Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum membahas masalah hukum dan ketentuan perbankan di Indonesia,
terlebih dahulu kita perlu mengetahui dan mengikuti sejarah perkembangan
perbankan di Indonesia, khususnya sejak jaman penjajahan belanda hinggga saat ini.
hal ini penting karena perkembangan perbankan di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan sejarah di Indonesia pada umumnya.
Pengetahuan tentang sejarah perbankan di Indonesia ini sangat penting,
mengingat gejolak dan dinamika perkembangan perbankan di Indonesia sejak jaman
penjajahan belanda sampai saat ini. selain itu juga perlu memahami mengapa masih
terdapat ketentuan maupun hukum perbankan yang masih berupa peninggalan
pemerintah kolonial belanda.
Disamping hal-hal tersebut di atas, sampai saat ini masih banyak istilah
perbankan di Indonesia yang merupakan istilah peninggalan zaman belanda,
misalnya istilah bilyet giro, rekening-courant ( rekening Koran), giroverkeer (lalu
lintas giro), overbooking (pemindah bukuan), dan masih banyak lagi.
Pada periode kedudukan Belanda, bank di Indonesia didirikan oleh
pemerintahan Hindia-Belanda pada 1824 dengan nama Nederlandsche Handel
Maatschappij (NHM), dan pemerintah Hindia-Belanda bertindak sebagai salah satu
pemegang saham utama. Bank tersebut didirikan untuk untuk mengisi kekosongan
akhibat likuidasi vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang, kendati telah
menguasai hampir seluruh kawasan nusantara sekitar dua abad (1602 – 1799) ,
mengalami kebangkrutan . sekarang ini NHM telah berubah menjadi Bank Ekspor
Impor Indonesia (BEII).
Pemerintah Hindia-Belanda juga mendirikan De Javasche Bank (1827), kini
Bank Indonesia (BI),dan NV Escomto Bank, sebuah bank swasta yang dikenal
sebagai Bank Dagang Negara (BDN). Beberapa koperasi simpan – pinjam yang
didirikan di kalangan petani pada 1895 di Purwekerto, pada 1934 digabungkan oleh
pemerintah belanda ke dalam Algemeene Volksscrediet Bank (AVB). Periode awal
kemerdekaan di Indonesia , setahun setelah kemerdekaan pemerintah mengeluarkan

1
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 1946 yang
menegaskan lahirnya Bank Nasional Indonesia (BNI), yang peresmianya dilakukan
pada 17 agustus 1946. Tugas BNI , sebagaimana tercantum dalam peraturanya
adalah mengeluarkan dan mengedarkan uang kertas bank disamping pemegang uang
kas Negara. Pada kenyataannya tugas BNI adalah mengatur peredaran uang RI (ORI
– Oerang Repoeblik Indonesia) sebagai uang kertas pemerintah, disamping menarik
uang masa pendudukan jepang dan menggantinya dengan ORI.
Periode 1988 – Sekarang, pada tanggal 27 Oktober 1988 Menko Ekuin Radius
Prawiro mengumumkan serangkaian kebijakan baru yang merupakan paket
deregulasi dibidang keuangan moneter dan perbankan (KMP). Paket kebijakan ini
lebih dikenal dengan sebutan Pakto 1988. Puncak dari periode ini adalah
diberlakukanya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pada 25
maret 1992 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang
Pokok-Pokok Perbankan, yang sudah berumur 25 tahun. Isinya telah mengalami
perubahan dan penyempurnaan dari isi aslinya.
Menurut pasal 1 Undang-Undang No.7 Tahun 1992, pengertian Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan baik
untuk disalurkan maupun digunakan untuk tujuan lain.
Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin
menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang
sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan. Sementara itu, perkembangan
perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin
kompleks. Oleh karena itu, diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan dibidang
ekonomi termasuk sektor Perbankan sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki
dan memperkukuh perekonomian nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan dasar hukum perbankan ?
2. Kelembagaan Perbankan ?
3. Apa saja Kegiatan usaha bank dan bagaimana perlindungan nasabah bank ?
4. Mengapa melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap bank ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Perbankan


