Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB II

ANEMIA

A. DEFINISI
Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan atau konsentrasi hemoglobin turun
di bawah normal (Donna L. Wong). Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah,
kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah ( Hematokrit per 100 ml darah ).
Menurut Dr. W. Herdin Sibuea dkk 1992, darah orang mengandung 13-16 gr hemoglobin (Hb)
/ 100 cc (13-16 gr%), semua Hb ini terdapat di dalam eritrosit. Jika konsentrasi Hb turun dibawah
normal akan timbul anemia. Namun harus disadari bahwa batas terendah dari nilai normal
tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Umur Laki – laki Perempuan
12 – 18 thn. 13 – 16 gr % 12 – 16 gr %
18 – 48 thn. 13,5 – 17,5 gr % 12 – 16 gr %

B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI ANEMIA


1. Anemia mikrositik hipokrom
a) Anemia defisiensi besi
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira – kira 2 mg
yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2 – 4 g, kira – kira 50 mg/ kg BB pada
pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia dimorfik, karena selain
kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat.
Etiologi : anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling
banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing
tambang pada seseorang dengan makan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila
disertai malnutrusi, baru akan terjadi anemia penyebab lain dari anemia defisiensi adalah :
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorpsi yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
- Perdarahan pada saluran cerna, donor darah
- Hemoglobinuria
- Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b) Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah
anemia yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
Penyebab :

1
- Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi
ginjal, paru (bronkiektasis, abses, empiema, dll).
- Inflamasi kronik, seperti artritis reumatoid
- Neoplasma, seperti ilmfoma malignum, dan nekrosis jaringan.
2. Anemia makrositik
a. Difesiensi vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi vitamin
yang merupakan penyakit herediter autoimun, sehingga pada pasien mungkin dijumpai
penyakit – penyakit autoimun lainnya. Kekurangan vitamin B 12 karena faktor intrinsik ini
tidak dijumpai di Indonesia. Yang lebih sering dijumpai di Indonesia adalah penyebab in
trinsik karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala – gejala yang tidak berat.
b. Defisiensi asam folat
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu, dan daun – daun yang hijau. Umumnya
behubungan dengan manultrisi. Penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena
absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Juga berhubungan dengan sirosis hepatis, karena
terdapat penurunan cadangan asam folat.
3. Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan terbagi atas :
1). Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan
kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
2). Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab
yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna karena
pemakaian analgesik, dan epistaksis. Di Indonesia sering karena infestasi cacing tambang.
4. Anemia hemolitik
a. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120), baik
sementara atau terus – menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsusm tulang telah tidak
mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila
kemampuannya terganggu oleh sebab lain.
Penyebab :
1) Intrinsik
- Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria noktural
paroksismal.

2
- Kelinan glikolisis, seperti defisisensi piruvat kinase.
- Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
- Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia.
2) Ekstrinsik
- Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit
limoproliferatif, keracunan obat.
- Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik, koagulasi
intravaskular diseminata (KID).
- Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostrodium, borrelia.
- Hipersplenisme.
- Luka bakar.
b. Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun (Autoimun Hemolitic Anemia, AIHA) merupakan kelaianan
darah yang di dapat, di mana autoantibodi IgG yang dibentuk terikat pada membran sel
darah merah (SDM). Antibodi ini umumn ya berhadapan langsung dengan komponen
dasar dari sistem Rh dan sebenarnya dapat terlihat pada SDM semua orang.
Klasifikasi :
1. Warm-antibody immunohemolytic anemia
2. Cold antibodyimmunohemolytic anemia
5. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel – sel darah.
Penyebab : bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan autoimun), LES, Kemoterapi,
radioterapi, toksin, seperti benzen, toluen, insektisid, obat – obat seperti kloramfenikol,
sulfonamid, analgesik (pirazolon), antiepileptik (hidantoin), kinakrin, dan solfonilurea,
pascahepatitis, kehamilan, dan hemoglobinuria paroksimal noktural.
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
C. POTOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil sampingproses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah atau hemolisis segera

3
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemklitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma / hemoglobinemia. Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebaas)
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinnuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar : 1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

