Vous êtes sur la page 1sur 14

25

C. Konsep Dasar Medik Hipotiroid


1. Definisi
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi
hormon tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. (Amin dan Hardini,
2013)
Hipotiroid adalah suatu keadaan dimana kadar hormon tiroid yang
kurang optimal menjalankan fungsi fisioloisnya (Brunner, 2013).
Hipotiroisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi
hormontiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses
metabolik (Chang, 2009).
Hipotiroid adalah suatu keadaan klinis yang diakibatkan kerena
kekurangan hormon tiroid apapun sebabnya dan berdampak pada
perlambatan semua proses metabolisme ( NIC&NOC 2013).
Dari pengertian diatas dapat kita menyimpulkan hipotiroid adalah
keadaan dimana kadar hormon tiroid kurang dari batas normal sehingga
mengakibatkan proses metabolik yang tidak optimal dan bisa terjadi pada
setiap usia.

2. Insiden
Studi epidemiologi hipotiroid di Amerika Utara, Eropa, Jepang,
dan Australia, menunjukkan bahwa hipotiroidisme kongenital
mempengaruhi 1 dari 3.000 sampai 4.000 bayi yang baru lahir.
Hipotiroidisme kongenital mempengaruhi lebih dari dua kali lebih
banyak perempuan dari pada laki-laki. Kebanyakan kasus hipotiroidisme
kongenital yang sporadis, yang berarti mereka terjadi pada orang yang
tidak memiliki riwayat gangguan dalam keluarga mereka. Diperkirakan
15 sampai 20 persen dari kasus yang diturunkan. Banyak kasus warisan
resesif autosomal, yang berarti kedua salinan dari gen dalam setiap
selmemiliki mutasi. Paling sering,orang tua dari seorang individu dengan
kondisi resesif autosomal masing-masing membawa satu salinan gen
bermutasi, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala kondisi.
26

Beberapa kasus turunan (orang-orang dengan mutasi pada gen PAX8


atau mutasi gen TSHR tertentu) memiliki pola dominan autosomal dari
warisan, yang berarti satu salinan gen diubah dalam setiap sel cukup
untuk menyebabkan gangguan. Hipotiroid kongenital merupakan
kelainan endokrin kongenital yang paling sering, dapat terjadi pada 1 dari
3000 sampai 4000 bayi baru lahir. Penyakit ini dapat terjadi secara
transient, namun lebih sering terjadi secara permanen. Hipotiroid,
termasuk yang kongenital, paling sering terjadi karena defisiensi iodine.
Hipotiroid neonatal disebabkan oleh disgenesis pada 80-85%, karena
dishormogenesis pada 10-15%, dan antibodi TSH-R pada 5% populasi.
Kelainan ini terjadi dua kali lebih sering pada anak perempuan.
Hipotiroid kongenital biasanya bersifat sporadik, namun sampai 2% dari
disgenesis tiroid bersifat familial, dan hipotiroid kongenital yang
disebabkan oleh defek organifikasi biasanya diturunkan resesif. Mutasi
yang menyebabkan hipotiroid kongenital semakin banyak ditemukan,
namun penyebab dari sebagian besar populasi masih tidak diketahui.
Hipotiroid merupakan kelainan endokrin kedua yang paling banyak
dijumpai di Amerika Serikat setelah diabetes mellitus. Hipotiroid lebih
banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dan insidensinya
meningkat dengan pertambahan umur. Hipotiroid primer lebih sering di
jumpai dibanding hipotiroid sekunder dengan perbandingan1000 : 1.

3. Klasifikasi
Hipotiroid dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a. Primer (karena kegagalan oleh kelenjar tiroid)
b. Sekunder disebabkan oleh kegagalan hipofisis (menurunkan TSH
dan T4)
c. Tersier disebabkan karena adanya disfungsi hipotalamus
(menurunkan TRH)
27

4. Etiologi
Beberapa penyebab terjadi hipotiroid sebagai berikut :
a. Hipotiroid primer
Kemungkinan terjadi disebabkan oleh kongenital dari tiroid
(kreatism), sistesis hormon yang kurang baik, difisiensi iodine
(prenatal dan postnatal), obat antitiroid, pembedahan, penyakit
inflamasi kronik
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, akibatnya jumlah stimulating
hormon (TSH) meningkat. Selain itu juga bisa disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier/pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang bila hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormon (TRH) dan akibatnya tidak
dapat distimulasi pituitari untuk mengeluarkan TSH.

