Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK II :
SARI DEWI INTAN KUMALA I1B111031
APRILIA AYU WIDIARTI I1B111020
NOR ELLA DAYANI I1B111205
HELMA RASYIDA I1B111012
ERMAWATI ROHANA I1B111026
ALPIANOR I1B111216
REZA FATHAN I1B111004
RIZKA HAYYU NAFI’AH I1B111206
FILIA SOFIANI IKASARI I1B111028
NURMALA I1B111032
INDAH DWI ASTUTI I1B111201
LOLA ILLONA ELFANI K I1B111210
AHMAD LUTFI I1B111207
BERNADINO OKTAVIANUS M I1B111209
AKHMAD RIDHANI I1B111211
Oleh:
Makalah yang telah dibuat berdasar hasil dari praktikum jiwa 1(satu) ini
telah disahkan oleh Dosen Pengampu.
Demikian halaman pengesahan ini dibuat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Dosen Pengampu/Tutor
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu lama
(NANDA, 2005).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Keliat, 2011)
Harga diri rendah adalah evaluasi perasaan diri negatif atau merasa tidak
mampuyang berlangsung dalam rentang waktu lama (Wilkinson, 2007)
2. Psikodinamika
(2) Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak tercapai dirawat/sakit
atau penyakit.
(c) Remaja Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin,
gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-
masalah pelajaran kehilangan orang terdekat.
Kronik, Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative.
Kejadian dirumah sakit akan menabah persepsi negative terhadap dirinya.
Manifestasi yang biasa muncul pada klien ganguan jiwa dengan harga diri
rendah, (Fitria, 2009) ; Mengkritik diri sendiri, Perasaan tidak mampu,
Pandangan hidup yang pesimis, Tidak menerima pujian, Penurunan produktivitas,
Penolakan terhadap kemampuan diri, Kurang memperhatikan perawatan diri,
Berpakaian tidak rapih,selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan
bicara, Lebih banyak menunduk, Bicara lambat dengan nada lemah. Komplikasi
yang bisa ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri, halusinasi, resiko
mencederai diri sendiri dan lingkungan.
3. Rentang respon
a. Respon adaptif
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya.
b. Respon maladaptif
1. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
3. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan
sengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat
membina hubungan baik dengan orang lain
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pada berdampak pada
keseimbangan neurotransmiter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai
oleh pikiran pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah adalah :
1. System limbic yaitu posisi emosi, dilihat dari emosi pada klien
denganharga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus
merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipotalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah dengan membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur
arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk
mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga
diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi
berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Di bawah ini adalah 5 komponen konsep diri yang meliputi citra tubuh,
ideal iri, harga diri, identitas diri, dan peran (Ernawati dalami, 2009) :
c. Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan
berharga.
d. Identitas diri adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber
dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan
kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai
percaya diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta
citra diri.
4. Faktor predisposisi
Citra tubuh :
(3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh,
Harga diri :
(1) Penolakan,
(2) Kurang penghargaan, Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu
dituruti, terlalu dituntut,
Peran :
5. Faktor presipitasi
(1) Trauma : Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
(2) Ketegangan peran : rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat
terjadi konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik
peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan
tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui
harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai. (a)
Trauma peran perkembangan, (b) Perubahan nurmatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan, (c) Transisi peran situasi, (d) Perubahan junlah anggota
keluarga baik bertambah atau berkurang, (d) Transisi peran sehat-sakit, (e)
Pergeseran kondisi klien yang menyebabkan kehilangan bagian tubuh,
perubahan bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan.
(3) Perilaku : (a) Citra tubuh yaitu Menolak menyentuh atau melihat bagian
tubuh tertentu, Menolak bercermin, Tidak mau mendiskusikan keterbatasan
atau cacat tubuh, Menolak usaha rehabilitasi, Usaha pengobatan mandiri yang
tidak tepat, Menyangkal cacat tubuh. (b) Harga diri rendah di antaranya
Mengkritik diri atau orang lain, Produktivitas menurun, Gangguan
berhubungan, Keteganggan peran, Pesimis menghadapi hidup, Keluhan fisik,
Penolakan kemampuan diri, Pandangan hidup bertentangan, Destruktif
kepada diri, Menarik diri secara sosial, Penyalahgunaan zat, Menarik diri
dari realitas, Khawatir, Merasa diri paling penting, Distruktif pada orang lain,
Merasa tidak mampu, Merasa bersalah, Mudah tersinggung/marah, Perasaan
negatif terhadap tubuh. (c) Keracunan identitas di antaranya Tidak ada kode
moral, Kepribadian yang bertentangan, Hubungan interpersonal yang
ekploitatif, Perasaan hampa, Perasaan mengambang tentang diri, Kehancuran
gender, Tingkat ansietas tinggi, Tidak mampu empati pada orang lain,
Masalah estimasi. (d) depersonalisasi meliputi afektif : Kehidupan identitas,
Perasaan terpisah dari diri, Perasaan tidak realistis, Rasa terisolasi yang kuat,
Kurang rasa berkesinambungan, Tidak mampu mencari kesenangan.
Perseptual : Halusinasi dengar dan lihat, Bingung tentang seksualitas diri,
Sulit membedakan diri dari orang lain, Gangguan citra tubuh, Dunia seperti
dalam mimpi. Kognitif : Bingung, Disorientasi waktu, Gangguan berpikir,
Gangguan daya ingat, Gangguan penilaian, Kepribadian ganda.
6. Perilaku
Prilaku yang dapat dilihat dari harga diri rendah adalah mengkritik diri
sendiri atau orang lain, produktitas menurun, destruktif pada orang lain, gangguan
berhubungan, rasa bersalah, mudah marah dan tersinggung, perasaan marah
tersinggung, perasaan negatif terhadap diri sendiri, pandangan hidup pesimis, dan
keluhan-keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, mengingkari kemampuan
diri sendiri, mengejek diri sendiri. Kemudian perilaku yang menunjukkan
kerancuan identitas adalah Tidak mengindahkan moral, Mengurangi hubungan
interpersonal, Perasaan kosong/hampa, Perasaan yang berubah-ubah, Kekacuan
identitas seksual, Kecemasan yang tinggi, Tidak mampu berempati, Kurang
keyakinan diri, Ideal diri tidak realistis. Sedangkan perilaku yang menunjukkan
depersonalisasi adalah Identitas hilang, Asing dengan diri sendiri, Perasaan tidak
aman, rendah diri, takut, malu, Merasa sangat terisolasi, Halusinasi pendengaran
dan penglihatan, Tidak yakin akan jenis kelaminnya, Sukar membedakan diri
dengan orang lain, Kacau, Disorientasi waktu, Penyimpangan pikiran, Daya ingat
yang terganggu, Daya penilaian terganggu, Afek tumpul, Pasif dan tidak ada
respon emosi, Komunikasi tidak selaras, Tidak dapat mengontrol perasaan, Tidak
ada inisiatif dan tidak dapat mengambil keputusan, Menarik diri dari lingkungan,
Kurang bersemangat
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus. Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan
politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping
jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu akan
mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup
identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari
orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri, identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering
digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan
marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
A. Tujuan
- Klien dapat mengidentifikasi hal yang tidak menyenangkan.
- Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
D. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Observer
Terapis
Klien Klien
Co Terapist Co Terapist
Klien Klien
Co Terapist Co Terapist
Klien Klien
Co Terapist Co Terapist
Klien
E. Alat
1. Papan tulis
2. Spidol dan Bola Tenis
3. Bel Penanda Waktu
4. Buku catatan dan Balpoint
5. Kertas HVS
F. Metode
1. Diskusi dan Tanya Jawab
2. Bermain peran/simulasi
G. Struktur Pelaksanaan
TERAPIS : Bernadino O. Manembu
CO TERAPIS :
1. Helma Rasyida
2. Reza Fathan
3. Rizka Hayyu Nafi’ah
4. Aprilia Ayu Widiarti Nurmala
5. Sari Dewi Intan Kumala
6. Ahmad lutfi
7. Indah Dwi Astuti
OBSERVER : Lola Illona Elfani K
H. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
Memilih klien sesuai indikasi
Membuat kontrak dengan klien
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum, selamat siang bapak-bapak, ibu-ibu. Bagaimana
perasaannya hari ini?? Perkenalkan nama saya perawat Dino, saya yang akan
membimbing kalian selama kita bermain. Pada pertemuan hari ini kita akan
melakukan Terapi Aktivitas kelompok (TAK). Tujuan kita melakukan
kegiatan ini adalah agar bapak dan ibu bisa mengenal tentang hal positif diri.
Hari ini saya akan mengenalkan permainan baru kepada bapak dan ibu
sekalian. Nanti selama pelaksanaan kita akan menggunakan bola yang akan
kita jalankan dari satu orang ke orang lain, dan ketika lonceng saya bunyikan
maka bola akan berhenti dijalankan. Waktunya nanti 45 menit. Nanti kita akan
bermain diruangan ini saja ya... bagaimana? apakah bapak atau ibu setuju?
Nanti, waktu dilakukan kegiatan apabila ada yang ingin keluar atau
meninggalkan ruangan ini harus minta izin kepada saya. Saya mengharapkan
bapak dan ibu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Fase Kerja
Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan: Bola tenis
diedarkan satu persatu ke peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat
bel berbunyi, klien yang sedang memegang bola memperkenalkan diri.
Terapis mulai mengedarkan bola. Klien mengedarkan bola tenis secara
bergantian searah jarum jam. Saat bel berbunyi, klien yang memegang
bola mendapat giliran umtuk menyebutkan: salam, nama lengkap,
nama panggilan, menulis pengalaman yang tidak meyenangkan dan hal
yang positif. Dimulai dari terapis sebagai contoh.
Tulis nama panggilan pada kertas/ papan nama dan ditempel / dipakai
Kegiatan diulang sampai semua klien mendapat giliran
Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Bagaimana bapak ibu, perasaannya setelah mengikuti terapi aktivitas
kelompok dengan melakukan kegiatan seperti tadi??? Senang ya pa,
bu…?? Bapak dan ibu sangat aktif dan bekerjasama sekali dalam
permainan tadi… mari kita semua bertepuk tangan untuk kegiatan
bermain yang kita lakukan tadi, dan semuanya bagus.
b. Tindak lanjut
Bapak, ibu dan ade-ade nanti bisa menulis hal positif lain yang
belum tetulis.
c. Kontrak yang akan datang
Oh iya bapa ibu,, minggu depan kita akan melakukan kegiatan seperti
ini lagi ya,, dengan permainan yang baru.. bagaimana bapa ibu?? Nanti
kita bermain di ruangan ini lagi, pada jam yang sama seperti hari ini
ya, sesi selanjutnya TAK kemampuan melatih hal positif yang dapat di
terap kan di RS dan di rumah ya bapak/ibu. Apakah bapak ibu
bersedia??? Oh iya baik kalau bapak ibu bersedia. Karena kita sudah
selesai bermain,, maka bapak ibu bisa kembali ke tempatnya masing-
masing.. selamat siang, Assalamu’alaikum.
b. Dokumentasi
Tujuan tercapai seluruhnya karna pasiennya koperatif semua.
Observer
Terapis
Klien Klien
Co Terapist Co Terapist
Klien Klien
Co Terapist Co Terapist
Klien Klien
Co Terapist Co Terapist
Klien
E. Alat
1. Name tag sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
2. Spidol dan Bola Tenis
3. Bel Penanda Waktu
4. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
5. Jadwal kegiatan klien
6. Papan tulis
F. Metode
1. Diskusi dan Tanya Jawab
2. Bermain peran/simulasi dan latihan
G. Struktur Pelaksanaan
TERAPIS : Alpianor
CO TERAPIS :
1. Akhmad Ridhani
2. Nor Ella Dayani
3. Filia Sofiani Ikasari
4. Ermawati rohana
5. Bernadino O Manembu
6. Nurmala
7. Lola Ilona Elfani Kautsar
OBSERVER : Rizka Hayyu Nafi`ah
H. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1 TAK
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum, selamat siang bapak-bapak, ibu-ibu. Bagaimana
perasaannya hari ini?? Perkenalkan nama saya perawat Alfi, saya yang akan
membimbing kalian selama kita bermain. Hari ini kita mengadakan
pertemuan kembali untuk melanjutkan kegiatan terapi aktivitas kelompok,
pada sesi sebelumnya, kita sudah melakukan terapi menulis hal yang tidak
menyenangkan dan menulis hal yang positif. Hari ini saya akan
mengenalkan permainan baru kepada bapak dan ibu sekalian, tema terapi
aktivitas kelompok kita yaitu kemampuan melatih hal positif yang sudah di
tuliskan bapak – bapak , ibu – ibu dan ade – ade sekalian. Kemampuan
positif yang sudah di tuliskan kemarin nanti akan di pilih salah satu untukl
di latih. yaitu mampu memperkanalkan diri sendiri: nama lengkap, nama
panggilan, membacakan semua hal positif yang sudah di tulis kemarin,
memilih salah satu dan memperagakannya. Nanti selama pelaksanaan kita
akan menggunakan bola yang akan kita jalankan dari satu orang ke orang
lain, dan ketika lonceng saya bunyikan maka bola akan berhenti dijalankan.
Waktunya nanti 45 menit. Nanti kita akan bermain diruangan ini saja ya...
bagaimana? apakah bapak atau ibu setuju? Nanti, waktu dilakukan kegiatan
apabila ada yang ingin keluar atau meninggalkan ruangan ini harus minta
izin kepada saya. Saya mengharapkan bapak dan ibu mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai.
3. Fase Kerja
Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan: Bola tenis
diedarkan satu persatu ke peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat
bel berbunyi, klien yang sedang memegang bola mendapat giliran
untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanan
dengan cara: memberi salam, memperkanalkan diri sendiri: nama
lengkap, nama panggilan, membacakan semua hal positif yang sudah
di tulis kemarin, memilih salah satu dan memperagakannya. Dimulai
dari terapis sebagai contoh
Terapis mulai mengedarkan bola. Klien mengedarkan bola tenis secara
bergantian searah jarum jam. Saat bel berbunyi, klien yang memegang
bola mendapat giliran umtuk menyebutkan: salam, memperkanalkan
diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, membacakan semu hal
positif yang sudah di tulis kemarin, memilih salah satu dan
memperagakannya. Kegiatan diulang sampai semua klien mendapat
giliran
Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Bagaimana bapak ibu, perasaannya setelah mengikuti terapi aktivitas
kelompok dengan melakukan kegiatan seperti tadi??? Senang ya pa,
bu…?? Bapak dan ibu sangat aktif dan bekerjasama sekali dalam
permainan tadi… mari kita semua bertepuk tangan untuk kegiatan
bermain yang kita lakukan tadi, dan semuanya bagus.
b. Tindak lanjut
Bapak, ibu nanti bapak ibu bias memasukan kegiatan yang telah
dilatih kedalam jadwal kegiatan bapak dan ibu sehari-hari, agar bisa
dilakukan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Supaya bapak
dan ibu bisa mengenal potensi diri dan memiliki kepercayaan diri yang
tinggi.
c. Kontrak yang akan datang
Oh iya bapa ibu,, minggu depan kita akan melakukan kegiatan
seperti ini lagi ya,, dengan permainan yang baru.. bagaimana bapa
ibu?? Nanti kita bermain di ruangan ini lagi, pada jam yang sama
seperti hari ini ya, sesi selanjutnya TAK melatih hal positif lain yang
dimiliki bapak dan ibu sekalian. Apakah bapak ibu bersedia??? Oh iya
baik kalau bapak ibu bersedia. Karena kita sudah selesai bermain,,
maka bapak ibu bisa kembali ke tempatnya masing-masing.. selamat
siang, Assalamu’alaikum.
c. Dokumentasi
- Tujuan tercapai karena klien mampu memilih hal positif diri untuk di
latih dan memperagakannya.