Vous êtes sur la page 1sur 23

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN
BATU GINJAL
Dosen Pembimbing : Ns. Rismia Agustina, M.Kep.

Disusun oleh:
AGENG LUHUR CAESAR NIM. 1610913410019
SYARIF HIDAYATULLAH NIM. 1610913410017
NOOR FITRI ARIYANI NIM. 1610913420003
DEWIANA HERNITA NIM. 1610913420005
RIZKA KHAIRUNISA NIM I1b115615
WINDA FITRIANI NIM I1b115622

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena Rahmat


dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah “Asuhan
Keperawatan Batu Ginjal”.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada Ns. Rismia Agustina, M.Kep. selaku pengajar mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberi bimbingan hingga selesai
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Karena itu penulis mohon
saran, bimbingan dan kritik yang sifatnya menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
Rahmat dan Petunjuk-Nya kepada kita sekalian.

Banjarbaru, Februari 2017


Penulis

ii
Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar Medik ...................................................................... 2
B. Konsep Asuhan Kepeawatan ......................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batu ginjal adalah batu yang terdapat di ginjal maupun di saluran kemih.
Batu yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal kalsium. Kalsium pada
batu ginjal terdapat sebagai senyawa oksalat, karbonat, dan fosfat. Komponen
yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium,
ammonium, asam urat, atau kombinasi bahan- bahan lain (Corwin, 2008).
Batu ginjal sering terjadi pada masyarakat di negara tropis. Udara yang
panas menyebabkan dehidrasi sehingga mudah terjadi pengentalan urin yang
mengendap menjadi batu. Faktor lain pembentukan batu ginjal, yaitu terlalu
pekatnya kadar garam dalam urin dan ketidakseimbangan metabolisme tubuh
yang menyebabkan garam- garam dalam urin mengendap dan membentuk
kristal. Umumnya, batu ginjal lebih banyak dijumpai pada pria dengan batasan
usia 30-50 tahun, tetapi dapat pula di bawah 20 tahun, bahkan bayi
(Wijayakusuma, 2008).
Batu dapat menyebabkan infeksi berulang, gangguan ginjal, atau
hematuria. Obstruksi akut menyebabkan kolik ginjal dengan nyeri pinggang
yang berat, seringkali menyebar ke selangkangan, dan kadang disertai mual,
muntah, rasa tidak nyaman di abdomen, disuria, nyeri tekan ginjal, dan
hematuria. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar medic batu ginjal
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan batu ginjal

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik


1. Definisi
Batu ginjal merupakan salah satu dari tiga jenis pertumbuhan tidak
wajar yang terjadi pada ginjal. Ukuran batu ginjal bervariasi, ada yang
berbentuk tunggal dan ganda. Dua jenis pertumbuhan lainnya adalah kista
dan tumor, yang tanda kehadirannya jarang terlihat pada urin. Batu ginjal
dapat terjadi pada wanita maupun pria, tetapi umumnya lebih banyak
terjadi pada pria karena faktor anatomis tubuh (Wijayakusuma, 2008).
Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli
dibentuk di dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh
kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urin. Urolitiasis merujuk pada
adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu
ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, ammonium,
dan fosfat atau gelembung asam amino (Nursalam dan Baticaca, 2009).
Salah satu jenis batu yang mengendap mempermudah terbentuknya
jenis batu lain sehingga batu yang terjadi dalam saluran kemih umumnya
terdiri atas berbagai campuran, seperti kalium dan fosfat atau kombinasi
asam urat yang biasanya larut di dalam urin. Awalnya, batu ginjal tidak
menimbulkan keluhan khas, rasa pegal linu di sekitar punggung, urin
berwarna kemerahan, atau urin disertai pasir merupakan keluhan yang
banyak dijumpai. Namun, jika batu yang terbentuk berukuran lebih dari
lima mililiter dan terus bergeser, lalu menggelinding ke saluran kandung
kemih maka menimbulkan rasa sakit yang hebat di daerah pinggang
(kholik) dan nyeri bagian perut yang timbul akibat meregangnya dinding
ureter. Jika batu sampai ke bagian bawah saluran kandung kemih, rasa
nyeri berpindah ke daerah pangkal paha yang disertai keluarnya darah
bersama air seni, mual, dan muntah (Wijayakusuma, 2008).