Viskositas darah menurun

Resistensi aliran darah perifer

Penurunan transport O2 ke jaringan

Hipoksia,pucat, lemah

Beban jantung meningkat

Kerja jantung meningkat

Payah jantung

D. MANIFESTASI KLINIK
Penderita anemia biasanya merasa sangat lelah, sakit kepala dan jika anemia timbul dengan
cepat,penderita mengeluh penglihatan berkunang – kunang (dizzyness). Gejal;a yang paling
penting adalah gejala pada jantung dan paru – paru. Darah dengan konsentrasi Hb yang rendah
harus beredar dalam sirkulasi lebih sering dari biasanya.
Bila kadar Hb 15 gr / % maka pada keadaan istirahat curah jantung 5 1/menit sudah cukup.
Jika kadar Hb turun menjadi 5 gr %, curah jantung yang dibutuhkan adalah 15 1/menit untuk
mencukupi oksigen yang sama untuk jaringan. Orang yang tidak terlatih dapat meninggikan curah
jantung sampai 12 – 13 1/menit. Jika dibutuhkan curah jantung yang lebih tinggi maka jantung
akan mengalami kegagalan. Mekanisme kegagalan jantung adalah sebagai berikut :
Jaringan memerlukan O2 lebih banyak daripada yang dapat disediakan oleh darah. Pada
jaringan yang mengalami hipoksia, CO 2 dan juga asam laktat akan tertimbun. Asidosis setempat

4
ini akan menyebabkan dilatasi arteriol. Akibatnya tahanan arteri perifer akan turun. Aliran darah
pada jaringan akan bertambah, tatapi pada waktu yang bersamaan tekanan darah pada arteri akan
turun juga. Jika ini terjadi, maka refleks dari sinus karotikusakan segera bekerja dan medula dari
kelenjar adrenal akan dirangsang untuk mensekreasi katekolamin. Hal ini akan menyebabkan
denyut jantung akanlebih kuat dan lebih cepat. Penderita akan merasa berdebar – debar (Palpitasi).
Frekuensi nadi bertambah. Pada waktu yang bersamaan darah akan lebih banyak kembali ke
jantung dari sebelumnya. Berdasarkan hukum Straling, ini akan meninggikan curah jantung. Jika
curah jantung yang maksimum telah tercapai, pengisian jantung lebih lanjut akan menyebabkan
curah jantungh makin rendah, ditambah lagi pada anemia terdapat degenerasi lemak pada
miokardium yang melemahkan jantung. Pengisisan yang berlebihan dari sirkulasi pulmonal akan
terjadi dan menyebabakan dispne, mula – mula hanya pada waktu bekerja, kemudia pada waktu
istirahat. Bila anemia berat dibiarkan tidak diobati, penderita dapat meninggal oleh karena gagal
jantung (high output failure), asidosis asam laktat yang disebabkan oleh anoksia atau kerusakan
otak akibat anoksia.
Pada pemeriksaan, penderita kelihatan pucat terumata pada telapak tangan dan lidah. Nadi
cepat dan denyut nadi biasanya keras. Tekanan darah normal tetapi tekanan diastolok dapat
rendah. Dispne biasanya berat. Pada auskultasi, sering ditemukan bising mendengung (humming)
yang terus – menerus pada vena – vena dileher, di atas klavikula.
Pada jantung terutama pada daerah aorta dan a. pulmonalis terdengar bising sistolik yang
keras oleh karena aliran darah yang cepat meimbulkan efek turbulensi.Hal ini jangan dikatakan
dengan bising yang disebabkan kelainan katup jantung. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
konsentrasi Hb dan eritrosit yang rendah. (Dr. W. Herdin Sibuea dkk, 1992).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah :
 Gagal jantung
 Parestisia
 Kejang
F. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
a. Memberikan diet TKTP
b. Memberikan diet gizi serat, dan buah – buahan yang
cukup
c. Mengawasi kegiatan anak
d. Memberikan oksigen
e. Memonitor hasil laborat (Hb dan Ht)

5
f. Memberikan transfusi (setelah kolaborasi dengan
dokter)
2. Medis
1) Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi
 Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilotostomiasis
diberikan antelmintik yang sesuai.
 Pemberian preparat fe:
 Fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat
dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikan bertahap. Pasien yang tidak
kuat,dapat diberikan bersama makanan.
 Fero glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat
intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan
sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral dengan
dosis 250 mg Fe (3 mg/kk BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah
normal.
 Iron dekstran mengandung fe 50mg/ml, diberikan secara
intramuskular mula – mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai
dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan intravena, mula – mula
0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan
reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.
b. Anemia penyakit kronik
Terapi terutama ditujukan pada penyakit dasarnya.
Pada anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah merah
(packed red cell) seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi, tidak
diindikasikan, kecuali untuk mengatasi anemia pada artritis reumatoid. Pemberian
kobalt dan eritropoeitin dikatakan dapat memperbaiki anemia pada penyakit kronik.
2) Anemia makrositik
a. Defisiensi vitamin B12
Pemberian vitamin B12 1.000 mg/hari im selama 5-7 hari, 1 kali tiap bulan.
b. Defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebab nya dan dapat dilakukan pula dengan
pemberian suplementasi asam folat oral 1 mg per hari.
3) Anemia karena perdarahan
Pemerikasaan laboratorium :

6
Gambaran anemia sesuai dengan anemia defisiensi Fe. Perdarahan pada saluran cerna
akan memberi hasil positif pada tes benzidin dari tinja.
 Mengobati sebeb perdarahan.
 Pemberian preparat Fe.
4) Anemia hemolitik
a. Anemia hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena
reaksi toksik – imunologik yang didapat diberikan adalah kortikosteroid (prednison,
prednisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak berhasil,
dapat diberikan obat – obat sitostatik, seperti klorambusil dan siklofosfamid.
b. Anemia hemolitik autoimun
Terapi inisial dengan menggunakan pednison 1-2 mg/kk Bb/hari dalam dosis
terbagi. Jika terjadi anemia yang mengancam hidup, transfusi darah harus diberikan
dengan hati – hati. Keputusan untuk melakukan transfusi harus melalui konsultasi
dengan ahli hematologi terlebih dahulu.
Apabila prednison tidak efektif dalam menanggulangi kelainan ini, atau penyakit
mengalami kekambuhan dalam periode taperingoff dari prednison, maka dianjurkan
untuk dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak menolong, maka dialkuakn
terapi dengan menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif.
Imunoglobulin dosistinggi intravena (500 mg/kg BB/hari selama 1-4 hari) mungkin
mempunyai efektivitas tinggi dalam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan
ini hanya sebentar (1-3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian
pengobatan ini hanya digunakan pada situasi gawat darurat dan bila pengobatan
dengan prednison menrupakan kontraindikasi.
5) Anemia aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari
anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan, seperti :
 Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan
trombosit, berikan darah segar atau platelet concentrate.
 Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik. Higiene yang baik perlu untuk
mencegah timbulnya infeksi.
 Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trobositopenia berat.
 Androgen, seperti fluokrimesteron, testoteron, metandrostenolon, dan
nondrolon. Efek samping samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan
garam, perubahan hati, dan amenenore.

7
 Imunosupresi, seperti siklosporin, globulin antimosit. Champlin, dkk
menyarankan penggunaannya pada pasien > 40 tahun yang tidak dapat menjalani
transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat transfusi
berulang.
 Tranlantasi sumsum tulang.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) lelah, sakit
kepala, penglihatan berkunang – kunang, berdebar – debar.
2) Riwayat kesehatan sekarang (Riwayat kesehatan yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit).
3) Riwayat kesehatan yang lalu (Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita pasien) apakah mafsu makan pasien turun, apakah pasien
mempunyai penyakit dengan perdarahan terus – menerus.
4) Riwayat kesehatan keluarga (Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
baik bersifat genetik atau tidak). Apakah dikeluarga ada yang sakit hemofili.
c. Pemeriksaan persistem
1) Keadaan Umum : keadaran, vital sign, status gizi (BB, TB)
2) Sistem persepsi sensori kunjungtiva anemis
a) Sistem persyaratan : sakit kepala, kunang – kunang, proses pikir
lambat.
b) Sistem pernafasan : nafas pendek, disyna
c) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat dan denyut nadi biasanya keras,
tekanan darah normal tetapi tekanan diastolik dapat rendah.
d) Sistem gastrointestinal :
e) Sistem integumen : kulit lembab dan dingin, biasanya pucat.
f) Sistem perkemihan
g) Sistem muskoloskeletal : lemah secara umum.
d. Pola fungsi kesehatan
1) Pola pesepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Kebiasaan bab di WC? Personal hygine? Sanitasi?
2) Pola nutrisi dan metabolisme :

