Vous êtes sur la page 1sur 37

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang, hal ini menunjukan

seringnya gejala ini dijumpai pada sebagian besar penderita. Sakit pinggang

merupakan keluhan banyak penderita yang berkunjung ke dokter. Yang dimaksud

dengan istilah sakit pinggang bawah ialah nyeri, pegal linu, ngilu, atau tidak enak

didaerah lumbal sacrum. Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah Low Back Pain

(LBP).

Untuk lebih mendalami tentang low back pain, sejenak perlu diketahui dahulu

fungsi dari tulang belakang. Tulang belakang merupakan daerah penyokong

terbanyak dalam fungsi tubuh. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang merupakan

satu kesatuan fungsi dan bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas seperti:

1. memperhatikan posisi tegak tubuh

2. menyangga berat badan

3. fungsi pergerakan tubuh

4. pelindung jaringan tubuh

Pada saat berdiri, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyangga berat badan,

sedangkan pada saat jongkok atau memutar, tulang belakang memiliki fungsi sebagai
penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang

belakang inilah yang seringkali menyebabkan masalah.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah

kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa

menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP

atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal

yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik

Low back pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan

oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus

pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang. Low back

pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang

dirasakan pada daerah lumbasakral dan sakroiliakal atau pada diskus

intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, nyeri pinggang

bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.

Low back pain dapat berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini

dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu

beberapa jam sampai beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh

bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan

juga dapat menjalar ketungkai.


B. KLASIFIKASI LOW BACK PAIN

1. Acute Low Back Pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba

dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu.

Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan

karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang

sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai

otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada

daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan

awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

2. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa

nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki

onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain

dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus

intervertebralis dan tumor.


C. ETIOLOGI

Penyebab nyeri pinggang bawah bermacam-macam dan multifaktor. Di antaranya

dapat disebut :

1. kelainan kongenital

Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang. Kelainan kongenital

yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :

a) Spondilolisis dan spondilolistesis

Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu ( in

utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri.

Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan.

Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan,

namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35

tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang / hilang

bila penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau

berjalan.

Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri

radikuler.
b) Spina Bifida

Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit yang

berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu

spina bifida okulta.

Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah

lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak

terbentuk suatu ligamentum interspinosum.

Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita

dirasakan sebagai nyeri pinggang.

c) Stenosis kanalis vertebralis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah ada

sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun.

Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan

sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk

menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.

d) Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus

intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.

e) Spondylitis.

Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini merupakan

penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda

dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi

dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang belakang.

2. trauma gangguan mekanis

Trauma dan gngguan mekanis merupakan penyebab utam nyeri pinggang bawah.

Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak

melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Cara

bekerja di pabrik atau di kantor dengan sikap yang salah lama-lama nenyebabkan

nyeri pinggang bawah yang kronis.

Patah tulang, pada orang yang umurnya sudah agak lanjut sering oleh karena trauma

kecil saja dapat menimbulkan fraktur kompresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak

ditemukan pada kaum wanita terutam yang sudah sering melahirkan. Dalam hal ini

tidak jarang osteoporosis menjadi sebab dasar daripada fraktur kompresi. Fraktur

pada salah satu prosesus transversus terutama ditemukan pada orang-orang lebih

muda yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan.


Pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat menggangu

keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga timbul nyeri

pinggang.

Ketegangan mental terutama ketegangan dalam bidang seksual atau frustasi seksual

dapat ditransfer kepada daerah lumbal sehingga timbul kontraksi otot-otot paraspinal

secara terus menerus sehingga timbul rasa nyeri pinggang. Analog dengan tension

headache maka nyeri pinggang semacam ini dapat dinamakan “tension backache”.

Tidak jarang seorang pemuda mengeluh tentang nyeri pinggang, yang timbul karena

adanya anggapan yang salah yaitu bahwa karena seringnya melakukan onani di waktu

yang lampau lantas kini sumsum balakangnya telah menjadi kering dan nyeri.

3. radang inflamasi

Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis

rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.

Penyakit Marie-Strumpell

Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa atau

bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra dan

persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar

di daerah pnggang disertai kekakuan


( stiffness ) dan kelainan ini bersifat progresif.

4. Tumor (neoplasma)

Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat

mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor

vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor

ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang

menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya

sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma

adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri

pinggang bawah. Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak,

namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti

kelumpuhan

5. Gangguan metabolik

Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan

nyeri pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau oleh gangguan

hormonal (menopause,penyakit cushing). Sering oleh karena trauma ringan timbul

fraktur kompresi atau seluruh panjang kolum vertebra berkurang karena kolaps

korpus vertebra.penderita menjadi bongkok dan pendek denga nyeri difus di

daerah pinggang.
6. psikis

Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala nyeri pinggang

bawah.misalnya anksietas dapat menyebabkan tegang otot yang mengakibatkan rasa

nyeri,misalnya dikuduk atau di pinggang;rasa nyeri ini dapat pula kemudian

menambah meningkatnya keadaan anksietas dan diikuti oleh meningkatnya tegang

otot dan rasa nyeri.kelainan histeria,kadang-kadang juga mempunyai gejala nyeri

pinggang bawah.

