Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
BAB II
STATUS PSIKIATRI
a. Keluhan Utama :
Keluhan utama pasien yaitu perubahan tingkah laku seperti menyendiri, tidak
mau bergaul dan suka berbicara sendiri. Keluhan tersebut sudah di alami pasien sejak di
Rumah Sakit Jiwa Jambi, sebelum ia dirawat di Sanatorium Dharamwangsa. Lalu dokter
di Jambi menyarankan keluarga pasien agar pasien di alih rawat ke Jakarta.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien telah selesai menjalani perawatan pada tahun 2001 dan diperbolehkan
pulang oleh dokter di RSJ Jambi. Keluarga pasien mengeluhkan bahwa pasien sering
bicara sendiri, komat-kamit, mengamuk, gelisah, dan berfikir ada yang ingin mencelakai
dirinya dan sering merasa ketakutan tanpa alasan yang jelas. Pasien juga sering
mendengar bisikan – bisikan saat pasien sedang sendiri. Karena keadaan tersebut, pihak
keluarga memutuskan untuk membawa pasien kembali ke RS Jiwa Jambi. Dan dokter di
Jambi menyarankan untuk alih rawat ke Sanatorium Dharmawangsa, Jakarta.
dirawat karena merasa tidak sakit, sehingga pasien tidak mau minum obat dan curiga
bahwa obat yang diberikan adalah racun. Perilaku pasien sangat kacau, dan tidak dapat
menjaga kebersihan diri seperti tidak mau mandi, tidur di lantai, berdiam di kamar.
Selama menjalani perawatan di Sanatorium Dharmawangsa pasien pernah mencoba kabur
dengan cara melompati tembok, tetapi pasien terjatuh dan mengalami patah kaki. Sejak
saat itu pasien tidak pernah mencoba kabur lagi.
Saat ini pasien juga terlihat menyendiri dan tidak mau bergaul dengan pasien lain
di Sanatorium Dharmawangsa, pasien sering bernyanyi lagu tio ciu dengan nada yang
diulang-ulang sambil bermain gitar. Aktivitas pasien setiap hari antara lain berbaring di
kamar, merokok sambil duduk di teras depan kamar, pasien hanya sesekali mengobrol
dengan Zaldi, yaitu pasien di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien juga sudah bisa makan
dan minum obat, mandi, tidur secara teratur. Saat diwawancara sikap pasien kooperatif
dan terus menjawab walau hanya dengan jawaban singkat, sesekali pasien meminta kertas
untuk menulis.
semakin minder dan menarik diri dari pergaulan, tidak mau makan dan mandi,
hingga suatu saat pasien berbicara sendiri. Pasien juga beberapa kali mengamuk
tanpa sebab, dan mengancam akan membunuh seriap orang yang berani
meremehkan dirinya. Atas keputusan pihak keluarga, pasien akhirnya dirawat di
Rumah Sakit Jiwa Jambi untuk pertama kalinya tahun 2001. Di sana pasien sering
mencoba kabur. Pihak keluarga memutuskan agar pasien dirawat di Sanatorium
Dharmawangsa, berdasarkan saran dokter yang merawatnya.
c. Riwayat Keluarga :
Pasien terlahir di keluarga yang berekonomi menengah. Pekerjaan ayahnya adalah
wiraswasta onderdil motor, dan ibunya adalah seorang Ibu Rumah Tangga. Saat remaja
ayah pasien meninggal karena penyakit ginjal kronis. Setelah ayahnya meninggal, pasien
bersama kakak dan adiknya bekerja menggantikan ayahnya untuk menopang
perekonomian keluarga. Pasien adalah anak ke 4 dari 10 bersaudara (5 pria dan 5 wanita).
Di dalam keluarganya pasien sangat dimanja oleh orang tuanya. Hingga perawatan di sini
pun ibu pasien masih memanjakannya melalui perawat agar menuruti apa saja yang
diinginkan oleh pasien (rokok dan uang).
Hubungan pasien dengan orang tua dan saudara-saudaranya cukup baik begitu pula
dengan keluarga besarnya. Paman pasien (adik dari ibu) adalah seorang dokter. Sejak
terjadi perubahan sikap pada diri pasien, keluarga dan kerabat sangat memperhatikan,
namun pasien merasa kalau mereka jahat karena sering memasukkannya ke rumah sakit
dan memberinya obat tidur yang diperoleh dari dokter di Jambi.
: Pasien
2. Nama : Ny. R
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SD
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
3. Nama : Ma
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung
4. Nama : Mn
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung
5. Nama : Mm
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung
6. Nama : J (Pasien)
Pekerjaan :-
Agama : Buddha
Pendidikan : Perguruan Tinggi S1 (tidak tamat)
Hubungan dengan pasien : -
7. Nama : Jki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
8. Nama : Jk
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Buddha
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
9. Nama : Mti
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Buddha
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
11. Nama : Jo
Pekerjaan :-
Agama : Buddha
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengaku bekerja bersama adiknya meneruskan usaha ayahnya
yaitu berjualan onderdil motor.
c. Riwayat Psikoseksual
Riwayat tertarik dengan sesama jenis disangkal. Riwayat pernah
berselingkuh dengan wanita lain saat menikah, selingkuhannya kemudian
menjadi istri kedua pasien.
d. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikahdua kali.
Istri I : Nama : Ny. C (cerai)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anak :Y
bulan sekali,sedangkan saudara yang lain beberapa tahun terakhir ini tidak ada
yang datang menjenguk. Keluarga enggan menjenguk karena pasien selalu
ingin bertemu dengan istri dan anaknya.
BAB III
STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang pria berusia 53 tahun, tampak sesuai dengan usianya,
tampak sehat. Berperawakan tinggi, kurus, dan warna kulit kuning langsat.
Potongan rambut pendek cepak agak botak dan sebagian rambutnya sudah
memutih, juga tampak kumis dan janggut yang tipis berwarna hitam dan sebagian
juga sudah memutih. Cara berpakaian sederhana, menggunakan kaos yang sudah
lusuh dengan celana pendek. Kebersihan diri baik.
Perilaku tampak diam, tidak banyak bicara dan lebih banyak berdiam di teras
depan kamar sambil duduk melamun dan terkadang sambil merokok. Sikap pasien
sama saja pada setiap wawancara, berbicara dengan suara kecil, menjawab
sepatah-patah, isi pembicaraan dapat dimengerti. Saat wawancara pertama kali
pasien tidak terlalu banyak melakukan kontak mata, baru pada wawancara
selanjutnya pasien mulai lebih banyak melakukan kontak mata.
2. Kesadaran
Selama wawancara diperoleh kesan kesadaran compos mentis. Pada
wawancara pertama pasien tidak terlalu banyak membalas kontak mata. Pasien
membalas pembicaraan dengan cukup baik saat diajak berbicara.
Selama wawancara:
Secara keseluruhan pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, walaupun
kadang kala jawaban pasien tidak berhubungan dan pasien menjawab dengan
bahasa tio ciu. Berbicara terkadang kacau, kontak mata hanya dilakukan sesekali,
lebih banyak menunduk atau memandang kosong ke depan. Kontak mata hanya
dilakukan sesekali, lebih banyak menunduk sambil bermain gitar. Pasien tidak
dapat duduk tenang, sering megoyang-goyangkan kaki dan sambil bernyanyi
kecil.
Setelah wawancara:
Setelah wawancara pertama, pasien berjalan masuk ke dalam kamarnya dan
duduk diatas ranjangnya. Setelah wawancara yang kedua dan ketiga pasien masih
duduk menyendiri di depan teras kamar.
c. Fungsi intelektual
Sensorium/taraf kesadaran dan kesigapan
Kesadaran kompos mentis, GCS 15 (E4V5M6).
Fungsi kognitif
a. Intelegensi dan kemampuan informasi
Dalam kondisi cukup baik. Dapat dilihat pasien mengerti serta
berkomunikasi dengan cukup baik dari beberapa topik pembicaraan.
Tetapi pasien tidak mengetahui berita-berita terbaru saat berdiskusi dengan
pewawancara. Pasien hanya tahu siapa Presiden Indonesia yang pertama
dan kedua tetapi tidak mengetahui nama Presiden Indonesia dan Gubernur
DKI Jakarta yang sekarang.
b. Orientasi
Waktu : Terganggu (pasien tidak mengetahui hari, tanggal, dan
bulan tetapi mengetahui sekarang ini tahun berapa)
Tempat : Baik (pasien mengetahui bahwa ia berada di
Sanatorium Dharmawangsa di Jakarta)
Orang : Baik (Pasien dapat menyebutkan nama teman-
temannya di Sanatorium Dhamawangsa dengan benar. Pasien
juga dapat memanggil nama pewawancara dengan benar)
c. Daya ingat
Immediate
Baik. Pasien dapat mengulangi 3 benda yang tidak
berhubungan dan angka-angka setelah pewawancara ucapkan.
Recent
Baik, pasien dapat menceritakan kejadian tadi pagi, pasien
dapat menyebutkan menu makan tadi pagi.
Long term
Terganggu, pasien tidak dapat mengurutkan nama saudara-
saudaranya dari pertama sampai akhir, namun pasien masih dapat
mengingat tanggal lahirnya serta kejadian sewaktu masih sekolah
dan bekerja di Jambi.
d. Konsentrasi dan perhatian
e. Pikiran
1. Bentuk pikir
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas pikiran : Cukup
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
BAB IV
PEMERIKSAAN FISIK DAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Kompos mentis ; GCS : E4V5M6
3. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : afebris
4. Status internus :
Kepala : Normosefal, tidak teraba benjolan
Rambut : Hitam-putih, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata : Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Bentuk hidung normal, simetris, sekret (-/-), nafas cuping
hidung (-), deviasi septum (-)
Telinga : Bentuk telinga normal, discharge (-/-), peradangan (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), stomatitis (-), lidah kotor (-)
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran KGB.
Thoraks :
Jantung :
o Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi iktus kordis
o Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V MCL sinistra
o Perkusi : Jantung dalam batas normal
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru :
o Inspeksi : dinding dada simetris saat diam maupun bergerak,
retraksi (-)
o Palpasi : gerakan nafas simetris, strem fremitus sama kuat
dekstra et sinistra
o Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua hemitoraks, ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen :
o Inspeksi : tampak membuncit, simetris, striae (-), scar (-)
o Auskultasi : bising usus (+) normal 15 x/menit
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran hepar maupun
lien, ballotement (-)
o Perkusi : timpani
Kulit : tidak ada efloresensi yang bermakna.
Ekstremitas :
Superior (dx/sn) Inferior (dx/sn)
Akral dingin -/- -/-
Udem -/- -/-
5. Status neurologis
Rangsangan meningeal : (-)
Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak ada
Nn. kranialis : Baik, tidak ada kelainan
Pupil : Bulat, isokor, diameter 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+)
Sensibilitas : Baik, tidak ada kelainan
Motorik : Baik, tidak ada kelainan
Fungsi serebelum dan koordinasi : Baik, tidak ada kelainan
Fungsi luhur : Baik
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium (05 Juni 2017) yang dilakukan oleh Sanatorium
Dharmawangsaadalah sebagai berikut :
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 15,3 g/dl 13 – 16
Jumlah leukosit 7,4 ribu/ul 5 – 10
Hitung jenis
Basofil 0 % <1
Eosinofil 2 % 1–3
Batang 1 % 2–6
Segmen 60 % 50 – 70
Limfosit 34 % 20 – 40
Monosit 3 % 2–8
Laju endap darah 7 mm/jam < 15
Jumlah eritrosit 3.2 juta/ul 4.5 – 5
Jumlah hematokrit 46 % 40 – 48
Jumlah trombosit 220 ribu/ul 150 – 400
MCV 102* fl 80-96
MCH 34* pg 27-31
MCHC 33 g/dl 32-36
Kimia Darah
Fungsi Hati
Protein
Protein total 6.3 g/dl 6-8.4
Albumin 4 g/dl 3.5-5.2
Globulin 2.3 g/dl 2.3-3.5
SGOT 27 U/l < 37
SGPT 27 U/l < 40
Lemak
Trigliserida 85 mg/dl <200
Cholesterol total 175 mg/dl <200
HDL-cholesterol 49 mg/dl 35-55
LDL-cholesterol 109 g/dl <130
Karbohidrat
Glukosa puasa 72 mg/dl 70-110
Fungsi Ginjal
Ureum
Ureum 24 mg/dl 10-50
BUN 11 mg/dl 7-22
Creatinine 0.96 mg/dl 0.5-1.4
Lain-lain
Asam Urat 4,4 mg/dl 3.4-7
Kesan :Tidak ada kelainan yang bermakna. Semua hasil laboratorium masih dalam batas
normal.
BAB V
IKTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diwawancara dan diperiksa seorang laki-laki berusia 53 tahun dengan
penampilan sesuai dengan usianya. Pasien cenderung untuk menyendiri, diam dan tidak mau
bergaul dengan pasien lain. Pada saat pemeriksaan ditemukan tanda dan gejala seperti pasien
terlihat senang, bernyanyi-nyanyi kecil, senyum sendiri dan kecenderungan untuk tidak mau
bergaul, halusinasi visual, afek inappropiate, RTA terganggu, tilikan 1 dan social judgement
terganggu.
Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan, pasien ini didiagnosis skizofrenia
residual. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada pasien ini adalah MRI untuk mencari
tahu penyebab kelainan organik. Terapi yang diberikan adalah Aripiprazole 1 x 15mg/hari
setiap pagi.
Prognosis penyakit ini baik karena timbul saat usia dewasa dan pasien sudah
menunjukkan perbaikan gejala, kebersihan diri sudah baik dan pasien sudah kooperatif. Pada
kasus ini tidak perlu dirujuk karena tidak menunjukkan adanya kegawatan psikiatri.
BAB VI
DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola perilaku atau psikologis yang
secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan
penderitaan dan gangguan dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil wawancara, pemeriksaan fisik, dan laboratorium, dan mengacu pada
PPDGJ III, maka dapat disumpulkan sebagai berikut:
A. Aksis I
F0.Gangguan Mental Organik
Berdasarkan hasil alloanamnesa :
Pasien tidak pernah mengalami trauma yang menyebabkan kelainan di otak
dan tidak pernah menderita sakit yang berhubungan dengan kemunduran fungsi otak.
Kesimpulan: Tidak Terdapat Gangguan Mental Organik termasuk Gangguan
Mental Simptomatik.
Berdasarkan adanya :
Memenuhi kriteria umum diagnosa Skizofrenia
Gejala “negatif” dari schizophrenia yang sangat menonjol
Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi criteria untuk diagnosis schizophrenia
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom ‘’negatif’’ dari schizophrenia
B. Aksis II
Berdasarkan auto dan alloanamnesis, didapatkan pasien sulit bergaul dan hanya
memiliki sedikit teman, pendiam dan penyendiri sehingga masuk ke dalam CIRI
KEPRIBADIAN SKIZOID.
C. Aksis III
Berdasarkan auto dan allo anamnesa, pemeriksaan fisik, neurologis dan laboratorium
didapatkan bahwa pasien tidak memiliki penyakit yang mempengaruhi kondisinya sekarang.
D. Aksis IV
Berdasarkan alloanamnesa diketahui pasien mulai bertingkah aneh sejak gagal ujian
masuk Universitas Indonesia yang diperberat dengan kegagalan dalam usaha dan kegagalan
rumah tangga yang berulang kali.
E. Aksis V
GLOBAL ASSESSMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE
Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak
100-91
tertanggulangi.
Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
90-81
yang biasa.
Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
80-71
sekolah, dll.
Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
70-61
umum masih baik.
60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
50-41 Gejala berat (serious), disabilitas berat.
40-31 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas
GAF berada dalam rentang 70-61, yaitu beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik..
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : Skizofrenia tipe residual (F 20.5)
Axis II : Tidak ada gangguan kepribadian, hanya Ciri Kepribadian Skizoid
Axis III : Tidak ada diagnosa
Axis IV : Ada stressor psikososial yang dimulai dari gagal saat ujian masuk
Universitas Indonesia, kegagalan dalam usaha dan kegagalan rumah tangga
yang berulang kali.
Axis V : GAF =70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringandalam
fungsi, secara umum masih baik).
BAB VII
FORMULASI TERAPI
A. Farmakologi
Aripiprazole 1 x15mg/hari (Pagi)
B. Non farmakologi
Psikoterapi (supportive therapy)
Memberi dukungan terhadap pasien
Pengawasan minum obat secara teratur
Memotivasi pasien agar mau minum obat secara teratur
Terapi psikososial :
Family counseling : memberi informasi dan edukasi kepada keluarga
mengenai penyakit pasien.
Recreation therapy : mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rekreasi dan
kesenian yang diadakan.
Terapi prilaku :
Mendengarkan musik, bernyanyi dan mengembangkan hobi pasien.
Dorong pasien untuk lebih memperhatikan kebersihan diri.
Personal Hygiene : pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan dirinya
sendiri termasuk mandi dan menggosok gigi
BAB VIII
PROGNOSIS
BAB IX
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara 1
Hari, tanggal, dan jam : Sabtu, 12 Agustus 2017 jam 13.00
Tempat : aula Sanatorium Dharamawangsa
Penampilan : Kaos berkerah warna biru muda dan celana pendek biru muda
polos. Rambut pendek.
Aktivitas : Pasien sedang berbaring sambil merokok di kamarnya
Keterangan : A (pemeriksa), B (pasien)
A : J sudah makan?
B : sudah
A : J jualan sendirian?
B : Nggak, sama adik juga
A : Wah J bisa main gitar ya? Coba ambil gitarnya dong terus main.