8
Apakah nafsu makan turun? Adakah anak suka makan sayur – sayuran dan buah –
buahan?
3) Pola eliminasi : BAK lancar? BAB ada darah?
4) Pola aktifitas dan alatihan : apakah anak masih mau bermain?
5) Pola tidur dan latihan : apakah anak susah tidur?
6) Pola kognitif dan perceptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran.
2. Pemeriksaan Penunjang
 Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kFe,pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B 12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protombin dan waktu tromboplastin parsial.
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron binding capacity
serum.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Intolelansi aktivitas b.d. kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O 2.
2) Takut b.d. prosedur transfusi, hospitalisasi, pengalaman lingkungan yang kurang
bersahabat.
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. faktor biologis.
4) Kurang pengetahuan tentang anemia b.d. kurang informasi.
5) Resiko infeksi, faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb).
6) PK anemia .
7) Keletihan
8) Risiko terhadap cedera : Kecendrungan perdarahan yang berhubungan dengan
trombositopenia dan splenomegali

No Diagnosa Kep NOC / Tujuan N


1. Intoleransi aktivitas b.d Klien dapat menoleransi aktivitas & melakukan 1. Menentukan penyebab intoleran
ketidakseimbangan suplai & ADL dengan baik. fisik, psikis/motivasi
kebutuhan O2, kelemahan. 2. Kaji kesesuaian aktivitas & istir
Kriteria hasil :

9
Batasan karakteristik :  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dengan TD, 3. Tingkatkan aktivitas secara bert
- Laporan verbal : kelelahan dan HR, RR yang sesuai perubahan posisi, berpindah & p
kelemahan  Warna kulit normal, hangat dan kering 4. Pastikan kilen mengubah posisi
- Respon terhadap aktivitas  Memverbalisasikan pentingnya aktivitas secara ativitas
menunjukan nadi dan tekanan
darah abnormal.
bertahap 5. Ketika membantu klien berdiri,
- Perubahan EKG  Mengekspresikan pengertian pentingnya pusing, ganguan kesadaran & ta
menunujukkan aritmia atau keseimbangan latihan & istirahat 6. Lakukan latihan ROM jika klien
disritmia.  Meningkatnya toleransi aktivitas
- Dispna dan ketidaknyamanan
yang sangat.
2. Takut b.d. prosedur transfusi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Cioping enhancement (5230)
hospitalisasi,pengalaman 3hari perasaan takut pasien berkurang atau hilang. 1. Kaji respon takut pasien :
lingkungan yang kurang 2. Jelaskan pasien/keluarga t
bersahabat. (00148) Fear kontrol :
3. Terangkan pasien / keluar
1. Pasien mencari informasi untuk
Batasan karakteristik : mengurangi takut
4. Dorong orang tua untuk se
- Panik 2. Pasien tidak menyerang atau menghindar 5. Berikan pilihan yang reali
- Teror dari sumber yang menakutkan 6. Dorong pasien untuk mela
- Perilaku menghindar atau 7. Dorong penggunaan sumb
menyerang
3. Pasien menggunakan teknik relaksasi
- Implusif untuk mengurangi takut
4. Durasi takut menurun Anxiety Reduction (5820)
- Nadi, respirasi, tD sistolik
meningkat 5. Pasien mampu mengontrol respon takut 1. Jelaskan semua prosedur t
menjalani prosedur
- Anoreksia
- Mual, muntah Anxiety control (1402) 2. Berikan objek yang memb
- Pucat Kriteria : 3. Jaga peralatan pengobatan
- Stimulus sebagai ancaman - Tidur pasien adekuat 4. Dengarkan pasien dengan
- Lelah - Tidak ada manifestasi fisik 5. Ciptakan suasana saling p
- Otot tegang - Tidak ada manifestasi perilaku
- Keringat meningkat
6. Dorong pasien mengungk
- Gempar 7. Berikan aktivitas / peralat
- Ketegangan meningkat ketegangan
- Menyatakan takut 8. anjurkan pasien menggun

3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6  MONITORING GIZI
dari kebutuhan tubuh berhubungan hari status nutrisi meningkat dengan kriteria : - Timbang berat badan pasi
dengan faktor biologis - Intik makan dan minum adekuat - Amati kecenderungan pen
- Tanda – tanda malnutrisi tidak ada - Monitor jenis dan jumlah
Batasan Karakteristik : - Membran konjungtifa dan mokus tidak - Monitor respon emosiona
- Berat badan 20 % atau pucat yang ada makanan
lebih di bawah ideal - Nilai lab : - Monitor lingkungan temp
- Dialaporkan adanya intake - Protein total 6-8 gr % - Amati rambut yang kering
makanan yang kurang dari - Monitor mual dan muntah
- Albumen : 3,5-5,3 gr %
RDA (Recomended daily - Amati tingkat albumen, pr
Allowance)] - Glogulin 1,8-3,6 gr % - Monitor tingkat energi ras
- Membran mukosa dan - Mati jaringan penghubung
- Hb tidak kurang dari 10 gr %
konjungtiva pucat - Monitor masukan kalori d
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk menelan /  MANAJEMEN NUTRIS
mengunyah makanan - Kaji apakah pasien ada ale
- Luka, inflamasi pada - Kerjasama dengan ahli giz
rongga mulut lemak secara tepat sesuai denga
- Mudah merasa kenyang, - Anjurkan masukan kalori
sesaat setelah mengunyah - Ajari pasien tentang diet y
makanan - Monitor catatan makanan
- Dilaporkan atau fakta kalori
adanya kekurangan makanan - Timbang berat badan seca
- Dilaporkan adanya - Anjurkan penambahan int
perubahan sesnsasi rasa - Pastikan bahwa diet meng

10
- Perasaan mencegah sembelit
ketidaknyamanan untuk - Beri makan protein tinggi
mengunyah makanan - Pastikan kemampuan pasi
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan  TERAPI GIZI
makanan cukup - Monitor masukan cairan d
- Keengganan untuk makan tepat
- Kram pada abdomen - Berikan pendidikan keseh
- Tonus otot jelek - Kolaborasi ahli gizi
- Nyeri abdominal dengan - Pastikan diet gizi serat dan
atau tanpa patologi - Pantau lab. Jika perlu
- Kurang berminat terhadap - Evaluasi tanda – tanda kek
makanan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
4. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan penjelasan selama 3 x Teaching : Disease Process
anemia b.d kurangnya informasi pertemuan, pasien / keluarga mengetahui tentang 1. Berikan penilaian tentang
penyakitnya. penyakit yang spesifik
Batasan Karakteristik : 2. Jelaskan patofisiologi dari
- Mengungkapkan masalah Kriteria Hasil : dengan anatomi dan fisiologi, de
- Tidak tepat mengikuti  Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan gej
perintah menyatakan pemahaman tentang penyakit,
- Tingkah laku yang yang tepat
kondisi, pronogsis, dan program pengobatan
berlebihan (misalnya histeris, 4. Gambarkan proses penyak
 Pasien dan keluarga
sikap bermusuhan, agitasi, mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan 5. Identifikasi kemungkinan
apatis) dengan benar 6. Berikan informasi pada pa
 Pasien dan keluarga 7. Sediakan bagi keluarga at
mampu menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat
dijelaskan perawat / tim kesehatan 8. Sediakan informasi tentan
tepat
9. Diskusikan perubahan gay
mencegah komplikasi di masa y
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
11. Gambarkan pilihan terapi
penanganan
12. Dukung pasien untuk men
dengan cara yang tepat atau diin
13. Eksplorasi kemungkinan s
14. Rujuk pasien mengenai ta
perawatan kesehatan, dengan ca
15. Instruksikan pasien menge
pemberi perawatan kesehatan, d
16. Sediakan telepon untuk m
17. Kuatkan informasi yang d
dengan cara yang tepat

5. Resiko infeksi, faktor resiko NOC : NIC :


pertahanan sekunder tidak adekuat  Immune Status Infection Control (Kontrol inf
(penurunan Hb)  Knowledge : Infection  Bersihkan lingkungan s
control  Pertahankan teknik isol