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis,

merokok sigaret, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-

ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor

psikososial. Pada laki-laki resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun

kemudian menurun, tetapi pada wanita tetap terus meningkat. Peningkatan insiden

pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan berkaitan dengan osteoporosis.

D. EPIDEMIOLOGI

Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada

semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang dapat dilihat

dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi

penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan


kedokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan pembedahan.

Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri

pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi.

Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan, LBP

merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %). Pada negara maju

prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di Amerika,

kelelahan LBP meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981.

Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha

apapun untuk mengobati penyakitnya jadi dapat disimpulkan bahwa LBP meskipun

mempunyai prevalensi yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan

sendirinya.

E. PATOFISIOLOGI

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus

menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut

sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat

dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang

yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama.

Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang

berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana

stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras

multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya

pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel-sel mast, folikel

rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin

dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih

kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis

paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah

substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin,

bradikinin, asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat

meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam

tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan

enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,

dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus

diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak

dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara

stimulus nyeri dan sensasi nyeri.

Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna

vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas

banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi

punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap

dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.

Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari

atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot

abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak

pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur,

masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat

berakibat nyeri punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah

tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks

gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.

Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus

lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan

degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan

penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan

nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

F. MANIFESTASI KLINIS

Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan

sistem anatomi :
1. LBP Viscerogenik

Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas maupun

istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya. Lebih sering

disebabkan oleh faktor ginekologik, kadang-kadang didapatkan spasme otot

paravertebralis dan perubahan sudut ferguson pada pemeriksaan radiologik, nyeri ini

disebut juga nyeri pinggang akibat referred pain.

2. LBP Vaskulogenik

Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat nyeri

punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai,

nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai. Nyeri tidak

timbul karena adanya stress spesifik pada kolumna vertebralis (membungkuk, batuk

dan lain-lain). Diagnosa ditegakkan apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.

3. LBP Neurogenik

Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri tenang,

terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan dengan aktivitas,

dan rasa nyeri berkurang saat penderita berbaring, sering didapat kompresi akar saraf,

ditemukan juga spasme otot paravertebralis.

4. LBP Spondilogenik

Yang sering ditemukan adalah :

1) HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang, menjalar

kebokong, paha belakang tumit sampai telapan kaki.


2) Miofasial : Nyeri akibat trauma pada otot fasia atau ligamen, keluhan berupa nyeri

daerah pinggang, kurang dapat dilokasikan dengan tepat, timbul mendadak waktu

melakukan gerakan yang melampau batas kemampuan ototnya.

3) Keganasan : Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer atau

sekunder. Pada foto rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan laboratorium

terlihat adanya peningkatan alkalifostase.

4) Osteoporotik : Terjadi pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal atau nyeri

radikuler karena adanya fraktur kompresi sebagai komplikasi osterporosis tulang

belakang.

5. LBP Psikogenik

Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang ditemukan,

penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa amannya

dengan menghindarkan di vri bila tidak melakukan hal tertentu. Keadaan ini akan

menyebabkan otot-otot dalam keadaan tegang sehingga meningkatkan spasme otot

dan timbul rasa nyeri.

G. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang

meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi

meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks


1. Motorik.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

a. Berjalan dengan menggunakan tumit.

b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )

2. Sensorik.

a. Nyeri dalam otot.

b. Rasa gerak.

3. Refleks.

Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon

dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada

saraf spinal.

4. Test khusus

a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° ) didorong ke arah

muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.

b. Test Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka.

Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.


c. Test Kebalikan Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi

meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada

sumber nyeri di sakroiliaka.

Pemeriksaan penunjang

Foto roentgen

1.X-Ray

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka

degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab

sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga

efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat

membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray

merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan

biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan.

Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique

kanan dan kiri.


2. Myelografi

Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi

merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke

kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar

fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit

yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses

spinal.
3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk

pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-

scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.

MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-

scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI

dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang

dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan

lainnya pada punggung.


4. Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )

EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk

pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.

EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :

1. Adanya kerusakan pada saraf

2. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )

3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )


4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

5. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf

Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien

dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.

H. DIAGNOSA

1. Anamnesis

Riwayat penyakit dengan perhatian khusus pada lokasi dan penjaaran nyeri, psisi

tubuh yang menimbukan atau memperberat, trauma ligitasi (medikolegal), obat-obat

penghilang nyeri yang dipakai dan jumlah yang dibutuhkan,nkemungkinan

kegananasan.

