Vous êtes sur la page 1sur 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Frekuensi seluruh kelainan kongenital
anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan atresia ani didapatkan 1 % dari
seluruh kelainan kongenital pada neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering. Jumlah
pasien dengan kasus atresia ani pada laki-laki lebih banyak ditemukan dari pada pasien perempuan.
Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup dengan sedikit lebih
banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang menderita atresia ani juga menderita anomali
lain. Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata dengan fistula antara
usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina pada perempuan (Alpers, 2006).
Angka kajadian kasus di Indonesia sekitar 90 %. Berdasarkan dari data yang didapatkan kasus
atresia ani yang terjadi di Jawa Tengah khususnya Semarang yaitu sekitar 50 % dari tahun 2007-
2009.
Menyikapi kasus yang demikian serius akibat dari komplikasi penyakit atresia ani, maka
mengangkat kasus atresia ani untuk lebih memahami perawatan pada pasien dengan atresia ani.
Berdasarkan berbagai masalah yang dihadapi klien, maka penulis tertarik untuk mengambil Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Dengan Atresia Ani .
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana anfis dari rectum dan anus ?


2. Apa definisi dari atresia ani ?
3. Apa etiologi dari atresia ani ?
4. Apa klasifikasi atresia ani ?
5. Bagaimana patofisiologi atresia ani ?
6. Apa manifestasi klinis dari atresia ani ?
7. Apa komplikasi dari atresia ani ?
8. Apa penatalaksanaan medik atresia ani ?
9. Apa penatalaksanaan penunjang atresia ani ?
10. Bagaiman asuhan keperawatan atresia ani ?
1
Page
1.3 TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan umum :

Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan


pencernaan (atresia ani).

Tujuan khusus:

1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi atresia ani.


2. Mahasiswa mampu memahami definisi dari atresia ani.
3. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari atresia ani.
4. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi atresia ani.
5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi atresia ani.
6. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis atresia ani.
7. Mahasiswa mampu memahami komplikasi atresia ani.
8. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan medik atresia ani.
9. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang atresia ani.
10. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan atresia ani.

1.4 METODE PENULISAN

Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan cara
mencari dan membaca literatur yang ada di perpustakaan, jurnal, media internet.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang tediri dari 3 bab yaitu : BAB I adalah
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan. BAB II adalah materi tentang ASKEP atresia ani.BAB III adalah penutup
yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
2
Page
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 ANFIS RECTUM DAN ANUS

Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal
dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB.
3
Page
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

Perdarahan Arteri

1. Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan a. mesenterika inferior è membagi diir


menjadi dua cabang utama, yaitu kiri dan kanan è yang kanan bercabang lagi.
2. Arteri hemoroidalis medialis è percabangan anterior a. iliaka interna.
3. Arteri hemoroidalis inferior è cabang dari arteri pudenda interna.

Perdarahan Vena

1. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus è berjalan ke arah
kranial ke dalam v. mesenterika inferior, dan melalui v. lienalis ke vena forta.
2. Vena hemoroidalis inferior, mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam
v. illiaka interna dan sistem kava.

Penyaliran Limf

Pembuluh limf dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya menuju ke kelenjar
limf inguinal è ke kelenjar limf. iliaka.
4
Page
Persarafan

Persarafan rektum, terdiri atas :

1. Sistem simpatik = berasal dari pleksus mesentrikus inferior dan dari sistem parasakral yang
terbentuk dari ganglion simpatis L2, L3, dan L4. Unsur simpatis fleksus ini menuju ke arah
struktur genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.
2. Sistem parasimpatik (nervi erigentes) : berasal dari saraf S2, S3 dan S4 [BAK dan BAB].

Defekasi

Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensibel untuk sensasi ini rektum dan persarafan.
Sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh, peristaltis kolon dan rektum tidak terganggu,
dan dengan struktur anatomi organ panggul yang utuh.

Komponen otot-otot yang terlibat dalam proses defekasi :

- M. Levator ani.

- M. Sphincter externa Subcutanus

- M. Puborectalis Superfisial

Semua ini disebut “Musele Complex”

2.2 DEFINISI ATRESIA ANI

Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti
makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal.

Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya
lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain
tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga
tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit
yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani.
5
Page

Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar
(Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya
perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001).
Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan
kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.1

Atresia ani (malformasi anorektal/anus imperforate) adalah bentuk kelainan bawaan yang
menunjukan keadaan tidak ada anus, atau tidak sempurnanya bentuk anus.Keadaan tidak adanya
atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.

Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya
saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian
karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. dubur.

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus,
rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak
terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna.Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001
RSCM).
6
Page

1
Dikutip dari:https://www.askepatresiaani.com
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus
(Donna L. Wong, 520 : 2003).
Jadi, Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus
imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat
saluran seperti keadaan normalnya.
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus.
Membran anus yang menetap.
Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari
peritoneum.
Lubang anus yang terpisah dengan ujung

2.3 ETIOLOGI ATRESIA ANI

Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan
bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik. Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot
dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai.

Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang
menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai
peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai
sindrom genetic, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita
atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi
rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum
urorektal yang memisahkannya.

Faktor predisposisi

 Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:


 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
 Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
 Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rektum
7

bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
Page

keenam usia kehamilan.


 kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan
anus dari tonjolan embriogenik.
 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
 Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti :
 Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung,
trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
 Kelainan sistem pencernaan.
 Kelainan sistem pekemihan.
 Kelainan tulang belakang

2.4 KLASIFIKASI ATRESIA ANI


 Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu:
 Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis
dicapai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini terutama melibatkan bayi
perempuan dengan fistula rectovagina atau rectofourchette yang relatif besar,
dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi
usus yang adequate sementara waktu.
 Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan keluar
tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan
dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera.

 diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu:


 Anomali rendah.

Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter
internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.

 Anomali intermediet.

Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.
8
Page
 Anomali tinggi.

Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya
berhubungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina
(perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.

 Wingspread (1984), atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis
kelamin.

1. Laki-laki
Golongan 1.

dibagi menjadi 4 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rectum, perineum datar dan fistel
tidak ada. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin
terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak fistel adalah
dengan memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak uretra
karena fistel tertutup kateter.

Bila dengan kateter urin mengandung mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila evakuasi
feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum tindakannya sama
9

pada perempuan ; harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada
Page

invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.


Golongan 2.

dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada.
Fistel perineum sama dengan pada wanita ; lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal.
Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses
tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan
perempuan, tindakan definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara.

2. Perempuan
Golongan 1.

dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia
rectum dan fistel tidak ada. Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feces
menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel
terdapat divulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi
mulai etrhambat saat penderita mulai makan makanan padat.

Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka
tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses
umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada atresia rectum, anus
tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm.
Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel, dibuat
invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi.

Golongan 2.

dibagi 3 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel
perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus
yang buntu menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang
seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidal lancar sehingga biasanya harus segera
dilakukan terapi definitive. Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara.2
10
Page

2
Dikutip dari http://nandarnurse.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-askep-atresia-
ani.html#ixzz2TnUxfLiC
2.5 PATOFISIOLOGI ATRESIA ANI

Malformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian
belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakaal genitoury dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena
tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu dalam
perkembangan fekal.
Kegagalan migarasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada
uretraa dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fekal tidak
dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Obstruksi ini mengakibatkan distensi
abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel
menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses
mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan
terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya.

11
Page
pathway atresia ani

2.6 MANIFESTASI KLINIS ATRESIA ANI


 Perut kembung
 Muntah (cairan muntahan berwarna hijau karena cairan empedu atau berwarna hitam
kehijauan ). Bayi muntah–muntah pada usia 24–48 jam setelah lahir.
 Tidak ada atau tampak kelainan anus.
 Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir.
12

(Betz. Ed 7. 2002)

Page

Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula.


 Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
 Kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal,
adanya membran anal (Suriadi,2001).
 Bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal,
pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol
(Adele,1996).

2.7 KOMPLIKASI ATRESIA ANI


Asidosis hiperkloremia.
Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
Eversi mukosa anal.
Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis).
Masalah atau kelambatan yang baerhubungan dengan toilet training.
Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi).
Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan persisten).
Fistula kambuhan (karena tegangan di area pembedahan dan infeksi).

2.8 PENATALAKSANAAN

Medis

Dilatasi Anal (pelebaran lubang anus).


