Vous êtes sur la page 1sur 43

Nama : Retza Akbar Mulyadi

Nim : 215341036
Kelas :3AEC

TUGAS 2

SENSOR
1. Linearity
1.1 Sensor Linearity
Sesuai dengan namanya linear berarti gerak lurus linear, sensor ini berfungsi membaca
pergerakan garis lurus, secara linear. Contohnya adalah sensor Linear Variable Differential
Transformer (LVDT).
LVDT terdiri dari :
- Inti besi yang bergerak
- Kumparan primer
- Sepasang kumparan sekunder
a. Bagian
- Kumparan Primer
Terhubung dengan tegangan AC sebagai tegangan acuan
- Kumparan Sekunder
Berjumlah 2 buah, terletak di samping kiri dan kanan kumparan primer saling terhubung secara
seri satu sama lain.
b. Prinsip Kerja LVDT
Inti berada di tengah-tengah maka :
Flux S1 = S2
Tegangan induksi E1 = E2
Enetto = 0
Inti bergerak ke arah S1 maka :
Flux S1 > S2
tegangan induksi E1 > E2,
Enetto = E1 – E2
Inti bergerak ke arah S2 maka :
Flux S1 < S2
Tegangan induksi E1 < E2
Enetto = E2 – E1
c. Skema dan Gambar LVDT

d. Contoh Penerapan Sensor


Sensor-sensor (perpindahan, jarak, dan sensor mekanik lainnya)
1. Level fluida
2. Automotive Suspension
3. Mesin ATM
e. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
- Tanpa gesekan antara inti besi dengan transformer
- Resolusi yang tak terbatas
- Handal dan tahan lama
- Dapat diaplikasikan pada lingkungan yang bervariasi
- Output yang absolut (mutlak)
Kekurangan
- Harga relatif mahal

2. Mechanical
2.1 Pressure (Tekanan)

a. Fungsi
Digunakan untuk mengubah tekanan menjadi induktansi
b. Prinsip kerja
Mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik ukuran tegangan di dasarkan pada
prinsip bahwa tahanan pengantar berubah dengan panjang dan luas penampang. daya yang di
berikan pada kawat menyebabkan kawat bengkok sehingga menyebabkan ukuran kawat berubah
dan mengubah tahanannya.
c. Contoh
Sensor tekanan MPX4100
1) Feature
- 1.8% Maximum Error Over 0° to 85°C
- Specifically Designed for Intake Manifold Absolute Pressure Sensing in Engine Control
Systems
- Ideally Suited for Microprocessor Interfacing
- Temperature Compensated Over -40°C to +125°C Durable Epoxy Unibody Element Ideal
for Non-Automotive Applications
2) Example of intelligent sensor
Sensor tekanan pada aplikasi robotik seringkali digunakan sebagai feedback mechanic di
mana sistem mikrokontroler dapat mendeteksi kondisi mekanik pada saat itu. Contohnya untuk
mendeteksi kuat lemah cengkeraman robot atau menghitung beban yang diletakkan pada robot.
Selain itu pengukuran tekanan kompresi pada manifold mesin (otomotif) sering menggunakan
sensor tekanan MPX4100 ini karena tetap stabil dalam perubahan suhu yang tinggi.
2.2 Force/Torque

a. Definisi dan Fungsi


Torsi umumnya disebut momen gaya atau yang juga dipengaruhi momen
inersia/kelembaman. Torsi merupakan hasil perkalian antara gaya dengan lengan atau vektor
yang dinyatakan dengan satuan "N•m" (T = F•r).
Torque cell adalah sensor (transduser) yang mengubah torsi menjadi sinyal output elektrik.
Berfungsi mendeteksi besarnya gaya yang dibutuhkan serta arah gerakan steering wheel, yang
dikonversikan menjadi sinyal tegangan listrik untuk dikirim ke control modul.
b. Macam-macam sensor untuk torsi
1. Strain Gage
1) Fungsi
Untuk mengubah gaya, beban, torsi dan regangan menjadi resistansi/hambatan.
2) Deskripsi Komponen
Sensor ini terbuat dari kawat tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang
biasa digunakan adalah campuran dari bahan konstantan (60 % Cu dan 40 % Ni). Kawat tahanan
ini dilekatkan pada papan penyangga membentuk strain gage dengan kawat berliku-liku atau
bengkok-bengkok yang dikenal dengan bonded strain gage Bentuk kawat yang berliku-liku
dimaksudkan untuk memudahkan pendeteksian terhadap gaya tekanan yang tegak lurus dengan
arah panjang lipatan, karena, tekanan akan menarik kabel sehingga meregang. Hal ini
menyebabkan perubahan resistansi pada kawat.
Berdasarkan konstruksi fisik, strain gage dikelompokkan ke dalam beberapa tipe. Tipe-tipe
tersebut antara lain: tipe bentangan kawat lurus (unbonded strain gage) dan kawat yang
dibengkok (honded strain gage), dua elemen, tiga elemen, bentuk star atau delta,
3) Prinsip Kerja
Kondisi poros atau anggota yang melekat pada poros dengan serangkaian domain magnet
permanen. Karakteristik magnetik dari domain tersebut akan bervariasi sesuai dengan torsi
diterapkan, dan dengan demikian dapat diukur dengan menggunakan sensor non-kontak.

2. Dual-Range Sensor with Brushless Transmission


1) Fungsi dan Deskripsi dasar
Dual-range torsi sensor dengan built-in sensor kecepatan mengirimkan sinyal tanpa kontak.
Integral, sistem pendingin pengukuran digital menghasilkan output sinyal analog atau digital.
Sensor yang cocok untuk digunakan di laboratorium pengembangan, proses produksi
menggunakan perbautan dan perakitan teknik dan jaminan kualitas.
a. Bagian dan fungsinya