2. Pemeriksaan fisik

Dengan perhatian khusus pada tanda-tanda infeksi sistensi, tanda-tanda keganasan

yang tersembunyi, nyeri tekan local atau pada insisura iskiatika, spasme otot, ruang

lingkup gerakan, tes angkai tungkai lurus (laseque).

3. Pemeriksaan neurologis

4. Pemeriksaan laboratorium

5. Pemeriksaan khusus
I. PENATALAKSANAAN

1. Farmakologis

a. Injeksi ketorolac 2x30 mg

Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi

penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu

penggunaan maksimal selama 5 hari. Ketorolac juga memiliki efek

anlgetik yang bias digunakan sebagai pengganti mrfin pada keadaan pasca

perasi ringan dan sedang.

b. Injeksi Ranitidine 2x1 ampul

Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat

kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi

asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang

diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam

lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam.

Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak

plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak

dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2½–3

jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.


c. Injaksi Sohobion 1×1 amp

Sohobion merupakan vitamin neurotropik atau B complex terdiri dari

vitamin B1 100 mg, B6 100 mg, B12 5000 mcg. Indikasi pemberian

adalah untuk defisiensi vitamin B1,B6,B12 seperti pada neuralgia dan

neuritis perifer.

d. Diazepam 2x2mg

Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu

potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat

(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme

menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar

puncak dalam darah tercapai setelah 1 – 2 jam pemberian oral. Waktu

paruh bervariasi antara 20 – 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam

bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati.

e. Tramadol 2×1

Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.

Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem

saraf pusat sehingga menghambat sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.

Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmiter dari saraf

aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.


Tramadol peroral diabsorpsi dengan baik dengan bioavailabilitas 75%.

Tramadol dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui urin dengan

waktu 6,3 – 7,4 jam.

f. Amitryptyline 2 x ½ tab

Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan

menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin

mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif

terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga

mempunyai aktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat.

Diindikasikan untuk Pasien dengan gejala-gejala utama depresi terutama

bila berkaitan dengan kecemasan, tegang, atau kegelisahan. Depresi

neurotik.

2. Non Farmakologis

a. Edukasi dan Tirah Baring

Edukasi tentang perubahan pola hidup, faktor risiko dan biomekanikal

tubuh juga sangat diperlukan. Semua penderita nyeri pinggang bawah

akut dianjurkan untuk memulai aktivitas kehidupan sehari-harinya

seawal mungkin. Meta analisayang dilakukan olah Hagen, dkk (2002)

menyimpulkan bahwa tidak ada beda bermakna antara bed rest dan advice
to stay active terhadap outcome NPB akut. Saran untuk beraktivitas dan

menjalankan aktivitas hidup sehari-hari akan lebih meningkatkan

kepuasan pasien.

b. Fisioterafi

indakan fisioterapi meliputi TENS, alih baring dan pemasangan korset.

TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) bekerja dengan

rangsangan balik (counter iritation) dari impuls-impuls nyeri yang timbul

dari sumsung tulang (Gate Control Theory). Selain itu dapat pula

mengaktivasi proses antinociceptive endogen seperti endorphin.


BAB III LAPORAN KASUS

1. Identitas pasien

• Nama : Tn.Zf

• No. RM : 006837

• Umur : 44 Th

• JK : Laki-Laki

• TB/BB :162 cm/70 Kg

• Pekerjaan : Tukang bangunan

• Alamat : Aceh Besar

2. Anamnesis

Keluhan utama

Nyeri pinggang belakang

Riwayat penyakit sekarang

nyeri berat pada punggung belakang dirasakan sudah dirasakan semenjak 2 tahun

yang lalu tetapi hilang timbul. Saat ini nyeri sudah semakin berat saat berwudhu,

nyeri pinggang menjalar ke kaki sebelah kanan bagian belakang. Pasien juga

merasakan nyeri saat duduk . Nyeri dirasakan hilang timbul. Dirasakan tambah

berat bila pasien batuk, mengedan, bersin dan perubahan posisi badan dan nyeri
dirasakan berkurang bila pasien duduk berbaring dengan tungkai ditekuk dan

tidur tengkurap.

Riwayat penyakit dahulu

• Nyeri dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, namun hilang timbul.