5. Manifestasi klinis (Barbara, 2011)


1) Kelelahan
2) Rambut rontok dan tipis, Kulit
kasar dan kering
3) Kesulitan konsentrasi dan
penurunan daya ingat, letargia
4) Konstipasi, menoragia
5) Peningkatan berat badan
meskipun intake rendah kalori
6) Parestesia
7) Dyspnea, suara serak
8) Ektremitas bawah hipotermi, suhu tubuh menurun atau hiotermi,
penurunan reflek tendon,
9) Bengkak pada mata, tangan, kaki (mixedema)
28

10) Bradikardi
11) Edema perifer

6. Faktor risiko
a. Umur
Usia diatas 60 tahun akan semakin beresiko terjadinya hipotiroid
b. Jenis kelamin
Perempuan lebih beresiko terjadinya gangguan hipotiroid
c. Genetika
Faktor penyebab autoimun terhadap kelenjar tiroid, genetika
merupakan faktor pencetus utama
d. Merokok
Merokok dapat menyebabkan kekurangan oksigen di otak dan nikotin
dalam rokok dapat memacu peningkatan reaksi inflamasi
e. Stres
Stres juga berkolerasi dengan antibodi terhadap antibodi TSH-
Reseptor
f. Lingkungan
Kadar iodium dalam air kurang.

7. Patofisiologi (terlampir)

8. Komplikasi
a. Cacat pada bayi baru lahir
Ibu hamil dengan hipotiroidisme yang tidak dapat diobati akan
menyebabkan bayi lahir cacat mental dan mengalami gangguan
perkembangan fisik karena hormon tiroid sangat berperan dalam
perkembangan otak.
b. Koma miksedema
Merupakan stadium akhir pada hipotiroidisme yang tidak diobati.
29

c. Gagal jantung
Hipotiroidisme dapat meningkatkan kolesterol dan tekanan darah,
mempengaruhi kontraksi jantung, serta menyebabkan efusi
perikardium yang membuat jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah.
d. Infertilitas
Jika kadar hormon tiroid terlalu rendah, maka akan
mempengaruhi ovulasi dan menyebabkan wanita sulit hamil.
Meskipun diterapi dengan penggantian hormon, hal ini tidak akan
menjamin wanita fertil kembali.
e. Neurologis
Hipotiroid dapat menyebabkan depresi dan demensia

9. Tes diagnostik
a. T3 dan T4 serum menurun
b. TSH meningkat pada hipotiroid primer
c. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
d. Peningkatan kolesterol, LDH
e. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
f. Pembesaran jantung pada sinar X dada
g. EKG menunjukan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS
dan gelombang T datar atau inverse

10. Penatalaksanaan
a. Pemberian levotiroksin
Levotiroksin (T4) 1,6 ug/kgBB/har (~100-150 ug). Bila kondisi
hipotiroid akibat pengobatan Graves’ disease diberikan levotiroksin
75-125 ug/hari (dosis lebih rendah). Jika Pasien berusia < 60 tahun
tanpa penyakit jantung diberikan levotiroksin 50-100 ug/hari.
Pemberian dosis disesuaikan dengan kadar TSH dan target.
30

b. Operasi atau pembedahan


Operasi pengangkatan tiroid (tiroidektomi) tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang menolak pengobatan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti-tiroid. Tiroidektomi umumnya
dilakukan pada: (NIC&NOC, 2013)
1) Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan
terapi medikamentosa atau yang kambuh
2) Tumor jinak dan ganas tiroid
3) Gejala penekanan akibat tiroid
4) Tonjolan tiroid yang mengganggu penampilan seseorang
5) Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan penderita
c. Yodium radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pad
kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang
menolak untuk dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat
mengurangi gondok sekitar 50%.
d. Hipotiroidisme berat dan koma miksedema
Penatalaksanaannya mencakup pemeliharaan berbagai fungsi vital
meliputi pemberian oksigen, pemberian cairan harus hati-hati karena
bahaya intiksikasi air, penggunaan panas eksternal misalnya bantal
pemanas harus dihindari karena dapat meningkatkan kebutuhan o2
dan kolaps vaskular, infus glukosa bila terjadi hipoglikemia, dan bila
pasien mengalami koma berikan infus hormon tiroid (synthroid)
sampai kesadaran pulih kembali (Smeltzer&Bare,2001)

D. Konsep dasar proses keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga: sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut apakah ada anggota lain yang menderita penyakit
yang sama.
31

b. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Neurologis: didapati tanda-tanda letargi, bicara lamat,
suara kasar dan parau, monoton, bicara tidak jelas, kerusakan
memori, mudah tersinggung, kehilangan pendengaran perspektif,
tremor, refleks profunda lambat, paratesia, ataksia, somnolen.
2) Sistem Muskuloskeletal: otot kaku/sakit, nyerisendi, kelemahan
otot, kram, paratesia, letih, cepat lelah.
3) Sistem Kardiovaskular: inteleransi tehadap dingin, keringat
berkurang, TD,nadi, dan suhu rendah, nyeri prakordial,
npembesaran jantung, disritmia, penurunan curah jnatung.
4) Sistem pernapasan: suara serak, sesak napas saat melakukan
aktivitas
5) Sistem Gastrointestinal: peningkatan BB tidak jelas penyebabnya,
anoreksia, konstipasi, distensi bdomen, asites, lidah besar dan
tebal
6) Sistem Resproduksi: menoragia, metroragia, amenore, penurunan
libido, penurunan fertilitas, aborsi spontan, impotensi
7) Sistem Integumen: kulit terlihat pucat, dingin, kering dan kasar,
serta bersisik, edema non-pitting (tangan, kaki, preorbital) rambut
kasar dan tipis, kuku yang rapuh, tumbuh lambat dan tebal, kebas
pada jari-jari tangan, sindrom Carpal tunel
c. Pengkajian psikososial: klien sangat sulit membina hubungan sosial
dengan lingkungannya, mengurung diri bahkan mania. Keluarga
mengeluhkan klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur
sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.

2. Dignosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
perubahan frekuensi jantung, perubahan preload
32

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
33

3. Perencanaan (Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC)


No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung
jantung b.d perubahan keperawatan, pompa jantung efektif a. Pantau pasien secara rutin, baik fisik dan 1. Pemantauan secara teratur dan
afterload, perubahan dengan kriteria hasil sebagai psikologi bertahap dapat mencegah atau
frekuensi jantung, berikut : b. Dorong peningkatan aktivitas secara mengurangi terjadi kegawatan
perubahan preload a. Tekanan darah sistolik dan bertahap pada kondisi stabil 2. Peningkatan aktivitas secara bertahap
diastolik dalam batas normal c. Anjurkan pasien atau keluarga untuk dapat melatih kemampuan pasien
b. Keluaran urin dalam batas segera melapor bila terjadi ketidaknyaman 3. Pemberian terapi secara tepat dapat
normal di dada meminimalkan kegawatan
c. Terjadi keseimbangan masukan d. Evaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi, 4. Evaluasi secara bertahap dapat
dan pengeluaran dalam 24 jam durasi, dan pengendapan serta faktor yang mambantu efektivitas obat dan
d. Tidak terdapat angina mengurangi nyeri dada) kemampuan pasien dalam mentoleransi
e. Tidak terdapat edema perifer e. Pantau EKG akan adanya perubahan ST nyeri yang dirasakan
f. Tidak terdapat edema pulmonal f. Pantau TTV 5. Rekaman EKG dapat menentukan
g. Tidak terdapat sianosis g. Dokumentasi jika detak jantung tak terapi yang akan diberikan
beraturan 6. Pendokumentasian secara tepat dapat
h. Pantau keseimbangan cairan membantu dalam dalam perawatan
i. Pantau nilai laboratorium yang sesuai 7. Pemantauan cairan dalam terapi dan
34

membantu dalam terapi keperawatan


8. Pemeriksaan laboratorium salah satu
penilaian dalam pemberian terapi
2 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung rehabilitatif Perawatan jantung rehabilitatif
ketidakseimbangan keperawatan, pasien dapat a. Pantau toleransi terhadap aktivitas pasien 1. Menilai kemampuan pasien dalam
antara suplai dan menoleransi aktivitas dengan b. Buat jadwal untuk ambulasi aktivitas, dan menilai kecukupan
kubutuhan oksigen kriteria hasil : c. Beri edukasi pada pasien dan keluarga oksigen yang dibutuhkan
a. Saturasi oksigen saat beraktivitas tentang menghhindari kebiasan merokok, 2. Ambulasi secara terjadwal dapat
dalam batas normal melakukan diet sesuai dengan kondisi, dan melatih kemampuan pasien dalam
b. Rata-rata pernapasan saat lakukan latihan aktivitas sesuai dengan mentoleransi aktivitas
beraktivitas dalam batas normal kemamuan 3. dukungan keluarga sangat membantu
c. Tekanan darah sistolik dan d. Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk pasien dalam memperhatikan kebiasaan
diastolik dalam batas normal melapor pada tenaga kesehatan saat nyeri dan gaya hidup pasien
d. Pasien dapat melangkah saat dada 4. pemberian terapi secara cepat dan tepat
berjalan e. Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk 5. aktivitas secara berlebihan dapat
e. Pasien dapat menoleransi membatasi aktivitas mengangkat beban membuat kekurangan oksigen yang
keseimbangan agar tidak terjatuh berat dibutuhkan pasien
di lantai f. Anjurkan pada pasien untuk menghindari 6. kecemasan dan depresi dapat
f. Jarak berjalan bertambah jauh dari kecemasan dan depresi mempengaruhi vasokontriksi pembuluh
35