2.3 Twisting
a. Prinsip Kerja
Mesin yang bergerak/berputar pada umumnya memerlukan pengukuran gerakan. Mulai
dari peralatan mesin, mesin inspeksi, dan lain sebagainya, mulai dari mesin manual sampai
otomatis, memiliki mekanisme pengukuran internal. Saat ini, komponen yang banyak digunakan
untuk pengukuran gerakan adalah encoder. Encoder secara umum dapat dikategorikan ke dalam
optical (photoelectric), magnetic encoder, dan tipe kontak mekanik. Photoelectric encoder
memiliki tingkat akurasi yang tinggi, handal, dan relatif murah, mudah dalam aplikasinya. Ada
dua tipe encoder yaitu rotary dan linier.
Secara teknis, pada dasarnya sama, yang membedakan pada umumnya di aplikasinya.
Rotary encoder Rotary encoder, atau disebut juga Shaft encoder, merupakan perangkat elektro-
mekanikal yang digunakan untuk mengkonversi posisi anguler (sudut) dari shaft (lubang) atau
roda ke dalam kode digital, menjadikannya semacam tranduser. Perangkat ini biasanya
digunakan pada system akuator seperti motor DC dalam bidang robotika, perangkat masukan
komputer (seperti optomekanikal mouse dan trackball), serta digunakan dalam kendali putaran
radar, dll. Terdapat dua tipe utama rotary encoder, yaitu tipe absolut dan tipe relatif.
b. Contoh Sensor Twisting
1. Absolute Rotary Encoder
Absolute encoder menggunakan piringan dan sinyal
optik yang diatur sedemikian sehingga dapat menghasilkan
kode digital untuk menyatakan sejumlah posisi tertentu dari
poros yang dihubungkan padanya. Piringan yang digunakan
untuk absolut encoder tersusun dari segmen-segmen cincin
konsentris yang dimulai dari bagian tengah piringan ke arah
tepi luar piringan yang jumlah segmennya selalu dua kali
jumlah segmen cincin sebelumnya. Cincin pertama di bagian
paling dalam memiliki satu segmen transparan dan satu segmen gelap, cincin kedua memiliki
dua segmen transparan dan dua segmen gelap, dan seterusnya hingga cincin terluar. Sebagai
contoh apabila absolut encoder memiliki 16 cincin konsentris maka cincin terluarnya akan
memiliki 32767 segmen. Gambar 3 menunjukkan pola cincin pada piringan absolut encoder yang
memiliki 16 cincin.
2. Incremental Rotary Encoder
Incremental encoder terdiri dari dua track atau
single track dan dua sensor yang disebut channel A
dan B (Gambar 7). Ketika poros berputar, deretan
pulsa akan muncul di masing-masing channel pada
frekuensi yang proporsional dengan kecepatan
putar sedangkan hubungan fasa antara channel A
dan B menghasilkan arah putaran. Dengan
menghitung jumlah pulsa yang terjadi terhadap resolusi piringan maka putaran dapat diukur.
Untuk mengetahui arah putaran, dengan mengetahui channel mana yang leading terhadap
channel satunya dapat kita tentukan arah putaran yang terjadi karena kedua channel tersebut akan
selalu berbeda fasa seperempat putaran (quadrature signal). Seringkali terdapat output channel
ketiga, disebut INDEX, yang menghasilkan satu pulsa per putaran berguna untuk menghitung
jumlah putaran yang terjadi.
2.1 Weight

a. Prinsip kerja
Sensor ini jika diberi tekanan maka tahanan listrik strain gauge akan berubah karena proses
deformasi pada strain gauge. Dengan besar perubahan tahanan listrik berbanding lurus dengan
besarnya perubahan tekanan yang diterima strain gauge.
b. Gambar rangkaian

c. Contoh
Load cell model 1002

2.2 Flow
a. Prinsip Kerja
Pengukuran Aliran fluida kali ini dikhususkan menggunakan metoda diferensial tekanan.
Pada aliran fluida itu dipasang suatu penghalang dengan diameter lubang yang lebih kecil dari
diameter pipa , sehingga tekanan maupun kecepatannya berubah. Dengan mengukur perbedaan
tekanan antara sebelum dan sesudah penghalang dapat ditentukan besarnya aliran fluida.
Pada prinsipnya metode ini menggunakan hukum Bernoulli yaitu:

Dimana: P = tekanan fluida


ρ = masa jenis fluida
v = kecepatan fulida
g = gravitasi bumi
h = tinggi fluida (elevasi)

Jika h1 dan h2 dibuat sama tingginya maka :

b. Contoh Sensor Aliran


- Oriffice Plate
Alat ukur terdiri dari pipa dimana dibagian dalamnya diberi pelat berlubang lebih kecil dari
ukuran diameter pipa. Sensor tekanan diletakan disisi pelat bagian inlet (P1) dan satu lagi
dibagian sisi pelat bagian outlet (P2). Jika terjadi aliran dari inlet ke outlet, maka tekanan P1 akan
lebih besar dari tekanan outlet P2.
Jumlah fluida yang mengalir per satuan waktu (m3/dt) adalah :

di mana : Q = jumlah fluida yang mengalir ( m3/dt)


K = konstanta pipa
A2 = luas penampang pipa sempit
P = tekanan fluida pada pipa 1 dan 2
ρ = masa jenis fluida
g = gravitasi bumi
Rumus ini juga berlaku untuk pipa venturi
c. Contoh
1) Pipa Venturi
- Penjelasan

Bentuk lain dari


pengukuran aliran dengan beda tekanan adalah pipa venture. Pada pipa venture,
pemercepat aliran fluida dilakukan dengan cara membentuk corong sehingga aliran masih dapat
dijaga agar tetap laminar. Sensor tekana pertama (P1) diletakkan pada sudut tekanan pertama dan
sensor tekanan kedua diletakkan pada bagian yang plaing menjorok ke tengah. Pipa venturi biasa
dipergunakan untuk mengukur aliran cairan.
2) Flow Nozzle
Tipe Flow Nozzle menggunakan sebuah corong yang diletakkan diantara sambungan pipa sensor
tekanan P1 dibagian inlet dan P2 dibagian outlet. Tekanan P2 lebih kecil dibandingkan P1.

3. Thermal
3.1 Sensor Thermal (HEAT)
a. Definisi dan cara kerja
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. Contohnya
adalah bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier,
photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer.
Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor dengan
pertimbangan :
1) Penampilan (Performance)
2) Kehandalan (Reliable)
3) Faktor ekonomis (Economic)
b. Karakteristik sensor suhu
c. Tempertur Kerja Sensor
1) Suhu disekitar kamar antara -350C - 150C, dipilih sensor NTC, PTC, transistor, dioda &
IC hibrid.
2) Suhu menengah antara 1500C sampai 7000C, dapat dipilih thermocouple dan RTD.
3) Suhu lebih tinggi sampai 15000C, tidak memungkinkan dipergunakan sensor kontak
langsung, pengukurannya dgn radiasi.
d. Contoh
1) Bimetal
- Bimetal adalah sensor temperatur yang populer digunakan karena sederhana.
- Bimetal biasa dijumpai pada alat strika listrik dan lampu kelap-kelip (dimmer).
- Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari dua buah lempengan logam berbeda koefisien
muainya (α) direkatkan menjadi satu.

Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklar Normally Closed (NC) atau Normally
Open (NO).
2) Resistance Thermal Detector (RTD)
RTD dibuat dari bahan kawat tahan korosi, kawat tersebut dililitkan pada bahan keramik
isolator. Bahan tersebut; platina, emas, perak, nikel dan tembaga, yang terbaik adalah bahan
platina karena dapat digunakan menyensor suhu sampai 1500oC.

