Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DIARE AKUT
DI
SUSUN
OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah karya ilmiah yang
berjudul “DIARE AKUT” . Adapun makalah ini tentunya dengan bantuan dari
berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah. Sehingga tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah.
Tak ada gading yang tak retak,kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah dari mulai penyusunan mau pun materi
tersebut. Untuk itu diperlukan kritik dan saran untuk dapat memperbaiki makalah
ini lebih baik lagi.
Wasalamualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUA
penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian
anak diberbagai negara termasuk Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare
adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab
kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi dan infeksi. Golongan umur yang
paling banyak menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya
yang masih rendah (Widoyono, 2009). Di Dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal
setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi dinegara berkembang.
Menurut WHO, di negara berkembang diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal
karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari 2 tahun. Rata-rata
anak usia kurang dari 3 tahun di negara berkembang mengalami episode diare 3 kali
Tangga angka kesakitan diare semua umur tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk,
balita dan semua umur 23,2/100.000 penduduk semua umur, dan hasil Riskesda
(2008) diare merupakan penyebab kematian no 4 (13,2%) pada 2 semua umur dalam
bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Kemenkes RI, 2010).
Hingga saat ini penyakit diare masih menjadi penyebab utama kesakitan dan
1
2
kematian pada bayi dan anak-anak. Berbagai sebab diantaranya akibat pemberian
susu formula yang tidak higyenis dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang
terlalui dini (Depkes RI, 2007). Jumlah kasus diare di Provinsi Aceh secara
Sementera itu, kasus diare pada bayi rata-rata pertahunnya mencapai 13%, hal ini
menunjukkan bahwa kasus diare pada bayi tinggi di Provinsi Aceh. Data dari Dinas
Kesehatan Kota Banda Aceh, jumlah kasus diare 9.484 kasus, kasus diare pada bayi
mencapai 11,9% (Dinkes Provinsi Aceh, 2010). Kecamatan Kuta Raja merupakan
salah satu Kecamatan yang terletak di Kota Banda Aceh. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh jumlah penderita diare anak usia
bayi lebih tinggi dibandingkan Kecamatan lain yang ada di Wilayah Kerja Dinas
Kesehatan Kota Banda Aceh, dimana jumlah penderita diare pada tahun 2011 di
Puskesmas Kopelma mencapai 552 kasus, dan jumlah bayi yang menderita diare
mencapai 132 balita (Laporan Kopelma Banda Aceh, 2011). Bertambahnya usia
bayi mengakibatkan bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki usia
6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa
vitamin serta mineral yang terkandung 3 di dalam ASI atau susu formula tidak lagi
mencukupi, oleh sebab itu setelah usia 6 bulan, bayi perlu mulai diberi MP-ASI
agar kebutuhan anak terpenuhi. Dalam pemberian MP-ASI, perlu diperhatikan usia
MP-ASI, dan cara pemberian MP-ASI pada tahap awal, pemberian MP-ASI
diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga
merangsang keterampilan makan anak dan rasa percaya dirinya (Depkes RI, 2007).
3
Pemberian MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis
susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan kecerdasan bayi yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani,
pemberian MP-ASI dini (kurang dari 6 bulan) sama saja dengan membuka pintu
merupakan salah stu faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Faktor perilaku 4
juga mempengaruhi kejadian diare, misalnya perilaku tidak mencuci tangan dengan
bersih sebelum makan, tidak memasak air yang akan diminum sampai mendidih,
serta makanan yang sudah lewat masa pakainya (kadarluarsa) dan terkontaminasi
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan dengan
tahun 2013
4
(MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja
1 Bagi peneliti
negatif dari pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-
TINJAUAN PUSTAKA
dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk
proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral
bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah
bagian belakang. Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. Sedangkan pengertian makanan itu sendiri
adalah merupakan suatu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh (Irianto
maknan keluarga. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata
berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga
dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
6
7
ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani,
2008).
ASI yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak
untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, serta makanan tersebut sehat
diantaranya:
c. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat
melihat juga usia pemberian makanan pendamping ASI pada anak, apakah
pemberian makanan pendamping yang diberikan sudah pada usia yang tepat atau
tidak.
8
Arif (2009) mengemukakan bahwa MP-ASI dapat diberikan saat usia bayi
mencapai 6 bulan. Ukuran kecukupan produksi ASI bagi bayi dapat dilihat dari
kenaikan berat badan dan kesehatan bayi. Bila diberikan saat usia dibawah 6 bulan,
memberatkan kerja pencernaan dan ginjal bayi. Selain itu, usus bayi belum dapat
menyaring protein dalam jumlah besar, sehingga dapat menimbulkan reaksi batuk,
diare, kolik dan diare. Terlalu dini pemberian MP-ASI akan menyebabkan
penting MP-ASI diberikan pada bayi sejak usia 6 bulan keatas karena pada usia 6
bulan kebutuhan nutrisi bayi sudah tidak bisa dipenuhi hanya oleh ASI. Usia bayi
diatas 6 bulan, syaraf dan otot dimulut bayi sudah mulai berkembang dan dapat
digunakan untuk menggigit atau mengunyah, pada usia tersebut bayi juga sudah
mulai tumbuh gigi dan bisa mengontrol pergerakan lidah, mulai menaruh barang
dimulutnya dan tertarik untuk mencoba rasa yang baru, dan pencernaan bayi sudah
pertama kali pemberian makanan pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar
adalah setelah anak berusia enam bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami
infeksi atau gangguan pencernaan akibat virus atau bakteri. Berdasarkan usia anak,
1. Memberikan makanan lumat dalam tiga kali sehari dengan takaran yang
cukup.
1. Memberikan makanan lunak dalam tiga kali sehari dengan takaran yang
cukup.
pemberian makanan pendamping ASI yang tepat biasanya diberikan tiga kali sehari.
diberikan lebih tiga kali sehari, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya diare.
pendamping ASI terlalu berlebihan atau diberikan lebih dari tiga kali sehari, maka
sisa bahan makanan yang tidak digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan sel,
dan energi akan diubah menjadi lemak. Sehingga apabila anak kelebihan lemak
10
dalam tubuhnya, dimungkinkan akan mengakibatkan alergi atau infeksi dalam organ
e. Pada usia 10 bulan, diberi 10 sendok makan, dan usia selanjutnya porsi
4. Jenis-jenis MP-ASI
bertambahnya umur bayi, pertumbuhan dan aktivitasnya akan bertambah, hal ini
mmbuat ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi, timbul perbedaan antara jumlah
makanan yang diperlukan dan makanan yang dapat disediakan oleh ASI, dimana
yaitu :
a. Makanan lumat halus, yaitu makanan yang dihancurkan dibuat dari tepung
dan tampak homogen (sama/rata) seperti bubur susu, bubur sumsum, biskuit
dengan sendok, nasi tim pisang, bubur kacang hijau dan kentang rebus.
c. Makanan lunak, yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak
d. Makanan padat, yaitu makanan lunak yang tidak nampak air, seperti nasi.
untuk bayi tetap bisa digunakan sesekali pada kondisi darurat, misalnya saat
2009).
Ariani (2009) mengemukakan bahwa telah diketahui bahwa bayi kurang dari
6 bulan belum siap untuk menerima makanan semipadat sebelum berusia 6 bulan,
adapun resiko yang mungkin dihadapi akibat MP-ASI terlalu dini pada bayi kurang
tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan
minum ASI lebih sedikit dan ibu pun akan memproduksi ASInya lebih
meningkat.
b. Resiko diare juga meningkat karena makanan timbagan tidak sebersih ASI.
berkuah ataupun berupa sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini
mendefiniskan bahwa diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari
semalam (24 jam). Para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri untuk diare
seperti berak lembek, cair, berdarah, berlendir atau dengan muntah (muntaber)
(Widoyono, 2009).
Menurut Hannemann (2005) diare terjadi saat dinding bagian dalam dari usus
terbuka. Tinja menjadi lunak karena zat-zat gizi yang dimakan dan diminum oleh
anak anda tidak dicerna dengan baik atau tidak diserap oleh usus. Juga, lapisan
a. Diare akut
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlangsung
kurang dari 7 hari. Khusus pada neonatus yang mendapat ASI, biasanya buang air
13
besar dengan frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali perhari) tetapi konsistensi
1. Diare sekretorik
Diare ini disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorpsi natrium oleh villus saluran cerna, sedangkan
sekresi klorida tetap berlangsung atau meningakt. Kedaan ini menyebabkan air dan
2. Diare osmotik
Yaitu mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dan cairan ekstrasel, oleh karena itu bila di lumen usus terdapat bahan yang secara
kandida).
d. Imunodefisiensi.
a. Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan
gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dan defisiensi imun
kekurangan kalori protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan
bayi baru lahir. Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan
lain :
a. Gejala umum
1. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
bahkan gelisah.
b. Gejala spesifik
1. Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau
amis.
menyebabkan:
2. Gangguan sirkulasi, pada diare akut kehilangan cairan dapat terjadi dalam
waktu yang singkat, bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan,
3. Gangguan gizi, hal ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan
output yang berlebihan, hal ini akan bertambah berat bila emberian makanan
(malnutrisi).
1. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa
berteman seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih
2. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata
sedikit cekung, tugor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.
cubitan kulit tugor kembali lambat, nafas cepat, anak terlihat lemah.
tatalaksama diare adalah LINTAS diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang
terdiri atas :
memberikan oralit, bila tidak tersedia berikan lebih banyak cairan rumah tangga
yang mempunyai osmolaritas rendah yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur
dan air matang. Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak, penderita harus segera
1. Tanpa dehidrasi, dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga
seerti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh, maupun oralit.
17
Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan dirumah yaitu
2. Dehidrasi ringan atau sedang, diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan
hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang
3. Dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret yang
terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan
lebih dari 10% berat badan, perawatan yang dilakukan adalah pengobatan di
5. Antiboitik bila perlu, sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang
b. Zinc
bila anak diare, kehilangan zinc bersama tinja, menyebakan defisiensi menjadi lebih
berat. Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
diberikan pada setia diare dengan dosis, untuk anak berumur kurang dari 6 bulan
diberi 10 mg (1/2 tablet) zinc perhari, sedangkan untuk anak berumur lebih dari 6
bulan diberi 1 tablet zinc 20 mg, pemberian zinc diteruskan sampai 10 hari
3. Pemberian ASI
penderita terutama pada anak agar tetap tumbuh kuat serta mencegah berkurangnya
berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang
minum susu formula diberika lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau
lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
yang memerlukan antibiotik (8,4%). Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan
diare berdarah, suspek kolera, dan infeksi di luar saluran pencernaan yang berat
seperti pneumonia.
19
Keterangan :
KERANGKA KONSEP
bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa
vitamin serta mineral yang terkandung di dalam ASI atau susu formula tidak lagi
mencukupi, oleh sebab itu setelah usia 6 bulan, bayi perlu mulai diberi MP-ASI
agar kebutuhan anak terpenuhi. Berdasarkan teori tersebut, maka secara skematis
kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagian di bawah ini.
20
21
No Variabel Defenisi operasional Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur
1 Dependen
2 Independen
kriteria
- Tepat bila
x≥ ̅
- Tidak tepat
bila
x < ̅
3.3. Hipotesa
Ha : Ada hubungan usia pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi
usia 6-12 bulan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kopelma Banda
bayi usia 6-12 bulan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kopelma
Ha : Ada hubungan cara pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi
usia 6-12 bulan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kopelma Kota
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional untuk
usia 6-12 bulan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kopelma
1. Populasi
atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
memiliki bayi usia 6-12 bulan dan tinggal Wilayah Kerja Puskesmas Kopelma
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
n= N
1+N(d2)
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 90%
24
25
usia 6-12 bulan dengan kejadian diare. Dimana kuesioner berisikan pertanyaan
tentang variabel penelitian yang terdiri dari 1 soal untuk pemberian MP-ASI, 1 soal
untuk usia,6 soal untuk resiko pemberian MP-ASI, 7 soal untuk cara pemberian
MP-ASI, untuk jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.
1. Data Primer
penelitian.
2. Data Skunder
1. Pengolahan Data
berupa daftar pertanyaan, kartu ataupun buku register, yang dilakukan pada
b. Coding, adalah memberikan kode untuk semua variabel berupa nomor pada
mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisa.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel dependen. dengan
b. Tidak tepat bila pemberian ASI diberikan pada usia kurang 6 bulan
(2005) analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-
P = f1 x 100 %
Keterangan
P : Persentase
f1 : Frekuensi teramati
variabel independen dengan variabel dependen melalui uji Chi-Square Tes (x2 ),
batas kemaknaan (CI) 0,05 (95%) (Arikunto, 2006), dengan ketentuan bila nilai p <
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna
28
antara variabel terikat dengan variabel bebas. Untuk menentukan nilai p-value pada
1. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka
2. Bila pada tabel 2x2 dan tidak dijumpai nilai Expected (harapan)kurang dari
c. Pembahasan
1. Hubungan usia pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan dengan
kejadian diare Berdasarkan hasil penelitian responden yang tepat pada usia
kejadian diare, Sedangkan dari 31 responden yang tidak tepat pada usia
diare.
ASI bagi bayi dapat dilihat dari kenaikan berat badan dan kesehatan bayi.
Bila
pencernaan dan
ginjal bayi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh
kali
29
pemberian makanan pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah
setelah usia anak 6 bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami infeksi
atau
gangguan pencernaan akibat virus atau bakteri. Menurut peneliti, usia yang
bayi. Bila MP-ASI diberikan ketika usia bayi dibawah 6 bulan, maka sistem
akan rentang terjadi gangguan pencernaan yang salah satunya seperti diare.
Selain itu, MP-ASI juga harus diberikan pada bayi yang berusia diatas 6
bulan dikarenakan oleh ketika usia 6 bulan kebutuhan nutrisi bayi sudah
2. Hubungan resiko pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan dengan
kejadian diare
(67,6%)
tidak
bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan resiko
3. Hubungan cara pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan dengan
kejadian diare
yang tidak tepat dengan cara pemberian MP-ASI ternyata mayoritas (68,6%)
5.1. Kesimpulan
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan
bayi
bayi
5.2. Saran
1. Bagi Peneliti
ASI) pada bayi usia 6-12 bulan dengan kejadian diare sehingga dapat
31
32
2. Institusi Pendidikan
dapat dimanfaatkan
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan
meningkatkan
pengetahuan mahasiswa/i.