11
Definisi : Peningkatan resiko  Risk control  Batasi pengunjung bila
masuknya organisme patogen Kriteria Hasil :  Instruksikan pada p
 Klien bebas dari tanda dan berkunjung dan setelah ber
Faktor-faktor resiko : gejala infeksi  Gunakan sabun antimik
- Prosedur Infasif  Mendeskripsikan proses
- Ketidakcukupan  Cuci tangan setiap sebe
penularan penyakit, factor yang
pengetahuan untuk mempengaruhi penularan serta  Gunakan baju, sarung ta
menghindari paparan penatalaksanaannya,  Pertahankan lingkungan
patogen  Menunjukkan kemampuan  Ganti letak IV perifer
- Trauma untuk mencegah timbulnya infeksi petunjuk umum
- Kerusakan jaringan dan  Jumlah leukosit dalam batas  Gunakan kateter inter
peningkatan paparan normal kencing
lingkungan  Menunjukkan perilaku hidup  Tingktkan intake nutrisi
- Ruptur membran sehat
amnion  Berikan terapi antibiotik
- Agen farmasi
(imunosupresan) Infection Protection (proteksi
- Malnutrisi  Monitor tanda dan gejal
- Peningkatan paparan  Monitor hitung granulo
lingkungan patogen  Monitor kerentanan terh
- Imonusupresi  Batasi pengunjung
- Ketidakadekuatan  Saring pengunjung terh
imum buatan
- Tidak adekuat  Partahankan teknik aspe
pertahanan sekunder  Pertahankan teknik isol
(penurunan Hb,  Berikan perawatan kuli
Leukopenia, penekanan  Inspeksi kulit dan mem
respon inflamasi) drainase
- Tidak adekuat  Ispeksi kondisi luka / in
pertahanan tubuh primer  Dorong masukkan nutri
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja
 Dorong masukan cairan
silia, cairan tubuh statis,  Dorong istirahat
perubahan sekresi pH,  Instruksikan pasien untu
perubahan peristaltik)  Ajarkan pasien dan kelu
- Penyakit kronik  Ajarkan cara menghind
 Laporkan kecurigaan in
 Laporkan kultur positif

6. K Anemia Dapat meminimalkan atau mengatasi komplikasi 1. Anjuran untuk menggunkan sika
anemia selama perawatan 3x24 jam menghembuskan nafas dengan k
kontak tubuh,
ditandai dengan : 2. Bila klien dengan terapi alpha e
- Hb > atau sama dengan 10 gr% - TD minimal 3 x seminggu
- Toleransi terhadap aktifitas - Kadar HMT dan retikulosit
- Konjungtiva tidak anemis - Fe, kapasitas ikatan Fe total
- Tidak sianosis - Kalium serum
3. Bila pada terapi alpha epoeitin,
- Status Fe
- Kadar aluminium
- Anjuran untuk menyingkirk
- Resiko kehilangan darah
- Kaji penyebab yang menda
4. Pantau tanda dan gejala anemia
- Hb > 10 gr/dl

12
- Wajah pucat, sklera icteric,
- Perubahan fungsi mental, g
- Kulit dingin, lembab
- Gangguan hemodianmik
5. Kolaborasi dokter untuk pember
- Terapi intravena, tranfusi da

7. Keletihan NOC : NIC :


 Endurance Energy Management
 Concentration
 Energy conservation  Observasi adanya pembatasan
 Nutritional status : energy  Dorong anal untuk mengungk
Kriteria Hasil :  Kaji adanya factor yang meny
 Memverbalisasikan peningkatan energi dan  Monitor nutrisi dan sumber e
merasa lebih baik  Monitor pasien akan adanya k
 Menjelaskan penggunaan energi untuk  Monitor respon kardivaskuler
mengatasi kelelahan  Monitor pola tidur dan laman

8. Risiko terhadap cedera : NOC : Risk Kontrol NIC : Environment Managem


Kecendrungan perdarahan yang Kriteria Hasil :  Sediakan lingkungan yang
berhubungan dengan  Klien terbebas dari cedera  Identifikasi kebutuhan kea
trombositopenia dan  Klien mampu menjelaskan cara/metode dan fungsi kognitif pasien
splenomegali untukmencegah injury/cedera  Menghindarkan lingkunga
Definsi :  Klien mampu menjelaskan factor perabotan)
Dalam risiko cedera sebagai resiko dari lingkungan/perilaku  Memasang side rail tempat
hasil dari interaksi kondisi personal  Menyediakan tempat tidur
lingkungan dengan respon  Mampumemodifikasi gaya hidup  Menempatkan saklar lampu
adaptif indifidu dan sumber untukmencegah injury  Membatasi pengunjung
pertahanan.  Menggunakan fasilitas kesehatan yang  Memberikan penerangan y
ada  Menganjurkan keluarga un
Faktor resiko :  Mampu mengenali perubahan status  Mengontrol lingkungan da
Eksternal kesehatan
- Mode transpor atau cara
 Memindahkan barang-bara
perpindahan  Berikan penjelasan pada p
- Manusia atau penyedia perubahan status kesehatan
pelayanan kesehatan
(contoh : agen nosokomial)
- Pola kepegawaian : kognitif,
afektif, dan faktor
psikomotor
- Fisik (contoh : rancangan
struktur dan arahan
masyarakat, bangunan dan
atau perlengkapan)
- Nutrisi (contoh : vitamin dan
tipe makanan)
- Biologikal ( contoh : tingkat
imunisasi dalam masyarakat,
mikroorganisme)
- Kimia (polutan, racun, obat,
agen farmasi, alkohol, kafein
nikotin, bahan pengawet,