4. Electromagnet
4.1. Voltage Sensor
a. Prinsip Kerja Voltage Sensor:
AC Line Voltage Detector

Ini adalah rangkaian yang menentukan apakah ada atau tidak ada tegangan 120VAC atau
220VAC aktif. mengunakan OPTO-isolator TLP781. Pada gelombang setengah positif dari
tegangan AC, optoisolator menyala dan menarik atau memaksa pin 4 digital ke ground. Resistor
pullup internal pada pin digital harus diaktifkan untuk menjaga sinyal tinggi. Ketika tegangan
AC diaktifkan, pin digital akan melihat gelombang persegi dengan frekuensi 60 Hz dan siklus
kerja agak kurang dari 50%.Untuk tegangan 220VAC, nilai resistor diperbesar 20k dan dayanya
2W.
b. Contoh
AC ZMPT101B

4.2. SENSOR CURRENT


a. Contoh
Allegro ACS-712 ELC-05B

Allegro ACS-712 ELC-058P


b. Prinsip Kerja
Arus yang dibaca mengalir melalui kabel tembaga yang terdapat didalamnya yang
menghasilkan medan magnet yang di tangkap oleh integrated Hall IC dan diubah menjadi
tegangan proporsional. Ketelitian dalam pembacaan sensor dioptimalkan dengan cara
pemasangan komponen yang ada didalamnya antara penghantar yang menghasilkan medan
magnet dengan hall transducer secara berdekatan.
ACS712 produksi Allegro ini diproduksi dengan tiga varian maksimal pembacaan arus:
Tipe-tipe IC ACS712.
Part Number Ta (°C) Jangkauan Sensitivas (mV/A)
ACS712ELCTR-05B-T –40 to 85 ±5 185
ACS712ELCTR-20A-T –40 to 85 ±20 100
ACS712ELCTR-30A-T –40 to 85 ±30 66
Sensor ACS712 ini pada saat tidak ada arus yang terdeteksi, maka keluaran sensor adalah
2,5 V. Dan saat arus mengalir dari IP+ ke IP-, maka keluaran akan >2,5 V. Sedangkan ketika
arus listrik mengalir terbalik dari IP- ke IP+, maka keluaran akan <2,5 V.
4.3 Frequency Phase
a. Prinsip Kerja Sensor Frequency Phase

Gelombang ultrasonik merupakan gelombang akustik yang memiliki frekuensi mulai 20


kHz hingga sekitar 20 MHz. Frekuensi kerja yang digunakan dalam gelombang ultrasonik
bervariasi tergantung pada medium yang dilalui, mulai dari kerapatan rendah pada fasa gas, cair
hingga padat. Jika gelombang ultrasonik berjalan melaui sebuah medium, Secara matematis
besarnya jarak dapat dihitung sebagai berikut:
s = v.t/2
Dimana s adalah jarak dalam satuan meter, v adalah kecepatan suara yaitu 344 m/detik dan
t adalah waktu tempuh dalam satuan detik. Ketika gelombang ultrasonik menumbuk suatu
penghalang maka sebagian gelombang tersebut akan dipantulkan sebagian diserap dan sebagian
yang lain akan diteruskan. Proses ini ditunjukkan pada gambar berikut :

Sensor ultrasonik adalah sebuah sensor yang mengubah besaran fisis (bunyi) menjadi
besaran listrik. Pada sensor ini gelombang ultrasonik dibangkitkan melalui sebuah benda yang
disebut piezoelektrik. Piezoelektrik ini akan menghasilkan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi 40 kHz ketika sebuah osilator diterapkan pada benda tersebut.
Sensor ultrasonik secara umum digunakan untuk suatu pengungkapan tak sentuh yang
beragam seperti aplikasi pengukuran jarak Kebanyakan kalau untuk pengalaman saya di pakai
dalam sebuah robot. Alat ini secara umum memancarakan gelombang suara ultrasonik menuju
suatu target yang memantulkan balik gelombang kearah sensor. Kemudian sistem mengukur
waktu yang diperlukan untuk pemancaran gelombang sampai kembali kesensor dan menghitung
jarak target dengan menggunakan kecepatan suara dalam medium. Rangkaian penyusun sensor
ultrasonik ini terdiri dari transmitter, reiceiver, dan komparator. Selain itu, gelombang ultrasonik
dibangkitkan oleh sebuah kristal tipis bersifat piezoelektrik. Bagian-bagian dari sensor ultrasonik
adalah sebagai berikut:
b. Macam-macam
- Piezoelektrik
Peralatan piezoelektrik secara langsung mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Tegangan input yang digunakan menyebabkan bagian keramik meregang dan memancarkan
gelombang ultrasonik. Tipe operasi transmisi elemen piezoelektrik sekitar frekuensi 32 kHz.
Efisiensi lebih baik, jika frekuensi osilator diatur pada frekuensi resonansi piezoelektrik dengan
sensitifitas dan efisiensi paling baik. Jika rangkaian pengukur beroperasi pada mode pulsa
elemen piezoelektrik yang sama dapat digunakan sebagai transmitter dan reiceiver. Frekuensi
yang ditimbulkan tergantung pada osilatornya yang disesuiakan frekuensi kerja dari masing-
masing transduser. Karena kelebihannya inilah maka tranduser piezoelektrik lebih sesuai
digunakan untuk sensor ultrasonik.
- Transmitter
Transmitter adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemancar gelombang ultrasonik
dengan frekuensi sebesar 40 kHz yang dibangkitkan dari sebuah osilator. Untuk menghasilkan
frekuensi 40 KHz, harus di buat sebuah rangkaian osilator dan keluaran dari osilator dilanjutkan
menuju penguat sinyal. Besarnya frekuensi ditentukan oleh komponen kalang RLC / kristal
tergantung dari disain osilator yang digunakan. Penguat sinyal akan memberikan sebuah sinyal
listrik yang diumpankan ke piezoelektrik dan terjadi reaksi mekanik sehingga bergetar dan
memancarkan gelombang yang sesuai dengan besar frekuensi pada osilator.
c. Receiver
Receiver terdiri dari transduser ultrasonik menggunakan bahan piezoelektrik, yang
berfungsi sebagai penerima gelombang pantulan yang berasal dari transmitter yang dikenakan
pada permukaan suatu benda atau gelombang langsung LOS (Line of Sight) dari transmitter.
Oleh karena bahan piezoelektrik memiliki reaksi yang reversible, elemen keramik akan
membangkitkan tegangan listrik pada saat gelombang datang dengan frekuensi yang resonan dan
akan menggetarkan bahan piezoelektrik tersebut
Sensor Frekuensi memonitor frekuensi line. Dalam unit perjalanan tetap atau disesuaikan

titik, sirkuit terus menerus masukan atau frekuensi saluran. Ketika frekuensi mencapai
perjalanan set point tertentu (misalnya 380 Hz ± 1%), yang sirkuit menarik di pada frekuensi
yang meningkat atau tetes keluar pada penurunan frekuensi, beralih kontak output relay tersebut.
Dalam band pass unit tetap atau disesuaikan, sirkuit juga terus indera frekuensi masukan. Ketika
input frekuensi dalam band pass (misalnya 380-420 Hz ± 1%), relay output yang memberi energi.
Ketika frekuensi masukan berada di bawah ujung bawah band pass (misalnya 380 Hz ±
1%) atau di atas akhir yang lebih tinggi (misalnya 420 Hz ± 1%), output
estafet de-energi dan tetap di negara ini sampai frekuensi masukan kembali ke batas band pass.

4.4 Magnetism
a. Prinsip Kerja
Medan magnet adalah salah satu besaran fisis yang sangat penting dan digunakan dalam
banyak bidang, misalnya: geofisika, geologi, kedokteran, oseanografi, ekspedisi luar angkasa
dan banyak kegunaan lainnya. Pemetaan medan magnet merupakan hasil dari penggambaran
medan magnet dalam ruang. Peta medan magnet diperlukan dalam mendisain akselerator
partikel, spektrometer (massa, nuclear magnetic resonance, electron spin resonance), dan sistem
pencitraan resonansi magnetik. Peta medan magnet juga digunakan dalam eksplorasi geologi
karena variasi dalam besar dan arah medan magnet bumi memberikan gambaran dari permukaan
bumi bagian dalam. Peta medan magnet dibuat dengan mengukur pola medan magnet di sekitar
permukaan bumi menggunakan sensor magnetik medan lemah.
Ada beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk mengukur kuat medan magnet.
Pemilihan metode ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain: resolusi, kuat medan,
homogenitas, variasi dalam waktu, sensitivitas dan keakuratan.
Terdapat beberapa metoda yang banyak digunakan orang untuk mengukur medan magnet,
antara lain: metode resonansi magnetik, metode induksi, metode pelat Hall dan metode fluxgate.
Metode resonansi magnetik dijadikan standar utama untuk kalibrasi karena keakuratannya.
Metode ini sering digunakan untuk tujuan kalibrasi.

Keuntungan dari metode ini adalah keakuratannya yang sangat tinggi dan
ketidaklinierannya yang kecil. Metode NMR dapat mengukur medan magnet sampai 0.1μT,
sedangkan metode ESR dapat mencapai 0.55-3.2mT untuk alat yang bersifat komersial.
Pengukuran medan magnet dengan metode pelat Hall dapat mencapai resolusi 10mT jika
menggunakan sinyal eksitasi DC konvensional, tetapi terjadi tegangan induksi secara termal
pada kabel dan konektor. Sensitivitas sensor ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan sinyal
eksitasi AC. Keakuratan pada medan yang lemah dapat diperoleh dengan menggunakan teknik
deteksi sinkronisasi. Metode pelat Hall sangat berguna untuk pengukuran pada temperatur yang
rendah.
b. Contoh Sensor Magnetis
- Fluxgate
Sensor magnetik fluxgate dibuat berdasarkan karakteristik inti feromagnetik yang linier.
Dalam bentuk yang sederhana, sensor magnetik fluxgate terdiri dari dua kumparan, yaitu
kumparan primer untuk eksitasi (A) dan kumparan sekunder untuk pick-up (B). Sensor ini
mempunyai sifat linieritas dan sensitivitas yang tinggi.

Konfigurasi lilitan yang baik akan meningkatkan ketelitian karena medan yang akan diukur
tidak mengalami distorsi yang berasal dari inti. Sensor ini merupakan salah satu sensor yang
paling cocok untuk mengukur medan magnet DC/AC frekuensi rendah dalam daerah medan
magnet 1nT – 1mT.
Probe yang dirancang di sini adalah probe sensor yang terdiri dari dua buah inti. Pada
masing-masing inti dililitkan kumparan primer, sedangkan kumparan sekunder dililitkan
mengelilingi kedua inti

Gambar Magnetometer
Gambar Kumparan Magnet

Gambar Inverter Magnetism

5 Chemical
SENSOR HUMIDITY
a. Prinsip Kerja Sensor Kelembaban
Kelembapan mutlak (absolut) adalah bilangan yang menunjukkan berapa gram uap air
yang tertampung dalam satu meter kubik udara.Kelembapan nisbi (relatif) adalah bilangan yang
menunjukkan berapa persen perbandingan antara uap air yang ada dalam udara saat pengukuran
dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
Temperatur dan kelembaban merupakan aspek yang penting dalam menentukan kondisi
cuaca pada suatu daerah. Banyak hal yang sangat bergantung pada kondisi temperatur dan
kelembaban pada daerah tersebut. Makhluk hidup pun sangat bergantung pada kondisi
temperatur dan kelembaban daerah yang ditempatinya.
Sensor kelembaban untuk mengukur kelembaban udara relatif (RH) digunakan pada
banyak aplikasi, salah satunya Radiosonde. Radiosonde adalah instrumen elektronik yang
digantung pada balon hidrogen/helium, dilepas ke atmosfir hingga ketinggian 30 km untuk
mengukur temperatur, kelembaban, dan tekanan udara, serta arah dan kecepatan angin.
Pembuatan sensor kelembaban ini disesuaikan dengan pemrosesan IC standar agar dapat
diintegrasikan dengan rangkaian lain pada satu keping silikon tunggal. Syarat-syarat
kompatibilitas sudah dipenuhi, meliputi bahan, daya tahan terhadap bahan kimia, tahapan proses
dan perlakuan terhadap kontaminasi.
Sensor kelembaban yang dirancang bertipe kapasitif, menggunakan polymethyl
methacryllate (PMMA) berikatan silang sebagai material dielektriknya. Prototip lab sensor
difabrikasi menggunakan teknologi pemrosesan 10 um. Karakteristik sensor diukur beberapa
temperatur yang berbeda dengan luas sensor berbeda, dengan dan tanpa lubang pada lapisan
metal atas.
b. Contoh Sensor Kelembaban
Capacitive Sensor

Subrat Silicon

Sebuah sensor kelembaban film tipis dapat terbuat padasebuah substrat silicon. Sebuah
lapisan dari SiO2 3000 Å thick ditempatkan pada suatu substrat n-Si (gbr. 13.4 B) Dua metal
elektroda ditempatkan pada lapisan SiO2 tersebut metal-metal tersebut terbuat dari aluminium,
chromium, atau phosphor yang didoping polysilikon (LPCVD)2. Kerapatan elektroda berkisar
2000-5000 Å. Elektroda tersebut terbentuk dalam pola integritas.
Sensor yang paling baik dilapisi dengan sebuah lapisan dielektrik. Untuk lapisan ini,
beberapa material dapat digunakan seperti vapor deposited SiO2 atau phosphorosilicate glass
(CVDPSG).Kerapatan dari lapisan berkisar antara 30-4000 Å.
5.2.2 Electrical Conductivity Sensor
Resistansi dari banyak konduktor nonmetal secara umum tergantung pada kandungan air
konduktor tersebut, yang merupakan suatu dasar dari sensor kelembaban resistif atau
hygrostator.

