Vous êtes sur la page 1sur 2

AKARTA, kabarbisnis.

com: Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) mencatat


peredaran kosmetik palsu semakin membanjiri pasar dalam negeri. Dampak pemalsuan
sangat meluas, selain industri kosmetik resmi dirugikan juga negara mengalami kerugian
sangat besar. Tahun 2010, bisnis kosmetik ilegal meningkat sembilan kali lipat atau
nominalnya mencapai Rp 4,41 triliun.

"Angka itu belum termasuk kerugian yang diderita masyarakat, akibat mengkonsumsi
kosmetik palsu yang jelas membahayakan kesehatan," ungkap Bambang Sumaryanto, Ketua
bidang hukum dan hubungan pemerintahan MIAP pada diskusi dampak pemalsuan terhadap
kehidupan di Jakarta, Selasa (28/09/10).

Bambang menjelaskan praktek pemalsuan barang di Indonesia, semakin tak terbendung. Dari
12 sektor industri yang rentan pemalsuan, ternyata produk kosmetik menempati urutan teratas
atau yang paling banyak dipalsukan.

Berbagai langkah penegakan hukum sudah dilakukan, namun tak mampu menjerakan pelaku
pemalsuan. Malah yang terjadi peradaran

produk kosmetik palsu grafiknya semakin meningkat, ungkapnya.

"Untuk menghentikan menjamurnya barang palsu itu, perlu usaha bersifat preventif.
Masyarakat sebagai konsumen perlu disadarkan agar lebih waspada terhadap kosmetik
palsu.Jika tingkat kesadaran masyarakat meningkat untuk tidak menggunakan produk palsu,
maka barang-barang palsu itu akan hilang sendirinya. Jadi jangan terbuai hanya karena
murah. Ini kunci pemalsuan mematikan kosmetik," pesan Bambang.

Tulus Abadi, pengurus harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia)


menambahkan pelaku pemalsuan produk-produk kosmetik bisa mendapatkan keuntungan
hingga Rp 100 juta per hari. Karena penjualan produk kosmetik palsu sangat menjanjikan,
pasar terbuka luas.

Berdasarkan hasil penelusuran YLKI, ternyata kosmetik palsu diproduksi di sebuah pabrik
rumahan atau home industry di daerah Jakarta Barat.

Namun dipasarkan hingga ke Surabaya, Kalimantan, dan Sumatera. "Karenanya, tidak heran,
dalam satu tahun kerugian masyarakat dan negera mencapai Rp4.41 Triliun," papar Tulus.

Dirjen Hak Kekayaan Inteletual Departemen Hukum dan Ham, Andi Noorsaman Someng
mengungkapkan, sejak Januari-Juni 2010 terjadi 79 kasus pemalsuan merek. Tahun 2009
sebanyak 125 kasus masalah merek, belum termasuk hak cipta dan paten.

"Tentunya hal ini sangat serius, dan petugas kepolisian juga harus serius untuk memproses
pelaku baik produsen dan penjual produk palsu, jika tidak ada tindakan hukum. Pelaku
pemalsuan tetap leluasa menjalankan bisnisnya," komentarnya.

Kepala Bagian Peraturan dan Perundang-undangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) Budi Djanu Purwanto menilai untuk
menyelesaikan praktek pemalsuan, bukan pekerjaan mudah. Perlu sinergi terpadu dari
berbagai pihak secara berkesinambungan, baik pemerintah, penegak hukum, produsen serta
konsumen.

"Kita terus melakukan screening yang lebih ketat setiap produk yang mita ijin. Termasuk
kegiatan sweeping secara berkala ke pusat-pusat peredaran kosmetik yang rentan terhadap
peredaran kosmetik palsu," tegas dia.

Berdasarkan data BPOM, tahun 2007 terdapat 21 kasus penjualan kosmetik tanpa izin edar.
Jumlah ini meningkat sebanyak 54 kasus di tahun 2008, tahun 2009 naik lagi menjadi 64
kasus, dari jumlah itu 62 kasus penjualan kosmetik tanpa ijin edar dan 2 kasus penjualan
kosmetik mengadung bahan berbahaya.

Vous aimerez peut-être aussi