13
kosmetik, celupan (zat warna
kain))
Internal
- Psikolgik (orientasi afektif)
- Mal nutrisi
- Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor pembekuan,
trombositopeni, sickle cell,
thalassemia, penurunan Hb,
Imun-autoimum tidak
berfungsi.
- Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
- Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh, berhubungan
dengan mobilitas)

2
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISPEPSIA

A. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah.
Nyeri/ rasa tidak nyaman pada perut bagian atas/ dada yang sering dirasakan sebagai
adanya gas, perasaan penuh/ rasa sakit/ rasa terbakar diperut.
B. Etiologi
 menelan udara (aerofagi)

 alur balik, refluks asam dari lambung

 iritasi lambung (gastritis)

 ulkus gastrikum

 kanker lambung

 peradangan kandung empedu (kolesistitis)

 intoleransi laktosa

 kelainan gerakan usus

 kecemasan/ depresi
C. Patofisiologi
 Diet dan lingkungan
Berbagai jenis makanan dilaporkan sebagai hal yang mencetuskan serangan, antara lain buah-
buahan, asinan, kopi, alkohol dan makanan berlemak
 Sekresi cairan asam lambung
Adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa
tidak enak di perut.
 Fungsi motorik lambung (motilitas)
Terdapat perlambatan pengosongan lambung untuk makanan padat dan gangguan koordinasi
antroduodenal dan hipomotilitas pascaprandial.
 Persepsi viseral lambung

 Psikologi

 Infeksi Helicobacter pylori


D. Gejala
Nyeri/ rasa tidak nyaman pada perut bagian atas/ dada, mungkin disertai sendawa dan
suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri,
pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.
Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare, dan flatulensi (perut
kembung).
E. Pathway
- Diit dan lingkungan
- Sekresi cairan asam lambung
- Fungsi motorik lambung
- Persepsi viseral lambung
- Psikologi
- Infeksi helicobacter pylori