Sektor Perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi
dan penunjang merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penyesuaian
dimaksud. Sehubungan dengan itu, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem
Perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara
individual melainkan juga penyehatan sistem Perbankan secara menyeluruh.
Upaya penyehatan Perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, bank-bank itu sendiri dan masyarakat pengguna jasa bank. Adanya
tanggung jawab bersama tersebut dapat membantu memelihara tingkat kesehatan
Perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam perekonomian
nasional.
Maka dari itu adanya perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Uomor7 Tahun 1992 dikarenakan perkembangan perekonomian
nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan
tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju,
diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk Perbankan dan
dalam memasuki era globalisasi dan dengan telah diratifikasi beberapa perjanjian
internasional dibidang perdagangan barang dan jasa, diperlukan penyesuaian
terhadap peraturan perundang-undangan dibidang perekonomian khususnya sektor
Perbankan.
Didalam perubahan Undang-Undang ini terdapat sedikit perbedaan mengenai
pengertian perbankan, menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 pengertian
dari Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dapat kita lihat pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 ayat 1 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, pengertian Perbankan adalah

3
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Disamping itu peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu
Negara. Bank dapat diartikan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara. Oleh
karena itu kemajuan suatu bank disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran
kemajuan Negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu Negara, maka semakin
besar peranan perbankan dalam mengendalikan Negara terssebut. Artinya
keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.
Lain halnya di Negara – Negara berkembang, seperti Indonesia, pemahaman tentang
bank di Negeri ini baru sepotong – sepotong.
Sebagian masyarakat hanya memahami bamk sebatas tempat meminjam dan
menyimpan uang belaka. Bahkan terkadang sebahagian masyarakat sama sekali
belum memahami bank secara utuh, sehingga pandangan tentang bank sering
diartikan secara keliru. Selebihnya banyak masyarakat yang tidak paham sama sekali
tentang dunia perbankan. Semua ini tentu dapat dipahami karna pengenalan dunia
perbankan secara utuh terhadap masyarakat sangatlah minim, terlepas dari kurang
pahamnya pengelola perbankan di Tanah air dalam memahami dunia perbankan
secara utuh.
Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan
perekonomian suatu Negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang
berhubungan dengan semua kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh
karena itu disaat ini dan dimasa yang akan datang kita tidak akan lepas dari dunia
perbankan, jika hendak menjalan aktivitas keuangan, baik per-orangan maupun
lembaga, baik sosial atau perusahaan.
Begitu pentingnya dunia perbankan,sehingga ada anggapan bahwa bank
merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu Negara.
Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank adalah sebagai lembaga
keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang,
menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang,
tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainya.

4
B. Kelembagaan Perbankan
1. Jenis – jenis bank
Dilihat dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 jenis perbankan
berdasarkan fungsinya terdiri dari :
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapan memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada.
Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah
Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank umum sering disebut bank
komersil (commercial bank)
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam
kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Artinya jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.14
2. Pendirian Bank
Dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 20 Undang-Undang No.10 Tahun 1998
dinyatakan bahwa pada prinsipnya setiap pihak yang melakukan penghimpunan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib memiliki izin usaha sebagai
bank umum atau bank perkreditan rakyat dari pimpinan bank Indonesia. Hal ini
dikarenakan kegiatan penghimpunan dan penyaluran kembali dana ke
masyarakat sangat perlu di awasi sesuai dengan fungsi bank Indonesia yang
memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap bank – bank yang ada di
Indonesia.
3. Bentuk Hukum Bank
Persyaratan untuk memperoleh izin biasanya diikuti oleh berbagai syarat dan
salah satu syaratnya adalah bentuk hukum bank yang akan didirikan. Ada
beberapa bentuk hukum bank yang dapat dipilih jika ingin mendirikan bank.

5
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bentuk badan hukum
bank umum dapat berupa dari salah satu alternatife dibawah ini :
a. Perseroan Terbatas (PT)
b. Koperasi,atau
c. Perseroan Daerah (PD)
Sedangkan bentuk badan hukum bank perkreditan rakyat sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 dapat berupa :
a. Perusahaan Daerah (PD)
b. Koperasi
c. Perseroan terbatas (PT)
d. Atau bentuk lain yang ditetapkan pemerintah.
4. Kepemilikan Bank
Menurut Pasal 22 sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang No.10 Tahun
1998 :
(1)Bank Umum hanya dapat didirikan oleh:
a. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia;atau
b. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan
warga negara asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan.
(2)Ketentuan mengenai persyaratan pendirian yang wajib dipenuhi pihak-
pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bank
Indonesia."
"Pasal 26
(1)Bank Umum dapat melakukan emisi saham melalui bursa efek.
(2)Warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia dan
atau badan hukum asing dapat membeli saham Bank Umum, baik secara
langsung dan atau melalui bursa efek.
(3)Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan
Peraturan Pemerintah."
"Pasal 27
Perubahan kepemilikan bank wajib:

6
a. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3),
Pasal 22, Pasal 23, Pasal d24, Pasal 25, dan Pasal 26; dan
b. dilaporkan kepada Bank Indonesia."
"Pasal 28
(1)Merger, konsolidasi, dan akuisisi wajib terlebih dahulu mendapat izin
Pimpinan Bank Indonesia."
Dalam hal perubahan kepemilikan bank, dalam Pasal 27 Undang-Undang
perbankan dinyatakan bahwa setiap pemilik saham atas bank wajib atas
ketentuan – ketentuan dalam Pasal 16 ayat (3) dan Pasal 22 sampai dengan
Pasal 26 yang berhubungan dengan perizinan dan kegiatan usaha bank serta
wajib melaporkannya kepada bank Indonesia.

C. Kegiatan Usaha Bank


Sebagai lembaga yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan berbagai
kegiatan, sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari – hari tidak akan terlepas
dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang
dengan cara penghimpun dana dari masyarakat luas. Kemudian menjual uang yang
berhasil dihimpun dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui
pemberian pinjaman atau kredit.
Dalam praktinya kegiatan bank dibedakan sesuai dengan jenis bank tersebut.
Setiap jenis bank memiliki ciri dan tugas tersendiri dalam melakukan kegiatanya,
misalnya dilihat dari segi fungsi bank yaitu antara kegiatan bank umum dengan
kegiatan bank perkreditan rakyat, jelas memiliki tugas atau kegiatan yang berbeda.
Sesuai Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, maka
usaha-usaha yang dapat dilakukan bank meliputi :
1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
2. memberikan kredit;
3. menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

7
a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan surat-
surat dimaksud.
b. surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya
tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
c. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah
d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
e. obligasi;
f. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
g. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1satu
tahun;
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
h. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga menyediakan tempat untuk
menyimpan barang dan surat berharga;
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalambentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
k. membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam
hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan
agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya;
l. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
m. menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah;
n. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

8
bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundangundangan
yang berlaku.

Menurut Pasal 6 huruf (k) Undang-Undang Perbankan 1992 tentang usaha


bankmenyatakan bahwa bank dapat membeli melalui pelanggan agunan baik semua
maupun sebagian bila debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan
ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.
Ketentuan ini menurut hemat saya dimaksudkan untuk mempercepat proses
pencairan jaminan , karena dalam praktek pelelangan jaminan sering kali kurang
diminati oleh pihak penawar sehingga menyebabkan sulitnya mencairkan jaminan
tersebut.

D. Perlindungan Nasabah Bank


1. Kewajiban Bank Terhadap Masyarakat
Banyak kewajiban bank terhadap masyarakat. Berbagai kelompok penduduk
mempunyai tuntutan yang berbeda-beda terhadap sebuah bank. bank haruslah
menyadari tuntutan ini dan menanggapinya. Ditingkat lokal, bankir diharapkan
menyediakan pengetahuan tekhnis (technical know-how) keuangan bagi
masyarakatnya. Kewajiban ini meliputi kepemimpinan (leadership), bimbingan
dan partisipasi aktif dalam masalah – masalah yang berkenaan dengan
pembiayaan masyarakat (public financing). Bankir yang menaruh perhatian,
kualifaid dan objektif sangat bernilai untuk membantu masyarakat untuk
memilih cara-cara terbaik memenuhi kebutuhan-kebutuhan keuangannya
2. Kewajiban Bank Terhadap nasabahnya
Kewajiban bank terhadap nasabahnya bahkan lebih besar lagi dari pada
kewajibannya terhadap masyarakat. Karena lebih langsung hubungan dengan
nasabahnya dibandingkan dengan publik, maka top management haruslah selalu
memperhatikan kebijaksanaan dan praktek – prakteknya terhadap kesejahteraan
nasabahnya. Kesehatan lembaga ini sangat penting bagi masyarakat, tetapi lebih
penting lagi bagi mereka yang mempercayakan uang mereka kepada bank itu
atau mereka yang mengadakan hubungan peminjaman atau hubungan lain yang
mereka andalkan. Faktor-faktor keamanan dan likuiditas deposito, keuangan

