Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

KONSEP MEDIK
A. PENGERTIAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekelilig jaringan tulang mati). Ostemielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli
memberikan defenisi terhadap osteomylitis sebagai berikut :
 Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan
oleh staphylococcus areus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes
RI,1995).
 Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
 Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus infleunzae, infeksi yang hampir
selal disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae,
streptococcus da organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adlah infeksi
lain.
 Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-
kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak
(sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan
dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa
tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang
memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan
membentuk abses(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
Klasifikasi Osteomyellitis
Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka.

1
2. Osteomyelitis Sekunder adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah
dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria
furunkel).
Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
 Nyeri daerah lesi
 Deman, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
 Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
 Pembengkakan lokal
 Kemerahan
 Suhu raba hangat
 Gangguan fungsi
 Lab: anemia, leukositosis
b. Steomyelitis kronis
 Ada luka, bernanag, berabu busuk, nyeri
 Gejala-gejala umum tidak ada
 Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
 Lab: LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
 Staphylococcus (orang dewasa)
 Streplococcus (anak-anak)
 Pneumococcus dan Gonococcus

B. ETIOLOGI
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:
 Aliran darah
 Penyebaran langsung
 Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

2
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang
(pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam
telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang
lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang
(penyakit Pott).
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di
dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau
gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita
atritisbreumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikostiroid jangka
panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami
sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.

C. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% ingeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya sering dijumpai pada osteomyelitis meliputi proteus, pseudomonas dan
ecerichia coli.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi
dan edema. Setelah 2 atau 3 hari , trobosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat
3
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering hars
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan
tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Teradi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksis kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses
kembuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomyelitis tipe kronik.

D. MANIFESTASI KLINIK
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam
dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan
nyeri.
Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung
dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak
berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang
merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal
dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang,
dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan
pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada
sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun
(osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan
tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang
yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit.
Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit
dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk.
4
E. Evaluasi Diagnostik
Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada skening tulang
dengan teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi
hal ini tidak akan muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama
timbul.
CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak
selalu dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya. Untuk mendiagnosa infeksi
tulang dan menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan
sendi atau tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang,diambil contoh jaringan
tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan.

F. Pencegahan
Sasaran utamanya adalah pencegahan osteomyelitis. Penanganan infeksi local dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada
mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomyelitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik
perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan
potensial terjadinya osteomyelitis.

G. Penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, kultur darah dan
kultur abses dilakukan untuk mengidentifkasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik.
Kadang, infeksi disebabkan oleh dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena,
dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi
sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sbelum aliran darah ke darah
tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus-menerus
5
sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah
diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika
oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena
harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi
secara langsung dengan larutan salin fisiologi steril. Tetapi antibiotika dianjurkan.
Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead spance) atau dipasang tampon
agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafing dikemudian hari. Dapat
dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuanng debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang dibedridemen dapat diisi dengan graft tulang konselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asun darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang da eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang.

6
PENYIMPANGAN KDM
Bakteri staphylococcus areus

Invasif kedalam tulang kurang pengetahuan


Tentang penyakitnya
Reaksi Imunologis
Stressor meningkat
Tindakan invasif Osteomyelitis
koping
Pintu masuknya Merangsang pengeluaran zat bradikinin, tdk adekuat
Agen infeksi cherotin dan prostaglandin
Kecemasan
Fungsi proteksi Merangsang saraf efferent
kulit hilang
thalamus

Resiko tinggi terhadap corteks serebri Sakit/ketidaknyamanan


Penyebaran infeksi pd waktu bergerak
Nyeri (immobilisasi)

Ketidakmampuan turun
Dari tempat tidur

Tertekannya permukaan
kulit terlalu lama

Gangguan intergritas kulit

7
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
 Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal, nyeri lokal, pembengkakan,
eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disetai nyeri, pembengkakan
dan demam sedang.
 Kaji adanya faktor risiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopesi sebelumnya.
 Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan gerakan
perlindungan.
 Pada osteomyelitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi
sistemik infeksi.
 Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,
cairan purulen dapat terlihat.
 Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
 Pada osteomyelitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada
sore dan malam hari.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang
4. Kerusakan intergritas kulit b/d pengeluaran nanah dari kulit
5. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya 1. Membantu membedakan
(skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, penyebab nyeri dan
hilang timbul). memberikan informasi
tentang kemajuan/perbaikan
8
penyakit, terjadinya
komplikasi, dan keefektifan
intervensi.
2.catat terhadap respon obat, dan laporkan 2. Nyeri berat yang tidak
pada dokter bila nyeri hilang. hilang dengan tindakan rutin
dapat menunjukkan
terjadinya
komplikasi/kebutuhan
terhadap intervensi lebih
lanjut.
3. pantau tanda vital, catat peninggian suhu. 3. peninggian frekuensi
jantung dapat menunjukkan
peningkatan
nyeri/ketidaknyamanan atau
terjadi respons trhadap
demam dan proses inflamasi.

4. Kalaborasi. Berikan obat antipiretik, 4.Menurunkan demam dan


contoh asetaminofen. inflamasi.

