Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
RESUME KEPERAWATAN
PADA NY. S DENGAN TRAUMA CAPITIS (TCR)
DIRUANGAN ICU RSUD KABUPATEN MAMUJU
OLEH :
NAMA : LUKMAN
NIM : 012010005
CI LAHAN CI INSTITUSI
d. Muntah
Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle,matarabun,hemotimpanum,otorhea atau
rinorhea cairan serebrospinal).
6. Komosio. Komosio umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam
waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit. Komosio
dipertimbangkan sebagai cidera kepala minor dan dianggap tanpa sekuele yang
berarti. Pada pasien dengan komosio sering ada gangguan dan kadang efek residu
dengan mencakup kurang perhatian, kesulitan memori dan gangguan dalam kebiasaan
kerja.
7. Kontusio. Kontusio serebral merupakan didera kepala berat, dimana otak mengalami
memar, dengan kemungkinan adanya daerah haemoragi. Pasien tidak sadarkan dari,
pasien terbaring dan kehilangan gerakkan, denyut nadi lemah, pernafsan dangkal,
kulit dingin dan pucat, sering defekasi dan berkemih tanpa di sadari.
8. Haemoragi intrakranial. Hematoma (pengumpulan darah) yang terjadi di dalam kubah
kranial adalah akibat paling serius dari cidera kepala, efek utama adalah seringkali
lambat sampai hematoma tersebut cukup besar untuk menyebabkan distorsi dan
herniasi otak serta peningkatan TIK.
9. Hematoma epidural (hamatoma ekstradural atau haemoragi). Setelah cidera kepala,
darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) diantara tengkorak dan dura.
Keadaan ini karena fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal
tengah putus /rusak (laserasi), dimana arteri ini berada di dura dan tengkorak daerah
inferior menuju bagian tipis tulang temporal; haemoragi karena arteri ini
menyebabkan penekanan pada otak.
10. Hematoma sub dural. Hematoma sub dural adalah pengumpulan darah diantara dura
dan dasar, suatu ruang yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hematoma sub
dural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik. Tergantung ukuran pembuluh darah
yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada. Hematoma sub dural akut d
hubungkan dengan cidera kepala mayor yang meliputi kontusio dan laserasi.
Sedangkan Hematoma sub dural sub akut adalah sekuele kontusio sedikit berat dan di
curigai pada pasien gangguan gagal meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala.
Dan Hematoma sub dural kronik dapat terjadi karena cidera kepala minor dan terjadi
paling sering pada lansia.
11. Haemoragi intraserebral dan hematoma. Hemoragi intraserebral adalah perdaraan ke
dalam substansi otak. Haemoragi ini biasanya terjadi pada cidera kepala dimana
tekanan mendesak ke kepala sampai daerah kecil (cidera peluru atau luka tembak;
cidera kumpil).
B. Etiologi
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
3) Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagan tubuh
yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama (
Hoffman, dkk, 1996):
D. Pemeriksaan Dianostik:
1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal
atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini,
minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
3. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis
meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik.
F. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera
otak sekunder.Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotesis atau
hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang
adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).
c. Pemberian analgetika
d. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 % atau
gliserol 10 %.
f. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat diberikan
apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan
terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak.
g. Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5%
untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga.
Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000
tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea N.
Tindakan terhadap peningktatan TIK
1. dukungan ventilasi.
2. Pencegahan kejang.
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
4. Terapi anti konvulsan.
5. Klorpromazin untuk menenangkan pasien.
6. Pemasangan selang nasogastrik.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.
Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa : Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.Made Karyasa, EGC,Jakarta.
NANDA, 2001-2002,NursingDiagnosis: Definitions and Classification. Philadelphia,USA
Judith M Wilkinson, 2007, Buku Saku Daignosis Keperawatan: dengan intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC, EGC., Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius., Jakarta.
Marilynn E. Doengoes,1993, Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa : I Made Kariasa, S.Kep.,
Ni Made Sumarwati, S.Kep: EGC, Jakarta
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PADA NY. ”N“ DENGAN TCR
A. Identitas
1. Nama :Ny. “N”
2. No. RM : 03 73 41
3. Tanggal : 04 September 2013
4. Agama : Islam
5. Alergi :-
6. Umur : 41 Tahun
7. Jenis kelamin : Perempuan
8. Hari rawat ke :5
9. Status : Menikah
10. BB :-
11. Alamat rumah : Polo lereng
12. Diagnose medis : TCR
13. Alasan dirawat di ICU/ICCU :-
Pengkajian fisik dan pengkajian umum
1. Kardiovaskuler
Keperawatan :Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d interupsi aliran darah
2. Pernapasan
Keperawatan : Resiko terhadap ketidakefektifan pola nafas b/d kerusakan
neurovaskuler, kerusakan persepsi atau kognitif, obstruksi trakeo bronkial
3. Neurologis dan sensori
Keperawatan :Perubahan persepsi sensori b/d perubahan resepsi sensori,
transmisi.
4. Gastrointestinal
Diagnosa Keperawatan :
5. Nutrisi
Diagnosa Keperawatan :Resiko infeksi b/d jaringan trauma, penurunan kerja silia,
kekurangan nutrisi, respon inflamasi tertekan
6. Cairan
Diagnosa Keperawatan :
7. Muskuloskeletal
Diagnosa Keperawatan :
8. Genitourinaria
Diagnosa Keperawatan :
9. Integument
Diagnosa Keperawatan :
10. Endokrin
Diagnosa Keperawatan :
11. Psikososial
Diagnosa Keperawatan :Perubahan proses pikir b/d perubahan fisiologis, konflik
psikologis.
12. Istirahat tidur :Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi atau
kognitif, penurunan kekuatan
13. Monitoring tiap jam : -
14. Terapi/program medis : WT, Hecting, Amoxilin, LFD RL, TT 0.5, AS. Mentenumen
15. Hasil uji diagnostik :