B : (langsung pergi mengambil gitar di meja milik pasien lain, ia langsung memainkan
sebuah lagu bahasa tio ciu)
Kesan Wawancara I
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15 = E4M6V5)
Hygiene diri : Kurang
Orientasi waktu : Belum dapat dinilai
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Belum dapat dinilai
Discriminative insight : Tilikan derajat I
Discriminative judgment :Belum dapat dinilai
Autisme : Ada
Afek : Terbatas
Kontak mata : Hampir tidak ada
Relasi dengan orang lain : Buruk
Waham : Belum dapat dinilai
Halusinasi : tidak ada
Keserasian : Inappropriate (tidak serasi)
WAWANCARA II
Hari / Tanggal : Senin 14 Agustus 2017
Pukul : 10.00 WIB
Pakaian : Pasien menggunakan baju sama seperti hari kemarin
Aktivitas : Pasien sedang duduk di teras depan kamar sambil merokok dan diam
walaupun banyak pasien lain di sebelahnya.
Tempat : Di teras depan kamar pasien
Keterangan : A = Pemeriksa
B = Pasien
A : Ini bukan hari Jumat pak, tapi hari Senin. Kalo sekarang tanggal berapa ya?
B : Gatau
A : Coba J ceritain dong kalau lagi telponan sama apa aja yang dibicarain?
B : udah lupa
A : Pak tadi saya perhatikan bapak tadi berjalan menghindari sesuatu? Apa itu?
B : itu ada orang
A:Boleh saya minta pak J untuk menuliskan nama-nama saudaranya dikertas ini? (sambil
menyodorkan kertas dan pena)
B : (mengambil kertas dan menuliskannya : J, Jo, Jki,Jk, Jn, Ma, Mi, Mt, Mm)
(Cleaning service datang mengampiri dan mengatakan sudah waktunya jam besuk)
Kesan Wawancara II
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15 = E4M6V5)
Hygiene diri : Kurang
Orientasi waktu : Terganggu
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Baik
Memori jangka panjang : Cukup Baik
Discriminative insight : Tilikan derajat I
Discrimnative Judgment : Terganggu
Social Judgment : Terganggu
Autisme : Ada
Afek : Terbatas
Kontak mata : Hampir tidak ada
Relasi dengan orang lain : Buruk
Keserasian : Inappropriate (tidak serasi)
Memori jangka panjang : Terganggu
Kemampuan visuospasial : Baik
WAWANCARA III
Hari / Tanggal : Selasa, 15 Agustus 2017
Pukul : 10.00 WIB
Pakaian : Kaos berkerah bermotif garis-garis pink, celana pendek berwarna pink
Aktivitas : Pasien sedang duduk diteras depan kamar sambil merokok
Tempat : Di teras depan kamar
Keterangan : A = Pemeriksa
B = Pasien
A : Udah sarapan?
B : Sudah
A : J udah mandi?
B : (Menggangguk sambil menghisap rokoknya)
A : Dikurangin 7 lagi?
B : 86
A : Dikurangin 7 lagi?
B : (diam)
A : Sekarang coba pak J tau gak artinya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui?
B :(Diam) melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu
A : Biasa mulai tidur sampe dari jam berapa sampai jam berapa J?
B : Jam 9.. Kadang jam 10.. Bangun kalau dibangunin..
A : pak J ingat ya yang saya sebutin nanti coba di ulangin ya.. mawar, kertas, gitar coba
bapak ulangin.
B : mawar, kertas, gitar
A : Seandainya J ketemu dompet isinya duit, KTP, ATM dan surat berharga lainnya apa yang
J lakukan?
B : Ambil uangnya
A : Dompetnya di kemanain?
B : Buang aja (tersenyum)
BAB X
GRAFIK PERKEMBANGAN PASIEN
Chart Title
12
10
0
1983 1990 1998 1999 2001 2016
1983 : Pasien gagal ujian masuk Universitas Indonesia. Sudah mulai muncul gejala, pasien
merasa bahwa panitia penerimaan mahasiswa baru bertindak curang atas dirinya. Saat mulai
kuliah pasien menjadi minder dan menarik diri dari pergaulan.
1999 : Toko onderdil keluarga tempat pasien bekerja terancam bangkrut. Pasien menjadi
makin pendiam, mengurung diri di kamar, tidak mau mandi, mudah tersinggung, tidak sopan
terhadap orang lain, acuh tak acuh terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
2001 : Pasien masuk Rumah Sakit Jiwa Jambi dan kemudian masuk ke Sanatorium
Dharmawangsa. Puncak gejala PSIKOSIS pasien. Pasien mulai berbicara sendiri, berjalan
mondar mandir, mengamuk tanpa alasan dan mengancam membunuh siapa saja yang berani
meremehkannya.