9
yang dapat diandalkan, kemudahan, dan biaya yang pantas adalah hal-hal yang
sangat penting bagi nasabah dan bank harus menanggapinya. Dalam mengambil
keputusan yang mempengaruhi faktor-faktor ini , top management haruslah hati-
hati menimbang seluruh konsekuensinya terhadap para nasabah disamping
terhadap para persero, publik dan lain-lain yang mungkin mempunyai klaim
terhadapnya. Kegagalan bank mempertimbangkan konsekuensi ini tidak saja
merupakan kegagalan melaksanakan kewajiban yang utama, tetapi juga
menunjukkan piciknya pandangannya dalam melayani kepentingan pemiliknya18
3. Hubungan Nasabah Dengan Bank
Hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan dana ,dapat
terlihat dari hubungan yang muncul dari produk-produk perbankan,seperti
deposito, giro dan tabungan.bentuk hubungan itu terdapat dalam bentuk
peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus di patuhi
oleh setiap nasabah penyimpan dana,karena syarat-syarat produk perbankan
berbeda satu sama lainmaka perlu adanya penyesuaian.
4. Hubungan Hukum Nasabah Dengan Bank
Bagi pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank,
mereka berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan meminta
pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan.
Pelanggaran terhadap berbagai aturan yang berlaku, termasuk kerahasiaan bank,
maka akan dikenakan sanksi tertentu sesuai dengan yang tercantum dalam
undang-undang Nomor 10 tahun 1998. Jaminan ditegakkannya peraturan-
peraturan perbankan dimuat pasal 50 yang mengancam dengan hukuman penjara
6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar
rupiah). Pasal 50 tersebut merupakan jaminan bagi masyarakat. Berkat jaminan
ini, semua bank tidak dapat berkelit untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya,
terutama yang berkenaan dengan pemantauan keadaan terhadap suatu bank oleh
Bank Indonesia, yang mewakili pemerintah untuk melindungi dana masyarakat
sekaligus menjaga agar bank dalam keadaan sehat. Bank Indonesia dapat
menjatuhkan sanksi administratif sebagaimana dimuat dalam penjelasan resmi
Pasal 52, yang antara lain berbunyi :
Sanksi administratif dalam pasal ini dapat berupa :

10
a. Denda
b. Penyampaian teguran-teguran tertulis;
c. Penurunan tingkat kesehatan bank;
d. Larangan turut serta dalam kliring;
e. Pembekuan kegiatan;
f. Pencabutan izin usaha.
5. Perlindungan Terhadap Nasabah
Nasabah yang menyimpan dananya di Bank umumnya mempunyai berbagai
tujuan dan motivasi. Nasabah sangat menginginkan agar dana yang disimpannya
pada bank terjamin aman dari segala sesuatu yang dapat merugikannya dan
adanya balas jasa dari Bank atas penggunaan dana tersebut.
Secara umum perlu adanya perlindungan terhadap nasabah agar tidak
dirugikan oleh pihak bank atau pihak lain yang tidak bertanggungjawab.
Sehubungan dengan itu sepanjang yang di atas oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a. Lembaga Penjamin Simpanan
Dari ketentuan Pasal 37 B undang-undang Perbankan Indonesia 1992/1998
dapat diketahui bahwa setiap Bank wajib menjamin dana masyarakat yang
disimpan pada bank yang bersangkutan melalui Lembaga Penjamin
Simpanan. Dengan demikian, undang-undang sudah mengatur tentang
kewajiban bank untuk melakukan penjamin atas dana masyarakat yang
diterimanya sebagai simpanan, termasuk yang berbentuk. Untuk
pelaksanaannya, tentunya bank harus membuat suatu perjanjian dengan
lembaga tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perlu pula dikemukakan bahwa sampai tahun kelima sebelah ketentuan
undang-undang tersebut berlaku, ternyata lembaga Penjamin Simpanan belum
beroperasi sehingga penjaminan simpanan masyarakat pada Bank masih
dilakukan oleh pemerintah. Penjaminan tersebut dapat dilaksanakan dengan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah walaupun suatu saat
nantinya akan berakhir.
Dengan adanya ketentuan undang-undang mengenai kewajiban bank
menjamin dana masyarakat dan adanya program penjaminan yang sudah

11
berjalan tentunya akan memberikan perlindungan kepada nasabah
penyimpanan dalam hal terjadinya penutupan atas bank yang bersangkutan.
Nasabah penyimpanan diharapkan akan tetap memperoleh kembali dana yang
disimpannya dalam hal terjadi penutupan pada banknya.
b. Rahasia Bank
Dikarenakan kegiatan dunia perbankan mengelola yang masyarakat, maka
bank wajib pula menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat. Bank
wajib menjamin keamanan uang tersebut agar benar-benar aman. Agar
keamanan nasabahnya terjamin pihak perbankan dilarang untuk memberikan
keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal
lain dari nasabahnya.
Dengan kata lain bank harus menjaga rahasia tentang keadaan keuangan
nasabah dan apabila melanggar kerahasiaan ini perbankan akan dikenakan
sanksi. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya (Pasal 1 angka 28
undang-undang Perbankan Indonesia 1992/1998). Hal ini diatur oleh Pasal 40
dengan rumusan sebagai berikut :
1) Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang
keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan
oleh Bank menurut kelaziman dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41, Pasal 42, Pasal 43 dan Pasal 44.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud berlaku bagi pihak terafiliasi. Lebih
lanjut, penjelasan resmi pada Pasal 40 mengutarakan antara lain sebagai
berikut :
ayat (1)Dalam hubungan yang menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh
bank adalah data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan keuangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yang diketahui oleh
bank karena kegiatan usahanya. Kerahasiaan ini diperlukan untuk
kepentingan bank sendiri yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang
menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya akan mempercayakan
uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila dari bank ada
jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan

12
nasabah tidak akan disalahgunakan. Dengan adanya ketentuan tersebut
ditegaskan bahwa bank harus memegang teguh rahasia bank.

Menurut ketentuannya, bank dan pihak terafiliasi wajib merahasiakan


keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal-
hal tertentu yang diutus oleh undang-undang tersebut dan peraturan perundang-
undangan lainnya. Pihak terafiliasi adalah pihak yang berkaitan dengan
pengelolaan bank. Siapa yang disebut sebagai pihak terafiliasi diatur dalam
ketentuan Pasal 1 angka 22 undang-undang Perbankan Indonesia 1992/1998,
antara lain direksi, pejabat dan pegawai bank. Namun dalam kasus tertentu,
kerahasiaan bank tidak berlaku untuk nasabah, misalnya :
a. Untuk kepentingan perpajakan pimpinan Bank Indonesia atas permintaan
Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada Bank
agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tentang
keuangan nasabahnya penyimpanan tertentu kepada pejabat bank.
b. Untuk penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan
Urusan Piutang Negara atau Panitia Urusan Piutang Negara. Pimpinan Bank
Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang Negara
untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai simpanan nasabah
debitur.
c. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, pimpinan, Bank
Indonesia dapat memberikan kepada polisi, jaksa atau hakim untuk
memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau
terdakwa pada bank.
d. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank dapat
memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain. Ketentuan
mengenai rahasia bank tersebut tentunya merupakan perlindungan bagi
nasabah penyimpanan agar dananya yang disimpan pada bank tidak diketahui
oleh pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan. Simpanan tersebut
merupakan hak pribadi nasabah penyimpanan yang tidak perlu diketahui oleh
orang lain. Pelaksanaan dari ketentuan mengenai rahasia bank ini perlu
diperhatikan oleh Bank dan petugasnya agar tidak menimbulkan