Conductive Humidity
Sensor tersebut berisi suatu material yang secara relative resistivitasnya rendah yang
berubah secara signifikan dibawah perubahan kondisi kelembaban.
Contoh lainnya dari sensor kelembaban konduktivitas adalah disebut dengan “Pope
element”, yang terdiri dari polystyrene yang dilakukan/diperlakukan dengan asam sulfur untuk
memperoleh karakteristik surface-resistivitas yang diinginkan.
Material lainnya yang menjanjikan untuk pembuatan suatu film dalam sensor konduktivitas
adalah solidpolyelectrolytes karena konduktivita elektrik dari bahan itu bervariasi/berubah
terhadap kelembaban.
Matrial Humidity
Sensor kelembaban solid-state dapat dibuat dengan substrat silicon (gbr. 13.7 A) Silikon
tersebut harus berkonduktansi tinggi, yang menyediakan garis edar elektrik dari elektroda
aluminium hampa udara/vacuum yang ditempatkan pada permukaan sensor.
Suatu lapisan oksida yang dibentuk pada bagian atas lapisan aluminium konduktiv, dan
pada bagian atas itu, elektroda lainnya dibentuk. Lapisan aluminium tersebut dianodized dalam
suatu cara untuk membentuk permukaan oksida berpori.
Elektroda bagian paling atas/diatasnya terbuat dari suatu bentuk emas berpori yang dapat
ditembus gas, dan diwaktu yang sama dapat menyediakan kontak elektric.
Oksida aluminium (Al2O3), seperti banyak material-material lainnya, yang dengan siap
mengabsorbsi air ketika terkontak/terhubung dengan campuran gas yang mengandung air dalam
keadaan beruap air.

Thermal Conductivity Sensor


Penggunaan konduktivitas thermal dari gas untuk mengukur kelembapan dapat di ukur oleh
sebuah sensor thermistor / dasar (gambar 13.8 a).Dua thermistor kecil (Rt1 dan Rt2) didukung
dengan kawat-kawat tipis untuk memperkecil rugi konduktivitas thermal. Thermistor pada
sebelah kiri dibuka agar gas yang berada di luar masuk melalui lubang, dan thermistor sebelah
kanan tertutup dengan rapat dalam udara kering. Thermistor tersebut memperkuat /
menghasilkan self- heating pada penerimaan arus rangkaian.
Thermal Conductivity
Awalnya, jembatan diseimbangi dalam udara kering untuk menentukan suatu nilai
referensi nol. Keluaran dari sensor ini bertambah secara berangsur-angsur seperti kenaikan
kelembapan absolute dari nol.

PH VALUE
5.3 Sensor PH
a. Prinsip Kerja Sensor PH
PH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan
skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa
mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0
hingga 7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut
sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
Di dalam air minum PH meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
keasaman dan kebasa-an.
Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+],
atau sebagai pH yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu
asam. pH suatu larutan dapat ditera dengan beberapa cara antara lain dengan jalan menitrasi
larutan dengan asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH meter. Pengukur PH
tingkat asam dan basa air minum ini bekerja secara digital, PH air disebut asam bila kurang dari
7, PH air disebut basa (alkaline) bila lebih dari 7 dan PH air disebut netral bila ph sama dengan
7. PH air minum ideal menurut standar Departemen Kesehatan RI adalah berkisar antara 6,5
sampai 8,5.
Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur (kira-
kira kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur.
Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah,
tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil.
Selain untuk mengukur ph air maka ph meter ini dapat digunakan untuk mengukur ph tanah
dengan terlebih dahulu mencampurkan tanah yang akan diukur dengan sejumlah air.
Komposisi campuran air dan tanah mengikuti aturan yang berlaku yaitu dengan nisbah 1:1 atau
1:2,5 atau 1:5. Tipe keasaman aktif atau keasaman actual disebabkan oleh adanya Ion H+ dalam
larutan tanah. Keasaman ini ditulis dengan pH (H2O). Sebagai contoh keasaman (pH) tanah
diukur dengan nisbah tanah : air 1 : 2,5 (10 g tanah dilarutkan dengan 25 ml air) dan ditulis
dengan pH2,5(H2O). Di beberapa laboratorium, pengukuran pH tanah dilakukan dengan
perbandingan tanah dan air 1 : 1 atau 1 : 5. Pengukuran pada nisbah ini agak berbeda dengan
pengukuran pH2,5 karena pengaruh pengenceran terhadap konsentrasi ion H. Untuk tujuan
tertentu, misalnya pengukuran pH tanah basa, dilakukan terhadap pasta jenuh air. Hasil
pengukuran selalu lebih rendah daripada pH2,5 karena lebih kental dan konsentrasi ion H+ lebih
tinggi. Di bidang pertanian tanah yang ideal adalah PH mendekati 7 sehingga unsur hara dan
senyawa yang penting dapat diserap oleh tanaman. Jika PH tanah terlalu asam yaitu dibawah
nilai 7 maka perlu diperbaiki dengan menambahkan kapur (CaCO3) pada tanah tersebut sehingga
PH-nya mendekati netral. Caranya pada awal musim kemarau kita gemburkan tanah
menggunakan cangkul, taburkan kapur giling atau kapur pertanian yang memiliki kadar CaCO3
sampai 90%. Campur kapur tersebut dengan tanah yang akan kita netralkan dengan dosis ½ kg
tiap m2, biarkan selama kurang lebih 1 bulan (pengapuran diusahakan agar tidak terkena hujan).
Setelah 1 bulan atau lebih, kita ukur kembali pH tanah tersebut hingga mendapat pH 7. Setelah
kita dapatkan pH 7 biarkan 2 minggu , kalau akan di Tanami kita harus menyiramnya paling
tidak 5 kali apabila akan kita lakukan pemupukan untuk dilakukan penanaman(sebaiknya
menggunakan pupuk kandang).
Jika tanah bersifat basa caranya sama dengan jenis tahah yang Asam, tetapi tidak
menggunakan kapur, melainkan menggunakan belerang dan lakukan cara yang sama apa bila
akan dilakukan pemupukan. Penggunaan PH meter dapat lebih komplek lagi untuk pengukuran
PH tepung, PH Urine, maupun PH Karbon aktif dan lain-lain.
Jika pemakaian sudah mencapai beberapa lama misalnya 3 tahun, maka pengukuran PH
terkadang bisa menjadi tidak akurat lagi, untuk itu diperlukan proses kalibrasi. PH meter dapat
dikalibrasi menggunakan larutan standar misalnya Solusi PH7, PH10 atau PH14. Pada saat
pertama kali Anda terima alat ini maka kondisi PH meter adalah telah siap untuk digunakan
pengukuran. Hal ini dikarenakan telah dikalibrasi oleh pihak pabrik dengan hasil kalibrasi
dilampirkan dalam kotak pembelian.
ATRIBUT
OPERATING PRINCIPLE
HC-SR04 merupakan sensor ultrasonik yang dapat digunakan untuk mengukur jarak antara
penghalang dan sensor.

