Vous êtes sur la page 1sur 6

Aplikasi Vektor dalam Dunia Teknik Sipil

2. BLOWPLANK
Bouwplank adalah semacam pembatass yang dipakai untuk menentukan titik bidang kerja
pada sebuah poyek pendirian bangunan atau rumah. Bouwplank juga dapat befungsi sebagai
tempat penentuan titik membuat dan meletakkan ukuran bangunan yang akan didirikan dan
sebagai media bantu bagi proses pembuatan pondasi. Pada bouwplank ini nanti kita akan
meletakkan paku untuk menarik benang agar tercipta garis yang lurus dan selanjutnya bisa
membuat sudut siku 90 derajat dengan tepat. Benang ini nantinya akan menjadi pedoman untuk
pekerjaan pondasi, kolom, dan pemasangan dinding bata.
Bouwplank bisa juga dibuat dari bahan yang sangat sederhana sekali yaitu papan kayu
kualitas rendah atau kelas c karena hanya digunakan untuk sementara dan tidak butuh daya
kekuatan yang begitu besar. Dan selain papan kayu, pembuatan bouwplank juga membutuhkan
kayu lain namun berbentuk panjang.
Pembuatan bouwplank harus bisaa menggunakan jarak tertentu dari titik atau lokasi yang akan
dijadikan sebagai tempat untuk membuat lubang galian pondasi.
Pekerjaan bouwplank tersebut menyesuaikan besarnya ruang bangunan. Untuk bangunan
yang besar dan memiliki banyak ruang, bouwplank dipasang mengelilingi seluruh area calon
bangunan. Adapun pada bangunan yang kecil, bouwplank cukup ditempatkan di lokasi sudut atau
pertemuan bangunan. Dengan demikian sudut pertemuan bouwplank harus benar-benar
membentuk segi tiga siku-siku karena ini sebagai acuan kesikuan dari pertemuan antar dinding.

2.1 MEMBUAT SUDUT SIKU-SIKU DI LAPANGAN


Banyak masalah-masalah yang dijumpai dilapangan dalam melakukan pengukuran,
misalnya saja kesulitan dalam menentukan dan menempatkan titik-titik ataupun kesulitan
membuat perpanjangan atau pengukuran jarak dari dua buah titik dan sebagainya.
Kesulitan-kesulitan tersebut mungkin disebabkan adanya halangan-halangan atau
rintangan-rintangan, misalnya adanya pohon-pohon, bukit-bukit, perbedaan kemiringan
tanah, sungai atau bagian gedung-gedung dan lain-lain sebagainya. Untuk mengatasi hal
tersebut di atas ada beberapa cara untuk menanggulanginya, yaitu dengan membuat segi
tiga siku-siku di lapangan atau dengan menggunakan beberapa alat sederhana.

2.2 Pembuatan Sudut Siku-Siku Ditengah-Tengah Garis Lurus


Pada gambar 4.1, titik B adalah sebuah titik pada garis AC yang akan dibuat sudut siku-
sikunya (garis tegak lurus AC). Dari B, buatlah jarak BX sama dengan BY, yang masing-
masing terletak di kiri dan kanan titik B pada garis AC. Dari titik X dan Y dengan jarak
yang sama (XZ = YZ) buatlah garis yang saling berpotongan dititik-titik Z. Dengan
demikian BZ akan tegak lurus dengan garis AC.

Gambar 4.1. Membuat Sudut Siku-Siku Ditengah Garis Lurus

Suatu segitiga siku-siku dapat juga dibuat dengan menggunakan prinsip-prinsip


Phytagoras, dimana hubungan/perbandingan dasar ketiga sisi-sisinya adalah c2 = a2 + b2,
seperti dijelaskan di bawah ini;

Rumus asli phytagoras


Membuktikan kebenarannya, di mulai dengan membuat gambar sebuah persegi besar,
kemudian gambarlah sebuah persegi kecil di dalam persegi besar tersebut,seperti gambar
berikut:

Perhitungannya:
Luas persegi besar = Luas persegi kecil + 4 Luas segitiga
= ( b + a ) . ( b + a ) = c . c + 4 . 1/2 b.a
= b2 + 2 b.a + a2 = c2 + 2 b.a
= b2 + a2 = c2 + 2 b.a - 2 b.a
= b2 + a2 = c2
Berdasarkan rumus tersebut terbukti bahwa sisi miring sebuah segitiga siku - siku
adalah akar dari jumlah kuadrat sisi - sisi yang lain.
Pada gambar 4.2, AB adalah garis lurus yang diukur dan B adalah titik yang akan dibuat
sudut siku-sikunya. Dari titik B ke arah A, ukurlah jarak 6m, misalnya dititik C, dimana C
terletak pada garis AB. Kemudian ujung pita ukur yang tertulis nilai nol diletakkan dititik
B dan panjangkan pita ukur sampai dengan angka 18m dan ikatkan pada titik C. Pada pita
ukur yang menunjukkan angka 8 kita pegang dan kita tarik sehingga angka 0 – 8 dengan 8
– 18 sama-sama kencang, misalkan titik yang menunjukkan ang-ka 8 tersebut adalah D.
Maka, BCD adalah segitiga siku-siku dengan panjang BD = 8m dan CD = 10m. Sedangkan
BC sudah diukur sepanjang 6m. Maka segitiga tersebut mempunyai perbandingan sisi-
sisinya adalah 3:4:5 dengan sudut siku-siku dititik B.
D

A
B C

Gambar 4.2. Membuat Siku-Siku Dengan Cara Phytagoras

Kadang-kadang suatu sudut siku-siku dapat dibuat dari suatu titik yang terletak diluar
dari garis lurus yang diukur. Pada gambar 4.3, X adalah titik yang berada di luar garis AB,
sedangkan AB sendiri adalah garis lurus yang diukur.
Ikatkan ujung pita ukur di titik X, dengan panjang sembarang. Tarik pita ukur sehingga
memotong garis AB, misalkan dititik C. Kemudian dengan me-megang pita ukur tersebut
kita bergerak sehingga memotong garis AB dititik D (XC = XD). Jarak CD kita bagi dua
sama panjang, misalkan di titik E. Bila titik E dihubungkan dengan titik X, maka EX ┴ AB
atau segitiga XED adalah segitiga siku-siku dengan siku-sikunya di titik E.
Z

A C D E B

Gambar 4.3. Membuat Siku-Siku Dari Sebuah Titik Diluar Garis Lurus

2.3 Peralatan Sederhana Guna Pembuatan Sudut Siku-Siku


Peralatan sederhana ini cukup dipegang dengan tangan sehingga mudah sekali di bawa si
pengukur. Alat-alat ini sering digunakan dalam pekerjaan pemasangan pada pembuatan sudut
siku-siku.
2.3.1 Salib Sumbu
Alat sederhana salib sumbu ini terdiri dari dua buah metal yang saling berpotongan
tegak lurus satu sama lain (lihat gbr 4.4). Ada bentuk baru dari peralatan ini, yaitu
berbentuk silinder yang berlubang pada kanan dan kirinya serta saling tegak lurus (lihat
gbr 4.4). Lubang ini berfungsi sebagai garis bidik.
Pada alat tersebut dilengkapi dengan tangkai sehingga mudah ditancapkan pada tanah
atau pada suatu sudut siku-siku. Dari salah satu lubang pembidikan, kita impitkan dengan
garis yang kita ukur. Kemudian dari lubang pembidikan yang lainnya kita bisa membuat
sudut siku-sikunya.

Gambar 4.4 Peralatan Salib Sumbu


2.3.2 Cermin Sudut dan Prisma
Cermin sudut dan prisma (gbr 3.5) yang dirancang sebagai peralatan tangan digunakan
secara luas. Prinsip kerjanya sama yaitu, sinar cahaya dipantulkan oleh dua permukaan
yang tersusun secara tetap satu dengan yang lainnya dan akan merubah arah jalannya sinar
sebesar dua kali sudut antara permukaan cermin walaupun arah cermin diputar. Dua
permukaan pantul diatur dengan sudut 45º sehingga garis pantulnya dibelokkan 90º.
Biasanya digunakan prisma karena sudut-sudutnya tidak bepengaruh terhadap
kesalahan garis arah. Bila suatu objek dilihat pada alat, sudutnya akan dibelokkan menjadi
90º terhadap objek yang dilihat secara langsung atau yang terlihat secara nyata pada garis
ukur.
Cermin sudut diamati pada garis lurus sambil membidik dua titik patok atau jalon yang
jauh dari alat (lihat gbr 3.5). Pengamat menggerak-gerakkan alat sepanjang garis ukur
sehingga bayangan dari yang telah ditentukan seperti sudut bangunan dan sebagainya,
berimpit dengan bayangan dua titik sebelumnya. Selanjutnya digunakan unting-unting
yang digantungkan pada bagian bawah alat untuk menentukan posisi titik sudutnya.
Prisma rangkap dapat ditempatkan pada garis antara dua titik, transit dan jalon (gbr 3.5).
Bila banyangan dari dua titik pada masing-masing ujung garis diimpitkan pada alat, alat
telah berada pada garis lurus. Pengamat menggerak-gerakkan prisma sepanjang garis
hingga objek (sudut bangunan dan sebagainya) terlihat secara langsung (antara prisma di
bawah atau di atas) berada pada satu garis dengan dua bayangan sebelumnya.

2.4 Kesimpulan
Vektor dalam pengaplikasiannya dapat digunakan untuk menentukan sudut siku saat
perencanaan pembangunan yang dapat menggunakan teorema phytagoras.

Vous aimerez peut-être aussi