Eksisi membran anal (pelepasan selaput anus).
Anoplasty (perbaikan organ anus).
Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen dari
usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir.
Kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through".
PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan. Penundaan ini
dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status
13

nutrisinya.
Page
Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai
BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.
Dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau speculum.
Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada
anus yang baru pada kelainan tipe dua.
Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada
masa neonates.
Melakukan pembedahan rekonstruktif ;
1. Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
2. Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-2 bulan)
3. Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
Penanganan pasca operasi
1. Memberikan antibiotic secara iv selama 3 hari
2. Memberikan salep antibiotika selama 8-10 hari
Non medis

Toilet Training
Dimulai pada usia 2-3 tahun. Menggunakan strategi yang sama dengan anak normal.
Bowel Management
Menjaga kebersihan kantung kolostomi, meliputi enema/irigasi kolon satu kali sehari untuk
membersihkan kolon.
Diet makanan termasuk pengaturan asupan laktasi (ASI)

Pengobatan

Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan defek. Semakin
tinggi lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk anomaly tinggi, dilakukan kolostomi
beberapa hari setelah lahir. Bedah definitifnya, yaitu anoplasti perineal (prosedur penarikan
perineum abdominal), umumnya ditunda 9-12 bulan.

Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-
otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya
14

dan bertambah baik status nutrisinya. Lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal melalui
Page

sfingter sampai lubang pada kulit ananl. Fistula, bila ada harus ditutup.
Defek membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal. Membran tersebut
dilubangi dengan hemostat atau scalpel. Pada kebanyakan kasus, pengobatan malformasi anorektal
memerlukan dua tahap tindakan pembedahan. Untuk defek ringan sampai sedang, prognosisnya
baik. Defeknya dapat diperbaiki, peristalsis dan kontinensia normal juga dapat diperolah. Defek yang
lebih berat umumnya disertai anomaly lain, dan hal tersebut akan menambah masalah pada hasil
tindakan pembedahan. Anus imperforata biasanya memerlukan operasi sedang untuk membuka
pasase feses.

Tergantung pada beratnya imperforate, salah satu tindakan adalah anoplasti perineal atau
colostomy : prosedur operasi termasuk menghubungkan bagian atas colon dengan dinding anterior
abdomen, pasien ditinggalkan dengan lubang abdomen disebut stoma. Lubang ini dibentuk dari
ujung usus besar melalui insisi dan sutura ke kulit.

Setelah colostomy, feses dibuang dari tubuh pasien melalui stoma, dan terkumpul dalam
kantong yang melekat pada abdomen yang diganti bila perlu. Pengobatan pada anus malformasi
anorektal juga dapat dilakukan dengan jalan operasi PSARP (Posterio Sagital Anorectoplasy). Teknik
ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien.Teknik ini merupakan ganti dari
teknik lama yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini mempunyai resiko gagl
tinggi karena harus membuka dinding abdomen.

Keperawatan

Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut

dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya

dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu

diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta

memperhatikan kesehatan bayi.3


15
Page

3
Dikutip dari: http://ilmubedah.wordpress.com/2010/02/23/atresia-ani/
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu :

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

1. Pemeriksaan radiologis

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

2. Sinar X terhadap abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak
pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

3. Ultrasound terhadap abdomen

Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan mencari
adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.

4. CT Scan

Digunakan untuk menentukan lesi.

5. Pyelografi intra vena

Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

6. Pemeriksaan fisik rectum

Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.

7. Rontgenogram abdomen dan pelvis

Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.
16
Page
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ATRESIA ANI

PENGKAJIAN

Terdiri dari identitas klien:

Nama : Bahasa :

Umur : Pendidikan :

Jenis kelamin : Pekerjaan :

Agama : Status :

Suku bangsa : Alamat :

Identitas penanggung jawab

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Hubungan dengan klien :

1. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kehamilan: selama hamil ibu tidak pernah di rawat di rumah sakit.ataupun
mengeluhkan sesuatu tentang kehamilannya.

Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama: Petugas kesehatan (perawat) mengatakan bayi mengalami atresia ani
17

dengan hasil pemeriksaan fisik setelah 2 jam pertama setelah lahir tidak ditemukaan adanya lubang
Page

anus, serta perut bayi kembung.


Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada dalam keluarga klien yang memilki riwayat penyakit yang sama.atau pun
penyakit turunan lainnya.

