Vous êtes sur la page 1sur 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN AKUT MIOKARD INFARK

DOSEN: BAPAK MELKISEDEK LANDI,S.Kep,Ns,M.Med.Ed

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1.DIANA C MANU
2.YUDHARIA S PORO
3.DESTIANA J TANGGU
4.YENI R UKA SARAKAYU
5.BAJA ORU
6.RAMBU C BILI
7.LENSIANA DETI
8.MATHILDA N SURU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


RPL PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunainya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Akut Miokard Infark
dengan baik dan tepat pada waktu yang ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dalam pembelajaran Asuhan Keperawatan Akut Miokard Infark
Kritik dan saran sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas makalah ini. Semoga
makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................ii

Pengertian................................................................................................1

Penyebab.................................................................................................1

Manifestasi Klinis....................................................................................2

Patofisiologis............................................................................................2

Pemeriksaan Penunjang...........................................................................3

Penatalaksanaan.......................................................................................4

Penutup....................................................................................................12

ii
ASUHAN KEPERAWATAN AKUT MIOKARD INFARK

A. Pengertian
Menurut Smeltzer dan Bare, (2008 : 788) infark miokard mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri
koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus.

Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardia yang terjadi akibat kekurangan
oksigen berkepanjangan (Corwin, 2001:367), yang bersifat sementara dan reversibel (Price
and Wilson, 1994:529).

Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
Biasanya didasari oleh adanya aterosklerosis pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut
hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yan gterbentuk
pada plaqus aterosklerosis yang tidak stabill (Soeparman, 1996:1098).

Infark miokardium merupakan blok total yang mendadak dari arteri koroner atau besar atau
pada cabang-cabangnya (Barbara C. Long, 1996:568).

Myocardial infark (MI, sumbatan koroner, thrombosis koroner atau serangan jantung)
merupakan sumbatan total pada arteri koronaria. Sumbatan ini mungkin kecil dan focal atau
besar dan difus. Pembuluh yang sering terkena adalah koronaris kiri, percabangan anterior
kiri dan arteri circumflex. Pembuluh yang tersumbat mungkin hanya satu, dua, atau tiga
pembuluh (Depkes, 1993:138).

B. Penyebab

Menurut Smeltzer dan Bare (2000:788) penyebab infark miokardium adalah penurunan suplai
darah ke jantung akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau
penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus juga bisa diakibatkan karena syok atau
perdarahan.

Sedangkan menurut Price and Wilson (1994:529) penyebab arteri koronaria yang paling

1
sering ditemukan adalh aterosklerosis pembuluh koroner. Aterosklerosis menyebabkan

penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria dan secara progresif
mempersempit lumen pembuluh darah sehingga resistensi terhadap aliran darah akan
meningkat dan membayakan aliran darah miokardium.

Penyebab sumbatan tidak diketahui walaupun diperkirakan perdarahan akibat plaque


atherosklerosis dan farmasi thrombus diperkirakan merupakan faktor persipitasi penilitian
baru-baru ini menunjukkan bahwa forkasi thrombus dapat berlanjut menjadi infark karena
edema yang berkaitan dengan infark menganggu aliran darah dalam arteri koronaria, yang
menyebarkan stasis dan formasi thrombus (Depkes, 1993:139).

C. Manifestasi Klinis

Menurut Sjaefoellah (1998:110) gejala klinis pada klinis pasien dengan miokard infark yaitu
adanya keluhan yang khas adalah nyeri dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas
atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke tangan (umumnya kiri), pada leher,
rahang ke punggung dan epigastrium. Nyeri dapat disertai perasaan mual muntah, sesak,
pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope, pasien tampak sering kesakitan.

Pada pemeriksaan fisik penurunan kardiak output menyebabkan takikardi, perubahan nadi,
hipotensi, muka pucat, diaporesis, kulit dingin, perubahan status mental, sinkope dan
berkurangnya produksi urin.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001:788) manifestasi klinis dari infark miokardium adalah
nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus terletak di bagian bawah sternum
dan perut atas. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Nyeri ini adalah
gejala utama yang muncul. Nyeri bisa menyebar ke bahu dan lengan biasanya lengan kiri dan
dirasakan tajam dan berat. Napas pendek, pucat, keringat dingin, pusing, dan mual muntah.
Pasien dengan diabetes mellitus mungkin tidak merasakan nyeri berat bila menderita infar
miokardium, karena neuropati menyertai diabetes mellitus mempengaruhi neuroreseptor,
sehingga nyeri yang dialaminya.

D. Patofisiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002 : 7776-777) Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol

2
berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini dinamakan ateroma atau plaqul yang

akan mengganggu absorpsi nutrien oleh sel-sel endotal yang menyusun lapisan dinding dalam

pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen

pembuluh darah. Endotel pembuluh darah terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen akan menjadi sempit dan kasar, akan cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah terjadi koagulasi intravaskuler.

Ateroskleresos koroner menimbulkan sumbatan aliran darah yang berlangsung progresif dan
suplai darah yang tidak adekuat atau iskemia yang berat, disertai kerusakan sel inilah yang
disebut infark miokardium.

Iskemia miokard bermanifestasi berupa angina pektoris yaitu dengan gejala perasaan tertekan
dan penuh atau nyeri substernal. Ini akibat kurangnya oksigen untuk miokard agar dapat
bekerja efektif, penyebabnya hampir selalu penyempitan yang disebabkan aterosklerosis,
perubahan ini masih reversible dan fungsi sel-sel kembali normal bila oksigenasinya kembali
mencukupi (Tambayong, 2000:90).

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges et all (2000:85) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan infark
miokard yaitu :

1. EKG, menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau


datarnya gelombang T dan adanya gelombang Q.

2. Enzim jantung dan isoenzim, CPK-MB meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24
jam.

3. Elektrolit, ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi


kontraktilitas.

4. Sel darah putih, leukosit (10.000-20.000) tampak pada hari kedua sehubungan dengan
proses inflamasi.

5. GDA atau oksimetri nadi, dapat menunjukkan hipoksia.

3
6. Kolesterol atau trigliserida serum : meningkat menunjukkan arterisklerosis.

7. Foto dada, bisa normal atau menunjukkan pembesaran jantung yang dicurigai GJK.

8. Ekokardium, evaluasi lebih lanjut mengenai fungsi dasar terutama ventrikel.

9. Angiografi koroner, menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Menurut Smetlzer (2002:790) : Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah memperkecil
kerusakan jantung sehingga mengurangi terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung
diperkecil dengan cara, segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen jantung tetapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring
dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan fungsi jantung. Obat-obatan
dan oksigen digunakan untuk mengurangi kebutuhan oksigen, sementara tirah baring
dilakukan untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Hilangnya nyeri merupakan indikator
utama bahwa kebutuhan dan suplai telah mencapai keseimbangan.

Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen
Smeltzer dan Bare, 2002:791-802).

a.Vasodilator

Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalh nitrogliserin. Nitrogliserin


menyebabkan dilatasi arteri dan vena, sehingga menurunkan jumlah darah yang
kembali ke jantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (viorkload) jantung.

b. Antikoagulan

Heparin digunakan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. Dengan


memperpanjang waktu pembekuan darah dapat menurunkan kemungkinan
pembentukan trombus dan akan menurunkan aliran darah.

c. Trombosit

Tujuan trombosit untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk di arteri
koroner, memperkecil penyumbatan dan juga luasnya infark, contohnya steptokinase

4
atau anti streptease, selain itu pemberi analgetik juga bisa diberikan. Morfin dapat
menurunkan tekanan dalam kapiler paru, mengurangi perembasan cairan ke jaringan
paru dan menurunkan kecepatan napas. Diuretik bisa diberikan untuk vasodilatasi

dan penimbunan darah di pembuluh darah perifer, contohnya furosemide (lasix).

2. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Doenges et alll (2000;84) dasar data pengkajian yang perlu diperhatikan pada
pasien dengan infark miokard adalah sebagai berikut :

a. Aktivitas

Pasien sering mengalami kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur. Ditandai adanya takikardia
dan dispnea pada saat istirahat maupun beraktivitas.

b. Sirkulasi

Adanya riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung
kronis, masalah tekanan darah dan diabetes mellitus perlu ditanyakan pada pasien.
Ditandai dengan tekanan darah dapat normal atau naik atau turun, nadi dapat normal
penuh atau tak kuat juga bisa lemah tapi kuat, dan disritmia.

c. Nyeri atau ketidaknyamanan

Nyeri dada yang timbulnya mendadak atau tidak berhubungan dengan aktivitas, tida
hilang dengan istirahat skala nyeri 1-10. Hal ini ditandai dengan wajah meringis,
menangis, merintih. Perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah,
pernapasan, warna kulit, kesadaran.

d. Pernapasan

Pada pasien infark dapat terjadi dispnea, batuk dengan atau tanpa produksi sputum,
riwayat merokok dan pernapasan kronis, ditandai dengan peningkatan frekuensi
pernapasan, napas sesak, pucat, sianosis.