13
permasalahan yang mungkin akan merugikan bank. Bank dalam hal ini perlu
memperhatikan kedudukannya yang sering disebut sebagai lembaga
kepercayaan.
6. Mekanisme Perlindungan Nasabah
Beberapa mekanisme yang di pergunakan dalam rangka perlindungan
nasabah bank adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan peraturan baru
Melalui pembuatan peraturan baru di bidang perbankanatau merevisi
peraturan yang sudah ada merupakan salah satu cara untuk memberikan
perlindungan kepada nasabah suatu bank. Banyak peraturan secara langsung
maupun tidak langsung bertujuan melindungi nasabah.akan tetapi lebih
banyak lagi di perlukan seperti itu dari apa yang terdapat dewasa ini.
b. Pelaksanaan peraturan yang ada
Melaksanakan peraturan yang ada di bidang perbankan secara lebih ketat
oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan melindungi
nasabah sehingga dapat dijamin law enforcement yang baik. Peraturan ini
harus di laksanakan secara objektif tanpa melihat siapakah pengurus bank
tersebut maupun pemegang saham
c. Memperketat perizinan bank
Memperketat pemberian izin untuk suatu pendirian bank merupakan cara
agar bank tersebut kuat dan berkualitas sehingga dapat memberikan
keamanan terhadap nasabahnya.
d. Memperketat pengawasan bank
Untuk mengurangi resiko yang ada pihak
7. Hubungan perlindungan hukum nasabah dengan bank
Bank sebagai suatu lembaga atau institusi yang melakukan kegiatan di bidang
keuangan telah menunjukkan peranan yang cukup penting dalam melayani
berbagai kepentingan masyarakat di Indonesia saat ini. Berbagai produk bank
telah berkembang untuk memenuhi tuntutan perkembangan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat. Menurut ketentuan Undang-undang Perbankan
Indonesia Nomor 7 tahun 1992, Bank adalah suatu badan usaha dan mempunyai
kegiatan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dana masyarakat serta

14
memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Bank dengan
berbagai produknya telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya di bidang keuangan.
Mengingat kebutuhan akan jasa perbankan semakin meningkat, maka penulis
merasakan betapa pentingnya pemahaman masyarakat akan di sisi lain. Kedua
hal tersebut yang hanya dapat terlaksana jika bank otoritas atau bank Indonesia
melakukan tindakan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang
ada,baik bank pemerintah maupun bank swasta. berkemampuan melindungi
dana masyarakat secara baik. Oleh karenanya bank harus mampu berfungsi
secara efisien, sehat, wajar, dan mampu menghadapi persaingan yang semakin
bersifat global. Pemahaman anggota masyarakat terhadap semua aktivitas bank,
termasuk semua warkat bank seyogyanya dimulai sejak yang bersangkutan
memakai atau mempergunakan jasa perbankan, sehingga dapat mencegah risiko.

E. Melemahnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank


Langkah Bank Indonesia (BI) untuk tetap pada jalur kebijakan bunga tinggi pada
tahun-tahun awal krisis ekonomi, yakni 1997 dan 1998, telah membawa kembali
ekonomi Indonesia mengarah pada jalur yang benar.Harus diakui, kebijakan bunga
tinggi pada 1998 dengan suku bunga antarbank rata-rata 64% telah mengembalikan
kepercayaan terhadap rupiah yang pada pertengahan tahun itu mencapai Rp
14.900/dolar Amerika Serikat (AS) menjadi rata-rata Rp 8.000/dolar AS pada akhir
tahun.
Keyakinan BI pada pilihan kebijakan moneter yang ditempuh itu pula yang
menjadi salah satu pilar inflasi kembali pada jalur inflasi rendah pada saat ini. Inflasi
itu pula selain kurs yang menjadi tugas inti bank sentral.Pengalaman selama lima
tahun sejak 1998 itu tampak telah memberikan keyakinan BI atas kepercayaan
masyarakat pada sendi-sendi dasar ekonomi makro sehingga baik inflasi maupun
kurs rupiah masih berada kisaran jalur paritasnya.Tetapi keyakinan yang begitu
tinggi pulalah yang kelihatan hampir menjadikan rupiah menggeliat mendekati batas
kritis Rp 10.000/dolar Amerika serikat pada pekan terakhir April lalu.
Kepanikan melanda pasar valas Indonesia, khususnya dalam pekan-pekan
terakhir April dan awal Mei. Posisi rupiah terhadap dolar AS menembus angka Rp