Riwayat tumbuh kembang

BB lahir abnormal,Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah
mengalami trauma saat sakit, Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal, Sakit kehamilan tidak
keluar meconium

Pemenuhan kebutuhan dasar

 Nutrisi : bayi sudah minum ASI


Masalah : tidak ada masalah pada menyusui.
 Istirahat dan tidur : bayi belum tidur selama 2 jam setelah lahir.
 Eliminasi :
BAK : bayi 1 kali BAK
BAB : bayi belum BAB
Masalah : bayi mengalami atresia ani.
 Aktivitas :Bayi melakukan dengan gerakan beberapa
gerakan halus.

Personal higiens :

 Mandi : bayi belum dimandikan semenjak lahir.


 Ganti baju : ganti baju setiap baju/kain basah.
 Perawatan mata : selama lahir baru diberikan profilaksis mata.
 Mulut : dibersihkan dengan kapas DTT.
 Hidung : dibersihkan dengan kapas DTT.
 Telinga : belum dilakukan perawatan.
 Perawatan kulit : belum dilakukan perawatan.
 Perawatan genetalia : dibersihkan dengan menggunakan kapas DTT.
 Mencuci rambut : belum dilakukan perawatan rambut.
 Perawatan tali pusat : dibalut dengan kasa steril
18
Page

Pemeriksaan fisik
Kepala
Inspeksi : penyebaran rambut rata, tidak ada kelainan bentuk kepala seperti makroshepal /
hidrosephalus, mikrosephalus, sephal, warna rambut hitam.
Palpasi : pada ubun-ubun besar terdapat 4 sutura diantaranya S. Frontalis, S. Sagitalis, 2 S.
Koronalis. Pada ubun-ubun kecil terdapat 3 sutura diantaranya S. Lamboideus kanan & kiri
dan S. Sagitalis, tidak ada molase / penyimpangan kepala.
Muka
Inspeksi : bentuk muka bulat, tekstur kulit halus
Mata
Inspeksi : kedudukan mata simetris, sklera ichterus, pupil bulat kecoklatan, tidak ada
kelainan kongenital pada mata, tidak ada perdarahan pada konjungtiva, refleks cahaya (+)
ishokor.
Palpasi : refleks glabella (+).
Telinga
Inspeksi : kedudukan antara telinga kanan dan telingan kiri simetris dan sejajar, daun telinga
terbentuk sempurna, telinga bersih, tidak ada serumen, refleks moro (+).
Hidung
Inspeksi : septumnasi lurus, hidung bersih, lubang hidung kanan dan kiri simetris,
pernapasan melalui hidung.
Mulut dan gigi
Inspeksi : mulut bersih, bibir atas dan bibir bawah simetris, mukosa lembab, tidak ada
kelainan pada bibir seperti labioschisis dan labiopalatoschisis (pada palatum), lidah bersih.
Palpasi : refleks rooting (+).
Leher
Inspeksi : bentuk leher pendek, bersih.
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis, teraba denyut nadi karotis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, refleks tonik leher (+).
Dada
Inspeksi : bentuk dada menonjol, kedudukan puting susu simetris, tampak denyut jantung,
RR 45x/menit, tidak ada tarikan pada intercostalis.
Palpasi : tidak ada benjolan pada area dada.
Auskultasi : terdengar BJ1 Lup BJ2 Dup.
Perkusi : suara paru-paru sonor
19
Page
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tidak ada kelainan pada dinding perut seperti omfalokel, hernia
diafragmatika.
Perkusi : tympani (kembung).
Tali pusat
Inspeksi : warna putih, tidak ada tanda-tanda infeksi
Genetalia
Inspeksi : terdapat lubang uretra, terdapat lubang vagina, labia mayora sudah menutupi
labia minora.
Anus
Inspeksi : anus tidak terbentuk sempurna.
Ekstremitas atas
Inspeksi : tidak ada kelainan pada jumlah jari pada tangan kanan dan kiri seperti sindaktil
atau polidaktil, refleks greps (+), nadi 140x/menit.
Ekstremitas bawah
Inspeksi : antara kaki kanan dan kiri simetris, tidak ada kelainan kongenital, tidak ada
kelainan jumlah jari antara kaki kanan dan kaki kiri seperti sindaktil dan polidaktil, refleks
babinski (+).
Punggung
Inspeksi : tidak ada tanda lahir, tidak terdapat spina bifida.
Palpasi : refleks gallans (+).
Pemeriksaan reflex
o Refleks morrow : (+)
o Refleks rooting : (+)
o Refleks sucking : (+)
o Refleks tonik : (+)
o Refleks graps : (+)
o Refleks gallans : (+)
o Refleks babinski : (+)
Pengukuran antropometri
Cirkumferensia :
C. Fronto – occipitalis : 34 cm
C. Mento – occipitalis : 35 cm
20

C. Suboksipito- bregma : 32 cm
Page
Ukuran diameter
D. Occipito – Frontalis : 12 cm
D. Mento – occipito : 13,5 cm
D. Suboccipito – bregma: 9,5 cm
D. Biparietalis : 9,25 cm
D. Bitemporalis : 8 cm
LIDA : 34 cm
LIKA : 34 cm

Analisa data

No. Data Patofisiologi Masalah


1 Ds : Feses tidak keluar Nyeri akut
 Keluarga mengatakan ↓
bayi sering menangis dan Peningkatan tekanan intra
gelisah. abdomen((pelebaran
pembuluh darah
Do : abdomen(nyeri akut))
Bayi tampak menangis ↓
kesakitan. Operasi anoplasti
kolosotomi

Trauma jaringan

Nyeri akut
2 Ds: Atresia ani Resiko infeksi
 Keluarga Klien ↓
mengatakan pada bagian Feses tidak keluar
kolosotomi memerah ↓
 Keluarga klien Peningkatan tek.intra
mengatakan tidak tau abdomen
cara perawatan ↓
kolosotomi. Operasi anoplasti

21

Keluarga klien colosotomy


mengatakan klien sering ↓
Page
menangis. Trauma jaringan
Do: ↓
 Klien tampak gelisah Perawatan yang tidak
 Keluarga tampak adekuat
kebinggungan ↓
 Keluarga klien tampak Resiko infeksi
membersihkan

3 Ds : Atresia ani Ketidak seimbangan


 Keluarga mengatakan ↓ nutrisi kurang dari
bayi sering muntah. Feses tidak keluar kebutuhan
 Keluarga mengatakan ↓
wajah bayi pucat. Feses menumpuk

Do : reabsorbsi sisa
 Bayi tampak muntah- metabolisme tubuh
muntah. ↓

 Bayi tampak pucat. Keracunan

 Bayi tampak sianosis. ↓


Mual muntah

Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
keb.tubuh

Diagnosa keperaw atan

Terdiri dari 2:

1) Pra bedah
22

Kurangnya pengetahuan b.d keterbatasan paparan


Page

2) Pasca bedah
Nyeri akut b.d agen cedera fisik
Resiko infeksi b.d trauma post op colostomy
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan dalam
mencerna makanan

Intervensi keperawatan

INTERVENSI PRA BEDAH

NO DIAGNOSA NOC NIC AKTIVITAS


1 Kurang pengetahuan Tujuan : Setelah NIC : Teaching : Intervensi :
berhubunagn dengan dilakuakn tindakan Disease Process a. Jelaskan
keterbatasan paparan keperawatan selama patofisiolagi dari
proses keperawat penyakit.
an diharapkan pasien
tidak mengalami tanda- b. Gambarkan
tanda infeksi. tanda dan gejala yang
biasa muncul pada
NOC : Knowledge : penyakit dengan cara
Disease Process yang benar.

Kriteria Hasil : c. Gambarkan


a. Pasien dan keluarga proses penyakit
mengatakan pemahaman dengan cara yang
tentang penyakit, kondisi, tepat.
prognosis dan program
pengobatan d. Sediakan
informasi pada pasien
b. Pasien dan keluarga tentang kondisi
mampu melaksanakan dengan cara yang
prosedur yang dijelaskan tepat.
secara benar.
e. Diskusikan
c. Pasien dan keluarga perubahan gaya
23

mampu menjelaskan hidup yang mungkin


Page

kembali apa yang diperlukan untuk


dijelaskan perawat / tim mencegah komplikasi
kesehatan lainnya. dimasa yang akan
datang dan proses
Keterangan Skala : pengontrolan
1 : Tidak pernah penyakit.
dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan

INTERVENSI PASCA BEDAH

NO DIAGNOSA NOC NIC AKTIVITAS


1 Nyeri akut Tujuan : Setelah NIC : Pain Intervensi :
berhubungan dengan dilakuakn tindakan Management a. Kaji secara
agen cedera fisik keperawatan selama komprehensif
proses keperawatan tentang nyeri
diharapkan nyeri meliputi lokasi,
berkurang / hilang. karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
NOC : Pain Control intensitas nyeri dan
faktor presipitasi.
Kriteria Hasil :
a. Mengenal faktor b. Gunakan
penyebab komunikasi
terapeutik agar
b. Mengenal serangan pasien dapat
nyeri mengekspresikan.

c. Gunakan tindakan c. Berikan dukungan


preventif terhadap pasien dan
24

keluarga.
d. Gunakan tindakan
Page
pertolongan non d. Berikan informasi
analgetik tentang nyeri, seperti
penyebab, berapa
e. Gunakan analgetik lama terjadi dan
yang tepat tindakan
pencegahan.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah e. Ajarkan
dilakukan penggunaan teknik
2 : Jarang dilakukan non farmakologi.
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering f. Berikan analgetik
5 : Selalu dilakukan sesuai anjuran.

g. Tingkatkan tidur
istirahat yang cukup.

h. Monitor
kenyamanan pasien
terhadap
management nyeri.

i. Libatkan keluarga
untuk mengurangi
nyeri.
2 Resiko infeksi NIC : Infection Intervensi :
berhubungan dengan Tujuan : Setelah Control a. Batasi pengunjung
trauma post op dilakuakn tindakan bila perlu.
colostomy. keperawatan selama
proses keperawatan b. Gunakan sabun
diharapkan pasien tidak antimikrobia untuk
mengalami tanda-tanda cuci tangan.
25

infeks.
Page
NOC : Knowledge : c. Cuci tangan setiap
Infection Control sebelum dan sesudah
tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil :
a. Pasien bebas dari d. Gunakan baju,
tanda dan gejala infeksi. sarung tangan
sebagai alat
b. Mendeskripsikan pelindung.
proses penularan
penyakit, factor yang e. Tingkatkan intake
mempengaruhi penularan nutrisi.
serta
penatalaksanaannya. f. Berikan terapi
antibiotic bila perlu.
c. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi.

d. Jumlah leukosit dalam


batas normal.

e. Menunjukkan perilaku
hidup sehat.

Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah
dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
26
Page
3 Ketidakseimbangan Tujuan : Setelah NIC : Nutrition Intervensi :
nutrisi kurang dari dilakuakn tindakan Management a.Kaji adanya alergi
kebutuhan keperawatan selama makanan.
berhubungan dengan proses keperawatan
ketidak mampuan diharapkan kebutuhan b. Anjurkan pasien
dalam mencerna nutrisi terpenuhi. untuk meningkat
makanan intake Fe.
NOC : Nutritional
Status c. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
Kriteria Hasil : intake protein.
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai d. Monitor jumlah
dengan tujuan. nutrisi dan
kandungan kalori.
b. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi e. Berikan informasi
badan. tentang kebutuhan
nutrisi.
c.Mampu
mengidentifikasi f. Kolaborasi dengan
kebutuhan nutrisi. ahli gizi untuk
menentukan jumlah
d.Tidak ada tanda-tanda kalori dan nutrisi
malnutrisi. yang dibutuhkan
pasien.

Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah
menunjukkan.
27

2 : Jarang
menunjukkan
Page
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan

Implementasi keperawatan

Evaluasi keperawatan

Pre Operasi Post operasi


1. Tidak terjadi konstipasi 1. Kerusakan integritas kulit tidak
2. Defisit volume cairan tidak terjadi terjadi
3. Lemas berkurang 2. Klien memiliki pengetahuan
perawatan di rumah

BAB III

PENUTUP
28

KESIMPULAN
Page
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus,
rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.Anus
tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan
langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM).
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian
distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

SARAN

Setelah penulisan makalah ini kelompok III mengharapkan teman-teman atau pembaca makalah ini
dapat mengetahui dan paham mengenai atresia ani

29
Page

Vous aimerez peut-être aussi