Tindakan keperawatan utama pada paisen infark meliputi sebagai berikut (Corwin,
2001:371) :

5
1) Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigen darah sehingga beban atau jantung
berkurang dan perfusi sistemik meningkat.

2) Pembahasan aktivitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung membantu


membatasi luas kerusakan.

3) Obat untuk menghilangkan nyeri untuk menenangkan pasien juga sebagai


vasodilator yang bekerja menurunkan preload dan afterload, contohnya morfin.

4) Diberikan diuretik untuk mencegah kelebihan volume serta timbulnya gagal


jantung kongestif.
.
I. Fokus Intervensi

Diagnosa dan fokus intervensi menurut Doenges et all (2000:86) pada infark miokard adalah
:

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner :

Tujuan : tidak ada keluhan nyeri dada atau nyeri dapat terkontrol

Kritera hasil :

a. Menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol

b. Menggunakan penggunaan tehnik relaksasi

c. Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan mudah bergerak

Intervensi :

a. Pantau dan catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal dan non verbal, respon
hemodinamix.

b. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri, lokasi, intensitas (0-10), lamanya, kualitas
dan penyebaran.

c. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman.

6
d. Bantuk melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam.

e. Periksa tanda vial sebelum dan sesudah obat narkotik

f. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

g. Berikan obat sesuai dengan indikasi, contoh analgetik.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard.

Tujuan : meningkatkan tingkat aktivitas untuk perawatan diri.

Kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur dengan


tekanan darah dalam batas normal.

b. Kulit hangat, merah muda dan kering.

Intervensi :

a. Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah sebelum, selamat,
sesudah aktivitas sesuai indikasi

b. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri.

c. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejar saat


defekasi.

d. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi
bila tidak nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan.

e. Kaji ulang tanda gejala yang menunjukkan tidak toleransi terhadap aktivitas.

3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


frekuensi, irama dan konduksi elektrikal; penurunan preload atau peningkatan tahanan
vasukeler sistemik, otot infark.

7
Tujuan : kecepatan atau irama jantung mampu mempertahankan curah jantung
adekuat

Kiteria hasil:

a. Mempertahankan stabilitas hemodinamik, contoh tekanan darah dan curah jantung.

b. Melaporkan penurunan episode dispnea.

c. Mendemonstrasikan peningkatan toleransi.

Intervensi :

a. Auskultasi tekanan darah dan evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi.

b. Pantau adanya murmur atau gesekan dan auskultasi bunyi nafas.

c. Pantau frekuensi jantung dan irama, catat adanya disritmia.

d. Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istirahat dengan cepat.

e. Berikan makanan kecil, mudah dikunyah, batasi asupan kafein; contoh : kopin,
coklat.

f. Pantau data laboratorium, contoh enzim jantung, GDA dan elektrolit.

4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


aliran darah sekunder akibat vasokontriksi, pembentukan tromboembali.

Tujuan : perfusi jaringan perifer tetap adekuat.

Kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual, contoh kulit hangat dan


kering.

b. Nadi perifer kuat, tanda vital dalam batas normal.

c. Tidak ada edema, bebas nyeri atau ketidaknyamanan.

Intervensi :

8
a. Lihat pucat, sianosis, kulit dingin atau lembab, catat kekuatan nadi perifer.

b. Dorong latihan kaki aktif atau pasif.

c. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.

d. Pantau pemasukan dan perubahan haluaran urine.

e. Pantau dan laboratorium, contoh : GDA, BUN, kreatinin, elektrolit.

5. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (ginjal), peningkatan natrium atau retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma

Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan biokimia.

Kritera hasil :

a. Pertahankan keseimbangan cairan dengan tekanan darah normal.

b. Tidak ada distensi vena perifer dan edema dependen, paru bersih.

c. Berat badan stabil

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krakels.

b. Catat DVJ, adanya edema dependen.

c. Ukur masukan atau haluaran, catat penurunan pengeluaran, hitung keseimbangan


cairan.

d. Timbang berat badan setiap hari.

e. Berikan diet natrium rendah.

f. Berikan diuretik, contoh furosemid (lasex).

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan kesehatan, ancaman kehilangan atau kematian.

Tujuan : ansietas berkurang atau teratasi

9
Kriteria hasil :

a. Mengenal perasaannya, mengidentifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi.

b. Menyatakan penurunan ansietas.

c. Mendemonstrasikan pemecahan masalah positif.

