Vous êtes sur la page 1sur 3

ARANG

Arang adalah Suatu hasil pembakaran pada tingkat tertentu untuk menghilangkan air
pada suatu bahan tertentu yang banyak mengandung karbon.

Arang berwarna hitam pekat, ringan dan mudah patah. Kandungan karbon pada arang adalah
terutama unsur karbon sebesar 98%.

JENIS ARANG

1. Arang Kayu
Arang kayu banyak digunakan sebagai penjernih air
2. Arang Serbuk Gergaji
Arang serbut gergaji merupakan arang yang terbuat dari sembuk gergaji yang
terbakar.
3. Arang Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa adalah arang yang terbuat dari kulit kelapa yang sudah tua karena
lebih padat dan memiliki kandungan air yang lebih sedkit daripada tempurung kelapa
yang masih muda.
4. Briket Arang
Briket arang adalah arang yang terbuat dari arang lain yang dihaluskan, kemudian
dicetak ulang menggunakan campuran tempung tapioka. Arang yang sering dijadikan
briket adalah arang serbuk gergaji aram sekam dan tempurung kelapa.
Berikut adalah uji sederhana yang dapat kita lakukan untuk menentukan apakah
secara umum bahan baku arang dapat digunakan untuk diolah menjadi briket yang
berkualitas:

4.1. Ambillah beberapa genggam arang dari sampel yang kita kumpulkan. Langkah
pertama adalah lakukan uji bakar. Tempatkan arang pada pelat
besi/stainless berlobang-lobang atau ram kawat. Bakarlah diatas kompor
lalu perhatikan apakah arang dapat menyala dengan baik, asap yang
muncul, adanya percikan-percikan atau material yang beterbangan, dsb.

Setelah arang menjadi bara, matikan kompor dan pindahkan arang dan tempat
pembakarannya.

Hasil dari uji bakar ini dapat menjadi yang utama dari persyaratan arang yang bisa
kita terima. Arang yang kita bakar haruslah :

1. Tidak perlu waktu terlalu lama dalam proses penyalaannya, artinya


arang dapat cepat terbakar menjadi bara dalam waktu yang tidak terlalu
lama (sekitar 2 – 3 menit).
2. Dapat terbakar sempurna. Artinya, arang yang sudah menjadi bara akan
terus menjadi bara dan tidak mati di tengah jalan. Jika ada api yang
menyala, pastikan bahwa api itu menyala normal tidak menyembur seperti kita
membakar batok mentah. Ini menunjukkan bahwa arang tersebut telah
sempurna menjadi arang dan cukup kering.
3. Biarkan arang tersebut habis terbakar menjadi abu dan perhatikan warna abu
sisa pembakarannya, apakah cenderung berwarna putih abu, kekuningan,
ataukah merah kecoklatan. Warna abu sisa pembakaran yang kita
harapkan adalah putih abu, bukan kekuningan, kemerahan atau coklat.
Tentu sangat sulit mendapatkan abu sisa pembakaran yang seluruhnya
berwarna putih abu. Biasanya ada saja beberapa potong arang yang abu sisa
pembakarannya kekuningan atau kecoklatan. Tetapi kita harus memastikan
bahwa ketika abu sisa pembakarannya disatukan haruslah berwarna putih abu
(dominan).

Mengapa harus berwarna putih abu? Karena itulah umumnya yang disyaratkan
oleh para buyer terhadap briket yang kita hasilkan (terutama yang
peruntukkannya untuk sihsa). Kecuali bila warna abu sisa pembakaran tidak
menjadi syarat dari briket yang kita hasilkan. Jadi, kita harus dapat
menyesuaikan dengan permintaan mereka tentunya.

Apabila dari uji bakar ini kita tidak mendapatkan hasil seperti yang kita
harapkan (terutama warna abu sisa pembakaran jika disyaratkan oleh buyer),
maka kita tidak perlu lagi melakukan uji yang lainnya. Sebab bagaimanapun
briket kita nantinya pasti akan ditolak.

Jika uji bakar memberikan hasil yang baik, maka kita berlanjut kepada uji
berikutnya, yaitu untuk menghitung besarnya penyusutan arang. Ini
berhubungan dengan biaya produksi yang harus kita keluarkan. Ketika kita
membeli arang, misalnya 10 ton

Seperti kita ketahui bahwa tonase arang dapat saja berkurang antara tonase
saat kita menerima kiriman dengan tonase yang kita buat menjadi briket.
Faktor utama penyebab susut arang adalah kadar air (tingkat
kekeringan), kadar debu dan unsur lain non arang (termasuk arang
mentah). Cukuplah langkah sederhana ini sebagai acuannya :

1. Timbanglah berat arang yang akan kita uji. Lakukan pengayakan


dengan alat ayak yang ada sampai arang tersebut bersih dari debu-debu sabut
dan unsur lain non arang. Timbang kembali arang yang sudah bersih dan
bandingkan dengan timbangan awal. Dari sini kita dapat mengira berapa
penyusutan karena faktor debu dan unsur non arang.
2. Ketika kita merasa secara fisik arang yang kita terima itu basah,
lembab atau agak lembab, maka kita perlu melakukan uji penyusutan
kelembaban atau kebasahannya. Arang yang bagus biasanya mudah
dipatahkan dan akan terlihat bagian dalamnya hitam mengkilat seperti
kaca. Suara jatuhnya pun mirip dengan kaca (gemrincing).

Memang, bila kita memiliki alat pengukur kadar air arang, tentu akan lebih
baik. Jika tidak punya, ambillah sampel arang yang sudah kita ayak bersih dan
timbang beratnya (usahakan menggunakan timbangan dengan tingkat ketelian
yang tinggi dan digital). Usahakan juga beratnya genap dalam satuan kilo agar
lebih mudah menghitungnya.

Tempatkan arang dalam satu wadah logam (bisa wajan yang tidak dipakai lagi
untuk menggoreng). Panaskan diatas kompor yang sedang menyala sambil
diaduk-aduk agar pemanasan bisa merata dan arang tidak terbakar. Periksa
kondisi arang sampai kita merasa sudah cukup kering seperti yang kita
inginkan. Timbang arang yang sudah kering dan bandingkan dengan
timbangan awalnya. Cara ini memang tidak akurat dibanding dengan alat ukur,
tetapi setidaknya kita bisa mengira berapa penyusutannya nanti.

Vous aimerez peut-être aussi