Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradangan payudara atau disebut mastitis adalah suatu hal yang sangat biasa pada
wanita yang pernah hamil, namun dalam praktek sehari-hari yang tidak hamilpun terkadang
ditemukan mastitis. Mastitis hampir selalu timbul pada waktu hamil atau laktasi.
Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan
sekitar 3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang mendasari
kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan
menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi meningkatkan
transmisi vertikal pada beberapa penyakit (terutama AIDS).
Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting susu
yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus.
Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah staphylococcus aureus.Tingkat
penyakit ini ada dua, yakni tingkat awal peradangan dan tingkat abses. Pada peradangan dalam
taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara yang biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi
mungkin juga melalui peredaran darah.
Mastitis adalah reaksi sistematis seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan
sebagai komplikasi sumbatan air susu.
1. Anatomi Payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih
75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan
medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan
menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
C. Jenis Mastitis
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses
antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab
utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia,
yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama
mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu
melalui kontak langsung.
3. Mastitis supurativa
D. Penyebab
Pada umumnya didahului dengan puting susu lecet, saluran air susu tersumbat, dan
infeksi disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus yang masuk melalui lecet pada payudara.
Tanda yang sering muncul pada mastitis yaitu nyeri, kemerahan,dan ada luka pada payudara.
Dan juga terdapat beberapa penyebab lain,yaitu:
1. Sikap
Pemberin ASI jarang membawa hasil yang memuaskan jika ibu bersikap antagonis.
Sebagai ibu sangat cemas untuk meraih keberhasilan dalam menyusui, mereka tidak dapat rileks
pada saat menyusui. Refleks ejeksi ASI terhambat dan ibu mengalami frustasi. Ibu membutuhkan
ketenangan dan bantuan yang menentramkan pada saat menyusui bayinya.
2. Kesehatan umum
Kesulitan dapat timbul, ketika ibu berada dalam kondisi tidak sehat. Seperti halnya
pemberian ASI merupakan kontraindikasi pada ibu yang menderita penyakit tuberkulosis aktif,
diabetes tidak stabil yang tergantung insulin, penyakit terminal atau berat ketergantungan obat
dan kelainan psikisatrik tertentu.
Puting yang terasa nyeri dan mengalami retak-retak sehingga pemberian ASI
menimbulkan penderitaan bagi ibu. putng susu harus di inspeksi setiap hari dengan penerangan
yng baik, untuk memastikan bahwa puting tersebut benar-benar dalam keadaan sehat. Pada saat
ditemukan tanda pertama keretakan puting, atau jika ibu mengeluh nyeripada saat menyusui
bayinya, dan bia penyesuaian posisi bayi tidak mengurangi rasa nyeri tersebut, maka puting suu
harus diistirahatkan selama 24jam. ASI dapat perah dengan tangan dan pemberian ASI dilakukan
dengan sendok. Keretakan puting dapat terjadi akibat :
a. Mulut bayi tidak menemel puting dengan benar, tetapi menggigit puting.
Jika puting datar atau masuk kedalam (inversi) tidak ditemukan selama kehamilan, laktasi
akan sulit dilakukan, khiususnya selama hari ketiga dan keempat ketika payudara yang
mengalami distensi menarik puting kedalam dan membuatnya lebih mendatar.
5. Pembengkakan payudara
Payudara menjadi penuh dan keras pada hari ketiga hingga kelima setelah ibu melahirkan
bayi. Hal ini terjadi akibat penggembungan pembuluh vena karena pasukan darah kedalam
payudara akan meningkat sebagai persiapan untuk dimulainya laktasi.
Payudara yang penuh akan membuat puting teregang dan menjadi datar, sehingga
kadang-kadang menyulitkan bayi untuk menghisap puting dengan mulutnya.
E. Faktor Predisposisi
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21
tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang
buruk yang tidak diperbaiki.
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak
meningkatkan resiko.
5. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis.
Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas
apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8. Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan
waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9. Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran
susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.
F. Patofisiologis
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI)
akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan,
sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan
sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan
jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran
hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,
Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa
kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%. Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:
2. Puting lecet. Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan
ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
4. Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum
sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
6. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak
termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran
ASI tidak sempurna.
8. Frenulum pendek.
12. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan
lain-lain.
a. Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai takikardia
g. Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa
asin
4. Merasa lesu
3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan
susu yang sudah kering
4. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan kebersihan pemberian ASI dan mencegah
lecet punting susu, pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar berikan bantuan dan dukungan
jika ibu memerlukannya. Terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.
Posisi menyusui yang benar :
1. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada
pada satu garis lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu. Hidung bayi didepan
putting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi ketubuh ibunya.
2. Ibu mendekatkan bayi ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi
siap menyusu, membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh
3. Ibu menyentuhkan putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar
kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu sehingga bibir bayi dapat
menangkap putting susu sendiri
4. Mulut bayi mencakup sebanyak mungki areola (tidak hanya putting saja). Lingkar areola
atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah.
7. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai berhenti
sesaat.
K. Pengobatan
1. Segera setelah mastitis ditemukan berikan ASI sesering mungkin tanpa jadwal
2. Karena penyebab utama adalah sthaphylo coccus aureus, maka dapat diberikan
antibiotika jenis penicillin
3. Kompres dingin
6. Sangga payudara
L. Komplikasi
1. Galaktokele
4. Penghentian laktasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
2. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan
lain baik secara wawancara maupun observasi.
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit
berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
D. Pengkajian fisik
meliputi :
1. Keadaan umum
2. Tingkah laku
3. BB dan TB
3. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X,
ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
1. Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang
disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
2. Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
4. Personal hygiene
1. Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa
asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
2. Status sosial
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
3. Kegiatan keagamaan
H. Diagnosa keperawatan
I. Intervensi Keperawatan
J. Implementasi Keperawatan
K. Evaluasi Keperawatan
3. Ibu berjanji akan melakukan atau menjelaskan semua anjuran yang diberikan oleh bidan.
L. Dischar Planning
1. Memberitahu dan menjelaskan tentang keadaan ibu, ibu dan suami tampak paham
2. Menjelaskan pada ibu tentang cara perawatan payudara dengan massage dan cara
menyusui yang benar serta menganjurkan agar memakai BH yang dapat menyokong
payudara dan menyerap keringat, ibu tampak paham dan berjanji melaksanakan anjuran
perawat
3. Yakinkan pada ibu, bahwa tetap menyusui walaupun sakit ibu akan mencoba menyusukan
payudara kanannya lagi
4. Melakukan pengompresan dengan air hangat 15-20 menit pada payudara dan
menganjurkan melakukannya 2 x sehari, supaya payudara tidaj terlalu tegang dan keras.
Ibu akan melakukannya dirumah, dibantu dengan suami
5. Mengajurkan pada ibu untuk minum air putih yang banyak, minimal 8 gelas sehari, ibu
mengerti dan bersedia melaksanakannya.
6. Memberikan parasetamol 500 mg teroral setiap 8jam dan eritomcen 250 mg teroral 3
kali/hari untuk mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara ibu, ibu bersedia
meminumnya.
7. Memberikan motivasi pada ibu serta melibatkan suami dan keluarga dalam perawatan
bayinya. Ibu mengangguk-angguk dan menyatakan senang mendapat dukungan
8. Menjelaskan kepada suami untuk lebih meningkatkan perhatian terhadap ibu dan
bayinya, suami berjanji akan lebih memperhatikan istri dan bayinya
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat/tidur bila bayi sedang tidur, ibu mengangguk-angguk
10. Menjelaskan kepada ibu bahwa anak adalah angurah dan setiap amanah harus kita jaga
dengan sebaik-baiknya dan menjaga amanah bagian dari bersyukur
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara yang biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi
mungkin juga melalui peredaran darah dan reaksi sistemis berupa seperti demam, terjadi 1-3
minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan air susu.
Mastitis terdiri dari dua jenis yaitu mastitis infektif dan mastitis non infektif dengan
gejala yang berbeda di setiap jenisnya. Bakteri yang menyebabkan mastitis adalah
staphylococcus aureus. Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus
(saluran ASI) akibat stasis ASI.
B. Saran
1. Untuk Mahasiswi/A
2. Untuk Institusi
3. Untuk Masyarakat
a. Mendukung dan menerapkan ASI eksklusif untuk bayi serta menjaga kebersihan diri
agar faktor terjadinya mastitis dapat diminimalisir.
b. Menjaga kesehatan dan cukup istirahat khususnya untuk ibu menyusui agar
meminimalisir terjadinya mastitis.
Daftar Pustaka
Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya Medika : Jakarta