2
2. Etiologi
Menurut Nursalam dan Baticaca (2009), etiologi dari batu ginjal adalah:
1) Penyebab dan Faktor Predisposisi
a) Hiperkalemia dan hiperkalsuria disebabkan oleh
hiperparatiroidisme, asidosis tubulus ginjal, multiple myeloma,
serta kelebihan asupan vitamin D, susu, dan alkali.
b) Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.
c) Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin
(hiperuremia dan gout).
d) Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vulgaris).
e) Sumbatan kronis dimana urin tertahan akibat benda asing dalam
saluran kemih.
f) Kelebihan absorpsi oksalat pada penyakit inflamasi usus dan
reseksi atau ileostomi.
g) Tinggal di daerah yang beriklim panas dan lembab.
2) Batu dapat ditemukan di berbagai sistem perkemihan dan ukurannnya
bervariasi.
3) Sekitar tiga atau empat pasien dengan batu ginjal adalah laki-laki
dengan rentang usia 20-30 tahun. Banyak batu berpindah dari atas ke
bawwah (menyebabkan kolik hebat) dan ditemukan di saluran kemih
bawah. Batu secara spontan pada saluran dapat diantisipasi 80% pada
pasien urolithiasis.
4) Batu bisa tertinggal di dalam pelvis ginjal, ureter, atau leher kandung
kemih yang menyebabkan sumbatan, edema, infeksi sekunder, dan
berbagai kasus, kerusakan nefron.
5) Orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk kambuh.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah
faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya
(Purnomo, 2003).

3
Menurut Purnomo (2003), faktor intrinsik antara lain adalah:
1) Hereditair (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang
tuanya
2) Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.
Menurut Purnomo (2003), beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:
1) Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di
afrika selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih
2) Iklim dan temperatur
3) Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih
4) Diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya batu saluran kemih
5) Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

3. Patofisiologi
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin
jika tidak ada keadaankeadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan
agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih
rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu
agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi
kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu

4
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih (Purnomo, 2003).
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik
yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu
kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu
asam urat, batu magnesium ammonium fosfat, batu xantin, batu sistin,
dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu
diatas hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang
memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini
misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,
sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urin
bersifat basa (Purnomo, 2003).

4. Komposisi Batu Ginjal


Batu ginjal pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP),
xantin dan sistin, silikat dan senyawa lainnya. Menurut Purnomo (2003),
data mengenai kandungan/komposisi zat yang terdapat pada batu sangat
penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu
residatif.
1) Batu kalsium
Menurut Purnomo (2003), batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu
kurang lebih 70% - 80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan
batu jenis ini terdiri atas:
a. Kalsium Oksalat Batu kalsium oksalat keras, coklat tua,
bentuknya seperti murbei, serta terdiri dari kalsium oksalat
monohidrat (‘wheweliet’) atau juga batu keras, mudah pecah,
kuning muda, tajam, yang terdiri dari kalsium oksalat dihidrat
(‘weddeliet’). Batu-batu semacam ini bisa nampak jelas dalam
gambar rontgen (Scholtmeijer, dkk., 1982).