Lambung

Nutrisi Nyeri Cemas


F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual,
muntah, nyeri ulu hati, perut kembung.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit).
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
2. Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital sign
b) Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata cekung,
produksi urine berkurang).
c) Tanda- tanda shock
d) Penurunan berat badan
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
b) Foto polos abdomen meupun dengan kontras
c) USG
d) Pyelografi intravena/ sistrogram
e) Endoskopi dengan biopsy/ monitoring PH esophagus
G. Diagnosa keperawatan yang sering muncul
1. Nyeri
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri NOC : NIC :
 Pain Level, I. Pain Management
Definisi :  Pain control,
Sensori yang tidak menyenangkan  Comfort level
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
dan pengalaman emosional yang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria Hasil :
muncul secara aktual atau potensial presipitasi
 Mampu mengontrol nyeri (tahu
kerusakan jaringan atau  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu menggunakan
menggambarkan adanya kerusakan tehnik nonfarmakologi untuk  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): mengurangi nyeri, mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
serangan mendadak atau pelan  Melaporkan bahwa nyeri  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
intensitasnya dari ringan sampai berkurang dengan menggunakan  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
berat yang dapat diantisipasi dengan manajemen nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
akhir yang dapat diprediksi dan  Mampu mengenali nyeri (skala, ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
dengan durasi kurang dari 6 bulan. intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
 Menyatakan rasa nyaman dukungan
Batasan karakteristik : setelah nyeri berkurang  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
- Laporan secara verbal atau  Tanda vital dalam rentang suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
non verbal normal  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Fakta dari observasi  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
- Posisi antalgic untuk farmakologi dan inter personal)
menghindari nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Gerakan melindungi  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Tingkah laku berhati-hati  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Muka topeng  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu,  Tingkatkan istirahat
tampak capek, sulit atau
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
gerakan kacau, menyeringai)
nyeri tidak berhasil
- Terfokus pada diri sendiri
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
Analgesic Administration
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
orang dan lingkungan) sebelum pemberian obat
- Tingkah laku distraksi,  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
contoh : jalan-jalan, menemui  Cek riwayat alergi
orang lain dan/atau aktivitas,  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
aktivitas berulang-ulang) analgesik ketika pemberian lebih dari satu
- Respon autonom (seperti  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
diaphoresis, perubahan tekanan nyeri
darah, perubahan nafas, nadi  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
dan dilatasi pupil) optimal
- Perubahan autonomic dalam  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
tonus otot (mungkin dalam secara teratur
rentang dari lemah ke kaku)  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
- Tingkah laku ekspresif analgesik pertama kali
(contoh : gelisah, merintih,  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
menangis, waspada, iritabel,
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
nafas panjang/berkeluh kesah)
samping)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Faktor yang berhubungan :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Monitor nutrisi :
dari kebutuhan tubuh berhubungan …x 24 jam status nutrisi dengan kriteria hasil :  Kaji adanya alergi makanan
dengan gangguan absorbsi  Adanya peningkatan BB sesuai dengan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
Batasan karakteristik : tujuan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
 BB 20% atau lebih dibawah  Mampu mengidentifikasi kebutuhan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
normal nutrisi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
 Dilaporkan adanya intake  Tidak ada tanda- tanda malnutrisi  Berikan substansi gula
makanan yang kurang dari RDA  Tidak terjadi penurunan BB yang
(Recommended Daily  Yakinkan diiit yang dimakan mengandung tinggi serta
berarti untuk mencegah konstipasi
Allowance)
 Membrane mukosa dan  Berikan makanan yang terpilih
konjungtiva pucat  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
 Kelemahan otot yang harian
digunakan untuk menelan/  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
mengunyah  Berikaninformasi tentang kebutuhan nutrisi
 Luka, inflamasi pada rongga  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
mulut dibutuhkan.
 Mudah meras kenyang, Nutrition monitoring
sesaat setelah mengunyah  BB pasien dalam btas normal
makanan  Monitor adanya penurunan BB
 Dilaporkan atau fakta  Monitor tipe dan jumlah yang biasa dilakukan
adanya kekurangan makanan
 Monitor intraksi anak anak atau orang tua selama makan
 Dilaporkan adanya
 Monitor lingkungan selama makan
perubahan sensasi rasa
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama makan
 Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
 Kehilangan BB dengan  Monitor turgor kulit
makanan cukup  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
 Keengganan untuk meken  Monitor mual dan muntah
 Kram pada abdomen  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, da kadar Ht.
 Tonus otot jelek  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Nyeri abdominal dengan  Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan
atau tanpa patologi konjungtia
 Kurang berminat terhadap  Monitor kalori dan intake nutrisi
makanan  Catat adanya edema, iperemik, hipertonik, papilla lidah dan
 Pembuluh darah kapiler cavitas oral
mulai rapuh  Catat jika lidah berwarana magenta, scarlet.
 Diare atau steatorrhea
 Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
 Suara usus hiperaktif
 Kurangnya informasi,
missinformasi
3. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Fluid management:
berhubungan dengan kehilangan …. jam fluid balance dengan criteria hasil :  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
cairan aktif  Keseimbangan asupan dan keluaran  Monitor status dehidrasi( kelembaban membrane mukosa,
Batasan karakteristik : dalam 24 jam nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
 Kelemahan  Berat badan stabil  Monitor vital sign
 Haus  Tidak terdapat cekung mata  Monitor aupan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
 Penurunan turgor kulit/ lidah  Rasa haus yang tidak normal tidak ada harian
 Membran mukosa/ kulit  Hidrasi kulit tidak terganggu  Lakukan terapi IV
kering  Membrane mukosa lembab  Monitor status nutrisi
 Peningkatan denyut nadi,  Elektrolit serum dalam batas normal  Berikan cairan
penurunan tekanan darah,
 BJ urine dalam batas normal  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
penurunan volume/ tekanan nadi
 Dorong masukan oral
 Pengisian vena menurun
 Berikan penggantian nesogastrik sesuai output
 Konsentrasi urine meningkat
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Temperature tubuh
meningkat  Kolaborasi dokter jika tabda cairan berlebih muncul
memburuk
 Hematokrit meninggi
 Kehilangan berat badan
seketika

Vous aimerez peut-être aussi