Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai
penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue
dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan
spontan seperti bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada keadaan yang parah
disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan
genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan
manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit
DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD
ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada
tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya
faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam
manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah
berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari DHF
2. Untuk mengetahui etiologi dari DHF
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari DHF
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari DHF
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari DHF
6. Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang dari DHF
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari DHF
8. Untuk mengetahui pathway DHF
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan DHF

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
2
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut
yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria. Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Anak-anak dengan DHF umumnya
menunjukkan peningkatan suhu tubuh yang tiba-tiba, disertai dengan kemerahan
wajah dan gejala konstitusional non-spesifik yang menyerupai DF. Seperti anoreksia,
muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi.
Demam berdarah dengue atau DHF adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis
utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-
tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue)
sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Etiologi atau penyebab utama DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus )
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ).
Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor
tesebut berhubungan dengan :
a. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-
hari.
b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c. Penyedaiaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah
jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes
Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang
(multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu
singkat.

C. Klasifikasi

3
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
epidemik. (Sir,Patrick manson,2001).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu
penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty.
WHO (1986) mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu:
1. Derajat I
Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik; satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes tourniket positif dan/atau mudah memar.
2. Derajat II
Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada Derajat I, ditambah dengan
gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,
perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt), tekanan nadi sempit ( £ 120 Mmhg ), tekanan darah menurun,
(120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0 ® 0/0 )
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur, (denyut jantung³ 140x/mnt) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak membiru.

D. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali memberikan gejala sebagai dengue fever (DF). Pasien akan mengalaami
keluhan dan gejala seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
hiperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yamg mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar geteh bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran
limpa (splenomegali).
Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi
yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan
type virus dengue berlainan. Kemudian timbullah apa yang disebut the Secondery
Heterologow injection atau The Sequential Infection hypothesisi, yaitu seseorang
terkena DHF bila telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang
virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan mengakibatkan suatu reaksi anamnestiv
antibodi. Sehingga menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibodi kompleks
virus antibodi) yang tinggi.
Terdapat kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai
berikut:

4
a. aktivasi sestem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin
yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler.
b. Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini akan mengakibatkan
kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda
dari sumsum tulang.
c. Kerusakan sel endorel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan. Kegiatan faktor pembekuan yaitu:
1. Peningkatan permeabilitas kapiler, mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia seta efusi dan rejatan
(syok).
2. kelainan hemostatis yang disebabkan oleh vaskulopati,
trombositopenia dan koagulopati.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada DHF sendiri bervariasi berdasarkan derajat DHF,
dengan masa inkubasi 13-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Penderita biasanya
mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil. Dengan
adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF seperti adanya
gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan pendarahan lain
(epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) tingkat keparahan yang ditemui dari
hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain demam dan pendarahan yang merupakan ciri
khas DHF. Gambaran klinis lain yang tidak khas namun biasa dijumpai pada penderita
DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
b. Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(anoreksia)diare, konstipasi.
c. Keluhan pada sistem tubuh lain :
1. Nyeri atau sakit kepala.
2. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
3. Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
4. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
5. Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
6. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia.
Otot-otot sekitar mata sakit apabila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal.
7. Trombosit < 500.000 / mm3

5
F. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang pada DHF adalah:
a. Darah.
Terjadi Trombosiropenia (100.000ml atau kurang) dan hemokonsentrasi (nilai
hematokrit lebih 20% dari normal) masa perdarahan biasanya memanjang. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia
SGOT, SGPT (Serum Glutamik Piruvat Transaminase), ureum dan PH darah
mungkin meningkat.
b. Sumsum tulang. Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah
normal kembali untuk semua sistem.
c. Uji Serologi
1. Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum diambil pada masa
akut dan konvaslen, yaitu uji peningkatan komplemen (PK). Uji
netralisir (NT), dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan
antibodi dengue sebanyak minimal 4 kali.
2. Uji serologi menggunakan serum tunggal, yaitu ui serologi blot yang
mengukur antibodi antidengue tanpa memanfang kelas antibodinya.
Uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari
kelas IgM. Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer
tertentu antibodi antidengue.
d. Isdasi virus, yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringan.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF tergantng dari ada tidaknya renjatan, yiatu
a. Penatalaksanaan DHF tanpa renjatan (Mansjoer, 1999:433) adalah
1. Tirah baring atau istarahat
2. Makan lunak dan bila belum nafsu makan di beri minum 1,5-2 liter
dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirup) atau air tawar
ditambah garam
3. Medika mantosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpareksia dapat
diberi kompres air hangat (suhu lebih dari 38 C ), antipiretik (suhu 40
C dan lebih). Golongan asetaminofen, eukinin atau diporin dan jangan
diberikan asetosal karena bahaya perdarahan
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan infeksi sekunder

Sedangkan dari staf pengajar ilmu Kesehatan Anak (2002 : 616)


menambahkan jika terjadi kejang dapat diatasi dengan pemberian anti konvulsan.
Anak berumur lebih dari satu tahun diberikan luminal 75 mg dan dibawah satu tahun

6
diberi 50 mg secara intramuskular. Bila dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti,
pemberian luminal diulangi gengan dosis 3mg/kg berat badan. Anak diatas satu tahun
diberi 50 mg dan dibawah satu tahun 30 mg dengan memperhatikan adanya depresi
funsi vital (pernafasan dan jantung). Pemberian infus pada DHF tanpa renjatan
dilakukan apabila:
- Penderita muntah-muntah sehingga tidak mungkin
diberikan makanan peroral, sedangkan muntah- muntah
mengancam terjadinya hidrasi
- Hematokrit yang cenderung meningkat
b. Penatalaksanaan DHF dengan renjatan (Mansjoer, 1999 : 433) antara lain:
1. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12- 48 jam setelah
renjatan diatasi
2. Observasi keadaan umum nadi, tekanan darah, suhu, dan
pernafasan tiap jam, serta Hb, Ht tiap 4-6 jam pada hari
pertama selsnjutnya tiap 24 jam

Pathway

Infeksi Usus

Peningkatan
Nyeri otot, Demam Mual,
permeabilitas
sendi,badan muntah kapiler

kepala, Hipertermi Anoreksia


Kebocoran
plasma
Nyeri

Perubahan nutrisi
kurang dari Trombositopeni
Berpindahnya
kebutuhan tubuh
Gangguan cairan intraseluler
Rasa Nyaman ke ekstraseluler Perdarahan

Kekurangan
volume cairan Hipovolemia

Hipotensi
Intoleransi
Aktivitas
7
Syok

Meninggal
dunia
H. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Pengkajian Penampilan Awal : -


2. Pengkajian Tanda Vital (tekanan darah) : 90/60mmHg
3. Pengkajian Tanda Vital (denyut nadi) : 90x/menit
4. Pengkajian Tanda Vital (pernafasan) : -
5. Pengkajian Tanda Vital (suhu tubuh dan berat badan) : 38.5C
6. Pengkajian Keamanan : -
7. Pengkajian Situasi Khusus : -
8. Pengkajian Situasi Khusus (kehamilan) : -
9. Pengkajian Fungsi Tubuh (sistem GI) : diare
10. Pengkajian Fungsi Tubuh (sistem perkemihan) : -
11. Pengkajian Aktifitas, Istirahat dan Pergerakan : malaise
12. Pengkajian Kenyamanan, Kulit dan Integritas Jaringan : sianosis
13. Pengkajian Nutrisi : mual, muntah tidak nafsu makan
14. Pengkajian Kondisi Psikologis : -
15. Pengkajian Status Emosi : cemas
16. Pengkajian Kognitif dan Persepsi : -
17. Pengkajian Spiritual Values dan Pandangan Religious : -
18. Pengkajian Perilaku : -
19. Pengkajian Seksualitas dan Aspek Sosial : -
20. Pengkajian Bayi atau Anak : -
21. Pengkajian Care Giver : -
22. Pengkajian Keluarga : -
23. Pengkajian Komunitas : -
24. Pengkajian Terkait Karakteristik Demografi : -
25. Pengkajian Terkait Lingkungan dan Dukungan Sistem : -
26. Pengkajian Terkait Penyakit / Masalah Fisiologi : -
27. Pengkajian Terkait Hasil Laboratorium : -
28. Pengkajian Terkait Pengobatan / Terapi : -
29. Pengkajian Terkait Penyalahgunaan Zat : -
30. Pengkajian Terkait Prosedur : -