g. Mampu berbicara ketika sedang Terapi latihan : ambulasi darah sehingga kebutuhan oksigen ke
beraktivitas a. Kolaborasi pada dokter dan fisioterapi jantung tidak adekuat
tentang rencana ambulasi Terapi latihan : ambulasi
b. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian 1. aktivitas secara bertahap dapat melatih
yang tidak ketat pasien dengan kebutuhan oksigen
c. Bantu pasien untuk menggunakan alas 2. pakaian longgar dapat memudahkan
kaki untuk latihan berjalan agar terbebas pasien dalam melakukan ambulasi atau
dari cedera aktivitas
d. Turunkan tempat tidur pasien 3. penggunaan alas kaki mengurangi
e. Anjurkn keluarga untuk mendampingi resiko cedera dan terjatuh
pasien saat melakukan aktivitas 4. tempat tidur yang rendah menjauhkan
f. Berikan alat bantu untuk melakukan pasien dari resiko jatuh dan
ambulasi (tongkat, alat bantu memudahkan pasien dalam melakukan
berjalan/walker, atau kursi roda) ambulasi secara bertahap
5. pendampingan diperlukan untuk
membantu dan memudahkan bila
pasien ada keluhan
6. memudahkan pasien dalam beraktivitas
bertahap
36

3 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigenasi Terapi oksigenasi
b.d sindrom keperawatan status pernapasan a. Edukasi pada pasien dan keluarga untuk 1. Pengetahhuan yang didapat dapat
hipoventilasi adekuat dengan kriteria hasil menghindari kebiasaan rokok membantu meningkatkan pola hidup
sebagai berikut : b. Jaga kepatenan jalan nafas sehat asien dan mengurangi faktor
a. Frekuensi pernapasan dalam c. Pantau oksigenasi pasien sesuai dengan terbentukan penakit
batas normal kebutuhan oksigen 2. Kepatenan jalan dapat membantu
b. Karakteristik nafas dalam batas d. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya keadekuatan kebutuhan oksigen
normal (kedalaman, irama, pemberian oksigen dan jangan berikan 3. Pemantauan secara tepat menjauhkan
bunyi nafas, tidak ada pasien melepaskan selang oksigen pasien dari keracunn karbondioksida
penggunaan alat bantu)) e. Pantau efektivitas terapi oksigen dengan 4. Kebutuhan oksigen yang adekuat dapat
c. Saturasi oksigen dalam batas memantau hasil gas darah arteri memudahkan pasien dan memenuhi
normal f. Observsi TTV kebutuhan oksigen pada jantung
d. Tidak terdapat retraksi dada, Monitor pernapasan 5. Pemantauan secara tepat dapat
cuping hidung, sianosis a. Pantau rata-rata, ritme, kedalaman, dan memudahkan dalam pemberian terapi
e. Tidak terdapat atelaktasis usaha saat bernapas 6. Pemantauan TTV secara tepat dapat
f. Tidak terdapat batuk b. Catat pergerakan dada, lihat kesimetrisan mencegah terjadinya kegawatan dan
g. Tidak terdapat kerusakan dan penggunaan otot-otot tambahan pemberian terapi secara tepat dan cepat
c. Monitor pola napas ( bradipnea, takipnea, Monitor pernapasan
hiperventilasi, nafas kussmaul, dan apnea) 1. Pemantauan yang tepat dapat mencegah
37

d. Pantau nilai saturasi pasien oksigenasi terjadinya gagal nafas atau apnea
2. Penggunaan otot bantu pernapasan
indikasi adanya sirkulasi oksigen tidak
adekuat
3. Detiksi dini mencegah terjadinya apnea
dan pemberian terapi secara tepat
4. Kecukupan oksigen dapat membantu
pasien dalam bernapas secara normal
dan teratur.
38

DAFTAR PUSTAKA
Nur Aini&Ledy, 2016. Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan
Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta : Salemba Medika

INFODATIN, 2015. Diakses pada alamat


www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin...pd
f , Diakses pada tanggal 22 Januari 2017. Depkes kementrian kesehatan RI

Intansari&Roxsana, 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Yogyakarta Mocomedia

Rumahorbo, hotma, 1999. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan


sistem endokrin. EGC: jakarta

Chang, Esther, 2009. Patofisiologi : aplikasi pada praktik keperawatan. EGC


: jakarta

Robbins, 2007. Buku ajar patologi ed 7. EGC. Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunnner&Suddsrth.


EGC, Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi