Vous êtes sur la page 1sur 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. MasalahUtama

Perubahan proses pikir :waham

B. Proses TerjadinyaMasalah
1. Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang


salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Keliat, 1999).

Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau delusi
adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua kenyataan dan
tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya (Keliat, 2009).

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial (Stuart dan
Sunden, 1990).

2. Tanda dan Gejala


 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran,kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan.
 Klien tampak tidak mempunyai teman
 Curiga
 Bermusuhan
 Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
 Takut, sangat waspada
 Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
 Ekspresi wajah tegang
 Mudah tersinggung
3. RentanRespons

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran Logis Kadang proses Gangguan isi pikir


pikir terganggu
 Persepsi akurat  Halusinasi
 Emosi konsisten  Ilusi  Perubahan proses
dengan  Emosi yang emosi
pengalaman berlebihan  Perilaku tidak
 Perilaku sesuai  Perilaku yang terorganisasi
 Hubungan sosial tidak biasa  isolasi sosial
harmonis  Menarik diri

4. Penyebab
a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir :waham kebesaran dapat dibagi menjadi 2
teori yang diuraikan sebagai berikut :

1) Teori Biologis

Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu


kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama
(orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).

2) Teori biokimia

Menyatakan adanya peningkatan dari dopamine neurotransmiter yang dipertukarkan


menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan
asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
3) Teori Psikososial

Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147) menggambarkan


perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik
diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondisi yang lebih
stabi lmengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan anak dan masuk kedalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini
anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.

Teori interpersonal menyatakanbahwa orang yang mengalami psikosis akan


menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akankecemasan. Anak menerima
pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflikdan orang tua tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.

Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara
orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan
ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptive dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :

1) Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptive


termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalamotak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2) Stress Lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi


dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Pemicu Gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptive


berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku individu, seperti : gizi
buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan
sebagainya.

5. Jenis-Jenis Waham

Adapun jenis-jenis waham menurut Stuart and Sundeen (1998, hal 302) dan Keliat(1998)
waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu :

a. Waham agama :keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Waham kebesaran: klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuatan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham somatik : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu dan
terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Waham curiga :kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin bahwa
ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Waham nihilistik :klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal,
diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.
f. Waham berdosa : timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa
yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia dihukum berat.
g. Waham kejar : individu merasa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh orang lain atau
kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
h. Waham pengaruh : yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh
orang lain atau kekuatan.
i. Waham cemburu : selalu cemburu kepada orang lain.
6. Sumber Koping

Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan perilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti :
modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-
anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping Karena mereka biasanya tidak hanya belajar
dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang
cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.

7. MekanismeKoping

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan adalah:

 Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas.
 Proyeksi :sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
 Menarik diri
 Pada keluarga : mengingkari
8. PohonMasalah

Kerusakan Risiko mencederai diri/orang lain


komunikasi
verbal

Perubahan proses pikir: Waham

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah

Koping individu tidak efektif

Masalah keperawatan yang mungkin muncul:

 Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan


 Kerusakan komunikasi : verbal
 Perubahan isi pikir : waham
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
C. Data yang perlu dikaji

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Resiko tinggi mencederai diri, orang lain Data subjektif :
dan lingkungan Klien memberi kata-kata ancaman,
mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal, atau marah, melukai /
merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri.
Data objektif :
Mata merah, wajah agak merah, nada suara
tinggi dankeras, bicara menguasai,
ekspresi marah, pandangan tajam, merusak
dan melempar barang-barang.
Kerusakan komunikasi : verbal Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak
realistik.
Data objektif :
Flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
Perubahan isi pikir : waham ( ………….) Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang
diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain,
curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung.

Gangguan konsep diri: harga diri rendah Data subjektif :


Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak
bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
Data objektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternative tindakan,
ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri
hidup.

D. Diagnosa Keperawatan
 Kerusakan komunikasi verbal
 Perubahan isi pikir : waham
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah
 RencanaTindakanKeperawatan
E. Intervensi Keperawatan

Diagnosa I : Perubahan isi pikir : waham

Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal

Tujuan khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :
 Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu,
tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan
klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.


 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
 Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan :

 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.


 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah
sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
 Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :

 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
 Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Tindakan :

 Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
 Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Diagnosa II : gangguan konsep diri : harga diri rendah

Tujuan umum : Klien dapat mengendalikan waham.

Tujuan khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik :

Tindakan :

 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal


 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.


 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
 Utamakan memberi pujian yang realistik.
 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Tindakan :

 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.


 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
 Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :

 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.


 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.

Tindakan :

 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
 Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harag diri
rendah.
 Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Diagnosa III : harga diri rendah.

Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik :

Tindakan

 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal


 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.


 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
 Utamakan memberi pujian yang realistik.
 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tindakan :

 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.


 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
 Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.

Tindakan :

 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
 Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien dengan harag diri
rendah.
 Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
F. Evaluasi Keperawatan
 Klien dapat membina hubungan saling percaya.
 Klien dapat mengendalikan isi pikir : waham kebesaran.
 Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
 Klien dapat mengembangkan persepsi diri yang positif.
 Klien dapat terlibat dalam perawatannya.
STRATEGI PELAKSANAAN : GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. Masalah utama : gangguan proses pikir : waham


B. Kondisi klien :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga,


keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan. Takut, kadang panik.
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas. Ekspresi tegang, mudah tersinggung.

C. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan proses pikir : waham
D. Tujuan
 Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
 Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
 Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
 Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
E. Tindakan Keperawatan

Bina hubungan saling percaya

Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, kita harus membina hubungan saling percaya
terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan
yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:

 Mengucapkan salam terapeutik


 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan interaksi
 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
 Bantu orientasi realita
 Tidak mendukung atau membantah waham pasien
 Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
 Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
 Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
 Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
 Berdiskusi tentang obat yang diminum
 Melatih minum obat yang benar

Strategi pelaksanaan

SP 1 (Tanggal…….. )

 Salam terapeutik
 Perkenalkan identitas perawat
 Jelaskan tujuan interaksi
 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Buat kontrak yang jelas
 Yakinkan bahwa kerahasiaan pasien akan terjaga
 Tanyakan harapan pada pertemuan
 Tepati waktu

SP 2 (Tanggal……... )

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)


 Dorong dan beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
 Dengarkan ungkapan pasien dengan empati
 Lakukan pengkajian data (sesuai format pengkajian)

SP 3 (Tanggal…….. )

 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)


 Lakukan pengkajian dan orientasikan kegiatan sehari-hari
 Identifikasi masalah klien

Vous aimerez peut-être aussi