HC-SR04 memiliki 2 komponen utama sebagai penyusunnya yaitu ultrasonic transmitter dan
ultrasonic receiver. Fungsi dari ultrasonic transmitter adalah memancarkan gelombang ultrasonik
dengan frekuensi 40 KHz kemudian ultrasonic receiver menangkap hasil pantulan gelombang ultrasonik
yang mengenai suatu objek. Waktu tempuh gelombang ultrasonik dari pemancar hingga sampai ke
penerima sebanding dengan 2 kali jarak antara sensor dan bidang pantul seperti yang diperlihatkan
pada Gambar dibawah ini.

Prinsip pengukuran jarak menggunakan sensor ultrasonik HC-SR04 adalah, ketika pulsa trigger diberikan
pada sensor, transmitter akan mulai memancarkan gelombang ultrasonik, pada saat yang sama sensor
akan menghasilkan output TTL transisi naik menandakan sensor mulai menghitung waktu pengukuran,
setelah receiver menerima pantulan yang dihasilkan oleh suatu objek maka pengukuran waktu akan
dihentikan dengan menghasilkan output TTL transisi turun. Jika waktu pengukuran adalah t dan kecepatan
suara adalah 340 m/s, maka jarak antara sensor dengan objek dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 2.1.

340
𝑠=𝑡
2
s = Jarak antara sensor dengan objek (m)
t = Waktu tempuh gelombang ultrasonik dari transmitter ke receiver (s)

Prinsip pengoperasian sensor ultrasonik HC-SR04 adalah sebagai berikut ; awali dengan
memberikan pulsa Low (0) ketika modul mulai dioperasikan, kemudian berikan pulsa High (1)
pada trigger selama 10 μs sehingga modul mulai memancarkan 8 gelombang kotak dengan
frekuensi 40 KHz, tunggu hingga transisi naik terjadi pada output dan mulai perhitungan waktu
hingga transisi turun terjadi, setelah itu gunakan Persamaan diatas untuk mengukur jarak antara
sensor dengan objek. Timing diagram pengoperasian sensor ultrasonik HC-SR04 diperlihatkan
pada Gambar dibawah ini.

DIMENSION OF VARIABLE
 Dimensi adalah makna-makna yang berbeda dikenakan pada kelompok-kelompok yang
berbeda. Kelompok-kelompok itu disebut “dimensi”
 Variable adalah :
 Konsep yang dapat diukur
 Karakteristik atau gejala yang dapat memiliki nilai yang berbeda-beda; variabel itu
berubah-ubah
 Dimensi dapat berupa variabel
 Apabla suatu konsep hanya memiliki satu dimensi dengan satu indikator, maka konsep
tersebut sama dengan variable
Contoh variable dimensi sensor adalah massa, waktu, suhu, luas, kuat arus, intensitas cahaya,
kecepatan, dll.

DATA FORMAT
ANALOG SIGNAL
Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang kontinyu, yang membawa
informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua parameter/karakteristik terpenting
yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya
dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua
bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu
sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan menggunakan
sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini
mudah terpengaruh oleh noise. Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk
gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase.

Catatan:
 Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
 Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
 Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
DISCREET SIGNAL
Sinyal diskrit adalah suatu sinyal yang terdiri atas sederetan elemen yang berurutan terhadap
waktu, dimana salah satu atau lebih karakteristiknya membawa informasi. Karakteristik dari sinyal
diskrit adalah : Amplitudo, lebar dan bentuk gelombangnya.

DIGITAL SIGNAL
Sinyal digital merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan yang
tiba-tiba dan mempunyai besaran 0 dan 1. Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan, yaitu 0 dan
1, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau, tetapi transmisi dengan sinyal digital hanya
mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat.

INTELLIGENT SENSOR
Dalam dunia pertelevisian, teknologi sensor pintar antara lain diaplikaiskan pada televisi
LCD buatan LG, pada tipe 42LG60FR dan 42LG53FR . Pada kedua televisi itu, sensor pintar dapat
secara otomatis menyesuaikan brightness, contrast, sharpness, color tone, dan juga white balance,
sesuai dengan kondisi ruangan pada saat itu.
"Proses Algoritma yang terdapat pada Intelligent Sensor, memungkinkan TV LCD buatan
LG menganalisa kondisi cahaya suatu ruangan, seperti tingkat iluminasi dan warna lampu.
Selanjutnya, kondisi ini akan diproses secara detail melalui 4096 langkah Algoritma sehingga TV
LCD mampu menghasilkan kondisi gambar yang teroptimal bagi penonton", ujar Eko Adhi
Suyitno, Head of TV Product Marketing LGEIN mengenai Intelligent Sensor. Sebagai efek
sampingnya, teknologi sensor pintar itu pun memungkinkan penonton menonton televisi dalam
jangka relatif waktu lama.
Dalam kaitan dengan konsumsi energi listrik, sensor pintar yang dapat mengatur tingkat
keterangan (brightness) televisi ini, juga berkorelasi dalam pengurangan penggunaan energi listrik
hingga 60%, yakni ketika pencahayaan ruangan dalam konsisi paling rendah.
Kemampuan Intelligent Sensor untuk menghemat konsumsi daya telah dibuktikan secara
ilmiah oleh Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan - Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Indonesia terhadap televisi LCD LG tipe 42LG60FR dan 42LG53FR.
Dalam penelitian itu, televisi dioperasikan dalam berbagai tingkat terang ruang. Mulai dari
tingkat pencahayaan 0 lux (sangat gelap) hingga 600 lux (sangat terang). Hasilnya, ketika
pencahayaan ruangan minimum, justru energi yang dipakai oleh TV LCD ini makin kecil.
 Intelligent sensor harus bisa melakukan tugas tugas berikut :
 Memberikan sinyal digital sebagai keluaran.
 Mampu mengkomunikasikan sinyal.
 Mampu mengeksekusi fungsi logika dan instruksi
 Unsur – unsur yang terdapat pada intelligent sensor :
 Primary sensing element
 Excitation control
 Amplification
 Analogue filtering
 Data conversion
 Compensation
 Digital information processing
 Digital communication processing
 Kapasitas Teknis
Karena tugas-tugasnya dilakukan oleh mikroprosesor, setiap gadget yang mencampur
sensor dan mikroprosesor biasanya disebut sebagai sensor cerdas (Intelligent Sensor). Untuk
memenuhi syarat sebagai sebuah sensor cerdas, sensor dan prosesor harus menjadi bagian dari unit
fisik yang sama. Sebuah sensor yang hanya berfungsi untuk mendeteksi dan mengirim sinyal
diproses ke sistem eksternal yang melakukan beberapa tindakan dianggap tidak cerdas.
CONTOH INTELLIGENT SENSOR

