Vous êtes sur la page 1sur 7

Penentuan Harga Pelayanan Publik Kelompok VIII

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK

(CHARGING FOR SERVICE)

A. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL


Dalam memberikan pelayanan publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untuk
pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik
pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan misalnya:
1) Penyediaan air bersih
2) Transportasi publik
3) Jasa pos dan telekomunikasi
4) Energy dan listrik
5) Perumahan rakyat
6) Fasilitasi rekreasi (pariwisata)
7) Pendidikan
8) Jalan tol
9) Irigasi
10) Jasa pemadam kebakaran
11) Pelayanan kesehatan
12) Pengolahan sampah/limbah

Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena beberapa
alasan, yaitu:
a) Adanya barang privat dan barang publik
Terdapat tiga jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat yaitu:
 Barang privat
 Barang publik
 Campuran antara barang privat dan publik

1
Penentuan Harga Pelayanan Publik Kelompok VIII

Pada tataran praktik, terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan
barang privat. Beberapa sebab sulitnya membedakan barang publik dengan barang
privat tersebut antara lain:
 Batasan antara barang publik dan barang publik sulit untuk ditentukan.
 Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik tapi dalam
penggunaannya (konsumsinya) tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa
elemen pembebanan langsung.
 Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya.
b) Efesiensi ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang mereka
ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan
sumber daya melalui:
 Pendistribusian permintaan, siapa yang mendapatkan manfaat paling banyak,
maka ia akan membayar lebih banyak pula.
 Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
 Pemberian insentif pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan
persediaan jasa (supply of service).
c) Prinsip keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
mereka yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila didasarkan prinsip bahwa
yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya
dikenakan kepada mereka yang diuntungkan dengan pelayanan tersebut.

B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN


Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan
Dalam praktik, pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan karena alas an-
alasan sebagai berikut:

2
Penentuan Harga Pelayanan Publik Kelompok VIII

a) Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin barang
privat, mungkin tidak dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila
biayanya dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak
menikmati jasa tersebut.
b) Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka sehingga
konsumsi publik harus didisplinkan (hemat).
c) Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan
daripada kebutuhan
d) Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan untuk
memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun industrial
e) Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik atas
suatu jasa apabila jenis standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara tegas.
Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni, terdapat argument yang
menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu:
 Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan
 Yang miskin tidak mampu untuk membayar

C. PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBANAN


Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan
pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat, semakin
sesuai barang tersebut dikenai tarif. Namun batasan identifikasi barang privat dan publik
kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar per pelayanan. Kegagalan dalam menetapkan
biaya pada situasi tertentu menyebabkan distorsi harga dan alokasi sumber daya yang keliru,
sehingga mengurangi pilihan bagi konsumen.
Meskipun demikian, dalam praktiknya permasalahan administrasi dan pertimbangan sosial
dan politik memiliki prioritas yang lebih besar dibandingkan pertimbangan efesiensi ekonomi.
Namun perlu diwaspadai bahwa kesalahan dalam menetapkan tarif pelayanan publik
merupakan penyebab utama defisit anggaran di banyak negara berkembang.

3
Penentuan Harga Pelayanan Publik Kelompok VIII

Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit dijumpai.
Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas pelayanan menjadi
sangat rendah.

D. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK


Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda untuk setiap negara, antara jasa yang
disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik negara, dan
antar pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah memperoleh penerimaan dari beberapa
sumber, antara lain:
 Pajak
 Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service)
 Laba BUMN/BUMD
 Penjualan aset milik pemerintah
 Utang
 Pembiayaan defisit anggaran (mencetak uang)

E. PENETAPAN HARGA PELAYANAN: Berapa Harga Yang Harus Dibebankan


Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya, maka
pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar, atau dengan kata lain
berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa beban
(charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (full cost
recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total tersebut terdapat beberapa kesulitan,
karena:
1) Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan.
2) Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
3) Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.

4
Penentuan Harga Pelayanan Publik Kelompok VIII

4) Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung
(current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost).

Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing, setidaknya
harus memperhitungkan :

 Biaya operasi variabel (variable operating cost)


 Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk
memberikan pelayanan.
 Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan dan
 Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.

F. PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING


Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain:
1) Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu, dalam
praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti walau hal
ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efesiensi.
2) Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short run
MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost).
3) Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital cost tidak
mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost.
4) Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan:
 Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
 Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut.

5
Penentuan Harga Pelayanan Publik Kelompok VIII

5) Ekternalisasi konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minum
dan mandi dapat secara signifikan merubah “efesiensi harga” yang ditentukan oleh
marginal cost.
6) Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak untuk
jasa seperti air dimana terdapat macam bentuk diskriminasi harga yang mungkin untuk
digunakan.

G. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA


a) Two-part tariffs : banyak kepentingan (publik seperti listrik) dipungut dengan two-
part tariffs, yaity fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya
infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
b) Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
c) Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok
dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang
berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok yang berpendapatan rendah
dapat disubsidi silang dengan kelompok yang berpendapatan rendah dapat
disubsidi silang dengan kelompok dengan pendapatan tinggi.
d) Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan
publik untuk membayar.
e) Harga di atas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga di
atas marginal cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau
licence fee.

6
Penentuan Harga Pelayanan Publik Kelompok VIII

H. TAKSIRAN BIAYA
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
 Opportunity cost untuk staf, perlengkapan dll,
 Opportunity cost of capital,
 Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to society
(opportunity cost),
 Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu,
 Cadangan inflasi

Vous aimerez peut-être aussi