2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan


INTERVENSI RASIONAL
1. Instruksian pasien untuk/bantu 1. Meningkatkan aliran darah ke otot
dalam rentang gerak pasien/aktif dan tulang untuk meningkatkan
pada ekstremitas yang sakit dan tonus otot, mempertahankan gerak
yang tak sakit sendi; kontrakturatrofi, dan
resorpsi kalsium karena tidak
digunakan.
2. Bantu/dorong perawatan 2.Meningkatkan kekuatan otot dan
diri/kebersihan (contoh mandi) sirkulasi, meningkatkan kontrol
pasien dalam situasi, dan
meningkatkan kesehetan diri
langsung.
9
3. Awasi TD dengan melakukan 3. Hipotensi postural adalah masalah
aktivitas. Perhatikan keluhan umum menyertai tirah baring lama
pusing. dan dapat memerlukan intervensi
khusus (contoh kemiringan meja
dengan peninggian secara bertahap
sampai posisi tegak).
4. Ubah posisi secara periodik dan 4. Menjega/menurunkan insiden
dorong untuk latihan batuk/napas komplikasi kulit/pernapasan
dalam. (contoh dekubitus, atelektasis
pneumonia).

3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang


INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi tanda-tanda infeksi 1. Pasien mungkin masuk dengan
peradangan, seperti demam. infeksi yang biasanya telah
Kemerahan, adanya pus pada luka, mencentuskan keadaan ketoasidosis
sputum purulen. atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan 2. Mencegah timbulnya infeksi
dengan melakukan cuci tangan yang silang (infeksi nosokomial).
baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
3. dorong keseimbangan antara 3. menurunkan komsumsi/
aktivitas dan istirahat . kebutuhan keseimbangan oksigen
dan memperbaiki pertahanan pasien
terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
4. diskusikan kebutuhan masukan 4. malnutrisi dapat mempengaruhi
nutrisi adekuat. kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
5. berikan antibiotik sesuai indikasi 5. Dapat diberikan secara
profilaksis bila dicurigai terjadinya
infeksi atau kontaminasi
10
4. Kerusakan intergritas kulit b/d pengeluaran nanah dari kulit
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, 1.Menentukan garis dasar dimana
turgor, sirkulasi, dan sensasi. perubahan pada status dapat
Gambarkan lesi dan amati dibandingkan dan melakukan
perubahannya intervensi yang tepat.
2. Tutupi dan bersihkan luka dengan 2. Dapat mengurangi kontaminasi
pembalut steril atau barier protektif, bakteri, meningkatkan proses
misalnya DuoDerm, sesuai petunjuk. penyembuhan.
3. Irigasi lika; bantu denga melakukan 3. Membuang jaringan nekrotik/luka
debridemen sesuai kebutuhan. eksudat umtuk meningkatkan
penyembuhan.
4. Ingatkan pasien untuk tidak 4. Mencegah kontaminasi luka.
menyentuh daerah luka.

5. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan


pengobatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau proses peyakit prognosis, dan 1. Memberikan pengetahuan dimana
harapan masa depan. pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2. Tekankan pentingnya melanjutkan 2. Keuntungan dari terapi obat-obatan
farmakoterapeutik. tergantung pada ketetapan dosis,
misalnya aspirin harus diberikan
secara reguler untuk mendukung
kadar terapeutik darah 18-25 mg.
3. Dorong dan berikan kesempatan 3. Membuat perasaan terbuka dan
untuk pasien/orang terdekat untuk bekerja sama dan menghilangkan
mengajukan pertanyaan dan takut bahwa pasien kehilangan
menyatakan masalah. kontrol.
4. Dorong orang terdekat berpartisipasi 4. Keterlibatan meningkatkan perasaan
dalam asuhan, sesuai indikasi. berbagi, menguatkan perasaan
berguna, memberikan kesempatan

11
untuk mengakui kemampuan
individu dan dapat memperkecil
tahut karena ketidaktahuan.
5.Tunjukkan indikator positif 5. Meningkatkan perasaan
pengobatan, contoh perbaikan dalam berhasil/maju.
nilai laboratorium, TD stabbil,
berkurangnya kelelahan.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1. Mengalami peredaan nyeri
a. Melaporkan berkurang nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
c. Tidak mengalami ketindaknyamanan bila bergerak

2. Peningkatan mobilitas fisik


a. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat
c. Memperlihatkan pengguanaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman.
3. Tidak adanya penyebaran infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tidak adanya pembengkakan
d. Tidak adanya pus
e. angka leukosit dan laju endap darah kembalai normal
4. Menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/meningkatkan
kesembuhan
5. - Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan
- Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,

13
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati).
Klasifikasi Osteomyellitis
Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah
dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria
furunkel).
Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
b. Steomyelitis kronis
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
 Staphylococcus (orang dewasa)
 Streplococcus (anak-anak)
 Pneumococcus dan Gonococcus
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam
dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan
nyeri.
B. SARAN
Sebagai perawat kita harus mengerti apa itu Osteomyelitis, apa penyebab, bagaimana
gejalanya dan yang terpenting kita harus tahu tindakan apa yang harus kita berikan untuk
membantu proses penyembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan &
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Jakarta :EGC,1999
Smeltzer, Suzanna C. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Saddarth, Editor
edisi 8, Jakarta : EGC,2001.
www.medicastore.com
14
www.google.com

15
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan Hidayat-
Nya makalah kami yang berjudul ”SKOLIOSIS & OSTEOMYELITIS”, dapat kami
selesaikan dalam waktu yang singkat.

Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu meluangkan
waktunya guna membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami sebagai penulis mengharapkan makalah ini dapat membantu pembaca dan
teman-teman dalam memahami tentang isinya dan menambah pengetahuan teman-teman
karena ini kami buat dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

Makassar, Mei 2008

16

Vous aimerez peut-être aussi