Sensor di gunung berapi yang bisa mendeteksi aktivitas gunung berapi yang berupa
pergerakan lava, gempa, suhu, sehingga mampu memberikan sinyal ke observatorium mengenai
keadaan gunung berapi tersebut.
ENVIRONMENTAL DURABILITY
WATER JACKET
Water Jacket adalah casing berisi air yang mengelilingi perangkat, biasanya selubung
logam yang memiliki asupan dan ventilasi keluaran untuk memungkinkan air dipompa untuk
melaluinya dan juga bersirkulasi. Aliran air ke pemanas eksternal atau perangkat pendingin
memungkinkan kontrol suhu yang tepat dari perangkat.
Water Jacket sering digunakan dalam watercooling. Mereka juga digunakan di
laboratorium : Liebig, Graham, dan kondensor Allihn. Water Jacket yang digunakan untuk
mendinginkan barel senapan mesin pada saat Perang Dunia Pertama, namun senapan mesin
modern didinginkan menggunakan udara untuk menghemat berat dan karenanya meningkatkan
portabilitas.
Dalam mesin piston pembakaran reciprocating internal Water Jacket adalah serangkaian
lubang baik dituang atau di bor melalui blok mesin utama dan dihubungkan dengan katup inlet dan
outlet ke radiator. Peralatan seperti inkubator kultur jaringan dapat tertutup dalam Water Jacket
disimpan pada suhu konstan.
SPESIFIKASI

Terdapat dua jenis spesifikasi yaitu spesifikasi statis dan dinamis.


1. Spesifikasi Statis
Ditentukan oleh manufacturer melalui kalibrasi.
Error :
 Definisi : perbedaan antara nilai variabel yang sebenarnya dan nilai pengukuran
variabel.
 Seringkali nilai sebenarnya tidak diketahui. Untuk kasus tersebut accuracy akan
menunjukkan range/bound kemungkinan dari nilai sebenarnya.
Accuracy :
 Istilah ini digunakan untuk menentukan error keseluruhan maksimum yang diharapkan dari
suatu alat dalam pengukuran.
 Accuracy biasanya diekspresikan dalam inaccuracy.
 Beberapa jenis accuracy terhadap :
1. Variabel yang diukur.
Misal : akurasi dalam pengukuran suhu ialah  2oC, berarti ada ketidak akuratan (uncertainty)
sebesar  2oC pada setiap nilai suhu yang dikur.
2. Prosentase dari pembacaan Full Scale instrumen.
Misal : akurasi sebesar  0.5% FS pada meter dengan 5 V Full Scale, berarti ketidakakuratan pada
sebesar  0.025 volt.
3. Prosentase span (range kemampuan pengukuran instrumen).
Misal : jika sebuah alat mengukur  3% dari span untuk pengukuran tekanan dengan range 20-
50 psi, maka akurasinya menjadi sebesar (  0.03) (50 – 20) =  0.9 psi.
Repeatibility
 Definisi : pengukuran terhadap seberapa baik output yang dihasilkan ketika diberikan input
yang sama beberapa kali.
 Repeatibility vs Accuracy
Presisi Akurasi

 Reproducibility  Ketepatan
 Diuji dengan cara  Diuji dengan menggunakan
pengukuran berulang metode yang berbeda
 Presisi yang rendah (poor  Akurasi yang rendah
precision) berasal dari cara/teknik berasal dari kesalahan prosedural
pengukuran yang kurang baik. atau kerusakan alat.

max  min
 Persamaan : repeatibility = x100%
fullscale

Resolusi
 Definisi : Kenaikan terkecil (the smallest increment) pada masukan yang menghasilkan
kenaikan yang dapat terdeteksi pada keluaran sensor.
 Untuk detektor tetap (the occupancy detector), resolusi dapat dinyatakan sebagai
“perpindahan minimum obyek dengan jarak yang sama sebesar 20 cm pada jarak 5 m.”
 Untuk sensor sudut potensiometrik, resolusi dapat dinyatakan sebagai “sudut minimum
sebesar 0,5o.”
 Terkadang, resolusi juga dinyatakan sebagai persen skala penuh (FS) alias rentang
masukan. Contoh: untuk sensor sudut (the angular sensor) yang memiliki skala penuh 270o, maka
resolusi sebesar 0.5o dapat dinyatakan sebagai
Resolusi = (0.5o/ 270o) x 100% = 0,185%
 Resolusi sensor-sensor berformat keluaran digital diberikan oleh jumlah bit dalam data
word. Contoh: resolusi dapat dinyatakan sebagai “resolusi 8-bit” (“8-bit resolution”) Untuk lebih
meyakinkan, pernyataan ini harus dilengkapi dengan nilai skala penuhnya atau nilai LSB-nya (the
value of least significant bit).
Sensitivity
 Definisi : perubahan pada output instrumen untuk setiap perubahan input terkecil
(ditunjukan oleh fungsi alih sensor)
 Sensitivitas yang tinggi sangat diinginkan karena jika perubahan output yang besar terjadi
saat dikenai input yang kecil, maka pengukuran akan semakin mudah dilakukan.
 Misalnya, jika sensitivitas sensor temperatur sebesar 5mV/oC berarti setiap perubahan
input 1oC akan muncul output sebesar 5 mV.
Hysteresis
 Definisi : perbedaan output yang terjadi antara pemberian input menaik dan pemberian
input menurun dengan besar nilai input sama. (Lihat Gambar 3-6, “Industrial Control
Engineering”)
 Salah satu indikator repeatability.
Linearity
 Definisi : hubungan antara output dan input dapat diwujudkan dalam persamaan garis
lurus.
Linearitas sangat diinginkan karena segala perhitungan dapat dilakukan dengan mudah jika sensor
dapat diwujudkan dalam persamaan garis lurus. (Lihat Gambar 3-3, “ICE”).

2. Spesifikasi Dinamis
 Menunjukkan seberapa baik respon sensor terhadap perubahan pada inputnya secara
kontinyu dan teratur.
 Dalam praktiknya, model-model ini terbatasi untuk orde-orde pertama, kedua, dan ketiga.
Model-model berorde lebih tinggi sangat jarang diterapkan.
 Model-model dinamik ini biasanya dianalisis dengan transformasi Laplace, yang
mengonversi persamaan diferensial tersebut menjadi pernyataan polinomial (a polynomial
expression).
 Dilakukan dengan memberikan input step dan sinusoidal.
Input Step
 Sensor orde nol
o Sinyal masukan dan keluarannya dihubungkan dengan persamaan:
o Orde-nol merupakan respon yang diharapkan dari sebuah sensor karena no delays,
bandwidth tak hingga, dan sensor ini hanya mengubah sinyal masukannya.
o Contoh: Potentiometer yang digunakan untuk mengukur perpindahan linier dan
perpindahan putaran (rotary displacement).
 Jika sensor berorde satu, parameter yang diamati : rise time, time constant, dan dead time.
o Rise Time : waktu yang diperlukan agar output mencapai 10 – 90% dari respon penuh saat
diberikan input step.
o Time Constant : waktu yang diperlukan output untuk mencapai 63.2% dari nilai maksimal
yang mungkin.
o Dead time : waktu yang diperlukan output untuk mulai berubah.
Sensor orde-1 memiliki satu elemen penyimpan energi dan satu lainnya melepaskan energi. Sinyal
masukan dan keluaran dihubungkan dengan persamaan diferensial orde-1:

Berikut contoh masalah untuk sensor orde 1


 Jika sensor berorde dua, parameter yang diamati : damping coefficient, resonant frequency,
settling time, dan percent overshoot.
o Damping coeffecient dan resonant frequency menentukan bentuk dan waktu respon sensor.
o Settling time adalah waktu yang diperlukan sampai terbentuk output yang diinginkan.
o Percent Overshoot adalah besarnya lonjakan respons output dibanding kondisi stabil.
Sinyal masukan dan keluaran dihubungkan dengan persamaan diferensial orde-2.
Berikut contoh masalah untuk sensor orde-2

Transfer Function

Stimulus biasanya tidak berbentuk elektris, sehingga dari input menuju


output akan terjadi proses perubahan energi. Sehingga di dalam sebuah sensor antara Input
(stimulus) dan Output (respon) memiliki hubungan matematis. Jika Output adalah S dan input
stimulusnya adalah s, maka dapat dituliskan transfer functionnya S=f(s) dimana S sebagai fungsi
s.

Bandwidth
Low Pass Filter (LPF) yaitu filter yang hanya melewatkan frekuensi rendah, High Pass Filter
(HPF) yaitu filter yang hanya melewatkan frekuensi tinggi. Pada filter frekuensi ada yang disebut
frekuensi cut off, dimana frekuensi ini menjadi batas untuk menghalangi sinyal masukan yang
memiliki frekuensi yang lebih tinggi atau lebih rendah dari frekuensi cut off. Narrowband
merupakan pita dengan saluran sempit atau bisa disebut dengan jalur sempit.

Noise
Noise atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Derau” adalah sinyal-sinyal yang tidak
diinginkan dalam suatu sistem komunikasi atau informasi. Sinyal-sinyal noise ini dapat
mengganggu kualitas penerimaan sinyal dan reproduksi sinyal yang akan dipancarkan. Noise juga
dapat membatasi jangkauan sistem pada daya pancaran tertentu, mempengaruhi
sensitivitas/kepekaan sinyal penerimaan dan bahkan akan mengakibatkan pengurangan bandwidth
pada suatu sistem.
Berdasarkan sumbernya, noise atau derau ini dapat dibedakan menjadi dua kategori utama
yaitu Internal Noise dan External Noise. Berikut ini adalah jenis-jenis Noise berdasarkan kedua
kategori tersebut.
1. Internal Noise (Derau Internal)
Internal Noise adalah Noise yang dibangkitkan oleh komponen-komponen dalam sistem
komunikasi itu sendiri. Internal Noise ini terdiri dari Thermal Noise, Shot Noise, Flicker
Noise dan Transit Time Noise.
1.1. Thermal Noise (Derau Termal)
Thermal Noise atau disebut juga dengan Johnson Noise ini adalah Noise yang
dibangkitkan oleh gerakan thermal acak pembawa muatan (biasanya elektron) dalam sebuah
konduktor. Amplitudo pada Thermal Noise tidak terikat pada frekuensi tertentu sehingga noise ini
dapat terjadi pada seluruh jangkauan frekuensi. Thermal Noise merupakan noise yang sulit untuk
dihindari.
1.2. Shot Noise (Derau Tembakan)
Shot Noise atau Derau Tembakan ini terjadi karena adanya penghalang potensial
atau Potential Barrier. Shot Noise umumnya muncul di perangkat atau komponen elektronika aktif
seperti Dioda dan Transistor karena pada komponen-komponen aktif tersebut memiliki
persimpangan Positif dan Negatif atau PN Junction. Ketika Elektron dan Holes melintasi
penghalang, maka akan menimbulkan noise yang disebut dengan Shot Noise atau Derau
Tembakan.
1.3. Flicker Noise (1/f Noise)
Flicker Noise yang juga dikenal dengan nama 1/f Noise ini adalah Jenis Noise yang terjadi
pada rentang frekuensi dibawah beberapa kiloHertz (kHz). Densitas daya spektral Noise jenis ini
akan semakin meningkat seiring dengan penurunan frekuensi. Oleh karena itu, Flicker Noise ini
juga disebut denganLow Frequency Noise atau Derau Frekuensi Rendah. Flicker Noise ini jjuga
sering disebut dengan Contact Noise atau Pink Noise.
1.4. Transit Time Noise
Transit Time adalah waktu yang dibutuhkan untuk pembawa muatan untuk berpindah dari
input ke output. Jadi yang dimaksud dengan Transit Time Noise adalah Noise yang timbul pada
saat transit time pembawa muatan semikonduktor yaitu pada saat pembawa muatan melintasi
persimpangan yang dibandingkan dengan jangka waktu sinyal tersebut. Transit Time Noise ini
sering disebut juga dengan High Frequency Noise.
2. External Noise (derau eksternal)
External Noise atau derau eksternal adalah derau yang dihasilkan dari luar rangkaian
elektronik itu sendiri. Noise ini bukan disebabkan oleh komponen dari rangkaian atau perangkat
elektronik/listrik. Eksternal Noise ini terdiri dari Atmospheric Noise,Industrial
Noise dan Extraterrestrial Noise.
2.1. Atmospheric Noise (Derau Atmosfer)
Atmospheric Noise atau Derau Atmosfer atau dikenal juga dengan Noise Statis merupakan
sumber gangguan elektris yang terjadi secara alami karena berkaitan dengan atmosfer bumi. Derau
Atmosfer ini bisa disebabkan oleh petir, halilintar, badai dan gangguan alam lainnya.
2.2. Industrial Noise (Derau Industri)
Industrial Noise atau derau industri adalah derau yang dihasilkan oleh manusia seperti
menghidupkan motor elektrik, peralihan gigi mesin, mematikan dan menghidupkan lampu listrikr
melalui sakelar, perubahan tegangan dan arus listrik tinggi yang mendadak dan aktivitas manusia
lainnya. Industrial Noise ini juga sering disebut dengan Man-Made Noise (derau yang dihasilkan
oleh manusia).
2.3. Extraterrestrial Noise (derau luar angkasa)
Extraterrestrial Noise (Ekstraterrestrial noise) atau derau luar angkasa adalah sinyal
elektris yang berasal dari luar atmosfer bumi. Berdasarkan asalnya, Extraterrestrial Noise ini dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu Solar Noise yang berasal dari panas matahari dan Cosmic Noise
yaitu noise yang didistribusikan secara berkesinambungan di sepanjang galaksi.

Vous aimerez peut-être aussi