Vous êtes sur la page 1sur 5

SIFAT BADAN HUKUM PT

 Setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman, maka PT menjadi


berbadan hukum sehingga merupakan pula subjek hukum.
 Sbg subjek hukum, PT juga mempunyai hak & kewjban seperti layaknya manusia.
 Bedanya dgn manusia yang lahir secara alamiah, maka PT sebagai badan hukum
lahir dan diciptakan melalui proses hukum. Oleh karena itu ada kalanya dikatakan
pula PT adalah badan hukum buatan, yang mempunyai sifat :
- tidak fikti;
- nyata2 ada dan melakukan kegiatan bisnis atau kegiatan usaha ditengah-
tengah kehidupan manusia
 Sebagai personaliti atau kepribadian PT, dikenal beberapa teori, antara lain :

a. Teori Fiksi (Fictitious Theory)


- Teori ini berasal dr Romawi dan Common Law yg menganggap bahwa pada
dasarnya perseroan sebagai badan hukum adalah buatan atau ciptaan fikti
yg disebut entitas hukum dan memiliki personalitas fikti shg dikenal pula dgn
istilah teori entitas (entity theory) atau teori agregat (aggregate theory);
- Teori ini menganggap bhw perseroan merupakan organisme yg mempunyai
identitas hukum yg terpisah dari anggotanya atau pemiliknya dan karena
- Perseroan adalah badan hukum buatan melalui proses hukum maka pada
dasarnya bersifat fikti;
- Kelahiran perseroan semata-mata melalui “persetujuan” pemerintah dalam
bentuk fiat atau approval atau consensus of the government
- Karena itu kepribadian atau personalitas perseroan sebagai badan hukum
adalah “pengakuan hukum” terhadap kepentingan sekelompok orang
tertentu untuk melakukan kegiatan perusahaan atau bisnis.
- Hal ini juga berkaitan dgn teori simbol (symbol theory) bahwa perseroan
sebagai badan hukum merupakan simbol dari totalitas jumlah kumpulan
orang-orang (aggregate) yang terkait dalam perseroan itu. Kepribadian atau
personalitas orang2 yg berkumpul dalam badan hukum berbeda dgn
personalitas dari individu anggotanya. Sehingga terfokus pada kepentingan
kelompok yg berwujud dalam badan hukum yg disebut perseroan, yg
terpisah (separate) dari kepentingan individu.

b. Teori Realistik (Realistic Theory)


- Disebut juga inherente theory;
- Teori ini menganggap bhw perseroan sebagai grup atau kelompok, dimana
kegiatan dan aktivitas kelompok itu “diakui hukum terpisah” dari kegiatan
dan aktivitas individu kelompok yang terlibat dalam perseroan;
- Perseroan merupakan simbol keseluruhan dari perorangan kelompok yang
bergabung dalam kegiatan usaha perseroan tsb, merupakan orang2 atau
pribadi2 yg terikat bergabung bersama dalam kegiatan usaha perseroan yg :

1
1. memiliki kepribadian hukum atau personalitas hukum yang berbeda dan
terpisah dari kepribadian hukum individu personnya;
2. Oleh karena itu, hukum memperbolehkan penerapan tanggung jawab
terbatas hanya sebatas harta kekayaan perseroan, menggugat dan
digugat atas nama perseroan;
3. Diakui memiliki pengurusan yang disebut Direksi, yang bertindak
mengurus usaha perseroan, serta mewakili perseroan.
- Secara singkat, menurut teori realistik atau inherent, hukum mengakui
adanya perbedaan dan personalitas perseroan dengan personalitas para
anggota kelompok yang terikat dalam perseroan.

c. Teori Kontrak (Contract Theory)


-Perseroan sebagai badan hukum dianggap merupakan kontrak antara para
anggotanya pada satu sisi dan antara anggota2 perseroan, yakni pemegang
saham dengan pemerintah pada sisi lain.
-Teori ini kontrak ini sejalan dgn UU No. 40 tahun 2007 tentang PT, pada :
a. Pasal 1 angka 1, menetapkan bhw : Perseroan, adalah badan
hukum yg merpkan persekutuan modal, didirikan berdsrkan
perjanjian, …
b. Pasal 7 ayat (1) bahwa Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau
lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia;
c. Pasal 7 ayat (4) bhw Perseroan memperoleh status badan hukum
pada tgl diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan
badan hukum Perseroan.
 Ciri Pokok Personalitas Perseroan, antara lain :
a. Perseroan diperlakukan sebagai wujud yg terpisah dan berbeda dari Pemiliknya
- Perseroan merupakan wujud atau entitas yang terpisah dan berbeda dari
pemiliknya dalam hal ini pemegang saham;
- Konsekwensi dari pemisahan ini maka eksistensi dan validitas perseroan
tidak terancam oleh kematian, kepailitan, penggantian atau pengunduran
individu pemegang saham
- Hal ini nampak dalam Pasal 3 ayat (1) yg mengatur bahwa : Pemegang
saham Perseroan tdk bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas
kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Sehingga pemegang
saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang
dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya
b. Dapat digugat dan menggugat atas nama perseroan sendiri
Hal ini nampak dalam Pasal 98 ayat (1) yg mengatur bahwa Perseroan dapat
tampil di dalam maupun di luar pengadilan yang diwakili oleh Direksi.
Oleh karena itu perseroan dapat digugat oleh pihak ke tiga jika melakukan
wanprestasi atau perbuatan melawan hukum atau menggugat pihak ke tiga
yang melakukan wanprestasi atau perbuatan melawan hukum.

2
c. Perseroan dapat memperoleh, menguasai dan mengalihkan miliknya atas
namanya sendiri
Hal ini nampak dalam Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) yg mengatur
bahwa Perseroan mempunyai modal dasar dan modal yang ditempatkan
dan kedua modal ini merupakan kekayaan perseroan.
Dengan modal2 tersebut, perseroan menjalankan kegiatan usahanya dan
menghasilkan keuntungan sehingga dapat membeli dan memiliki aset
perusahaan dari keuntungan tsb. Selanjutnya dpt menguasai, memindahkan
aset perusahaan sesuai dgn ketentuan perUUan dan Anggaran Dasar. Kalau
perusahaan mendapat profit maka sebagian harus disisihkan sebagai
cadangan wajib dan cadangan khusus sebagaimana ditetapkan dalam Pasal
70 ayat (1) dan Pasal 73 ayat (1) UU No. 40/2007.
d. Tanggung Jawab Pemegang saham, terbatas pada sebesar nilai sahamnya.
Hal ini sejalan dengan ciri perseroan yang terpisah dan berbeda dengan
pemiliknya, maka tanggung jawab pemegang saham hanya sebatas nilai
sahamnya.  di atur dalam Pasal 3 ayat (1). Akan tetapi jika pemegang
saham terbukti beritikad buruk memanfaatkan perseroan utk kepentingannya
atau bertindak sebagai penjamin (borgtoch) terhadap utang perseroan maka
pemegang saham bertanggung jawab sampai meliputi harta pribadinya.
e. Pemegang saham tidak mengurus perseroan, kecuali dia dipilih sbg anggota
direksi
Hal ini nampak dalam ketenetuan UU No. 40/2007 :
- Pasal 1 angka 5, mengatur bhw Direksi adalah Organ Perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan
untuk kepentingan Perseroan
- Pasal 92 ayat (1) mengatur bhw Direksi menjalankan pengurusan
Perseroan antara lain meliputi pengurusan se-hari2 dari Perseroan utk
kepentingan Perseroan dan dalam
- Pasal 94 ayat (1) mengatur bhw Anggota Direksi diangkat oleh RUPS.
Oleh karena itu Pemegang saham hanya dpt melaksanakan keinginannya
melalui RUPS.
- Pasal 98 ayat (1) mengatur bhw Direksi mewakili Perseroan baik di
dalam maupun di luar pengadilan.
f. Melakukan kegiatan terus menerus sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam
anggaran dasar
Jangka waktu pendirian perseroan harus disebutkan secara tegas dalam
anggaran dasar baik utk jangka wkt terbatas (limited) maupun tidak terbatas
(unlimited).
Sebagaimana diatur dalam Pasal 6. Selama masa berdirinya belum berakhir,
perseroan terus menerus melakukan kegiatan usaha sesuai dengan maksud
dan tujuan yang ditentukan dalam AD

3
TINDAKAN DIREKSI YG TDK SESUAI
DGN MAKSUD & TUJUAN PERSEROAN
(Doktrin Ultra Vires)

 Tindakan direksi haruslah yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha perseroan yang ditetapkan dalam AD perseroan;
 Tindakan ini dianggap “tindakan yang melampaui kapasitas” perseroan sbgmn yg
dimaksudkan dalam doktrin Ultra vires.
 Pada dasarnya kontrak atau transaksi yang mengandung ultra vires adalah

4
PENGHAPUSAN TANGGUNG JAWAB
TERBATAS
(Piercing The Corporate Veil)

Vous aimerez peut-être aussi