• riwayat trauma disangkal

• riwayat tekanan darah tinggi (-)

• riwayat keganasan atau tumor disangkal

• Riwayat DM disangkal

• nyeri kepala disangkal

• Riwayat sering mengankat beban berat (+)

• Riwayat merokok (+)

Riwayat penyakit keluarga

disangkal adanya penyakit yang serupa

Riwayat penggunaan obat

tidak ada
3. Pemeriksaan

a. Pemeriksan fisik

Status generalisata

• Keadaan umum : sedang, gizi cukup, kesadaran compos mentis

• Tanda vital

Tekanan darah :130/80 mmHg

Nadi : 110 kali/ menit

Pernapasan : 24 kali/ menit

Temperatur : 37,0 ⁰C

 Kulit : < 2 detik

 Kepala : dalam batas normal

 Mata : dalam batas normal

 Telinga : dalam batas normal

 Hidung : dalam batas normal

 Mulut : dalam batas normal

• Leher : dalam batas normal

• Toraks : Cor

I : tidak tampak ictus cordis

P: ictus cordis teraba

P : batas jntung paru normal


A : BJ I dan II regular, Gallop (-),

Murmur (-)

• Abdomen : dalam batas normal

Status psikiatrik

Dalam Batas Normal

Status Neurologi

 Fungsi Luhur

- Kesadaran : kualitatif ( compos mentis)

Kuantitatif GCS ( E4M6V5)

- Orientasi : Tempat, waktu dan situasi baik

- Daya Ingat : baik

- Gerakan abnormal : tidak ditemukan

- Gangguan berbahasa : tidak ditemukan

 Tes koordinasi dan keseimbangan : Tidak dilakukan

 Saraf Otonom

- Miksi : Normal

- Defekasi : Normal tetapi tidak lancer

 Pemeriksaan nervus Cranial : Tidak dilakukan


 Refleks Fisiologis

Refleks Biceps : ++/++

Refleks Triceps : ++/++

Refleks Radiulnaris : ++/++

Refleks patella : ++/++

Refleks Achilles : ++/++

 Refleks Patologis

Hoffman dan Trommer : -/-

Babinski : -/-

Chaddock : -/-

Oppenheim : -/-

Gordon : -/-

Schaefer : -/-

Rossolimo : -/-

Pemeriksaan khusus

Posisi terlentang :

• Ransangan meningeal :-/-

• kaku kuduk :-/-

• tes brudzinski I :-/-


• tes brudzinski II :-/-

• laseque :+/-

• patrik/kontra patrick :+/-

• kernig sign :-/-

posisi Terlungkup ( pasien sulit melakukan posisi telungkup)

• Nyeri otot paravertebralis :+

• Nyeri ketok : + pada pinggang bawah

• Spasme otot :+

Posisi Tegak

• Deformitas : -

• pelvis : DBN

• spasme Otot : +

• Gerakan otot punggung : terbatas

• jongkok berdiri : tidak dapat dilakukan karena nyeri

• berjalan jinjit atau tumit : tidak dapat dilakukan karena nyeri


Pemeriksaan Motorik:

555|555

555|555

4. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

pemeriksaan hasil Rujukan

Darah Rutin :

Hemoglobin 15,9 13 – 18 g/dl

Eritrosit 5,74 4,4 – 5,2 juta

Hematokrit 48,0 40- 50 %

MCH 83,6

MCHC 27,7

Leukosit 10,5 3200-10.000

Hitung jenis :

Limfosit 15,9

Neutrofil 78,2

trombosit 233

Kesan :
Pemeriksaan radiologi lumbosacral AP- Lateral :

Besar, bentuk dan struktur tulang vertebre lumbalis dalam batas normal. Obliquus

dalam batas normal. Ditemukan adanya osteofit. Terdapat penyempitan pada discus

intervertebralis.

Kesan : Foto roentgen Lumbosacral AP/L  spondilosis Vertebre Lumbalis Grade I

5. Diagnosa

Diagnosa klinik : Low back pain kronik

Diagnosa topik : Radiks Nervus Spinalis

Diagnosa etiologi : HNP dan Mucle Spasme


6. Penatalaksanaan

1. Bedrest/tirah baring

2. IVFD RL 20 tpm

3. Inj Ranitidine 1 A/12 j

4. Inj Ketorolac 3 % 1 A/8 j

5. Mecobalamin 500 mg 1 A/8 j

6. Forelax 3x1 Tab

7. Gabapentin 2x100 mg Tab

8. Kaltopren supp

9. Rehabilitas Medik

7. Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad functional : dubia ad bonam


BAB IV KESIMPULAN

Low back pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh

terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus

pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang. Low back pain (LBP)

atau nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada daerah

lumbasakral dan sakroiliakal atau pada diskus intervertebralis umumnya lumbal

bawah, L4-L5 dan L5-S1, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran

ketungkai sampai kaki.

Pada kasus ini nyeri pinggang dirasakan seperti ditusuk-tusuk yang menjalar

kebagian kaki kanan. Ada beberapa etiologi pada nyeri pinggang bawah yang bersifat

kronik, yaitu tumor spinal, osteosrtritis dan hernia nucleus pulposus.

Pada penderita ini didapatkan gejala yang mengarah pada nyeri nosiseptik dan nyeri

neuropati. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bangkitan nyeri dan spasme otot

yang jelas. Spasme


DAFTAR PUSTAKA

1.

Vous aimerez peut-être aussi