1 SOP dan Metode Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sedian Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat
(Permenkes RI No. 73, 2016).

2.1.2 SOP dan Metode Pengadaan


Untuk menjamin kualiatas Pelayanaan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undang (Permenkes RI No. 73, 2016).

2.1.3 SOP dan Metode Penerimaan


Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah,mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Permenkes RI No.
73, 2016).
Obat dan atau bahan obat tidak boleh diterima jika kadaluarsa,
mendekati tanggal kadaluarsa sehingga kemungkinan besar obat atau
bahan obat telah kadaluarsa sebelum digunakan oleh konsumen. Obat
atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan ataua tindakan
pengamanan khusus, harus segera dipindakan ke tempat penyimpanan
yang sesuai setelah dilakukan pemeriksaan (BPOM RI,2012).
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesananan dengan kondisi fisik yang diterima (Permenkes
RI No. 73, 2016).
Barang yang datang akan diperiksa oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
atau Aoteker dan disesuaikan dengan Surat Pesanan. Petugas penerima
obat wajib melakukan pemeriksaan terhadap obat-obat yang diserahkan
mencakup:
1) Jumlah kemasan
2) Jenis obat
3) Bentuk sediaan
4) No batch
5) Tanggal kadaluarsa
6) Serta pemeriksaan lain yang diperlukan
Jika terdapat kekeliruan, penerima obat wajib menuliskan jenis
yang keliru (rusak, jumlah kurang, dan lain-lain) dan melaporkan
kepada distributor pengirim obat (Permenkes RI, 2015).

Memeriksa barang yang datang apakah sudah sesuai dengan BPBA


(Bon Permintaan Barang Apotek) dan faktur

Cek tanggal kadaluarsa, kondisi barang, no batch, kesesuain harga

Entry faktur

Validasi

Mengirim data ke BM

2.1.4 SOP dan Metode Penataan dan Penyimpanan


1) Obat/bahan obat harus disimpandalam wadahasli dari pabrik.
Dalam hal pengecualiaan atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
dituis iinformasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanaan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi.
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan keas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran obat memakai system FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO ( First IN Out) (Permenkes RI No. 73 2016).
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi difasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan
kefarmasian harus mampu menjaga keamanan, khasiat, dan mutu
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor farmasi (Permenkes RI No. 3,
2015).
1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.
2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Narkotika.
3) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Psikotropika (Permenkes RI No. 3,
2015).
Lemari khusus harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Terbuat dari bahan yang kuat
2) Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang
berbeda.
3) Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk
Instalasi farmasi Pemerintah.
4) Diletakkan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum,
untuk Apoteker, Instalasis Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas,
Instalasis Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan.
5) Kunci lemari khusus dikuasi oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk oleh pegawai lain yang dikuasakan
(Permenkes RI No. 3, 2015).
Barang datang

dilakukan mutasi

disusun barang dan dilakukan pencatatan (sesuai bentuk sediaan dan


kombinasi farmakologi dan alfabetis) obat bebas, bebas terbatas
diletakkan di etalase depan, obat keras diletakkan dilemari dalam dan
obat psikotropika narkotika diletakkan dilemari khusus.

Disusun berdasarkan urutan waktu penerimaan (FIFO dan FEFO)

2.1.5 SOP dan Metode Pencatatan

2.1.6 SOP dan Metode Pelaporan


Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota
atau struk penjualan) dan pencatatan lainya disesuaikan dengan
kebutuhan (Permenkes RI NO. 732016).
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan ynag digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainya
(Permenkes RI No. 73,2016).
Pelaporan eksternal merupakan pelaoran yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang,
meliputi pelaporan narkotika, psitropika dan pelaporan lainya. Petunjuk
teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal (Permenkes RU No. 73 2016 ).
Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan,
dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan. Instalasi Farmasi
Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan
kepada Kepala Balai setempat (Permenkes RI No. 3, 2015).
Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klini,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib
membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyerahan/penggunaan narkotika dan psikotropika setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat (Permenkes RI No.3, 2015).

Pelaporan paling sedikit terdiri atas:


1) Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika, psikotropika,
dan/atau prekursor farmasi.
2) Jumlah persediaan awal dan akhir bulan.
3) Jumlah yang diterima.
Jumlah yang diserahkan (Permenkes RI No.3, 2015)

2.1.7 SOP dan Metode Pemusnahan


Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengantuk narkotika atau psikotropik dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Permenkes RI
No.73, 2016).
Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan (Permenkes RI No.73, 2016).
Sediaan farmsi yang karena suatu hal tidak bisa digunakan lagi atau
dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau
ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan Menteri. Sediaan farmasi
yang dimaksud adalah sediaan farmasi ED, sediaan farmasi yang rusak,
dan sediaan farmasi yang dilarang oleh pemerintah ( Sasongko, 2012).

2.1.8 Struktur Organisasi Apotek


Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 383 adalah sebagai berikut:

PEMIMPIN / APA
Ellisa Emy Supriani, S.Farm.,Apt

PENGADAAN PELAYANAN KASIR LAPORAN


Berti, tina, werdi Berti, tina, werdi Berti, tina, werdi Berti dan tina
BAB III

ANALISIS RESEP

3.1 Membaca dan Menulis ulang Resep


3.2 Menganalisis Resep
3.3 Alur Pelayanan Resep
3.4 Penyerahan Obat ke Pasien
BAB IV

ANALISIS SWAMEDIKASI

4.1 Alur Pelayanan non Resep


4.2 Kegiatan Swamedikasi
4.3 Analisis Swamedikasi
4.4 Penatalaksanaan Swamedikasi
4.5 Monitoring
BAB V

KESIMPULAN
BAB VI

SARAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi