Vous êtes sur la page 1sur 78

.

Pengertian
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh
bakteria, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia dan
community-acquired pneumonia (Mansjoer, 2000). Menurut Price (2005) pneumonia
adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Dahlan, 2007).
Jadi pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus atau fungi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat.
Berdasarkan tempat letak anatomisnya, pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu (Price, 2005):
a. Pneumonia lobaris
Seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat intra alveolar.
Pneumococcus dan Klebsiella merupakan organism penyebab tersering.
b. Pneumonia nekrotisasi
Disebabkan oleh jamur dan infeksi tuberkel. Granuloma dapat mengalami nekrosis
kaseosa dan membentuk kavitas.
c. Pneumonia lobular/bronkopneumonia
Adanya penyebaran daerah infeksi yang bebercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4
cm yang mengelilingi. Staphylococcus dan Streptococcus adalah penyebab infeksi
tersering.
d. Pneumona interstitial
Adanya peradangan interstitial yang disertai penimbunan infiltrate dalam dinding
alveolus, walaupun rongga alveolar bebas dari eksudat dan tidak ada konsolidasi.
disebabkan oleh virus atau mikoplasma.
Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA antara
lain :
a. Pneumonia sangat berat
Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum, harus dirawat di rumah sakit
b. Pneumonia berat
Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat minum, di rawat
rumah sakit dan diberi antibiotic.
c. Pneumonia sedang
Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan cepat, tidak perlu
dirawat, cukup diberi antibiotik oral.
d. Bukan pneumonia
Hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat, tidak perlu
antibiotik.
2. Etiologi
Menurut (Smeltzer and Bare, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :
a. Pneumonia bakterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia
Jenis yan lain :
- Staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan haemophilus influenza.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Biodata / Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. E No Register : 08.110.900
Umur : 1 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : jl.Cimanuk
Tanggal masuk RS : 25 Mei 2012
Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2012
Catatan kedatangan : Kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )

Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi:


Nama/Umur : Ny.N / 29 No telepon : (0736)23145
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : jl.Cimanuk
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga

2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
a. Keluhan utama/alasan masuk RS
An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25 Mei 2012,
jam 10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
 Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu
sebelum masuk RS.
 Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum
masuk RS.
 Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus
menerus dan bertambah dengan aktivitas.
 Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2
hari sebelum masuk RS.
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya untuk
mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
 Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang
kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua
anak mengatakan kesulitan bernapas.Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak
nya terasa lemah dan ujung - ujung jarinya terasa dingin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD) :
 Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga (RKK) :
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak
napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan dan penyakit menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-
lain.

3. Pola Fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Persepsi terhadap penyakit:
Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
 Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
 Diet/suplemen khusus: tidak ada
 Intruksi diet sebelumnya: -
 Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
 Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-mual
 Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turu) :
BB pasien menurun sebanyak 4 kg (65 kg menjadi 61).
 Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada
 Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap
 Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan, penyembuhan abnormal:
tidak ada
 Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
 Frekuensi makan: Normal (3X sehari)
 Jenis makanan : KH, protein, lemak
 Pantangan/alergi : tidak ada
c. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
 Frekuensi : 1x 2 hari Waktu : Pagi
 Warna : Kuning Konsistensi : Lembek
 Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada
Buang air kecil (BAK) :
 Frekuensi : 2X sehari Warna : pagi dan sore hari
 Kesulitan (disuria, nokturia, hematuria, retensi inkontinensia): Tidak ada
 Alat bantu (kateter intermitten, indwelling, kateter eksternal): tidak ada
 Lain-lain
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan dari:
0 ═ Mandiri 3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu 4 ═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═ Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
e. Pola istirahat dan tidur
 Lama tidur : 7 jam/malam Tidur siang: 2 Tidur sore: -
 Waktu : 21.00 WIB
 Kebiasaan menjelang tidur : -
 Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia
 Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar

f. Pola Kognitif Dan Persepsi


 Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik
 Bicara : Normal (√), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
 Kemampuan berkomunikasi : Ya ( √ ), tidak ( )
 Kemampuan memahami : Ya ( √ ), tidak ( )
 Pendengaran : DBN ( √ ), tuli ( ), kanan/kiri, tinnitus ( ), alat bantu dengar ( )
 Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN
 Vertigo : Ada
 Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada
 Penatalaksanaan nyeri : Pasien beristirahat untuk mengurangi nyeri
 Lain-lain : -
g. Persepsei Diri Dan Konsep Diri
 Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman
 Lain-lain : -
h. Pola Peran Hubungan
 Pekerjaan : -
 Sistem pendukung : pasangan (√ ), tetangga/teman ( ), tidak ada ( ), keluarga
serumah (√), keluarga tinggal berjauhan ( )
 Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada
 Kegiatan sosial :
 Sejak menderita penyakit pneumonia pasien jarang bergaulo dengan teman sebaya nya.
 Lain-lain :
i. Pola Seksual Dan Reproduksi
 Masalah seksual b.d penyakit : -
j. Pola koping dan toleransi stress
 Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) : Pasien tidak
mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.
 Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
 Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap
masalahnya
 Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada
 keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : tegang
 lain-lain : -
k. Keyakinan agama dalam kehidupan
 Agama : Pasien beragama Islam
 Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya adalah
cobaan.
4. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak
gelisah.
- BB : 10 kg (turun 2 kg dari 60 kg menjadi 58 kg )
- TB : 70 cm
 TTV :
- TD : 130 / 90 mmHg
- ND : 120 x / i
- RR : 32 x / i
- S : 39 ºC
 Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
 Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
 Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
 Telinga : DBN
 Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
 Hidung : Pernapasan cuping hidung
 Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
 Thorak /paru
- Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea (+),pernapasan
dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada.
- Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
- Perkusi : redup
- Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
 Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua paru).
b. AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)
c. Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus pneumonia
d. Pemeriksaan darah rutin didapatkan :
 Leokosit = 16.000/mm3
 Hb = 10,5 gr/dl
 Trombosit =265.000/mm3
 Hematokrit = 44%
 Albumin = 3,01 gr/dl
 Protein total = 5,86 gr/dl
2. ANALISA DATA
Nama klien : An. E (59 th)
Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa medik : Pneumonia

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Inflamasi trakeo Bersihan Jalan


 Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak bronkial dan farenkim nafas tidak efektif
napas paru, pembentukkan
 Klien mengatakan batuk dengan dahak yang edema dan peningkatan
kental dan sulit untuk dikeluarkan produksi sputum.
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di
tengorokkan
 Klien Mengatakan Kesulitan bernapas
DO:
 Klien tampak kesulitan bernapas
 TTV:
- TD: 130/90 mmHg
- N : 12X/i
- RR : 32x /i
 Pernafasan Cuping Hidung
 Takipnea (+)
 Dispnea (+)
 Pernafasan dangkal
 Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
 Perfusi paru redup
 Premetus menurun pada kedua paru
 Bunyi nafas bronkial, kreleks (+), stridor (+)
 Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris
 Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan diplococcus
pneumonia
2 DS: Inflamasi parenkim Nyeri
 Klien mengatakan nyeri dada paru, reaksi seluler
 Klien mengatakan sakit kepala terhadap sirkulasi
 Klien mengatakan sendi nyeri toksin dan batuk
DO: menetap.
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
 Klien tampak memegang di daerah dada dan
melindungi daerah yang sakit
 TTV:
- TD : 130/90 mmhgs
- N : 120x/i
- RR : 32x /i
 Akral dingin
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
 Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
 Takipnea (+)
3 DS: Anoreksia, akibat Perubahan nutrisi
 Klien mengatakan batuk berdahak toksin bakteri, bau dan kurang dari
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket rasa sputum kebutuhan tubuh
ditenggorokkan
 Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap
kali makan (pagi,siang dan malam)
 Klien mengatakan mual
 Klien mengatakan berat badan turun 4 Kg dari
65 Kg menjadi 64 Kg
 Klien mengatakan lemah
DO:
 Klien tampak mengeluarkan sputum saat
batuk
 Klien tampak lemah
 Klien tampak hanya mampu mengabiskan
makanan ½ porsi setiap kali makan
 Kulit klien tampak kering
 Turgor kulit buruk
 Mukosa bibir klien kering
 Hb : 10 gr / dl
 Protein total : 5,86 gr / dl
 Albumin 3,00 gr / dl
 BB : 61 kg
 TTV:
- TD : 130/90 mmhgs
- N : 120 x/i
- RR : 32x /i
 Akral dingin
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
 Kapilary reffill kembali dalam 5 detik
 Takipnea (+)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa data Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan


dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
produksi sputum
Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim
paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
batuk menetap.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin Selasa, 25 Mei 2012 Jumat, 28 Mei 2012
bakteri, bau dan rasa sputum

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan Rencana Rasional
keperawatan
Bersihan jalan Setelah Mandiri :
nafas tak efektif dilakukan 1. Kaji frekuensi/kedalaman
1. Takipnue pernafasan dangkal dan
berhubungan intervensi pernapasan dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris sering
dengan keperawatan terjadi karena ketidak
inflamasi selama 3 x nyamanan. Simetris yang sering
trachea 24 jam, terjadi karena ketidaknyamanan
bronchial, diharapkan gerakan dinding dada dan/ atau
peningkatan jalan nafas cairan paru.
produksi kembali 2. Auskultasi area paru, catat
2. Penurunan aliran udara terjadi
sputum efektif area penurunan/tak ada aliran pada area konsolidasi dengan
udara dan bunyi napas cairan. Bunyi napas bronkial
adventisius, mis, krekels, (normal pada bronkus) dapat
mengi stridor. juga terjadi pada area
konsilidasi. Krekel, ronki, dan
mengi terdengar pada inspirasi
dan/atau ekpirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan,
sekret kental, dan spesme jalan
napas/obstruksi.
3. Merangsang batuk atau
pembersihan nafas secara
3. Bantu pasien latih napas mekanik pada pasien yang tidak
sering Tunjukan/bantu pasien mampu melakukan karena
mempelajari melakukan batuk tak efektif atau penurunan
batuk, mis., menekan dada tingkat kesadaran.
dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi. 4. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
4. Penghisapan sesuai mengeluarkan sekret
indikasi. 5. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
5. Berikan cairan paling mengeluarkan sekret.
sedikit 2500 ml/hari (Kecuali
kontra indikasi). Tawarkan air
hangat, daripada air dingin.
Kolaborasi : 6. Alat untuk menurunkan
6. Berikan obat sesuai spasme bronkus dengan
indikasi: mukolitik, mobilisasi sekret, analgetik
ekspektoran, bronkodolator, diberikan untuk memperbaiki
analgesik. batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.
7. Cairan diperlukan untuk
mengganti kehilangan dan
memobilisasi sekret.
7. Berikan cairan tambahan
misalnya : Intravena,oksigen
humidifikasi, dan ruang
8. Mengevaluasikan kemajuan
humidifikasi. dan efek proses penyakit dan
8. Awasi sinar X dada, memudahkan pemilihan terapi
GDA, nadi oksimetri. yang diperlukan.
9. Kadang-kadang diperlukan
untuk membuang perlengketan
mukosa. Mengeluarkan sekresi
9. Bantu bronkostropi / purulen, mencegah atelektasis.
toresentesis bila
diindikasikan.
Nyeri Nyeri Mandiri :
berhubungan berhubungan1. Tentukan karakteristik
1. Nyeri dada biasanya ada
dengan dengan nyeri, misalnya : tajam, dalam beberapa derajat pada
inflamasi inflamasi konstan, selidiki perubahan peneumonia,juga dapat timbul
parenkim paru, parenkim karakter / lokasi nyeri komplikasi pneumonia seperti
reaksi seluler paru, reaksi dan ditusuk. perikarditis dan indokarditis.
terhadap seluler 2. perubahan frekuensi jantung
sirkulasi toksin terhadap 2. Pantau tanda vital. atau TD menunjukkan bahwa
dan batuk sirkulasi pasien mengalami nyeri,
menetap. toksin dan khususnya bila alasan lain
batuk untuk perubahan tanda vital
menetap. telah terlihat.
3. tindakan non analgesik
diberikan dengan sentuhan
3. Berikan tindakan nyaman lembut dapat menghilangkan
misalnya, pijatan punggung, ketidak nyamanan dan
perubahan posisi, musik memperbesar efek terapi
tenang, relaksasi atau latihan analgesik.
napas. 4. Pernapasan mulut dan terapi
oksigen dapat mengiritasi dan
4. Tawarkan pembersihan mengeringkan membran
mulut dengan sering. mukosa, potensial ketidak
nyamanan umum.

5. Alat untuk menontorl ketidak


nymanan dada sementara
meningkatkan keefektifan
5. Anjurkan dan bantu pasien upaya batuk.
dalam teknik menekan dada
selama episode batuk.
6. Obat ini digunakan untuk
menekan batuk non produktif
Kolaborasi : atau proksismal atau
6. Berikan analgesik dan menurunkan mukosa
atitusip sesuai indikasi. berlebihan, meningkatkan
kenyamanan atau istirahat
umun.
Perubahan Setelah Mandiri :
nutrisi kurang dilakuakn 1. Identifikasi faktor yang
1. Pilihan intervensi
dari kebutuhan intervensi menimbulkan mual atau terganggung pada penyebab
tubuh keperawatan muntah misalnya: sputum masalah.u kebersihanmulut
berhubungan selama 3 x banyak, pengobatan aerosol, setelah muntah, setelah
dengan 24 jan, dispenea berat, nyeri. tindakan aerosol dan drainase
anoreksia, diharapkan postur sebelem maka.
akibat toksin kebutuhan 2. Menghilangkan tanda bahaya,
bakteri dan rasa nutrisi dapat
2. Berikan wadah tertutup rasa bau, dari lingkungan pasien
sputum . terpenuhi. untuk sputum dan buang dan dapat menurunkan mual.
sesering mungkin. Berikan
3. Menurunkan efek mual yang
atau bantu. berhubungan dengan
3. Jadwalkan pengobatan pengobatan ini.
pernapasan sedikitnya 1 jam
4. Bunyi usus mungkin menurun
sebelum makan. / tak ada bila proses infeksi
4. Auskultasi bunyi usus. memanjang. Distensi abdomen
Observasi atau palpasi terjadi sebagai akibat menelan
distensi abdomen. udara atau menunjukkan
pengaruh toksin, bakteri pada
saluran GI.
5. Tindakan ini dapat
meningkatka masukkan
meskipun nafsu makan
5. Berikan makan dengan pori mungkin lambat untuk kembali.
kecil dan sring termasuk
dengan makan kering ( roti
6. Adanya kondisi kronis (
panggang ) dan makanan yang PPOM atau alkoholisme ) atau
menarik untuk pasien. keterbatasan keuangan dapat
6. Evaluasi status nutrisi menimbulkan malnutrisi,
umum, ukuran berat badan rendahnya tahanan terhadap
dasar. innfeksi lambatnya respon
terhadap terapi.

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No.Dx Tanggal Jam Implementasi Paraf/Nama

1 Rabu, 26 00.09
1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan
dangkal, fremitus menurun pada kedua paru.
2. Mengukur TTV
Dengan hasil :
 TD : 130/90 mmhg
 N : 120 x/i
 RR : 32x /i
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor ada.
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien
dapat melakukan batuk efektif dan mengeluarkan
dahak.
5. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat
7. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
8. Memberikan oksigen sesuai indikasi
9. Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.
10. Membantu bronkostropi sesuai indikasi
Dengan Hasil : Perlengketan mukosa teratasi
2 Rabu, 26 00.09
1. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya :
Mei 2012 WIB tajam, konstan, selidiki perubahan karakter /
lokasi nyeri dan ditusuk.
Dengan Hasil : Nyeri Konstan dan lokasi di
bagian dada.
2. Memantau tanda vital
Dengan hasil :
 TD : 130/90 mmhg
 N : 120 x/i
 RR : 32x /i
3. Memberikan tindakan nyaman misalnya, pijatan
punggung, perubahan posisi, musik tenang,
relaksasi atau latihan napas.
Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak nyaman
4. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: Pasien menerima tawaran
5. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik
menekan dada selama episode batuk.
Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran
6. Memberikan analgesik dan antitusip sesuai
indikasi.
3 Rabu, 26 09.00
1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan
Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien mual dan muntah
disebabkan sputum banyak.
2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan
buang sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di
wadah
3. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya
1 jam sebelum makan.
Dengan Hasil:
4. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering ( roti panggang )
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi
kecil
6. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil:BB : 61 Kg

1 Kamis, 27 09.00
1. Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 25x/i,
2. Mengukur TTV
Dengan hasil :
 TD : 120/80mmhg
 N : 80 x/i
 RR : 26x /i
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor tidak ada.
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan
melakukan batuk efektif, Dengan Hasil : Klien
melaksanakan latihan nafas sesuai yang
dianjurkan dan dapat melakukan batuk efektif dan
mengeluarkan dahak.
5. Melakukan Penghisapan sekret sesuai indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
6. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien
mau minum air hangat.
7. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
8. Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA tidak normal.
2 Kamis, 27 09.00
1. Mententukan karakteristik nyeri, misalnya : tajam,

Mei 2012 WIB konstan, selidiki perubahan karakter / lokasi nyeri


dan ditusuk.
Dengan Hasil: nyeri tidak ada lagi
2. Memantau tanda vital.
Dengan Hasil:TTV :
 TD : 120/80 mmHg
 N : 80 x/i
 RR : 25x /i
3. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang
dianjurkan
4. Menganjurkan dan bantu pasien dalam teknik
menekan dada selama episode batuk.
Dengan Hasil : Klien mengikuti anjuran
Kolaborasi :
5. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi.
3 Kamis, 27 09.00
1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan
Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum
Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan
buang sesering mungkin.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di
wadah
2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: Terdapat bising usus
3. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering
termasuk dengan makan kering (roti panggang)
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan
dalam porsi kecil
4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil: BB = 61 Kg
1 Jumat, 28 09.001. Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan
Mei 2012 WIB gerakan dada.
Dengan Hasil : RR = 24x/i.
2. Mengukur TTV
Dengan hasil :
 TD : 120/80 mmhg
 N : 80 x/i
 RR : 24x /i
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis, krekels, mengi stridor.
Dengan hasil : Bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor tidak ada
4. Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
(Kecuali kontra indikasi) dan menaawarkan air
hangat
Dengan Hasil : Pasien mau minum air hangat dan
intake 2500 ml
5. Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
6. Memberikan oksigen sesuai indikasi
7. Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi
meyebar, dan GDA normal.
2 Jumat, 28 09.00
1. Memantau tanda vital.

Mei 2012 WIB Dengan Hasi l: TTV :


 TD : 120/80 mmHg
 N : 80 x/i
 RR : 25x /i
2. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Dengan Hasil: pasien mematuhi hal yang
dianjurkan
3. Memberikan analgesik dan atitusip sesuai indikasi.
3 Jumat, 28 09.001. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan
Mei 2012 WIB mual atau muntah misalnya: sputum banyak,
pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri.
Dengan Hasil : Klien tidak mual lagi
2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
palpasi distensi abdomen.
Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus
3. Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering
termasuk dengan makan kering (roti panggang)
dan makanan yang menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1
porsi penuh
4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
berat badan dasar.
Dengan Hasil: BB = 62 Kg

6. EVALWASI

No.Dx Tanggal Jam Perkembangan SOAP Paraf/Nama

1 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan
dahak
 Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang
O:
 Klien dapat mengeluarkan dahaknya
 Krekels dan stredor (+)
 Dispnea berkurang
 TTV:
- TD : 125/80 mmHg
- N : 100x/i
- RR : 27x /i
 Klien masih mendapat oksigen
A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat
mengeluarkan dahak dengan efektif dan
sesak nafas berkurang.

P : Intervensi dilanjutkan :
 Kaji frekuensi kedalaman nafas
 Pantau terus TTV
 Auskultasi area paru
 Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan
batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
 Lanjutkan pemberian oksigen sesuai indikasi
 Awasi GDA

2 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan nyeri berkurang
 Klien mengatakan badannya masih lemah
O:
 Klien tampak agak nyaman
 Gelisah berkurang
 Dispneu berkurang
 TTV:
- TD : 125/80 mmHg
- o N : 100 x/i
- RR : 27x /i
 Mukosa bibir masih kering dan pucat
 Dispnea (+)
 Perfusi paru redup
 Premetus menurun pada kedua paru
- Akral hangat sianosis
- Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
- Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien


mengatakan nyeri berkurang, klien merasa agak
nyaman.
P : Intervensi dilanjutkan :
 Kaji terus karekteristik nyeri
 Pantau terus TTV
 Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan
batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
3 Rabu, 26 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan batuk berdahak
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket
ditenggorokkan
 Klien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya
mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali makan
(pagi,siang dan malam)
 Klien mengatakan mual
 Klien mengatakan lemah
O:
 Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
 Klien tampak lemah
 Klien tampak hanya mampu mengabiskan
makanan ½ porsi setiap kali makan
 Kulit klien tampak kering
 Turgor kulit buruk
 Hb : 10 gr / dl
 Protein total : 5,86 gr / dl
 Albumin 3,00 gr / dl
 BB : 61 kg
 TTV:
- TD : 125/80 mmhgs
- o N : 100 x/i
- RR : 27x /i
 Akral hangat
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
 Indentifikasi mual
 Menjadwalkan pengobatan
 Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
 Evaluasi terus status nutrisi
1 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah dapat mengeluarkan
dahak
 Klien mengatakan sudah tidak sesak

O:
 Klien dapat mengeluarkan dahaknya
 Krekels dan stredor (-)
 Dispnea tidak ada
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80x/i
- RR : 25x /i
A : Masalah teratasi sebagian : klien dapat
mengeluarkan dahak dengan efektif, dispnuea
tidak ada

P : Intervensi dilanjutkan :
 Pantau terus TTV
 Auskultasi area paru
 Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan
batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
 Awasi GDA
2 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak nyeri lagi
 Klien mengatakan badannya sudah merasa segar
O:
 Klien merasa nyaman
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/i
- RR : 25x /i
 Mukosa bibir masih kering dan pucat
 Dispnea (-)
 Perfusi paru redup
 Akral hangat
 Kapilari refile kembali dalam 2-3 detik
 Klien masih pucat dan sianosis

A : Masalah teratasi sebagian : klien mengatakan


nyeri tidak ada, klien merasa nyaman, badan
pasien segar,

P : Intervensi dilanjutkan :
 Pantau terus TTV
 Ingatkan kembali pasien untuk latihan nafas dan
batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai indikasi
3 Kamis, 27 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan saat batuk sputum keluar.
 Klien mengatakan masih blum nafsu makan dan
hanya mampu menghabiskan ½ porsi setiap kali
makan (pagi, siang dan malam)
O:
 Klien tampak mengeluarkan sputum saat batuk
dan sudah berkurang
 Klien tampak mengabiskan makanan dalam ½
porsi setiap kali makan
 Kulit klien masih tampak kering
 Hb : 10 gr / dl
 Protein total : 5,86 gr / dl
 Albumin 3,00 gr / dl
 BB : 61 kg
 TTV:
- TD : 120/80 mmhgs
- N : 80 x/i
- RR : 25x /i
 Akral hangat
A : Masalah teratasi sebagian : Mengidentifikasi
pengeluaran sputum, observasi distensi
abdomen, dan status gizi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
 Indentifikasi mual
 Menjadwalkan pengobatan
 Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
 Evaluasi terus status nutrisi

1 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan sudah tidak batuk
 Klien mengatakan sudah tidak sesak

O:
 Klien mengatakan tidak ada sputum
 Krekels dan stredor (-)
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80x/i
- RR : 24x /i

A : Masalah teratasi : klien tidak batuk. Tidak


lagi
sesak, tidak ada lagi sputum, auskultasi area paru
normal, intake cairan tercukupi

P : Intervensi dihentikan
2 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak nyeri lagi
 Klien mengatakan badannya sudah segar

O:
 Klien merasa nyaman
 TTV:
- TD : 120/80 mmHg
- o N : 80 x/i
- RR : 24x /i
 Mukosa bibir normal dan tidak pucat lagi
 Dispnea (-)
 Perfusi paru Normal
 Akral hangat
 Kapilari refile kembali dalam 2 detik

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi dihentikan.
3 Jumat, 28 13.30 S:
Mei 2012 Wib Klien mengatakan tidak batuk lagi
 Klien mengatakan sudah nafsu makan dan
mampu menghabiskan 1 porsi penuh setiap kali
makan (pagi, siang dan malam)
O:
 Klien tidak tampak batuk lagi dan tidak ada
sputum
 Klien tampak mengabiskan makanan dalam 1
porsi penuh setiap kali makan
 Kulit klien sudah normal
 Hb : 14 gr / dl
 Protein total : 7,5 gr / dl
 Albumin 3,4gr / dl
 BB : 62 kg
 TTV:
- TD : 120/80 mmhg
- N : 80 x/i
- RR : 24x /i
 Akral hangat

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi Keperawatan dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

http://montanitalyano.blogspot.com/2013/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
http://retnopuspasari.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-pneumonia.html
http://chandwicaksono.blogspot.com/2013/09/askep-pneumonia.html
http://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/makalah-askep-pneumonia-lengkap.html
http://eprints.ums.ac.id/25860/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan. Dengan penomena ini
harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah
pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia
(lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan
tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat
ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-
kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap
tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap
oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan
oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler
dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala
Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau
seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami
kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Dari uraian di atas, maka kelompok
tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keperawatan Pneumonia pada Lansia”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan pneumonia?
2. Bagaimana epidemologi pneumonia?
3. Apakah etiologi dari pneumonia?
4. Apa sajakah faktor predisposisi dari pneumonia?
5. Bagaimana patofisiologi dari pneumonia?
6. Apa sajakah klasifikasi dari pneumonia?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari pneumonia?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik pneumonia?
9. Bagaimana prognosis dari pneumonia?
10. Bagaimana penatalaksanaan pneumonia?
11. Apa saja komplikasi dari pneumonia?
12. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menjelaskan tentang pneumonia dan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus pneumonia.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pneumonia.
b. Untuk mengetahui bagaimana epidemologi pneumonia.
c. Untuk mengetahui apakah etiologi dari pneumonia.
d. Untuk mengetahui apa saja faktor predisposisi dari pneumonia.
e. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari pneumonia.
f. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari pneumonia.
g. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari pneumonia.
h. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pneumonia.
i. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari pneumonia.
j. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pneumonia.
k. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari pneumonia.
l. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa
untuk lebih mengetahui tentang penyakit pneumonia dan menambah wawasan pengetahuan
mahasiswa tentang bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

a. Pengertian

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan
tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-
paru yang sakit.
Menurut Hudak (1998) dalam Asih & Effendy (2004), Pneumonia adalah suatu proses
inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat. Pneumonia merupakan penyebab
kematian yang cukup tinggi pada klien lanjut usia.
Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah, penyakit ini
adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan
oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.

b. Epidemologi

Epidemologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat
sedikit, terutama di negara berkembang. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian
keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka
kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan
pneumonia sebagai “teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk
pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada.
Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25–44 per
1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68–114 per 1000 orang.
Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita
usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43% diantaranya
disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak
ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi
karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan antibiotik. Pada
penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi pneumonia nosokomial
sebanyak 10% sampai 70%.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of
Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita
dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus
kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus yang
menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5
kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang
bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama
kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).

c. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:


a. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus,
aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.Bakteri-bakteri tersebut berada
pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
b. Menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan.
c. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar
air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini
dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
d. Organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang
belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang
segala jenis usia.
e. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans
d. Faktor Predisposi

1) Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh misalnya penyakit kronik (Misalnya
penyakit jantung,PPOK,diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama,
koma, pemakaian obat tidur, perokok, malnutrisi, umur lanjut, syok hemoragik.

2) Faktor Eksogen

a) Pembedahan. besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan,
yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17% dan operasi abdomen bawah (5%)

b) Penggunaan antibiotic, Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik


yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan.

c) Peralatan terapi pernapasan, Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi. Pada individu sehat, jarang dijumpai
bakteri gram negatif di lambung karena asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat
membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang mempertahankan pH >
4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung, sedangkan
larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.

d) Lingkungan rumah sakit

 Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur

 Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur

 Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu napas,
selang makanan, selang infus, kateter dll

 Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu napas,
selang makanan, selang infus, kateter dll

 Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi

 Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir


 Dirawat di rumah sakit ≥ 5 hari

e. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-
bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital,
atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan
fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian
bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran
napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran
droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak,
rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai
parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan,
deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada
struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814

PATHWAY

Partikel Infeksius
Virus Bakteri
Jamur

Aspirasi Inhalasi

Suplai darah keperifer


f. Klasifikasi

1) Berdasarkan Klinis Dan Epidemiologis


a) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b) Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
c) Pneumonia aspirasi.
d) Pneumonia pada penderita immunocompromised. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)

2) Berdasarkan bakteri penyebab:


a) Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia
akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang
telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi,
orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem
kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi
infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar
dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi
cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi
saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi
virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus
(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru
(Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
b) Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus
influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).
Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam,
batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi
sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang
disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah
keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

3) Berdasarkan Predileksi Infeksi


a) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon
bronkus) baik kanan maupun kiri.
b) Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan
maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada
penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain.
Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan
udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit
pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A.
Price, 2005, Hal 804-814)

g. Manifestasi Klinis

1) Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit
kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
2) Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit),
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang
lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada.
3) Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas
bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas
melemah, dan ronki.
4) Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan,
friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat
iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
5) Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi.
6) Tanda infeksi ekstrapulmonal ( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466)

h. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium
a) GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang
ada
b) Pemeriksaan darah.
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa
15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.
c) LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain
menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsy jaringan
paru
d) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau biopsi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus.Pengambilan
sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi
dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
e) Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia)
f) Elektrolit
Natruim dan klorida mungkin rendah.
g) Aspirasi perkutanbiopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV), karakteristik sel
raksasa (rubeolla).
2) Radio diagnostic
a) Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x
dada mungkin bersih.
b) Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru
yang ada. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa
lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

i. Prognosis

Dengan pengobatan,sebagian tipe dai pneumonia karena bakteri dapat diobati dalam satu
sampai dua minggu.Pneumonia karena virus mungkin berakhir lama,pneumonia karena
mycoplasma memerlukan empat sampai lima minggu untuk memutuskan sama sekali. Hasil
akhir dari episode pneumonia tergantung dari bagaimana seseorang sakit,kapan dia di diagnosa
pertama kalinya. Salah satu cara untuk meramalkan hasil dipakai skor beratnay pneumonia atau
CURB-65 score,dimana memerlukan perhitungan dari beratnya gejal-gejala,penyakit utama,dan
umur. Skor ini dapat membantu dalam memutuskan orang tersebut dirawat di rumahsakit atau
tidak.
Di Amerika Serikat,1 dari 20 orang dengan pneumonia pnemuccocal akan meninggal
dunia.Dalam beberapa kasus dimana pneumonia dapat berkembang menjadi racun di
darah(bakteremia),1 dari 5 orang akan meninggal. Angka kematian (mortalitas)tergantung juga
penyebab utama dari pneumonia.Misalnya pneumonia karena mycoplasma dihubungkan dengan
sedikit kematian.Bagaimanapun sebagian orang timbul methilcillin-resistant Staphyloccocus
aureus (MRSA) pneumonia. Melalui ventilator akan meninggal.
Pada daerah-daerah didunia tanpa kemajuan sistem perawatan kesehatan,pneumonia
merupakan ancaman kematian.Akses yang terbatas untuk klinik dan rumah sakit,akses terbatas
untuk sinar x,terbatasnya antibiotik pilihan dan ketidak mampuan untuk perawatan kondisi utama
yang tidak dapat dihindari menunjukan tingginya angka kematian dari pneumonia.
j. Penatalaksanaan

1) Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.


2) Pemberian oksigen tambahan
3) Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
4) Antibiotik sesuai dengan program
5) Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
6) Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10
mEq/500 ml cairan infuse.
7) Obat-obatan :
a. Antibiotika berdasarkan etiologi.
b. Kortikosteroid bila banyak lender.
8) Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari
atau Tetrassiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat
penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin
Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid
pengobatan simptomatik seperti :
a) Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
b) Simptomatik terhadap batuk.
c) Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
d) Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
e) Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang
paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.

k. Komplikasi

Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi dari pneumonia /
bronchopneumonia adalah :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke
dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Abses otak.
4. Endokarditis.
5. Osteomielitis.
 Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan
akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
 Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di
satu tempat atau seluruh rongga pleura.
 Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
 Infeksi sitemik.
 Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
 Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas.
1) Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register dan dx.medis.

2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan
alamat.

b. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.
c. Keluhan utama :Sesak napas
d. Riwayat penyakit sekarang : Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa
hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang
pada anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensiaddomen dan kaku kuduk. Timbul batuk,
sesak, nafsu makan menurun.
e. Riwayat Kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.
2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,
gelisah, sianosis
f. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1) Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi
patologis.
2) Pulse rate meningkat/menurun tergantung dari mekanisme kompensasi, sistem konduksi jantung
& pengaruh sistem saraf otonom.
3) Respiratory rate
4) Suhu
g. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya tachipne,
dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non produktif – produktif.
Nyeri dada
2) Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi yang
sakit, Hati mungkin membesar
3) Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
4) Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.

Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien dengan pneumonia
adalah :
a. Aktivitas istirahat :
Gejala : kelemahan, kelelahan, Insomnia.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya GJK kronis.
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan / pucat.
c. Integritas ego
Gejala : banyaknya stressor/ masalah finansial
d. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual muntah, riwayat diabetes mellitus.
Tanda : distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor buruk., Penampilan
kalkeksia (malnutrisi).
e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung)
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal (influenza),
mialgia, artralgia
Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umunya tidur pada posisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)
g. Pernafasan
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret, takipnea, dipsnea progesif, pernafasan
dangkal, penggunaan obat aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : sputum : merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus : taktil dan vocal bertahap dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau nafas bronchial.
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
h. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan system imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid ataukemoterapi,
institusionalisasi, ketidak mampuan umum, demam (misalnya 38,5-39,6 0C)
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau
varisela.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret ditandai dengan
batuk tidak produktif.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema pada paru

3. Perencanaan Keperawatan

Hari/ No Rencana Perawatan TTD


Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Setelah diberikan  Kaji status pernafasan  Takipnea, pernafasan
asuhan keperawatan meliputi respiratory dangkal, dan gerakan
selama ….x24 jam rate, penggunaan otot otot dada tidak simetris
diharapkan masalah bantu nafas, warna sering terjadi karena
jalan nafas kembali kulit. ketidak nyamanan
efektif dengan kriteria \ gerakan dinding
hasil: dada/cairan paru.
- Menunjukkan jalan  Berikan cairan sesuai  Cairan (khususnyayang
nafas yang paten (RR: kebutuhan. hangat) memobilisasi
16-20x/menit dan tidak dan mengeluarkan
ada suara nafas secret
abnormal (ronkhi atau  Batuk adalah
rales, wheezing))  Ajarkan teknik batuk mekanisme
- Tidak ada pernafasan efektif. pembersihan jalan nafas
cuping hidung alami untuk
mempertahankan jalan
nafas paten.
 Memudahkan
 Kolaborasi dengan pengenceran dan
fisiotherapist untuk pembuangan secret.
melakukan fisiotherapi Koordinasi
dada pengobatan/jadwal dan
masukan oral
menurunkan muntah
karena batuk,
pengeluaran sputum.

2 Setelah diberikan  Observasi TTV pasien Untuk


asuhan keperawatan sebelum dan sesudah mengidentifikasi
selama ….x24 jam beraktifitas kemajuan yang dicapai
diharapkan klien dapat dan tindak lanjut
melakukan aktivitas pengobatan
dengan baik dengan  Bantu pasien untuk  Aktivitas yang tepat
kriteria hasil: memilih aktivitas dapat membantu pasien
 TTV dalam rentang konsisten yang sesuai untuk menghindari
normal (RR: 16- dengan kemampuan kelelahan dan stress
20x/menit, TD: 120/80 fisik, psikologi dan karena aktivitas yang
mmHg, Nadi: sosial berlebihan,
80x/menit, Suhu: 36,5-  Tirah baring
0
37,5 C)  Jelaskan pentingnya dipertahankan selama
 Pasien mampu istirahat dalam rencana fase akut untuk
melakukan aktivitas pengobatan dan menurunkan kebutuhan
sehari-hari secara perlunya keseimbangan metabolic, menghemat
mandiri aktivitas dan istirahat. energy untuk
penyembuhan.
Pembatasan aktivitas
ditentukan dengan
respon individual
pasien terhadap
aktivitas dan perbaikan
kegagalan pernafasan.

 Program yang tepat


akan membantu dalam
 Kolaborasi dengan mempercepat proses
tenaga rehabilitasi penyembuhan klien.
medik dalam
merencanakan program
terapi yang tepat
3 Setelah diberikan  ObservasiTTV pasien  Untuk
asuhan keperawatan mengidentifikasi
selama ….x24 jam kemajuan yang dicapai
diharapkan pasien dapat dan tindak lanjut
tebebas dari edema perawatan
dengan baik dengan  Batasi masukan peroral
kriteria hasil: cairan IV sesuai  Untuk membatasi
 TTV dalam rentang indikasi masukanc cairan
normal (RR: 16- dan jarak pemberian
20x/menit, TD: 120/80 cairan membantu
mmHg, Nadi: mengurangi haus pada
80x/menit, Suhu: 36,5- pasien
0
37,5 C)
 Tidak ada tanda-tanda Ajarkan dan beri  Untuk mengetahui
dehidrasi, elastisitas edukasi kepada pasien seberapa asupan cairan
turgor baik, membran dan keluarga untuk yang diperlukan pasien
mukosa lembab, tidak tidak memberikan dan tujuan dari batasan
ada rasa haus
berlebihan. asupan cairan yang pemberian cairan
berlebih  Sebagai tindakan
pencegahan untuk
 Kolaborasi dengan komplikasi penyakit
dokter jika ada tanda- lebih lanjut
tanda cairan berlebih
muncul memburuk

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan. Implementasi
merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan
mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl No
No Evaluasi TTd
Jam Dx
1 1  S: Diharapkan pasien mengatakan tidak susah lagi dalam
bernafas
 O : Diharapkan TTV klien dalam batas normal (TD: 120/80
mmHg, RR: 20x/menit, S: 36,5-37,50C, Nadi: 80x/menit)
 A : Masalah teratasi
 P : Pertahankan kondisi klien

 S: Diharapkan pasien mengatakan dapat melakukan


2 2
aktivitas dengan baik
 O: Diharapkan pasien sudah mulai bisa beraktifitas tanpa
menggunakan alat bantu atau bantuan orang lain
 A : masalah teratasi sebagian.
 P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan kondisi pasien.

3 3  S: Diharapkan pasien mengatakan kondisiya lebih baik


 O: Diharapkan pasien tampak segar dan tidak timbul gejala
dehidrasi
 A: Masalah teratasi sebagian
 P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan kondisi pasien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan
tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-
paru yang sakit. Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan, virus dan organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Faktor
predisposisi dari pneumonia meliputi faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh dan
faktor eksogen. Penatalaksanaan dari pneumonia antara lain pemberian antibiotik per-
oral/melalui infus, pemberian oksigen tambahan, pemberian cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik dan antibiotik sesuai dengan program

B. Saran

Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang penyakit pneumonia selain untuk
menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk berbagi kepada
masyarakat tentang informasi tentang penyakit pneumonia. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 ( KMB 1 ) ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan
Medical Bedah 1 (KMB 1) ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Febbryanti, S.Kep
yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis
makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri
sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Padang, 25 November 2012

Penulis

BAB I
LATAR BELAKANG

1. I. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1%
dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotic,
pneumonia tetap merupakan penyebab keatian keenam di Amerika Serikat.

Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan
pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai
penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam.

Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan
pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit.

Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek,
selalu memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara
nafas bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi.

Kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang
berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di
puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama
antibiotik yang sesuai.

Munculnya orhanisme nosokomial, yang resisten terhadap antibiotic, ditemukannya organism-


organisme baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan
tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spectrum dan derajat
kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia
masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok.

Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka masih
belum berkembang dengan baik. Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah akibat
penyakit kronik tertentu.

Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan penderita penyakit pernapasan kronik atau infeksi
virus juga mudah terserang penyakit ini. Hamper 60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU
dapat menderita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut

1. II. TUJUAN
2. Tujuan Umum

Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap klien pneumonia

1. Tujuan Khusus

Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan pneumonia. maka


mahasiswa/i diharapkan mampu :

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan pneumonia


2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan pneumonia
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pneumonia
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pneumonia
5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan pneumonia

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. I. DEFENISI

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli
dengan cairan. Penyebabnya karena agen infeksi, irirtan kimia dan terapi radiasi. bakterinya
bernama pneumococcal pneumonia.( Doenges, Marilynn E., 1999)

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate, 1993).

Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut pneumonia.
(Sylvia)

Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di
dalam alveoli. Hal ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi
yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrakialis adalah beberapa keadaan yang mengganggu
mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua,
trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yangmenjadi
patogen ketika memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,Perawatan Anak Sakit, 1997)

Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan
sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat
penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).

Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan
paru oleh mikroorganisme (Elizabeth J. Corwin)

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan.
(wikipedia.com)

1. II. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

v Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus,
aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.

Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan

v menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan.

v Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar


air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini
dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.

v Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang
belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang
segala jenis usia.

v Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

III. MANIFESTASI KLINIS

Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning,
demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri dada seperti
pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan selama bernafas
dalam atau batuk.

Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan,
kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak jarang bentuk
penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.

Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan diare,
pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan berat badan
dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin tidak
khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada banyak kasus, mereka hanya
tidur atau kehilangan nafsu makan

1. IV. ANATOMI FISIOLOGI


Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem pernafasan
terdiri dari :

1. Hidung Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlahkelenjar


sebaseus yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debuyang kasar dapat disaring
oleh rambut-rambut yang terdapat dalamlubang hidung, sedangkan partikel yang halus
akan terjerat dalam lapisanmukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa.

Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan kesuperior di
dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring.Dari sini lapisan mukus akan
tertekan atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan
panas yang disuplaike udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya
akan pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupasehingga bila udara
mencapai faring hampir bekas debu, bersuhumendekati suhu tubuh, dan kelembabannya
mencapai 100%.

1. Faring Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung danrongga mulut,
dan di depan ruas tulang leher

Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut denganesofagus. Faring terbagi atas 3
bagian : nasofaring di belakang hidung,orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di
belakang laring.Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di bawa selaputlendir
terdapat jaringan kulit dan beberapa folikel getah bening.Kumpulan folikel getah bening ini
disebut adenoid. Adenoid akanmembesar bila terjadi infeksi pada faring

1. Laring Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakanrangkaian cincin


tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sanaterdapat pita suara. Di antara pita
suara terdapat ruang berbentuk segitigayang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan
glotis. Pada waktumenelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi
seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, berperananuntuk
mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing
masih mampu untuk melampaui glotis, makalaring yang mempunyai fungsi batuk akan
membantu menghalau bendadan sekret keluar dari saluran pernafasan.
2. Trakea dan cabang-cabangnya Panjangnya kurang lebih 9 centimeter. Trakea berawal
dari laringsampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea bercabangmenjadi
dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluhlingkaran tak lengkap
berupa cincin tulang rawan yang diikat bersamaoleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di
depan esofagus. Trakea dilapisioleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia.
Tempat percabangan bronkus disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dandapat
menyebabkan spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Struktur bronkus sama
dengan trakea. Bronkus-bronkus tersebut tidak simetris.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakankelanjutan dari trakea yang arahnya
hampir vertikal, sebaliknya bronkuskiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan
kelanjutan dari trakeadengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri
bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampaiakhirnya menjadi
bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yangtidak mengandung alveoli. Bronkiolus
terminalis memiliki garis tengahkurang lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan
tulangrawan sehingga bentuknya dapat berubah. Setelah bronkiolus terminalisterdapat asinus
yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas.

Asinus terdiri dari :

1) bronkiolus respiratorius

2) duktusalveolaris

3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru- paru. terdapat sekitar 23 kali
percabangan mulai dari trakea sampai sakusalveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu lapis
tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan
udara.Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total
seluas sebuah lapangan tenis.

5. Paru-paruMerupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan organ


yangelastis,berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada. Karena paru-paru saling
terpisah oleh mediastinum sentral yang di dalamnyaterdapat jantung dan beberapa pembuluh
darah besar. Setiap paru-parumemiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis. Paru-paru ada dua.
Paru- paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagimenjadi tiga lobus
oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi menjadidua lobus. Setiap lobus tersusun atas
lobula.Paru-paru dilapisi suatu lapisan tipis membran serosa rangkap duayang mengandung
kolagen dan jaringan elastis yang disebut pleura

1. V. PATOFISIOLOGI

Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme

dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada
sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab
yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.

1) Virus

Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk kedalam paru-
paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. setelah masuk virus
menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus
langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.

Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah
putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke
dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke
dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ
lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh
rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan
komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.

Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus


syccytial respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang
menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun
juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).

2) Bakteri

Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup,tetapi
mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain
dari tubuh.

Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan
sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini
memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah
putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka
juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.

Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan
bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli
dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju
aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan
tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.

Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura)
menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni
yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu
atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah
“atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari
bakteri yang lain.

Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari
banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri
penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif
penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif
penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram
negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk bkan demam, menggigil, dan mual umumnya
pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari
sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering
berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau
bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian
tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru
dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab
paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri
gram negatif dan bakteri atipikal.

Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau
merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal”
digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan
pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari
banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri
penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif
penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.

Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa
dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus
influenzae,Klebsiella pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella
catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru
jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang

menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan


Legionella pneumophila.

3) Jamur

Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada individu
dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah
kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan
pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan
oleh Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides
immitis.

Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis


paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.

4) Parasit

Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas memasuki
tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-
paru,biasanya melalui darah.

Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun
yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil
berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan
pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang
disebabkan parasit.Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. a adalah
Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis.

1. VII. KLASIFIKASI

Secara Garis Besar Pneumonia Dapat Dibedakan Menjadi 3 Yaitu:

1. Aspirasi pneumonia

Terjadi apabila tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru- paru.pada bayi baru lahir,
biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.

1. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur

Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri sepertistreptococcus pneumonia dan
haemophylus influenzae. Gejala akanmuncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul
mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.

1. Pneumonia akibat faktor lingkungan

Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila tidak segera dilakukan
pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.

1. VIII. KOMPLIKASI
1. Gangguan pertukaran gas
2. Obstruksi jalan napas
3. Gagal pernapasan pleura effusion (bactery pneumonia)

1. IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses).
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
1. X. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan yang intensive bila terdapat virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus di rawat
3. Berikan oksigen, fisioterapi dada dan cairan intravena
4. Antibiotic sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

1. I. PENGKAJIAN
2. Biodata
1. Identitas Klien, meliputi :
1. Nama/Nama panggilan
2. Tempat tgl lahir/usia
3. Jenis kelamin
4. A g a m a
5. Pendidikan
6. Alamat
7. Tgl/jam masuk
8. Tgl pengkajian
9. Diagnosa medic
10. Rencana terapi

1. Identitas Orang tua


1. Ayah
2. Ibu

1. Keluhan utama

 sesak naps

1. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang, tanyakan :

 Apakah masih ada batuk, berapa lama


 Apakah masih ada panas badan
 Apakah nyeri dada kalau batuk
 Apakah ada riak kalau batuk
1. Riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan :

 Frekuensi ISPA
 Riwauat Alergi
 Kebiasaan merokok
 Pengguaan obat-obatan
 Imunisasi
 Riwayat penyakit keturunan

1. Riwayat Keluarga, tannyakan:

 Apakah ada keluarga yang menderita batuk


 Apakah ada keluarga yang menderita alergi
 Apakah ada keluarga yang menderita TBC, Cancer paru

1. Riwayat Lingkungan

 Apakah rumah dekat dengan pabrik


 Apakah banyak asap atau debu
 Apakah ada keluarga yang merokok

1. Riwayat pekerjaan, tanyakan :

 Apakah bekerja pada tempat yang banyak debu,asap


 Apakah bekerja di pabrik
 Apakah saat bekerja menggunakan alat pelindung.

1. Pengkajian Fisik
1. Ispeksi:

 Amati bentuk thorax


 Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
 Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma, penggunaan otot
Bantu pernapasan
 Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
 Gerakan dada
 Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
 Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun

1. Palpasi

 Gerakan pernapasan
 Raba apakah dinding dada panas
 Kaji vocal premitus
 Penurunan ekspansi dada
1. Auskultasi

 Adakah terdenganr stridor


 Adakah terdengar wheezing
 Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan

1. Perkusi

 Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal


 Hipersonor , adanya tahanan udara
 Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
 Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
 Tympani, terisi udara.

1. Faktor Psikososial/Perkembangan
1. Usia, tingkat perkembangan.
2. Toleransi/kemampuan memahami tindakan.
3. Koping
4. Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.
5. Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

1. Pengetahuan Keluarga, Psikososial


1. Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.
2. Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.
3. Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
4. Koping keluarga
5. Tingkat kecemasan

1. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

1. Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

1. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus


Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
1. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

1. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)

1. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat

perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

1. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

1. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kroni

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

1. II. DIAGNOSA
2. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
6. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
7. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
8. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.

III. INTERVENSI

A. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:

 Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.


 Bunyi nafas tak normal.
 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Tujuan : Jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

 Batuk teratasi
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersih
 Tidak terjadi Sianosis

Intervensi:

 Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada


Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.
 Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional: Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
 Ajarkan teknik batuk efektif

Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan
nafas paten.

 Penghisapan sesuai indikasi.

Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

 Berikan cairan sesuai kebetuhan.

Rasional: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret


 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan

B. Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen


darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:

 Dispnea, sianosis
 Takikardia
 Gelisah/perubahan mental
 Hipoksia

Tujuan : gangguan gas teratasi

Kriteria hasil :

 Tidak nampak sianosis


 Nafas normal
 Tidak terjadi sesak
 Tidak terjadi hipoksia
 Klien tampak tenang

Intervensi

 Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas

Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan
status kesehatan umum.

 Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral.

Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil


namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.

 Kaji status mental.

Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.
 Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
 Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.

C. Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan


pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan: Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

 Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat


 Penularan penyakit ke orang lain tidak ada

Intervensi:

 Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi


Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
 Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
 Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
 Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan
nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin,
eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

D. Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen ditandai dengan:

 Dispnea
 Takikardia
 Sianosis

Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi

Kriteria hasil :

 Nafas normal
 Sianosis tidak terjadi
 Irama jantung normal

Intervensi

 Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas

Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.

 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
 Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.

E. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai


dengan:

 Nyeri dada
 Sakit kepala
 Gelisah

Tujuan : Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :

1) Nyeri dada teratasi

2) Sakit kepala terkontrol

3) Tampak tenang

Intervensi:

 Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.


Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
 Pantau tanda vital

Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an lain
tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
 Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
 Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat
keefektifan upaya batuk.
 Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan
mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.

1. F. Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
inflamasi

Tujuan: Nutrisi tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil :

 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan


 Pasien mempertahankan meningkat BB

Intervensi :

 Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.


Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
 Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini

 Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.

Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali.

 Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.

1. G. Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan
masukan oral.

Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi


Kriteria hasil :

Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat
misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

Intervensi :

 Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.
 Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa
mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
 Catat laporan mual/muntah

Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral

 Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Ukur berat badan sesuai indikasi.

Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan


penggantian.

Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual


Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.

 Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.

Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan

 Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan


penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

D. EVALUASI

1. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :


1. Batuk teratasi
2. Nafas normal
3. Bunyi nafas bersih
4. Tidak terjadi sianosis
5. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :
1. Tidak nampak sianosis
2. Nafas normal
3. Tidak terjadi sesak
4. Tidak terjadi hipoksia
5. Klien tampak tenang
6. Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :
1. Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
2. Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
7. Toleran terhadap aktivitas sehari-hari ditandai dengan :
1. Nafas normal
2. Sianosis tidak terjadi
3. Irama jantung normal
8. Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :
1. Nyeri dada teratasi
2. Sakit kepala terkontrol
3. Tampak tenang
9. Nutrisi adekuat ditandai dengan :
1. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
2. Pasien mempertahankan meningkat BB.
10. Tidak ada tanda kurang volume cairan ditandai dengan : pasien
menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, tanda vital stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Gabs, G. 2010. Askep Anak Pneumonia. (http://gardengab.com/, diakses tanggal 24 November


2012).

KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-anak.

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.

Prasetya, Danzka. Askep Pneumonia. (http://wildanprasetya.blog.com/

Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8 , EGC , Jakarta

Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung

Luckmann’s Sorensen (1996),

Baughman C Diane.2000,Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta

Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan


pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta

Nanda. (2007). Diagnose Nanda: Nic dan Noc.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba

Medika. Jakarta.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).

Salemba Medika. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi