Vous êtes sur la page 1sur 20

ETIKA PERGAULAN SESAMA MUSLIM dan NONMUSLIM

Di susun oleh:
Kelompok 6 : IHZA MAHENDRA

AULIA PUSPITA SARI

DETA NAGASARI

GINA SESASALSABILA

KURNIA WAHYU NINGSIH

LIA NOVITA SARI

SRIDEWI WIDY A.

DOSEN : Drs. H. M. TARIB M. Pdi

AKADEMI FARMASI TAHUN AJARAN 2017/2018


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………… iii

BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 1

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….. 1

1.4 Manfaat………………………………………………………………………………….. 2

BAB 2. PEMBAHASAN……………………………………………………………………….. 3

2.1 Definisi Pergaulan Sesama Manusia……………………………………………. 3

……….. 2.1.1 Adab Pergaulan dalam Islam……………………………….3

……….. 2.1.2 Manfaat Pergaulan…………………………………………11

2.2 Kerukunan antar Umat Beragama……………………………………………….. 11

……….. 2.2.1 Definisi Kerukunan antar Umat Beragama…………………11

……….. 2.2.2 Jenis – Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama……………12

2.2.3 Jenis – Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama……………13

2.2.4 Kendala-Kendala Kerukunan Antar Umat Beragama………13

2.2.5 Solusi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama………..13

2.2.6 Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama…………..14

2.2.7 Faktor-Faktor Penyebabkan Timbulnya Masalah

Kerukunan Antar Umat Beragama…………………………………..14

2.3 Dasar-dasar Toleransi antar Umat Beragama…………………………..15

2.3.1 Definisi Toleransi antar Umat Beragama……………………..15

2.3.2 Konsep Toleransi Dalam Islam……………………………….16

2.4 Ukhuwah………………………………………………………………..16

2.5 Kebersamaan Manusia dalam Kehidupan Sosial………………………18

2.5.1 Pandangan agama islam terhadap ummat non Islam……….18

2.5.2 Tanggung jawab sosial ummat Islam……………………….19


2.5.3 Amar ma’ruf dan nahi munkar………………………………19

BAB 3. PENUTUP …………………………………………………………………………………21

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………….. .21

3.2 Saran………………………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. ………..22


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini
menyajikan tentang “Etika Pergaulan sesama Muslim dan Nonmuslim”. Selain itu penyusun juga
memaparkan dalam makalah ini hikmah atau manfaat bergaul dalam islam.

Dalam penulisan makalah ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
turut membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini yaitu Bapak Drs. H. M. Tarib M. Pdi selaku
dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan penyusun dalam menulis makalah
ini.Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kurikulum pembelajaran mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.

Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu
peyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun maupun pembaca dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas serta menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Mudah-mudahan makalah ini dijadikan ibadah di sisi Allah
Swt. Amin.

Jambi, 1 DESEMBER 2017

Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Ada banyak tuntutan yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dalam kehidupan di dunia ini,
salah satunya adalah keharusan menjalin hablun minallah dan hablun minannas. Hal ini ditekankan
karena manusia sangat membutuhkan Tuhan yaitu Allah SWT. Dalam kaitannya dengan hablun
minannas, manusia tidak bisa hidup sendirian karena ia membutuhkan manusia lain yang dapat
berinteraksi secara baik untuk mewujudkan kehidupan yang baik.

Indonesia dengan berbagai macam agama yang ada tidak membuat interaksi antar manusia di
dalamnnya menjadi terlupakan. Dalam berinteraksi antar umat beragama, dikenal adanya istilah
toleransi. Dalam kehidupan saat ini, pergaulan sesama manusia menimbulkan banyak masalah-
masalah baru yang ada disekitar kita, contohnya peperangan antar suku, perselisihan antar umat
beragama sehingga menimbulkan menegangnya hubungan antar umat beragama. Maka perlu
adanya aturan-aturan atau penjelasan tentang konsep pergaulan antar sesama manusia, baik kepada
umat seagama maupun yang berbeda agama.

Makalah ini berisi tentang konsep-konsep pergaulan sesama manusia, baik yang seagama maupun
berbeda agama dalam Islam.

• Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah antara lain :

1. Bagaimana konsep pergaulan sesama manusia?

2. Bagaimana kerukunan antar umat beragama?

3. Apa saja dasar-dasar toleransi beragama?

4. Bagaimana definisi ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathaniah?

5. Bagaimana bentuk kebersamaan manusia dalam kehidupan sosial?

• Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, ada beberapa tujuan dari penulisan makalah antara lain:

1. Untuk memahami konsep pergaulan sesama manusia

2. Untuk memahami kerukunan antar umat beragama

3. Untuk memahami dasar-dasar toleransi beragama

4. Untuk memahami definisi ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathaniah

5. Untuk memahami bentuk kebersamaan manusia dalam kehidupan sosial

• Manfaat

Manfaat yang diambil dari penulisan makalah ini, antara lain :


1. Kita sebagai umat muslim dapat mengetahui posisi kita diantara umat muslim yang lain.

2. Kita dapat mengetahui posisi seorang muslim dalam kerukunan antar umat beragama, serta
cara-cara toleransi terhadap antar umat beragama.

3. Kita dapat meningkatkan rasa persaudaraan antar manusia baik sesama muslim atau non
muslim.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pergaulan Sesama Manusia

Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, atau oleh individu
dengan kelompok. Pergaulan juga merupakan salah satu cara seseorang untuk berinteraksi dengan
alam sekitarnya. Pergaulan merupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang tak mungkin bisa
hidup sendirian dan saling membutuhkan antar sesama manusia. Manusia juga memiliki sifat tolong-
menolong dan saling membutuhkan satu sama lain. Interaksi dengan sesama manusia juga
menciptakan kemaslahatan besar bagi manusia itu sendiri dan juga lingkungannya. Berorganisasi,
bersekolah, dan bekerja merupakan contoh-contoh aktivitas bermanfaat besar yang melibatkan
pergaulan antar manusia. Namun, pergaulan tanpa diimbangi iman yang kokoh akan mudah
membuat seorang muslim terjerumus. Bisa kita lihat pada zaman sekarang banyak perbuatan-
perbuatan para remaja yang begitu menyimpang dari ajaran agama. Pergaulan bebas, video mesum,
perkosaan, dan berbagai bentuk perilaku penyimpangan lainnya. Semua itu bersumber dari
pergaulan yang salah dan tidak dilandaskan pada kepatuhan terhadap ajaran Al-Qur’an. Oleh karena
itu, kita sebagai umat muslim wajib mengetahui dan memahami tata cara pergaulan dalam Islam
agar kita tidak salah dalam bergaul. Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil
(sempurna).

Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara
pergaulan dalam Islam. Sebenarnya tata cara pergaulan dalam islam itu bukan untuk membatasi
namun untuk menjaga harkat dan martabat manusia itu sendiri agar tidak sama dengan tata cara
para hewan dalam bergaul. Bila satu tutunan itu diambil dengan kerendahan hati dan keinginan
untuk berbakti kepada ilahi, maka tak ada hal sulit untuk mengikuti tuntunan yang baik itu.
Terkesan sulit karena melihatnya dari sisi nafsu dan kepentingan duniawi.

2.1.1 Adab Pergaulan dalam Islam

Selain adanya norma dan aturan di masyarakat yang membatasi cara manusia bergaul, agama
Islampun juga memiliki tata cara tersendiri untuk mengatur pergaulan antar sesama manusia. Ada
beberapa yang harus diperhatikan dalam menjalin pergaulan sesama manusia antara lain:

1. moral – respek – komunikatif

Menjadi gaul yang islami bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci, yaitu:

• Moral, artinya selalu berkomitmen kepada aturan-aturan dan nilai-nilai Islam

• Respek, artinya menghargai orang lain

• Komunikatif, Pandai menjalin komunikasi.

1. pergaulan seorang muslim dengan non muslim

Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik dengan non muslim
sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan jenazah non muslim melewati beliau.

1. pergaulan sesama muslim


Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu bangunan yang kokoh
dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan sesama muslim dibalut dengan ukhuwah
islamiyah. Ada banyak hak saudara kita atas diri kita, di antaranya sebagaimana dalam hadits Nabi:

1. Jika diberi salam hendaknya menjawab

2. Jika ada yang bersin hendaknya kita doakan

3. Jika diundang hendaknya menghadirinya

4. Jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk

5. Jika ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya

6. Jika dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya.Juga tidak meng-ghibah saudara kita,
tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya, berusaha membantu dan meringankan bebannya,
dan sebagainya.

7. pergaulan antar generasi

Dalam pergaulan antar generasi tidak hanya yang muda menghormati yang lebih tua tetapi juga
yang tua menghargai yang lebih muda. Dalam pergaulan sosial dengan mereka, hendaklah kita
bersikap wajar dan menghormatinya, mendengarkan pembicaraannya, serta wajib mengingatkan
jika mereka keliru dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara yang lebih baik. Kita juga dilarang
memperlakukan mereka secara berlebihan, misalnya terlalu hormat dan tunduk melebihi apa pun,
sekalipun mereka salah. Hal ini tidak dibenarkan, sebab yang paling mulia di antara kita bukan umur,
ilmu, pangkat, harta, dan kedudukannya, akan tetapi karena kualitas takwanya kepada Allah Swt. Hal
ini sesuai dengan salah satu hadis Rasulullah saw dalam riwayat Thabrani:
‫(الطبان رواه( هو َا ْع همال ُك ْم ق ُل ْوب ُك ْم ا َل هي ْن ُظر هو َلك ْن َا ْم هوال ُك ْم ا َل هو هال َا ْح هساب ُك ْم إ َل هو هال ص هو ُرك ْم إ َل هال هي ْن ُظر هت هع َال ه‬
‫للا ِإن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ر‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat ruhmu, kedudukan, dan harta kekayaanmu, tetapi
Allah melihat apa yang ada dalam hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Thabrani)

1. pergaulan dengan orang yang dihormati

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berbaur dengan orang-orang yang dihormati oleh
masyarakat sekitar, maka kita harus menjaga sopan santun kita. Bagi orang-orang yang biasa
dihormati, jangan gila hormat, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat Islam. Contoh orang-
orang yang bisa dihormati adalah tokoh masyarakat, pejabat atau penguasa, orang-orang yang
mengajari kita, dan sebagainya.

1. pergaulan dengan orang tua dan keluarga


ْ ‫اخف‬ْ ‫ه ُّ ه ه ه َ ه ه‬ ‫ْ ه‬ ‫ه‬ ‫هصغ ر ًبا هرب هي َ ه ْ ه ْ ه‬
‫ض‬ ِ ‫ان كما ارحمهما رب وقل الرحم ِة ِمن الذل جناح لهما و‬
ِِ ِ
artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (Q.S. Al Isra’ : 24)

Ayat di atas memerintahkan kita untuk berbakti pada kedua orang tua. Jadi, kewajiban kita kepada
kedua orangtua ialah untuk selalu berbakti kepadanya dan jangan sedikit pun melukai perasaan
mereka, karena Allah tidak akan rida kepada kita.Tidak hanya kepada orang tua saja, namun kepada
anggota keluarga yang lain hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk tetap taat kepada
ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada Ahlu Bait.

1. pergaulan dengan tetangga

Tetangga adalah saudara terdekat kita oleh karena itu kita wajib untuk hormati. Pengertian tetangga
disini bukan hanya sebatas tetangga rumah, namun juga mencakup tetangga di tempat kerja, sawah,
ladang, dan kantor, serta tetangga dalam safar. Rasulullah SAW bersabda:
‫َ ه‬ ْ َ
‫اّلل يؤ ِمن كان هم ْن‬ ْ ْ ‫ه‬ ْ ْ ْ‫ه ه ه‬
ِ ‫اآلخ ِر وال هيو ِم ِب‬
ِ ‫جاره فليك ِرم‬
Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya (HR.
Al Bukhori 6019)

1. pergaulan antar jenis

Sudah menjadi fitrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula sebaliknya. Islam telah
mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta di antara dua jenis manusia itu dapat disalurkan.
Bukan dengan pacaran dan pergaulan bebas, tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh)
misalnya pernikahan. Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan di luar
pernikahan. Hal inilah yang dikemukakan oleh Rasulullah saw dalam hadis riwayat Abu Daud dan
Tirmidzi:
‫ه‬ َ ُ َ ‫هْ ْ َ ه‬
‫والبميدى ابوداود رواه( فليخ ِر ْب أخاه ا هحدك ْم أ هحب ِإذا‬
‫( ر‬

“Jika salah seorang di antara kamu mencintai saudaranya, hendaklah ia membuktikannya”. (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi)

1. rambu-rambu Islam tentang pergaulan

Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara
pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap muslim
agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela:

• Hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara
berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas. Awal
dorongan syahwat adalah dengan melihat, karena itu jagalah mata agar terhindar dari tipu daya
setan.

‫ي ق ْل‬ ‫وجه ْم هو هي ْح هف ُظوا َأ ْب هصاره ْم م ْن هيغ ُّضوا ل ْلم ْؤمن ه‬ ‫اّلل إن َله ْم َأ ْز َك هذل هك فر ه‬‫ون هوق ْل ب هما هخب رب َ ه‬ ‫ه ْ ه ه‬
‫ات يصنع‬
‫ْ ْ ه‬ ْ ْ
‫أ ْب هص ِار ِهن ِم ْن هيغضض هن ِللمؤ ِمن‬
َ
‫ِ ِ ِر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِر‬ ِ ِ َ َ
ْ ‫ه‬
‫وجهن هو هي ْحفظ هن‬ ‫ين هو هال فر ه‬ ْ ْ ‫هْه‬
‫ضب هن م ْن هها َظ هه هر هما إال ز هين هتهن ي ْبد ه‬ َ‫ه‬ ‫ْ ه ه‬
‫ين هوال جي‬
‫هه‬ َ
‫أ ْو هآب ِائ ِهن أ ْو ِلبعول ِت ِهن ِإال ِزينتهن يب ِد‬
َ َ َ ِ َ ِ ِ َ ِ َ ِ ‫وب ِهن عل ِب َخم ِر ِهن ولي‬ ِ َ َ َ َ َ
َ ‫ه‬ ‫ه‬ َ ْ ْ ‫ه‬ ْ َ َ‫ه‬
‫س ِائ ِهن أ ْو أخ هو ِات ِهن هب ِ ِن أ ْو ِإخ هو ِان ِهن هب ِ ِن أ ْو ِإخ هو ِان ِهن أ ْو بعول ِت ِهن أ ْبن ِاء أ ْو أ ْبن ِائ ِهن أ ْو بعول ِت ِهن هآب ِاء‬ َ
‫ت هما أ ْو ن ه‬
ِ ‫ي أ ِو أ ْي همانهن ملك‬ ‫التابع ه‬
‫ِِ ر‬
‫ْه‬ ُ ‫ه ْ ْه‬ َ
‫ين الطفل أو الر ه‬ ْ َ َ ْ َ
‫ضب هن هوال الن هساء هع ْو هرات هعل هيظ ههروا ل ْم الذ ه‬ ‫ه‬ َ
ْ ْ ‫ي هما لي ْعل هم بأ ْرجلهن هي‬ ْ
‫زينتهن م ْن يخف ه‬ ‫ه‬
‫ول غ ر ِب‬ ‫أ‬
ِِ َ َ ِ‫ة‬
ِ ‫ب‬‫ر‬‫اْل‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ال‬
ِ ‫ج‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ر‬ ِ ِ ِ
ً ‫ون َأ ُّي هه هجم‬ ‫ه َ ه َ ُ ْ ْ ِْ ِ ه‬ ْ ِ ِ ِ ِ ِ
‫اّلل ِإل هوتوبوا‬ ِ ‫يعا‬ ِ ‫تف ِلحون لعلكم المؤ ِمن‬

artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki mereka, atau putera saudara-saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan –
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (an-nur ayat 30-31)

• Hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana islami.
Dalam hal menjaga aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama yang harus diperhatikan, beliau
bersabda: “Tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat (kemaluan) laki-laki lain, begitu juga perempuan
tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak boleh laki-laki berkumpul dengan laki-laki
lain dalam satu kain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama
perempuan dalam satu kain.” (HR. Muslim)

Selain itu, secara khusus bagi wanita Allah berfirman dalam


‫ْ ْ ه‬ ْ ْ َ ْ ‫ه‬ ‫ين هو هال فر ه‬ ‫ضب هن م ْن هها َظ هه هر هما إال ز هين هتهن ي ْبد ه‬ ْ ْ ‫هْه‬ َ‫ه‬
‫ات هوق ْل‬ ِ ‫وجهن هو هي ْحفظ هن أ ْب هص ِار ِهن ِم ْن هيغضض هن ِللمؤ ِمن‬ َِ َ ِ َِ ِ ِ َ ‫وب ِهن ع َل ِبخم ِر ِهن ولي‬ ِ ‫َ ه جي‬
‫ْ ه هه‬ ‫هه‬ َ َْ ‫ه‬ ْ َ ‫ه‬ َ ْ َ ‫ْه ْ ْه‬ َ ْ َ ْ ْ ‫ه‬ ْ ْ ‫ه‬
‫أخ هو ِات ِهن ب ِ ِن أو ِإخو ِان ِهن ب ِ ِن أو ِإخو ِان ِهن أو بعول ِت ِهن أبن ِاء أو أبن ِائ ِهن أو بعول ِت ِهن آب ِاء أو آب ِائ ِهن أو ِلبعول ِت ِهن ِإال ِزينتهن يب ِدين وال‬
‫ه‬ ‫ه‬
َ َ ْ َ َ َ َ ‫ه‬ ْ‫ه‬ ُ ‫ه ْ ْه‬ ‫ين الط ْفل َأو الر ه‬ ‫هو هال الن هساء هع ْو هرات هع َل هي ْظ ههروا َل ْم َالذ ه‬
‫ي أ ِو أ ْي همانهن هملكت همَا أ ْو ِن هس ِائ ِهن أ ْو‬‫ول غ ر ِب الت ِاب ِع ر‬
ِ ِ ‫أ‬ ‫ة‬ ِ ‫ب‬
‫ر‬ ‫اْل‬
ِ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ال‬ ِ ‫ج‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ
ْ ْ ‫ي هما لي ْعل هم بأ ْرجلهن هي‬ ‫اّلل إل هوتوبوا ز هينتهن م ْن ي ْخف ه‬ َ َ ً ‫ه ُّ ه ه‬ َ ْ ْ َُ‫ه َه‬ ْ
‫ضب هن‬ ِ ِِ ِ ِ ‫ِر‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫ا‬ ‫يع‬ ‫م‬ِ ‫ج‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫ون‬ ‫ن‬‫م‬ ِ ‫ؤ‬ ‫م‬‫ال‬ ‫م‬ْ ‫ك‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫ل‬ ‫ون‬ ‫ح‬ ‫ل‬
ِ ‫ف‬ ‫ت‬

artinya: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki
mereka, atau putera saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
budak yang mereka miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS 24:31)

Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman,


َ ‫ه ً َ هَ ه ْ هْ ه هه ْهْ ه َ ْ َْه ه ه ه ه‬
‫ن أ ُّي هها هيا‬ُّ ‫ي هون هس ِاء هو هب هن ِات هك ِ هِل ْز هواج هك ق ْل الن ر‬
‫ْ ه ْ ْ ه‬ َْ‫ْ ه‬
ِِ ِ ِ ‫غفورا اّلل وكان يؤذين فَل يعرفن أن أدن ذ ِلك جَل ِب ِيب ِهن ِمن علي ِهن يد ِن ري المؤ ِم ِن ر‬
‫يما‬ً ‫هرح‬
ِ
artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 33:59)

• Tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina misalnya
berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Hal ini ditegaskan dalam Al-
quran Surat Al-Israa ayat 32
‫ه‬ ْ‫ه ه‬ ‫ه ً ه ه ه ه ه ً َ ه‬
‫احشة كان ِإنه الزنا تق هربوا هوال‬ِ ‫س ِبيَل وساء ف‬
artinya: Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS 17:32)

Selain itu Nabi juga bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah
berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya yang
ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad).

• Menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa membangkitkan selera. Hal ini kita bisa
temukan dalam firman Allah pada Surat Al-ahzab ayat 31, yang berbunyi:
ْ ْ ُ ْ َ
‫ّلل ِمنكن هيقنت هو هم ْن‬ ‫يما ر ْز ًقا َل هها هو َأ ْع هت ْد هنا همرهت ْ َ ْ ه ه ْ ه ه ً ه ه ْ ه ْ ه ه‬
ً َ
ِ ِ ‫ول ِه‬
ِ ‫ي أجرها نؤ ِتها ص ِالحا وتعمل ورس‬
ِ‫ر‬ ِ ‫ك ِر‬
artinya: Dan barang siapa diantara kamu (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan
mengerjakan amal saleh, niscaya Kami berikan pahala kepadanya dua kali lipat dan Kami sediakan
rezeki yang mulia baginya. (QS 33:31)

Berkaitan dengan suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, “Perempuan dilarang berbicara dengan
laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana dia berbicara dengan suaminya.”
(Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3)

• Hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan sebagaimana
dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita.” (HR. Malik,
Tirmizi dan Nasa’i). Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh
wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk
memberikan teladan kepada umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan
hati dari bisikan syetan. Selain dua hadits di atas ada pernyataan Nabi yang demikian tegas dalam hal
ini, beliau bersabda: “Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi
daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).

• Hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita dalam satu
tempat. Hal ini diungkapkan Abu Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan pada saat itu
bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata: “Mundurlah kalian (kaum wanita),
bukan untuk kalian bagian tengah jalan bagian kalian adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud).

2.1.2 Manfaat Pergaulan

Kepribadian seseorang itu dapat menular atau tertular orang lain. Demikian halnya dalam etika,
pergaulan dan hubungannya dengan orang lain. Penularan itu disebabkan oleh pengaruh kedekatan
dan pengaruh cinta. Mereka menampakkan perilakunya dalam perbuatan-perbuatannya yang tanpa
disadari. Jangan bergaul dengan orang-orang yang rusak moralnya, karena bergaul dengan mereka
sedikit banyak akan menular kepada kita. Janganlah menjalin hubungan dengan orang yang hina
(rendah akhlaknya) karena itu akan menular kepadamu. Pilihlah temanmu. Adapun manfaat bergaul,
yaitu:

• Ajang memastikan identitas diri dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri.

• Meningkatkan kemampuan berinteraksi dan ikatan pertemanan dengan cara bertukar


pikiran, sharing, dan saling mengingatkan.
• Memenuhi kebutuhan otonomi dengan tidak saling mengekang.

• Memperkaya pengalaman terhadap dunia luar.

2.2 Kerukunan antar Umat Beragama

2.2.1 Definisi Kerukunan antar Umat Beragama

Kerukunan (dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah; penopang
yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya) secara luas bermakna adanya
suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku,
agama, ras, dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan
bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu,
memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta
cinta-kasih.

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup
bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan,
maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia. Manusia
ditakdirkan Allah Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan
sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual.

Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan
sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat
berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.

Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang tidak
dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama ydalam bidang-bidang ekonomi, politik,
maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan

Kerukunan antar umat beragama dapat diwujdkan dengan :

1. Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama

2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu

3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya

4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan Negara

2.2.2 Jenis–Jenis Kerukunan Antar Umat Beragama

• Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin
antar masyarakat penganut satu agama sama. Misalnya kerukunan sesama orang Islam atau
kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama juga harus dijaga
agar tidak terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat minim sekali terjadi
konflik.

• Kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin
antar masyarakat penganut agama yang tidak sama. Misalnya, kerukunan orang Islam dengan
penganut agama Kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda benar-benar harus dijaga untuk
mencegah terjadinya konflik-konflik yang berkepanjangan, yang pada akhirnya akan memecah belah
keutuhan negara kita. Negara Indonesiia notabene adalah negara yang mengakui bermacam-macam
agama, oleh karena itu sangat sangat rawan timbulnya konflik SARA. Sebagai warga negara yang baik
kita hendaknya memelihara kerukunan tersebut dengan saling menghormati dan menghargai
terhadap pemeluk agama lain.

2.2.3 Manfaat Kerukunan antar Umat Beragama

Ada beberapa manfaat yang kita dapat dari memelihara kerukunan antarumat beragama di
antaranya sebagai berikut.

• Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat

• Toleransi antar umat Beragama meningkat

• Menciptakan rasa aman bagi agama – agama minoritas dalam melaksanakan ibadahnya
masing masing

• Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatasnamakan Agama

2.2.4 Kendala-Kendala Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan antar umat beragama memiliki kendala-kendala yang menghalangi tercapainya


kerukunan itu sendiri, antara lain sebagai berikut.

• Rendahnya sikap toleransi terhadap antar umat beragama

• Kepentingan politik yang tiba-tiba saja muncul memengaruhi hubungan antaragama dan
bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan
“bangunan dialog” antar umat beragama.

• Sikap fanatisme yang dilakukan seseorang dengan saling mengandalkan pandangan-


pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.

2.2.5 Solusi Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama

• Melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat domestik di Indonesia
maupun pada tingkat internasional akan memperkuat kerukunan antar umat beragama. Melalui
berbagai interaksi semacam ini akan timbul rasa saling pengertian antar umat beragama dan
kehidupan akan menjadi damai.

• Bersikap optimis dalam menjalin interaksi antar umat beragama agar para pemeluk agama
dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan
dan mitra daripada sebagai lawan.

2.2.6 Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama

• Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang merupakan
pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang berbeda Agama. Hal ini sangat penting demi
menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar umat
beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflik – konflik yang mengatasnamakan Agama di
Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali.
• Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang
tersebut, karena dengan saling membantu, kita akan mempererat tali persaudaraan sebangsa dan
setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan memperkokoh persatuan Indonesia.

• Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut. Hal ini tentu
akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.

• Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin
dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Hal ini diperlukan karena di Indonesia ini
masyarakatnya sangat beraneka ragam.

2.2.7 Faktor-Faktor Penyebabkan Timbulnya Masalah Kerukunan Antar Umat Beragama

• Sikap prasangka stereotype etnik dan dijiwai oleh suasana persaingan yang tajam.

• Penyiaran agama yang ditujukan kepada kelompok yang sudah menganut agama.

• Penyendirian rumah beribadah, pendirian rumah ibadah kelompok minoritas ditengah


kelompok mayoritas juga dapat mengganggu hubungan antar umat beragama, keyakinan yang
bersifat mutlak ini menimbulkan penolakan yang bersifat mutlak pula terhadap kebenaran agama
lain yang diyakini oleh pemiliknya sebagai kebenaran mutlak.

2.3 Dasar-dasar Toleransi antar Umat Beragama

2.3.1 Definisi Toleransi antar Umat Beragama

Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik
secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama, karena itu merupakan konsep agung dan mulia
yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam. Dalam
konteks toleransi antarumat beragama Islam memiliki konsep yang jelas “Tidak ada paksaan dalam
agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh dari toleransi dalam
Islam.

Islam tidak melarang kerjasama dengan non muslim dalam hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal
dunia, misalnya hubungan bisnis ataupun studi. Bahkan ada ayat yang memerintahkan agar kita
berlaku adil kepada siapa pun, termasuk kepada non muslim. Yakni:
َ ‫َ ه‬ ‫ل هق ْوم هش هن ن هي ْجر همن ُك ْم هو هال ۖ ب ْالق ْسط ش هه هد هاء َّلل هقوام ه‬
‫ي ُكونوا ه‬ َ ْ ‫هواتقوا ۖ للت ْق هو ىى َأ ْق هرب ه هو‬
‫ين أ ُّي هها هيا‬ ‫آمنوا ال ِذ‬ ‫ِر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اع ِد ُلوا ۚ هت ْع ِد ُلوا أال هع َ ى‬ ِ
َ َ ‫هْ هُ ه ه ه ر‬ ِ
‫اّلله‬ ‫ه‬
ۚ ‫تعملون ِبما خ ِب رب اّلل ِإن‬

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.(QS Al maidah ayat 8)

Jadi, saat berinteraksi dengan non muslim, prinsip-prinsip toleransi, keadilan, dan kebenaran harus
kita tegakkan. Namun untuk urusan yang berkaitan dengan kayakinan dan peribadatan, kita
mengambil garis yang jelas dan tegas.

Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam
semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Sikap toleransi dipandang sifat yang sangat baik untuk
menciptakan kondisi pergaulan yang lebih harmonis, dengan saling mengoreksi dan saling mengisi
kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan atau disakiti
oleh teman bergaul lainnya.

2.3.2 Konsep Toleransi Dalam Islam

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”,
“selamat” dan “menyerahkan diri”. Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama
yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Tolong-
menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi
toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua
manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.

Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:

1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan

2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan

1. Kelemah lembutan karena kemudahan

2. Muka yang ceria karena kegembiraan

3. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan

4. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan kelalaian

5. Menggampangkan dalam berda’wah ke jalan Allah tanpa basa basi

8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ada rasa keberatan

2.4 Ukhuwah

Istilah ukhuwah berasal dari kata akha-yakhu-ukhuwatan yang artinya menjadi saudara, teman, atau
sahabat. Ukhuwah berarti persaudaraan atau persahabatan antara dua orang atau lebih yang dirajut
dengan rasa saling mencintai, mengasihi, dan beriba hati.Sehingga dengan adanya ukhuwah ini,
setiap anggota masyarakat akan saling membantu dan tolong-menolong dalam rangka mewujudkan
kebenaran, kebaikan, dan kesejahteraan bersama. Ukhuwah berlaku secara menyeluruh, dari yang
khusus sampai yang umum.

Ukhuwah dibagi menjadi tiga bagian antara lain sebagai berikut :

1. Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah islamiyah menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan adalah ikatan kejiwaan yang melahirkan
perasaan yang mendalam dengan kelembutan, cinta, dan sikap hormat kepada setiap orang yang
sama-sama diikat dengan akidah islamiyah, iman, dan takwa. Menurut Dr. Quraish Shihab, ukhuwah
islamiyah adalah persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh islam. Sehingga
ukhuwah islamiyah adalah menghormati persaudaraan dan persahabatan yang dijalin antarsesama
umat islam dengan saling, mencintai, dan mengasihi. Dalam hadis dikatakan bahwa,
َ ‫ه‬ ْ ‫ض هم ِالك ْبن َأ هن‬ ‫ هق ه‬: ‫ي ْؤمن هال‬
‫ال هو هس َل هم هع َل ْيه للا هص َل النن هعن هو هس َل هم هع َل ْيه للا هص َل للا هرس ْول هخادم ه‬
‫س هح ْم هزة أ ِر ِن هع ْن‬ ‫ع ْنه للا هر ِ ه‬، ِ ِ ِ ‫ر‬ ِ
ُ َ ِ ‫ه‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ب هما ِل ِخ ْي ِه ي ِحب هح رن أ هحدك ْم‬ ُّ ‫ل هن ْفسه يح‬
ِ ِ ِ
[‫]ومسلم البخاري رواه‬

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara
kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.(Riwayat Bukhori
dan Muslim)

Dalam hadis Bukhari dan Muslim lainnya dikatakan bahwa, “Sesungguhnya (ukhuwah) seorang
mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan. Satu sama lain saling menguatkan.”
Untuk itu, sudah seharusnya kita saling mengingatkan dan melakukan kebaikanterhadap sesama
muslim.

Nabi Muhammad saw bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain…” (HR
Bukhari dan Muslim)

2. Ukhuwah Wathaniah

Wathaniah berasal dari kata Al-Wathan artinya tanah air atau kampung halaman. Sehingga yang
dimaksud dengan ukhuwah wathaniah adalah persaudaraan sesama warga negara dalam satu tanah
air dan satu bangsa. Sikap ini merupakan perwujudan rasa syukur seorang hamba kepada Allah swt
yang telah mengkaruniai tanah air. Hal ini juga penting untuk persatuan dan persaudaraan dalam
ikatan tanah air. Perbedaan suku, bahasa, adat istiadat, dan agama sebaiknya disatukan dalam
persaudaraan setanah air ada atau ukhuwah wathaniah.

3. Ukhuwah Insaniah

Ukhuwah insaniah adalah persaudaraan dan persahabatan sesama manusia (brotherhood


humanities). Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk hidup. Hubungan
sosial ini berkembang dengan hubungan-hubungan lain seperti ekonomi, politik, peradaban,
kebudayaan, dan lain-lain. Manusia di dunia ini, terdiri dari berbagai ras, bangsa, suku, adat
istiadat,dan berbagai kelompok. Untuk itu, manusia diharapkan bisa saling mengenal dan
memahamisehingga tercipta kedamaian dunia dan persaudaraan sesama manusia.

Dalam melaksanakan ukhuwah, setiap muslim mendapatkan kendala-kendala antara lain sebagai
berikut :

• Jiwa yang tidak dirawat. Ukhuwah sangat erat kaitannya dengan iman, sehingga jika iman
tidak dirawat dengan baik maka akan sulit untuk menjalankan ukhuwah. Untuk itu, kita pelu proses
membersihan hati dan merawat jiwa secara intens dan kontinyu agar nilai-nilai ukhuwah dapat
digunakan.

• Lidah yang tidak dikendalikan. Dalam hadisnya, nabi saw bersabda bahwa barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam. Untuk itu, lidah
perlu dijaga agar tidak menimbulkan perselisihan dan permusuhan di masyarakat.

• Lingkungan yang kurang kondusif. Apabila lingkungan mendukung pasti akan berjalan tetapi
apabila lingkungan yang ada tidak kondusif maka akan mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan
ukhuwah.
2.5 Kebersamaan Manusia dalam Kehidupan Sosial

2.5.1 Pandangan agama islam terhadap ummat non Islam

Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai agamanya di sebut kafir atau
non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima atau menolak menaati
aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.

Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat arab, sebagian dari mereka
ada yang mau menerima ajaran tersebut dan sebagianya lagi menolak orang yang menolak ajakan
rasulullah saw tersebut di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang musrik yang menyembah
berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik orang yahudi maupun orang nasrani.

2.5.2 Tanggung jawab sosial ummat Islam

Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam kehidupan ini. Bentuk tanggung
jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek kehidupan , di antaranya adalah:

• Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah menjadikan sebuah
kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan

• Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk zakat
maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.

• Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada anggota masyarakat
yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.

• Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan

• Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun masyarakat, baik
mental spiritual maupun fisik materialnya.

2.5.3 Amar ma’ruf dan nahi munkar

Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan mencegah
perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung, amar ma’ruf dan nahi munkar
memerlukan juga kebijakan dalam bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga tingkatan yaitu:

• Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu

• Menggunakan lisan,

• Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.

Bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:

• Mendirikan masjid

• Menyelenggarakan pengajian

• Mendirikan lembaga wakaf

• Mendirikan lembaga pendidikan islam

• Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah

• Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain


• Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal

• Mendirikan pesantren

• Menyelenggarakan kajian-kajian islam

• Membuat jaringan informasi sosBAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:

• Pergaulan adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga
oleh individu dengan kelompok. Pergaulan juga merupakan salah satu cara seseorang untuk
berinteraksi dengan alam sekitarnya.

• Kerukunan yakni adalah adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang
walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan.

• Ukhuwah yakni adalah persaudaraan atau persahabatan antara duaorang atau lebih yang
dirajut dengan rasa saling mencintai, mengasihi, dan beriba hati.

Dalam hal ini berarti pergaulan sesama manusia sangat dibutuhkan dalam kehidupan serta
kerukunan antar umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan
ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Selain itu, dalam
pergaulan sesama manusia dibutuhkan aturan ataupun adab-adab dalam bergaul antar umat
beragama baik yang beragama Islam ataupun yang non Islam.

• Saran

Sebaiknya kita sebagai umat muslim dapat mengetahui adab-adab dalam bergaul sesama manusia
agar kita dapat menempatkan diri kita dalam bergaul, serta dalam bergaul harus dilandasi dengan
sikap toleransi, saling menghargai antar umat beragama agar tercipta kehidupan yang rukun.
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman, Noor.2010.Hadits-Hadits Pilihan.Jakarta:Gaung Persada Pers

Azra, Azyumardi.2002.Pendidikan Agama Islam pada Perguruan tinggi umum.

Jakarta:Departemen Agama RI

Bachdar, Rangga (2012). AKHLAK PERGAULAN DALAM ISLAM. From

http://rangga-bachdar.blogspot.co.id/2012/05/akhlak-pergaulan-dalam-islam.html, diakses pada 13


September 2015

Anwar, Nasrudin (2015). Kandungan QS Al-Isra Ayat 23-24. From

http://nasrudinanwar09.blogspot.co.id/2015/03/kandungan-qs-al-isra-ayat-23-24.html, diakses
pada 13 September 2015

Khan, Eko (2008). Pergaulan dalam Islam. From

http://ekokhan.wordpress.com/2008/12/24/pergaulan-dalam-islam/, diakses pada 13 September


2015

Aturan Pergaulan Pria dan wanita Menurut Islam, 2008. From

http://harakatuna.wordpress.com/2008/10/27/aturan-pergaulan-pria-dan-wanita-menurut-islam/,
diakses pada 14 September 2015

Muslim, Aep Saipul. Pergaulan dalam Pandangan Islam. From

http://www.scribd.com/doc/23777988/Pergaulan-Dalam-Pandangan-Islam, diakses pada 14


September 2015

Vous aimerez peut-être aussi