Intervensi :

a. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan dan


takut.

b. Orientasikan pasien atau orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan. Tingkatkan partisipasi pasien bila mungkin.

c. Dorong pasien atau orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseoarang


berbagai pertanyaan dan masalah.

d. Berikan periode istirahat, lingkungan tenang.

e. Jawab semua pertanyaan secara nyata, berikan informasi konsisten.

f. Dorong kemandirian, perawatan sendiri dan pembuatan keputusan dalam rencana


pengobatan.

g. Dorong keputusan tentang harapan setelah pulang.

h. Berikan anti cemas sesuai indikasi.

Diagnosa dan fokus intervensi menurut Smeltzer dan Bare (2002:800) yaitu :

1. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan kelebihan cairan.

Tujuan : tidak terjadi kesulitan pernapasan.

Kriteria hasil.

a. Tidak merasakan sesak napas.

10
b. Kecepatan pernapasan tetap dibawah 20 x/menit pada aktivitas fisik dan 16

x/menit saat istirahat.

c. Warna kulit normal, PaO2 dalam batas normal.

d. Tekanan darah normal, frekuensi jantung 60-100 kali/menit.

Intevensi :

a. Kaji bunyi jantung, bunyi napas tidak normal (terutama crackels) dan intoleransi
aktivitas tertentu dan setiap nyeri dada.

b. Memperbaiki kenyamanan fisik dengan memberikan asuhan keperawatan kepada


pasien, pastikan bahwa istirahat sudah cukup.

c. Berikan pengajaran untuk mengikuti diet yang direkomendasikan, seperti diet rendah
garam, rendah kalori.

d. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.

Tujuan : meningkatkan masukan nutrisi

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium


normal.

b. Bebas tanda mal nutrisi.

Intervensi :

a. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan, integritas
mukosa oral, kemampuan atau ketidakmampuan menelan, riwayat mual muntah.

b. Pastikan pola diit biasa pasien.

c. Pantau input atau pengeluaran dan berat berkala.

d. Selidiki anoreksia, mual dan muntah.

e. Dorong dan berikan periode istirahat siang.

11
PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini,tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan ,kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini ,penulis banyak berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca

12
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi 9
. Jakarta: EGC
Elliott M. Antman,Eugene Braunwald. (2005). Acute MyocardialInfarction;Harrison’s
Principles
of Medicine 15th edition, page 1-17
Lily Ismudiati Rilantono, dkk. (2004). Buku Ajar Kardiologi;Fakultas Kedokteran. Hal 173-
181
. Jakarta: Universitas Indonesia
Lumanau J. (2004). Hiperhomosisteinemia. Meditek . Jakarta: FK
UkridaSudiarto’s handout. 2011. Acut Coronary
Jawaban Test 1 halaman 36
1) Laki-laki, 39 tahun, datang ke IGD diantar istrinya. Keluhan nyeri dada saat di rumah.
Menurut istri, pasien sudah menderita hipertensi sejak 8 tahun yang lalu. Setelah
dilakukan perekaman jantung didapatkan hasil adanya ST elevasi. Menurut klien nyeri
dirasakan tiba-tiba setelah pulang kantor, nyeri dirasakan di dada sebelah kiri menjalar
ke lengan.Keluhan pasien di atas merupakan gejala dari:
Jawaban : C. Infark Miokard Akut

2) Wanita, 50 tahun, dirawat di RS Healthy dengan diagnose Infark Miokard Akut di ruang
Anyelir. Pasien mengeluh dada sebelh kiri terasa nyeri. Saat ini anda bertugas sebagai
perawat di ruang tersebut. Diagnose keperawatan prioritas apa yang muncul pada
pasien tersebut:
Jawaban : B. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskhemia otot jantung sekunder terhadap
sumbatan arteri koroner

3) Laki-laki, 55 tahun, dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba terasa
nyeri di dada sebelah kiri. Kondisi pasien saat ini lemah, tampak memegangi dada
sebelah kiri. Apa yang Anda lakukan sebagai perawat IGD saat pertama kali menrima
pasien?
Jawaban : D. Memberikan oksien 2-4 ltr/mnt
4) Laki-laki, 45 tahun di rawat di RS Sumber Kasih dengan diagnose INfark miokard akut.
Instruksi dokter pasien diharuskan istirahat total.Apa tujuan Instruksi dokter tersebut?
Jawaban : C. Menurunkan kebutuhan oksigen, sehingga beban kerja jantung menurun

5) Wanita, 50 tahun, dirawat di RS Healthy dengan diagnose Infark Miokard Akut. Setelah
10 hari dirawat oleh doketr pasien sudah diperbolehkan untuk pulang. Apa kriteria
pemulangan pasien tersebut?
Jawaban : E. Tidak ada nyeri/terkontrol

Vous aimerez peut-être aussi