Vous êtes sur la page 1sur 26

LAPORAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI
SESI I DAN II

DIAGNOSA HARGA DIRI RENDAH

KELOMPOK II :
SARI DEWI INTAN KUMALA I1B111031
APRILIA AYU WIDIARTI I1B111020
NOR ELLA DAYANI I1B111205
HELMA RASYIDA I1B111012
ERMAWATI ROHANA I1B111026
ALPIANOR I1B111216
REZA FATHAN I1B111004
RIZKA HAYYU NAFI’AH I1B111206
FILIA SOFIANI IKASARI I1B111028
NURMALA I1B111032
INDAH DWI ASTUTI I1B111201
LOLA ILLONA ELFANI K I1B111210
AHMAD LUTFI I1B111207
BERNADINO OKTAVIANUS M I1B111209
AKHMAD RIDHANI I1B111211

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
HALAMAN PENGESAHAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI I DAN II
DIAGNOSA HARGA DIRI RENDAH

Oleh:

SARI DEWI INTAN KUMALA I1B111031


APRILIA AYU WIDIARTI I1B111020
NOR ELLA DAYANI I1B111205
HELMA RASYIDA I1B111012
ERMAWATI ROHANA I1B111026
ALPIANOR I1B111216
REZA FATHAN I1B111004
RIZKA HAYYU NAFI’AH I1B111206
FILIA SOFIANI IKASARI I1B111028
NURMALA I1B111032
INDAH DWI ASTUTI I1B111201
LOLA ILLONA ELFANI K I1B111210
AHMAD LUTFI I1B111207
BERNADINO OKTAVIANUS M I1B111209
AKHMAD RIDHANI I1B111211

Makalah yang telah dibuat berdasar hasil dari praktikum jiwa 1(satu) ini
telah disahkan oleh Dosen Pengampu.
Demikian halaman pengesahan ini dibuat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Banjarbaru, 11 Mei 2013

Dosen Pengampu/Tutor

Akhmad Efrizal Amrullah, S.Kep. Ns


A. TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan antar anggota(Depkes,1997). Terapi aktivitas kelompok
adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas hubungan yang kurang
efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive(Stuart, dan Sundeen,1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai tujuan
terapi(keliat,2005).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
 Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk
berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan
memberikan tanggapan terhadap pendapat maupun perasaan orang lain.
 Meningkatkan keasadaran hubungan antara reaksi emosional diri sendiri
dengan tingkah laku defensif yaitu suatu cara untuk menhindarkan diri dari
rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
 Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
fungsi kognitif dan afektif.
b. Tujuan Khusus
 Meningkatkan identitas diri
Setiap orang mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di
dalam lingkungannya
 Penyaluran emosi
Pada saat terapi aktivitas kelompok, akan ada waktu bagi anggota
kelompok untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti
oleh anggota kelompok lainnya.
 Meningkatkan keterampilan hubungan sosial
Terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi
yang berguna untuk meningkatkan hubungan sosial dalam kesehariannya.
3. Peran pada TAK terdiri dari:
 Terapis
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien temotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya. Auxilery Ego, sebagai menopang
bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi.
 Koordinator, mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan.
 Co Terapis
Mengidentifikasi isue penting dalam proses
Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
Mengamati dan mencatat
 Klien

B. PANDUAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


(TAK)
Terapis mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang
tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuk membuka diri dan
tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap
permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang
kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh
anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain.
Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai
dengan memperkenalkan diri terlebih dahulau dan juga memperkenalkan co-
terapis dan kemudian mempersilahkan anggota untuk memperkenalkan diri secara
bergilir, bila ada anggota yang tidak mampu maka terapis akan
memperkenalkannya.
Terapis kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi
kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau
masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota
bebas menbicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis.
Terapis sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat
diartikan sebagai perintah.
Di akhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat
pembicaraan yang telah berlangsung atau permasalahan dan solusi yang mungkin
dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk
pertemuan berikutnya.

C. PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK :


STIMULASI PERSEPSI (TAKS)
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah
2. Tujuan
a. Tujuan umum
 Klien dapat mengidentifikasi penglaman yang tidak menyenangkan
 Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
 Klien dapat menilai hal positif yang dapat digunakan
 Klien dapat memilih hal positif diri yang dilatih
 Klien dapat melatih positif diri yang telah dilatih
 Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih
3. Indikasi
Aktivitas TAKS dilakukan dua sesi yang melatih kemampuan klien dalam
menyampaikan dan melatih tentang hal-hal positif dan negatif dari dirinya.
Indikasi klien dengan TASK adalah klien dengan diagnosa harga diri rendah
karena pengalaman buruk yang dialaminya pada masa yang lalu dan telah melalui
TAK sebelumya
D. HARGA DIRI RENDAH
1. Pengertian

Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama
(NANDA, 2005).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Keliat, 2011)

Harga diri rendah adalah evaluasi perasaan diri negatif atau merasa tidak
mampuyang berlangsung dalam rentang waktu lama (Wilkinson, 2007)

2. Psikodinamika

Menurut Surya Direja (2011),harga diri rendah dapat terjadi secara


Situasional, Yaitu terjadi trauma yang tiba –tiba, misalnya baru operasi
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, di penjara tiba-tiba )
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena.

(1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya Pemeriksaan fisik yang


sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter,pemeriksaan perineal ).

(2) Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak tercapai dirawat/sakit
atau penyakit.

(3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,Misalnya pemeriksaan


dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.

Maturasional, Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi


adalah :
(a) Bayi/Usia bermain/Pra sekolah Berhubungan dengan kurang stimulasi atau
kedekatan ,perpisahan dengan orang tua, evaluasi negative dari orang tua,
tidak adekuat dukungan orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang
terdekat.

(b) Usia sekolah ; Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingakat atau


peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative
berulang.

(c) Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin,
gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-
masalah pelajaran kehilangan orang terdekat.

(d) Usia sebaya ; Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan


penuaan.

(e) Lansia ; Berhubungan dengan kehilangan ( orang, financial, pensiun ).

Kronik, Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative.
Kejadian dirumah sakit akan menabah persepsi negative terhadap dirinya.

Proses terjadinya harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita


seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai
tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal
ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life
span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai remaja maka keadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau
pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya.

Manifestasi yang biasa muncul pada klien ganguan jiwa dengan harga diri
rendah, (Fitria, 2009) ; Mengkritik diri sendiri, Perasaan tidak mampu,
Pandangan hidup yang pesimis, Tidak menerima pujian, Penurunan produktivitas,
Penolakan terhadap kemampuan diri, Kurang memperhatikan perawatan diri,
Berpakaian tidak rapih,selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan
bicara, Lebih banyak menunduk, Bicara lambat dengan nada lemah. Komplikasi
yang bisa ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri, halusinasi, resiko
mencederai diri sendiri dan lingkungan.

3. Rentang respon

a. Respon adaptif

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya.

b. Respon maladaptif

Adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tidak


mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaftifnya adalah :

1. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
3. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan
sengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat
membina hubungan baik dengan orang lain

Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana


aktivitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (stuart dan laraia, 2005).
Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna
patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasif dan muncul
bersama penyakit lain.

Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai


prilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus-
menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata
kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidak mampuan/kesulitan untuk mencoba
sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif, dan hipoaktif, bimbang
dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik
negatif mengenai dirinya.

Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pada berdampak pada
keseimbangan neurotransmiter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai
oleh pikiran pikiran negatif dan tidak berdaya.

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah adalah :

1. System limbic yaitu posisi emosi, dilihat dari emosi pada klien
denganharga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus
merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipotalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah dengan membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

Di bawah ini adalah 5 komponen konsep diri yang meliputi citra tubuh,
ideal iri, harga diri, identitas diri, dan peran (Ernawati dalami, 2009) :

a. Citra tubuh (body image) : Sikap, persepsi keyakinan dan pengetahuan


individu secara sadar, atau tidak sadat, Terhadap tubuhnya yaitu : ukuran,
bentuk,, struktur makna, dan obyek yang kontak secara terus menerus baik
masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh dapat diartikan sebagai kumpulun
sikap individu yang disadari maupun tidak ada tubuhnya. Citra tubuh
merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra tubuh harus realistis, karena
semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tabuhnya, ia akan lebih
bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan
meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting
dalam dirinya misalnya menarik, gemuk, atau kurus, dan lain-lain.

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang


diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek, pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan
citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stresor pada tiap kondisi kesehatannya
apakah semakin membaik atau memburuk, dan hal inilah yang dapat
menentukan harga diri seseorang.perubahan di antaranya Perubahan ukuran
tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit. Perubahan bentuk tubuh :
tindakan invasif seperti operasi, suntikan dan pemasangan infus.

Perubahan struktur sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai


dengan pemasangan alat di dalam tubuh. Keterbatasan gerak : makan,
kegiatan. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandanan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien seperti infus, respirator, suntik,
pemeriksaan tanda vital.
b. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku
berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering
disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang
diri sendiri.

Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya berprilaku


berdasarkan standar,aspirasi, tujuan atau nilai yang diyakini. Penetapan ideal
diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga dan ambisi, keinginan
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan orang serta prestasi
masyarakat setempat. Individu cenderung mensetting tujuan yang sesuai
dengan kemampuannya, kultural, realita, menghindari kegagalan dan rasa
cemas.

c. Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan
berharga.

d. Identitas diri adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber
dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan
kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai
percaya diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta
citra diri.

e. Peran adalah seperangkat prilaku yang diharapkan secara sosial yang


berhubungan dengan fungsi indiidu pada bebagai kelompok sosial, tiap
individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi
individu.

4. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Ade


herman (2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yangtidak realistis.

Citra tubuh :

(1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh,

(2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilantubuh akibat penyakit,

(3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh,

(4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.

Harga diri :

(1) Penolakan,

(2) Kurang penghargaan, Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu
dituruti, terlalu dituntut,

(3) Persaingan antar saudara,

(4) Kesalahan dan kegagalan berulang,

(5) Tidak mampu mencapai standar.

Peran :

(1) stereotipik peran seks,

(2) Tuntutan peran kerja,

(3) Harapan peran kultural.


Identitas :

(1) Ketidak percayaan orang tua,

(2) Tekanan dari peer gruup,

(3) Perubahan struktur sosial.

5. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian


anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.

(1) Trauma : Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.

(2) Ketegangan peran : rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat
terjadi konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik
peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan
tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui
harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai. (a)
Trauma peran perkembangan, (b) Perubahan nurmatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan, (c) Transisi peran situasi, (d) Perubahan junlah anggota
keluarga baik bertambah atau berkurang, (d) Transisi peran sehat-sakit, (e)
Pergeseran kondisi klien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan.
(3) Perilaku : (a) Citra tubuh yaitu Menolak menyentuh atau melihat bagian
tubuh tertentu, Menolak bercermin, Tidak mau mendiskusikan keterbatasan
atau cacat tubuh, Menolak usaha rehabilitasi, Usaha pengobatan mandiri yang
tidak tepat, Menyangkal cacat tubuh. (b) Harga diri rendah di antaranya
Mengkritik diri atau orang lain, Produktivitas menurun, Gangguan
berhubungan, Keteganggan peran, Pesimis menghadapi hidup, Keluhan fisik,
Penolakan kemampuan diri, Pandangan hidup bertentangan, Destruktif
kepada diri, Menarik diri secara sosial, Penyalahgunaan zat, Menarik diri
dari realitas, Khawatir, Merasa diri paling penting, Distruktif pada orang lain,
Merasa tidak mampu, Merasa bersalah, Mudah tersinggung/marah, Perasaan
negatif terhadap tubuh. (c) Keracunan identitas di antaranya Tidak ada kode
moral, Kepribadian yang bertentangan, Hubungan interpersonal yang
ekploitatif, Perasaan hampa, Perasaan mengambang tentang diri, Kehancuran
gender, Tingkat ansietas tinggi, Tidak mampu empati pada orang lain,
Masalah estimasi. (d) depersonalisasi meliputi afektif : Kehidupan identitas,
Perasaan terpisah dari diri, Perasaan tidak realistis, Rasa terisolasi yang kuat,
Kurang rasa berkesinambungan, Tidak mampu mencari kesenangan.
Perseptual : Halusinasi dengar dan lihat, Bingung tentang seksualitas diri,
Sulit membedakan diri dari orang lain, Gangguan citra tubuh, Dunia seperti
dalam mimpi. Kognitif : Bingung, Disorientasi waktu, Gangguan berpikir,
Gangguan daya ingat, Gangguan penilaian, Kepribadian ganda.

6. Perilaku

Prilaku yang dapat dilihat dari harga diri rendah adalah mengkritik diri
sendiri atau orang lain, produktitas menurun, destruktif pada orang lain, gangguan
berhubungan, rasa bersalah, mudah marah dan tersinggung, perasaan marah
tersinggung, perasaan negatif terhadap diri sendiri, pandangan hidup pesimis, dan
keluhan-keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, mengingkari kemampuan
diri sendiri, mengejek diri sendiri. Kemudian perilaku yang menunjukkan
kerancuan identitas adalah Tidak mengindahkan moral, Mengurangi hubungan
interpersonal, Perasaan kosong/hampa, Perasaan yang berubah-ubah, Kekacuan
identitas seksual, Kecemasan yang tinggi, Tidak mampu berempati, Kurang
keyakinan diri, Ideal diri tidak realistis. Sedangkan perilaku yang menunjukkan
depersonalisasi adalah Identitas hilang, Asing dengan diri sendiri, Perasaan tidak
aman, rendah diri, takut, malu, Merasa sangat terisolasi, Halusinasi pendengaran
dan penglihatan, Tidak yakin akan jenis kelaminnya, Sukar membedakan diri
dengan orang lain, Kacau, Disorientasi waktu, Penyimpangan pikiran, Daya ingat
yang terganggu, Daya penilaian terganggu, Afek tumpul, Pasif dan tidak ada
respon emosi, Komunikasi tidak selaras, Tidak dapat mengontrol perasaan, Tidak
ada inisiatif dan tidak dapat mengambil keputusan, Menarik diri dari lingkungan,
Kurang bersemangat

7. Mekanisme koping

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus. Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan
politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping
jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu akan
mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup
identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari
orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri, identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering
digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan
marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

1. Pertahanan jangka pendek

Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, misalnya :


Kerja keras, nonton, dll.Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, misalnya : ikut kegiatan sosial, politik, agama, dll. Aktifitas yang
sementara dapat menguatkan perasaan diri, misalnya : kompetisi pencapaian
akademik. Aktifitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, misalnya : penyalahgunaan
obat.

2. Pertahanan jangka panjang

Penutupan identitas adalah Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh


orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi,
potensi diri individu. Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak wajar
untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego

Untuk mekanisme pertahanan ego meliputi :Fantasi, Dissosiasi, Isolasi,


Proyeksi, Displancement, Marah/amuk pada diri sendiri.

SESI 1 : TAK IDENTIFIKASI HAL POSITIF DIRI

A. Tujuan
- Klien dapat mengidentifikasi hal yang tidak menyenangkan.
- Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya

B. Daftar Peserta Terapi aktivitas Kelompok


Umur Kriteria
No Nama Klien Diagnosa Medis
(tahun) Klien
1. Akhmad Ridhani Gangguan Persepsi Diri
20 Akut

2. Nor Ella Dayani Gangguan Persepsi Diri


20 Akut

3. Filia Sofiani Ikasari Gangguan Persepsi Diri


20 Akut

4. Nurmala Gangguan Persepsi Diri


20 Akut
5. Alpianor Gangguan Persepsi Diri
20 Akut

6. Ermawati Rohana Gangguan Persepsi Diri


20 Akut

C. Waktu dan Tempat Kegiatan


 Hari, Tanggal : Sabtu, 14 Mei 2013
 Waktu : 11.00 – 13.00 WITA
 Tempat : Ruang Perawatan RS Lembayung Husada

D. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

Observer

Terapis
Klien Klien

Co Terapist Co Terapist

Klien Klien

Co Terapist Co Terapist

Klien Klien

Co Terapist Co Terapist

Klien
E. Alat
1. Papan tulis
2. Spidol dan Bola Tenis
3. Bel Penanda Waktu
4. Buku catatan dan Balpoint
5. Kertas HVS

F. Metode
1. Diskusi dan Tanya Jawab
2. Bermain peran/simulasi

G. Struktur Pelaksanaan
 TERAPIS : Bernadino O. Manembu
 CO TERAPIS :
1. Helma Rasyida
2. Reza Fathan
3. Rizka Hayyu Nafi’ah
4. Aprilia Ayu Widiarti Nurmala
5. Sari Dewi Intan Kumala
6. Ahmad lutfi
7. Indah Dwi Astuti
 OBSERVER : Lola Illona Elfani K

H. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
 Memilih klien sesuai indikasi
 Membuat kontrak dengan klien
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum, selamat siang bapak-bapak, ibu-ibu. Bagaimana
perasaannya hari ini?? Perkenalkan nama saya perawat Dino, saya yang akan
membimbing kalian selama kita bermain. Pada pertemuan hari ini kita akan
melakukan Terapi Aktivitas kelompok (TAK). Tujuan kita melakukan
kegiatan ini adalah agar bapak dan ibu bisa mengenal tentang hal positif diri.
Hari ini saya akan mengenalkan permainan baru kepada bapak dan ibu
sekalian. Nanti selama pelaksanaan kita akan menggunakan bola yang akan
kita jalankan dari satu orang ke orang lain, dan ketika lonceng saya bunyikan
maka bola akan berhenti dijalankan. Waktunya nanti 45 menit. Nanti kita akan
bermain diruangan ini saja ya... bagaimana? apakah bapak atau ibu setuju?
Nanti, waktu dilakukan kegiatan apabila ada yang ingin keluar atau
meninggalkan ruangan ini harus minta izin kepada saya. Saya mengharapkan
bapak dan ibu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

3. Fase Kerja
 Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan: Bola tenis
diedarkan satu persatu ke peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat
bel berbunyi, klien yang sedang memegang bola memperkenalkan diri.
 Terapis mulai mengedarkan bola. Klien mengedarkan bola tenis secara
bergantian searah jarum jam. Saat bel berbunyi, klien yang memegang
bola mendapat giliran umtuk menyebutkan: salam, nama lengkap,
nama panggilan, menulis pengalaman yang tidak meyenangkan dan hal
yang positif. Dimulai dari terapis sebagai contoh.
 Tulis nama panggilan pada kertas/ papan nama dan ditempel / dipakai
 Kegiatan diulang sampai semua klien mendapat giliran
 Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.

4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Bagaimana bapak ibu, perasaannya setelah mengikuti terapi aktivitas
kelompok dengan melakukan kegiatan seperti tadi??? Senang ya pa,
bu…?? Bapak dan ibu sangat aktif dan bekerjasama sekali dalam
permainan tadi… mari kita semua bertepuk tangan untuk kegiatan
bermain yang kita lakukan tadi, dan semuanya bagus.
b. Tindak lanjut
Bapak, ibu dan ade-ade nanti bisa menulis hal positif lain yang
belum tetulis.
c. Kontrak yang akan datang
Oh iya bapa ibu,, minggu depan kita akan melakukan kegiatan seperti
ini lagi ya,, dengan permainan yang baru.. bagaimana bapa ibu?? Nanti
kita bermain di ruangan ini lagi, pada jam yang sama seperti hari ini
ya, sesi selanjutnya TAK kemampuan melatih hal positif yang dapat di
terap kan di RS dan di rumah ya bapak/ibu. Apakah bapak ibu
bersedia??? Oh iya baik kalau bapak ibu bersedia. Karena kita sudah
selesai bermain,, maka bapak ibu bisa kembali ke tempatnya masing-
masing.. selamat siang, Assalamu’alaikum.

5. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi
1. Kemampuan menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan
dan hal positif diri sendiri.

No Aspek yang Nama klien


dinilai Akhma Alpia Nurm Filia Erma Nor
d nor ala Sofian wati Ella
Ridhani i I. Rohan D.
a
1 Menulis √ √ √ √ √ √
pengalaman
yang tidak
menyenangkan
2 Menulis hal √ √ √ √ √ √
positif diri
sendiri
Jumlah 2 2 2 2 2 2
Keterangan :
- Dani mampu menuliskan pengalaman yang tidak menyenang kan dan hal
positif diri
- Ella mampu menuliskan pengalaman yang tidak menyenang kan dan hal
positif diri
- Filia mampu menuliskan pengalaman yang tidak menyenang kan dan hal
positif diri
- Nurmala mampu menuliskan pengalaman yang tidak menyenang kan dan
hal positif diri
- Ermawati Rohana mampu menuliskan pengalaman yang tidak menyenang
kan dan hal positif diri
- Alpianor mampu menuliskan pengalaman yang tidak menyenang kan dan
hal positif diri

b. Dokumentasi
Tujuan tercapai seluruhnya karna pasiennya koperatif semua.

SESI 2: TAK MELATIH HAL POSITIF DIRI


A. Tujuan
- Menilai hal positif diri yang dapat di gunakan.
- Memilih hal positif diri yang akan di latih.
- Melatih hal positif diri yang dapat di latih.
- Dapat menjadwal kan penggunaan kemampuan yang telah di latih.
B. Daftar Peserta Terapi aktivitas Kelompok
Umur Kriteria
NO Nama Klien Diagnosa Medis
(tahun) Klien
1. Ahmad Lutfi 20 Gangguan Persepsi Diri akut
2. Sari Dewi Intan K 20 Gangguan Persepsi Diri akut
3. Helma Rasyida 20 Gangguan Persepsi Diri akut
4. Reza Fathan 20 Gangguan Persepsi Diri akut
5. Indah Dwi Astuti 20 Gangguan Persepsi Diri akut
6. Aprilia Ayu Widiarti 20 Gangguan Persepsi Diri akut
C. Waktu dan Tempat Kegiatan
 Hari, Tanggal : Sabtu, 4 Mei 2013
 Waktu : 11.00 – 13.00 WITA
 Tempat : Ruang Perawatan RS Lembayung Husada
D. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

Observer

Terapis
Klien Klien

Co Terapist Co Terapist

Klien Klien

Co Terapist Co Terapist

Klien Klien

Co Terapist Co Terapist

Klien

E. Alat
1. Name tag sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
2. Spidol dan Bola Tenis
3. Bel Penanda Waktu
4. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
5. Jadwal kegiatan klien
6. Papan tulis
F. Metode
1. Diskusi dan Tanya Jawab
2. Bermain peran/simulasi dan latihan
G. Struktur Pelaksanaan
 TERAPIS : Alpianor
 CO TERAPIS :
1. Akhmad Ridhani
2. Nor Ella Dayani
3. Filia Sofiani Ikasari
4. Ermawati rohana
5. Bernadino O Manembu
6. Nurmala
7. Lola Ilona Elfani Kautsar
 OBSERVER : Rizka Hayyu Nafi`ah

H. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
 Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1 TAK
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum, selamat siang bapak-bapak, ibu-ibu. Bagaimana
perasaannya hari ini?? Perkenalkan nama saya perawat Alfi, saya yang akan
membimbing kalian selama kita bermain. Hari ini kita mengadakan
pertemuan kembali untuk melanjutkan kegiatan terapi aktivitas kelompok,
pada sesi sebelumnya, kita sudah melakukan terapi menulis hal yang tidak
menyenangkan dan menulis hal yang positif. Hari ini saya akan
mengenalkan permainan baru kepada bapak dan ibu sekalian, tema terapi
aktivitas kelompok kita yaitu kemampuan melatih hal positif yang sudah di
tuliskan bapak – bapak , ibu – ibu dan ade – ade sekalian. Kemampuan
positif yang sudah di tuliskan kemarin nanti akan di pilih salah satu untukl
di latih. yaitu mampu memperkanalkan diri sendiri: nama lengkap, nama
panggilan, membacakan semua hal positif yang sudah di tulis kemarin,
memilih salah satu dan memperagakannya. Nanti selama pelaksanaan kita
akan menggunakan bola yang akan kita jalankan dari satu orang ke orang
lain, dan ketika lonceng saya bunyikan maka bola akan berhenti dijalankan.
Waktunya nanti 45 menit. Nanti kita akan bermain diruangan ini saja ya...
bagaimana? apakah bapak atau ibu setuju? Nanti, waktu dilakukan kegiatan
apabila ada yang ingin keluar atau meninggalkan ruangan ini harus minta
izin kepada saya. Saya mengharapkan bapak dan ibu mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai.
3. Fase Kerja
 Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan: Bola tenis
diedarkan satu persatu ke peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat
bel berbunyi, klien yang sedang memegang bola mendapat giliran
untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanan
dengan cara: memberi salam, memperkanalkan diri sendiri: nama
lengkap, nama panggilan, membacakan semua hal positif yang sudah
di tulis kemarin, memilih salah satu dan memperagakannya. Dimulai
dari terapis sebagai contoh
 Terapis mulai mengedarkan bola. Klien mengedarkan bola tenis secara
bergantian searah jarum jam. Saat bel berbunyi, klien yang memegang
bola mendapat giliran umtuk menyebutkan: salam, memperkanalkan
diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, membacakan semu hal
positif yang sudah di tulis kemarin, memilih salah satu dan
memperagakannya. Kegiatan diulang sampai semua klien mendapat
giliran
 Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Bagaimana bapak ibu, perasaannya setelah mengikuti terapi aktivitas
kelompok dengan melakukan kegiatan seperti tadi??? Senang ya pa,
bu…?? Bapak dan ibu sangat aktif dan bekerjasama sekali dalam
permainan tadi… mari kita semua bertepuk tangan untuk kegiatan
bermain yang kita lakukan tadi, dan semuanya bagus.

b. Tindak lanjut
Bapak, ibu nanti bapak ibu bias memasukan kegiatan yang telah
dilatih kedalam jadwal kegiatan bapak dan ibu sehari-hari, agar bisa
dilakukan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Supaya bapak
dan ibu bisa mengenal potensi diri dan memiliki kepercayaan diri yang
tinggi.
c. Kontrak yang akan datang
Oh iya bapa ibu,, minggu depan kita akan melakukan kegiatan
seperti ini lagi ya,, dengan permainan yang baru.. bagaimana bapa
ibu?? Nanti kita bermain di ruangan ini lagi, pada jam yang sama
seperti hari ini ya, sesi selanjutnya TAK melatih hal positif lain yang
dimiliki bapak dan ibu sekalian. Apakah bapak ibu bersedia??? Oh iya
baik kalau bapak ibu bersedia. Karena kita sudah selesai bermain,,
maka bapak ibu bisa kembali ke tempatnya masing-masing.. selamat
siang, Assalamu’alaikum.

4. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi
1. Kemampuan melatih kegiatan positif diri

No Aspek yang Nama klien


dinilai Ahmad Helma Indah Aprilia Reza Sari
Lutfi Rasyida Dwi Ayu Fathan Dewi
A. W. I.K
1 Membaca daftar √ √ √ √ √ √
hal positif diri
2 Memilih satu √ √ √ √ √ √
kemampuan
positif diri yang
akan dilatih
3 Memperagakan √ √ √ √ √ √
kegiatan positif
diri
Jumlah 3 3 3 3 3 3
Keterangan :
- Indah Dwi A mampu memilih hal positif diri untuk di latih dan
memperagakannya.
- Aprilia Ayu W mampu memilih hal positif diri untuk di latih dan
memperagakannya.
- Ahmad Lutfi mampu memilih hal positif diri untuk di latih dan
memperagakannya.
- Reza Fathan mampu memilih hal positif diri untuk di latih dan
memperagakannya.
- Sari Dewi I. K. mampu memilih hal positif diri untuk di latih dan
memperagakannya.
- Helma Rasyida mampu memilih hal positif diri untuk di latih dan
memperagakannya.
2. Daftar Pengalaman klien

Nama klien Daftar positif diri


Indah Dwi A - Juara 1 memasak
- Modelling
Aprilia Ayu W - SD menang acara 17-an lomba
makan kerupuk, kelereng, dan
balap karung
- Pernah mendapat hadiah hp
Ahmad Lutfi - SD juara 1 mancing
- Juara 2 hias sepeda
Reza Fathan - Makan kerupuk
- Juara 1 main harva internasional
Sari Dewi I. K. - Juara 1 balet
- Juara 1 lompat tinggi
- Juara 1 gitar
- Juara 1 nonton
Helma Rasyida - Juara 2 habsyi kabupaten
- Juara 2 hulahop
- Masuk kuliah
- Juara 2 lomba puisi

c. Dokumentasi
- Tujuan tercapai karena klien mampu memilih hal positif diri untuk di
latih dan memperagakannya.

Vous aimerez peut-être aussi