b. Diagnosa

Analisa Data

8
No Data Etiologi Masalah

1 DS : Pasien mengatakan sudah buang Kehilangan cairan Kekurangan Volume


air besar sebanyak 5 kali dalam Aktif Cairan

sehari
DO :
- TD 90/60 mmHg
2 DS : Pasien mengatakan badannya Proses penyakit Hipertermi
panas
DO :
- T : 38,5 Derajat Celcius
- N : 90 x/mnt
3 DS : Pasien mengatakan badannya Ketidakseimbangan Intoleransi Aktifitas
lemas antara suplai dan
kebutuhan oksigen
DO: Malaise

4 DS : - Gaya hidup kurang Ketidakefektifan


gerak Perfusi Jaringan
DO : Sianosis

5 DS : Pasien mengatakan tidak bisa Gejala terkait Gangguan Rasa


tidur penyakit Nyaman

DO : Pasien tampak Cemas

c. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional

1 Kekurangan volume Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan 1. Mencegah


cairan terjadinya
Setelah dilakukan 1. Monitor status
dehidrasi
tindakan keperawatan hidrasi 2. Menjaga agar
2. Monitor
selama 3x24 jam BB pasien
perubahan BB px
volume cairan px tetap stabil
sebelum dan 3. Agar
seimbang dengan
sesudah dialysis pengeluaran
indicator :
9
1. Tekanan darah (2- 3. Berikan cairan dan
4) dengan tepat pemasukan
2. Denyut nadi radial 4. Tawari makanan
cairan tetap
(2-4) ringan
stabil
3. Keseimbangan 5. Berikan produk-
4. Selain
intake dan output produk darah
makanan
dalam 24 jam (2-4)
berat harus
4. Turgor kulit (2-4)
5. Kelembaban diimbangi
membrane mokusa dengan
(2-4) makanan
ringan
5. Agar produk
darah dalam
tubuh tetap
tersuplai
2 Hipertermi b.d Proses Termoregulasi Perawatan Suhu 1. Pantau suhu
penyakit tubuh agar
Setelah dilakukan 1. Monitor suhu
tetap stabil
tindakan keperawatan paling tidak 2. Pantau
selama 3x24 jam suhu setiap 2 jam, tekanan
tubuh px kembali sesuai kebutuhan darah,nadi,da
2. Monitor tekanan
normal. Dengan n pernafasan
darah, nadi, dan
indikator : tetap stabil
respirasi, sesuai 3. Dengan
1. Tingkat pernapasan kebutuhan nutrisi yang
dari skala (2-5) 3. Tingkatkan intake
adekuat maka
2. Peningkatan suhu cairan dan nutrisi
intake cairan
kulit dari skala (2-4) adekuat
3. Hipertermia dari 4. Sesuaikan suhu teratasi
4. Dengan
skala skala (1-4) lingkungan untuk
4. Dehidrasi dari skala menyesuaika
kebutuhan px
(3-5) n lingkungan
fisik
dapatmemba
ntu
kenyaman
3 Intoleransi aktifitas b.d Daya tahan Manajemen Energi 1. Dengan
10
ketidakseimbangan Setelah dilakukan mengkaji
suplay dan kebutuhan tindakan keperawatan fisiologi
1. Kaji status
oksigen selama 2x24 jam pasien pasien dapat
fisiologi px yang
mampu mengetahui
menyebabkan
mempertahankan perkembanga
kelelahan sesuai
aktifitas. Dengan n kesehatan
dengan konteks
indicator : pasien.
usia dan 2. Membantu
1. Melakukan aktifitas perkembangan menyamakan
2. Tentukan
rutin (2-5) persepsi
2. Aktifitas fisik (2-4) persepsi px atau
3. Daya tahan otot (3- individu
orang terdekat
5) terhadap
dengan px
4. Pemulihan energy penyakit
mengenai 3. Dengan
setelah istirahat (2-
penyebab adanya
4)
5. Oksigen dara ketika kelelahan kolaborasifar
3. Pilih intervensi
beraktifitas (3-5) makologi dan
untuk
nonfarmakol
mengurangi
ogi dapat
kelelahan baik
mempercepat
secara
penyembuha
farmakologis
n pasien
maupun 4. Membatasi
nonfarmakologis aktifitas
dengan tepat pasien agar
4. Tentukan jenis
tidak kambuh
dan banyaknya
lagi
aktifitas yang 5. Memantau
dibutuhkan untuk pemasukan
menjaga dan
kesehatan pengeluaran
5. Monitor intake
agar tetap
atau asupan
stabil
nutrisi untuk 6. Membantu
mengetahui pasien dalam