5
b. Kalsium fosfat (apatit) Batu ini lunak, agak keputihan, licin, bisa
nampak jelas dalam gambar rontgen dan sering bercampur dengan
komponen batu lain (Scholtmeijer, dkk., 1982).
Menurut Purnomo (2003), faktor terjadinya batu kalsium adalah:
a. Hiperkalsiuri yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari
250-300 mg/24 jam.
b. Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urin yang melebihi 45 gram
per hari.
c. Hiperurikosuria adalah kadar asam urat di dalam urin yang
melebihi 850 mg/24 jam.
d. Hipositraturia. Di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium
dengan oksalat atau fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan
kalsium sitrat lebih mudah larut daripada kalsium oksalat. Oleh
karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat
pembentukan batu kalsium.
e. Hipomagnesuria. Seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kalsium, karena di dalam urin
magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan ikatan kalsium dengan oksalat.
Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi
usus (inflammatory bowel disease) yang diikuti dengan gangguan
malabsorbsi.
2) Batu struvit
Dalam keadaan murni batu ini tidak terlihat dalam foto rontgen.
Tetapi biasanya batu ini bercampur dengan kalsium fosfat sehingga
terlihat. Bentuk yang terkenal ialah batu koral atau batu tanduk rusa
atau batu cor. Batu-batu ini terbentuk sebagai akibat infeksi oleh
bakteri yang menguraikan ureum (Scholtmeijer, dkk., 1982).
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter

6
yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urin menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak (Purnomo,
2003).
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah
Proteus spp, Klebsiella serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E. coli banyak menimbulkan infeksi saluran
kemih tetapi kuman ini bukan termasuk pemecah urea (Purnomo,
2003).
3) Batu asam urat
Batu asam urat ialah batu yang keras, kuning coklat, licin yang
biasanya tidak tampak dalam foto rontgen (Scholtmeijer, dkk., 1982).
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih.
Diantara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan
sisanya merupakan campuran kalsium oksalat (Purnomo, 2003).
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran besar sehingga membentuk batu staghorn yang mengisi
seluruh pelvikalises ginjal. Tidak seperti batu jenis kalsium yang
bentuknya bergerigi, batu asam urat bentuknya halus dan bulat
sehingga seringkali keluar spontan (Purnomo, 2003).
4) Batu jenis lain
Batu sistin, batu xantin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang
dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin,
yaitu kelainan dalam absorbsi sistin di mukosa usus. Batu sistin
berwarna kuning muda, licin, teraba agak berlemak, terlihat dalam
foto toraks tetapi tidak tampak jika masih sangat kecil (Scholtmeijer,
dkk., 1982).
Demikian batu xantin terbentuk karena penyakit bawaan berupa
defisiensi enzim xantin oksidase yang mengkatalisis perubahan
hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Pemakaian
antasida yang mengandung silikat (magnesium silikat atau
aluminometilsalisilat) yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan timbulnya batu silikat (Purnomo, 2003).

7
5. Manifestasi Klinik
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi,
meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut
disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah
maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal
ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas
dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan
gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala
obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi
abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya klien akan
mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara
spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat
atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran
urin membaik dan lancar. (Brunner and Suddarth. 2001).

6. Test Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu
kandung kemih (Tjokro, N.A, et al. 2001) adalah:
a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
b. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya
batu.
c. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
d. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
e. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
f. IVP (Intra Venous Pylografi)

8
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan
derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan
penebalan abnormal otot kandung kemih.
g. Vesikolitektomi ( sectio alta )
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
i. Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih,
urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan
urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin,
natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat
diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan
kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi
faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada
klien.

7. Penatalaksanaan Medik
Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung
kemih (Arif Mansjoer, et.al.2000) adalah:
a. Vesikolitektomi atau secsio alta.
b. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.
c. Ureteroskopi, Nefrostomi.

8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih (Soeparman, et.al.
1960) ini adalah:
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal,
sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih,
kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke

9
ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine.
Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang,
teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat
terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan
ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi
gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma,
nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara
assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan
timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria,
poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kamih
f. Perforasi pada kandung kemih
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronis
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Fokus Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
 Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih
banyak duduk
 Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

10
 Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik
lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)
2) Sirkulasi
Tanda:
 Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
 Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3) Eliminasi
Gejala:
 Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
 Penurunan volume urine
 Rasa terbakar, dorongan berkemih
 Diare
Tanda:
 Oliguria, hematuria, piouria
 Perubahan pola berkemih
4) Makanan dan cairan:
Gejala:
 Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
 Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
 Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
 Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
 Muntah
5) Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
 Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri
tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri
dangkal konstan)
Tanda:
 Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
 Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

11
6) Keamanan:
Gejala:
 Penggunaan alkohol
 Demam/menggigil
7) Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
 Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit
ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
 Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
 Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin.
b. Tes Diagnostik
Lihat Konsep Medis

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2) Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan multiple causality
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Definisi: Pengalaman emo-sional dan sensori yang tidak me-nyenangkan
yang muncul dari keru-sakan jaringan secara aktual dan potensial atau
menunjukkan adanya kerusakan.
NOC NIC
 Kontrol Nyeri  Manajemen Nyeri
 Tingkat Kenyamanan Intrevensi yang akan dilakukan:

12
 Tingkatan Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria hasil :
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
- Klien mampu
dan faktor presipitasi.
mengontrol nyeri
2. Observasi reaksi nonverbal dari
(tahu penyebab nyeri,
ketidaknyamanan.
mampu menggunakan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
tehnik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
nonfarmakologi
pasien.
untuk mengurangi
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri, mencari
nyeri.
bantuan).
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
- Klien melaporkan
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
bahwa nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
berkurang dengan
interpersonal)
menggunakan
7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
manajemen nyeri.
menentukan intervensi
- Klien menyatakan
8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
rasa nyaman setelah
9. Tingkatkan istirahat.
nyeri berkurang.
10. Monitor penerimaan pasien tentang
- Klien mampu
manajemen nyeri
mengenali nyeri
Analgesic Administration
(skala, intensitas,
Intrevensi yang akan dilakukan
frekuensi dan tanda
1. Cek intruksi dokter tentang jenis obat,
nyeri).
dosis, dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi.
3. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali.
4. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala.

13
2) Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
secara aktif
Definisi: penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau
intraseluler, ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan tanpa
pengeluaran sodium.
NOC NIC
 Keseimbangan  Manajemen cairan :
cairan - Pertahankan catatan intake dan output
 Hidrasi yang akurat
 Status nutrisi : - Monitor status hidrasi (kelembaban
intake makanan dan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
cairan darah ortostatik), jika diperlukan
- Monitor TTV
Kriteria hasil :
- Monitor masukan makanan/ cairan dan
- Mempertahankan
hitung intake kalori harian
urine output sesuai
- Lakukan terapi IV
dengan usia dan BB,
- Monitor status nutrisi
BJ urine normal, HT
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan
normal.
- Dorong masukan oral
- TTV dalam batas
- Dorong keluarga untuk membantu pasien
normal
makan
- Tidak ada tanda-
- Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
randa dehidrasi,
- Kolaborasi dokter jika tanda kekurangan
elastisitas turgor kulit
cairan muncul memburuk
baik, membrane
- Atur kemungkinan transfuse
mukosa lembab, tidak
- Persiapan untuk transfusi
ada rasa haus yang
berlebihan
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan multiple causality
Defenisi: disfungsi dalam eliminasi urin
NOC NIC
 Eliminasi urin  Manajemen eliminasi urin

14
Kriteria hasil : 1. Monitor eliminasi urin termasuk
frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
1. Keseimbangan intake
warna.
dan output dalam 24
2. Ajarkan kepada klien tanda dan gejala
jam.
infeksi saluran kemih
2. Pengawasan urin.
3. Catat waktu terakhir saat pengeluaran
3. Pengosongan
urin
kandung kemih
4. Instruksikan klien dan keluarga untuki
dengan lengkap.
mencatat pengeluaran urin
4. Tahu akan
5. Bantu klien untuk mengembangkan
keluarnya urin
jadwal toileting
6. Instruksikan pasien untuk
mengosongkan kandung kemih
berdasarkan prosedur sebelumnya
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan
Definisi: tidak adanya atau kurang informasi kognitif sehubungan
dengan topik spesifik.
NOC NIC
 Pengetahuan : proses  Pendidikan kesehatan : proses penyakit
penyakit 1. Berikan penilaian tentang tingkat
 Pengetahuan : pengetahuan pasien tentang proses
perilaku kesehatan penyakit spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Kriteria hasil :
bagaimana hal ini berhubungan dengan
- menyatakan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
pemahaman terhadap tepat.
penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa
prognosis dan muncul pada penyakit dengan cara yang
program pengobatan tepat.
- menjelaskan kembali 4. Gambarkan proses penyakit dengan cara
apa yang dijelaskan yang tepat.

15
perawat/ tim 5. Identifikasi kemungkinan penyebab
kesehatan lain. dengan cara yang tepat
- melaksanakan 6. Sediakan informasi tentang kemajuan
prosedur yang kondisi pasien dengan cara yang tepat
dijelaskan dengan 7. Hindari harapan kosong
benar 8. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit.
9. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
10. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
11. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan dengan cara yang tepat
12. Instruksikan pasien mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan dengan cara yang
tepat

4. Perencanaan Pulang
a) Diet tinggi kalori dan protein yakni nasi, telur, daging, susu, dan
lain-lain untuk tenaga dan proses penyembuhan.
b) Diet minum banyak air putih 3000 cc / hari dan hindari minum
kopi,alcohol dan yang bersoda serta makanlah makanan yang banyak
mengandung serat.
c) Mendorong klien agar tidak melakukan pekerjaan yang berat, buang
air kecil yang teratur dan mendorong klien dalam mematuhi program
pemulihan kesehatan dan minum obat sesuai dengan pesanan dokter.

16
d) Memberikan penjelasan mengenai pengertian, penyebab, tanda-tanda
dan gejala penatalaksanaan dan kompliksi penyakit.
e) Rencana kontrol ulang untuk mengetahui perkembangan pemulihan
penyakit saat di rumah (sumber : Smeltzer and Bare 2001).

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian
berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi.

Batu ini terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian


bawah atau memang kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di
negara berkembang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Penyakit batu saluran banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di


negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (ginjal
dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas
sehari-hari.

Pencegahan dari batu ginjal ini dapat dilakukan dengan menghindari


dehidrasi dengan minum cukup upayakan produksi urine 2 - 3 liter per hari,
diet rendah zat/komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang cukup dan
medikamentosa

B. SARAN
1.Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuannya


tentang macam-macam penyakit dan juga meningkatkan kemampuan
dalam pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan Batu ginjal.
2. Bagi perawat

Diharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan keterampilan


dalam memberikan asuhan keperawatan serta pengetahuannya sehingga

18
dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal terkhususnya pada
pasien dengan penyakit batu ginjal.
3.Bagi Dunia keperawatan

Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus diperbaiki


kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik
bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
kompetensi dalam keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ariansyah, s.kep.Ns. 2015. Laporan Pedahuluan Batu Ginjal. http://ns-asri-


kaltara.blogspot.co.id/2015/02/laporan-pendahuluan-batu-ginjal.html.
Diakses tanggal 20 Februari Pukul 20.00 WITA
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. EGC, Jakarta
Wongso, Fransisca. 2016. Analisis Kelarutan Garam Kalsium pada Batu
Ginjal dalam Infusa Meniran (Phyllantus niruri L.) secara
Spektrofotometri Serapan Atom.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/60628. Diakses tanggal 20
Februari Pukul 15.00 WITA
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Satu Diagnosa Keperawatan
Nanda NIC NOC, Edisi 9. EGC. Jakarta
Nursalam, dan Baticaca, F. B. (2009). Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.
Purnomo, B. B. (2003). Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI.
Scholtmeijer, R. J., Schroder, F. H., Grffiths, D. J., dan Wolff, E. D. (1982).
Urologie voor de algemene praktijk. Penerjemah: Soelarto, R. Am. (1987).
Urologi untuk Praktek Umum. Jakarta: EGC.
Wijayakusuma, H. M. H. (2008). Bebas Penyakit Ginjal dan Saluran Kemih.
Cetakan Pertama. Jakarta: Pustaka Bunda.

20

Vous aimerez peut-être aussi