11
sumber energy memillih
yang adekuat aktifitas yang
6. Anjurkan px
disukainya
untuk memilih
Terapi Aktifitas
aktifitas-aktifitas
yang membangun 1. Membantu

ketahanan aktiftas yang

Terapi Aktifitas bisa


diimbangi
1. Pertimbangkan
pasien
kemampuan klien 2. Membantu
dalam pasien dalam
berpartisipasi melakukan
melalui aktifitas aktifitas yang
spesifik dimampuinya
2. Bantu klien untuk 3. Agar pasien
memilih aktifitas tetap focus
dan pencapaian dengan
tujuan melalui kekuatannya
aktifitas yang dari pada
konsisten dengan kelehamanny
kemampuan fisik, a
4. Agar
fisiologis, dan
keluarga bisa
social
3. Bantu klien untuk memantau
tetap focus pada kondisi
kekuatan aktifitas yang
dibandingkan dilakukan
dengan pasien
5. Agar jika
kelemahan
4. Instruksikan klien perawatan
dan keluarga yang
untuk dilakukan
mempertahankan gagal maka
fungsi dan ada

12
kesehatan terkait perawatan
peran dalam pengganti
beraktifitas yang bisa
secara fisik, memfasilitasi
social, spiritual, pasien
6. Agar pasien
dan kognisi
5. Fasilitasi aktifitas tidak merasa
pengganti pada cemas
7. Dengan
saat klien
mamntau
memiliki
keadaan fisik
keterbatasan
maka
waktu, energy,
perawatan
maupun
berjalan
pergerakan
lancar
dengan cara
berkonsultasi
pada terapis fisik,
okupasi, dan
terapi rekreasi
6. Tingkatkan
keterlibatan
dalam aktifitas
rekreasi dan
dipersional yang
bertujuan untuk
mengurangi
kecemasan
7. Monitor respon
emosi fisik,
social, dan
spiritual terhadap
aktifitas
4 Ketidakefektifan Perfusi jaringan : Pengecekan kulit 1. Agar
perfusi jarimgan b.d perifer mengetahui
1. Periksa kulit
gaya hidup kurang apakah ada
13
gerak Setelah dilakukan dan selaput tanda-tanda
tindakan keperawatan lender terkait mencurigaka
selama pasien dengan n pada kulit
mampu adanya pasien.
mempertahankan fungsi kemerahan,
2. Pantau
jaringan dengan kehangatan
warna dan
indicator : ekstrim
suhu kulit
,edema dan
1. Suhu kulit ujung apakah
drainase.
kaki dan tangan 2. Monitor normal
(2 ke 4) warna dan
2. Muka pucat (2 3. Pantau kulit
suhu kulit
ke 4) apakah ada
3. Monitor kulit
3. Kelemahan otot ruam dan
untuk adanya
(2 ke 4) lecet
4. Kram otot (2 ke ruam dan
4) lecet 4. Pantau kulit
4. Monitor
agar tetap
kullit untuk
tidak terjadi
adanya
kekeringan
kekeringan
berlebihan
yang
berlebihan 5. Agar
dan anggota
kelembaban keluarga /
5. Ajarkan pemberi
anggota asuhan dapat
keluarga/pem mengetahui
beri asuhan tanda
mengenai keruskan
tanda-tanda kulit pasien
kerusakan
kulit dengan
tepat.

5. Gangguan rasa nyaman Status Kenyamanan : Manajemen 1. agar dapat


14
b.d gejala terkait Lingkungan Lingkungan : mengelola
penyakit Kenyamanan lingkungan
Setelah dilakukan
yang nyaman
tindakan keperawatan 1. Tentukan
dan optimal
selama pasien tujuan pasien
mampu dan keluarga 2. agar pasien
mempertahankan dalam dapat
kenyamanan dan mengelola merasakan
keamanan lingkungan lingkungan kennyamanan
sekeliling dengan dan dengan
indicator : kenyamanan lingkungan
yang optimal dan keluarga
1. Suplai dan 2. Mudahkan
peralatan yang transisi a. 3.agar pasien dapat
dibutuhkan pasien dan merasa tenang
berada dalam keluarga
3. agar pasien
jangkauan ( 2 ke dengan
merasanyama
4) adanya
2. Suhu ruangan (2 n berada pada
sambutan
ke 4) suhu yang
3. Lingkungan hangat di
disesuaikan
yang kondusif lingkunganny
a yang baru 4. agar pasien
untuk tidur (2 ke
3. Ciptakan dapat
4)
4. Kebersihan lingkungan melakukan
lingkungan (3 yang tenang kegiatan
ke 5) dan dengan
5. Perangkat mendukung nyaman
keselamatan 4. Sesuaikan
digunakan suhu ruangan
dengan tepat (3 yang paling
ke 5) menyamanka
n individu
jika
memungkink
an
15
5. Sesuaikan
pencahayaan
untuk
memenuhi
kebutuhan
kegiatan
individu,
hindari
cahaya
langsung dari
mata

d. evaluasi

16
Tgl / No. Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam Keperawatan
1 S: Pasien sudah tidak sering lagi buang air besar
O: Pasien tampak normal
RR : 48 x /mnt
T : 370C
Nadi : 85x/mnt
TD : 110/60 mmHg
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 S: Pasien mengatakan sudah tidak mengeluhkan badannya panas
O: suhu tubuh kembali normal
RR : 48 x /mnt
T : 370C
Nadi : 85x/mnt
TD : 110/60 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan. Tetapi tetap pantau kondisi pasien
3 S : Pasien mengatakan badannya sudah kembali kuat
O : Pasien tampak beraktifitas sehari-hari
RR : 48 x /mnt
T : 370C
Nadi : 85x/mnt
TD : 110/60 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.
4 S:-
O : Kulit pasien tampak kembali normal
RR : 48 x /mnt
T : 370C
Nadi : 85x/mnt
TD : 110/60 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.

5 S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur


O : Pasien tampak tenang
RR : 48 x /mnt
17
T : 370C
Nadi : 85x/mnt
TD : 110/60 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demam berdarah dengue atau DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan

18
sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari
kebocoran plasma

B. Saran

Demikianlah makalah yang dibuat mudah – mudahan apa yang dipaparkan bisa
menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal dunia
keperawatan.

19

Vous aimerez peut-être aussi