15
9.800. Adakah yang mengkhawatirkan fundamental ekonomi kita sehingga pasar
valas panik.Indikasi rupiah akan melemah terhadap dolar AS sebenarnya sudah dapat
diperkirakan sejak Maret lalu, yakni ketika The Fed atau bank sentral AS
meningkatkan suku bunga utamanya (Fed Fund Rate) sebesar 25 basis poin menjadi
2,75 % pada 22 Maret, setelah 2 Februari juga menaikkan 25 basis poin menjadi
2,50%.
Terakhir The Fed menaikkan suku bunganya pada 3 Mei lalu, juga sebesar 25
basis poin sehingga menjadi 3%. Sementara itu BI tampak dari April hingga pekan
pertama Mei masih mempertahankan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1
bulannya pada tingkat 7,53% sebelum dinaikkan lagi menjadi 7,81 % pada 4 Mei
dari sebelumnya 7,70%.Adakah yang salah dalam strategi BI sehingga rupiah
melemah cukup besar? Hampir semua indikator ekonomi makro kita saat ini berada
di tingkat yang tidak buruk, kecuali inflasi.
Kita perhatikan beberapa indikator makro dan sectkr riil berikut. Pertumbuhan
ekonomi tahun 2004 mencapai 5,13% atau lebih tinggi dari target pertumbuhan yang
ditetapkan sebelumnya sebesar 4,8%. Seluruh lapangan usaha pada 2004 juga
mengalami ekspansi, kecuali sektor penggalian dan produksi, dengan rekor ekspansi
terbesar sebesar 12,7% terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi.Sementara itu
di sisi permintaan ekspansi terbesar terjadi di komponen impor sebesar 24,95% dan
investasi 15,71%. Kinerja indikator ekonomi makro yang cukup baik itulah yang
tampak menjadikan BI cukup percaya diri tidak menaikkan suku bunga
mengantisipasi perkembangan suku bunga The Fed.Atau BI memang sengaja
melakukan test case atas kepercayaan publik terhadap perekonomian nasional
dengan sengaja menunda antisipasinya atas perubahan suku bunga di Amerika
serikat.
Kepercayaan BI yang tinggi tersebut tampak pada pernyataan Gubernur BI
pertengahan April yang tidak akan menaikkan lagi suku bunga SBI.Kalau hipotesis
itu benar, maka sungguh sangat mahal kemungkinan harga yang harus dibayar,
karena apabila rupiah sampai melampaui Rp 10.000/dolar AS maka akan susah
payah untuk mengembalikan kepercayaan yang sudah tercipta cukup baik. Semoga
hipotesis itu salah.

16
Saat ini BI masih cukup kredibel untuk menjaga kepercayaan terhadap rupiah
yang tampak pada rupiah yang mulai menguat setelah ada intervensi terhadap pasar
valas.Namun hal itu pun dibantu oleh upaya nonpasar dengan meminta Pertamina
melaporkan transaksinya dalam menggunakan valas. Apa makna semua itu?Sampai
saat ini kurs rupiah terhadap dolar AS dan tingkat inflasi masih tetap merupakan
variabel kunci sangat strategis dalam menjaga stabilitas makro ekonomi
Indonesia.Posisi strategis itu terkait dengan masih cukup tinggi komponen impor
dalam industri manufaktur, sehingga setiap goncangan terhadap rupiah akan
berakibat pada kegoyahan harga-harga produk manufaktur yang ujung-ujungnya juga
dapat meningkatkan laju inflasi.Karena itu, setiap ancaman yang muncul dan
mungkin memengaruhi kurs rupiah harus selalu mendapat antisipasi cepat agar tidak
goncang. Hal itu berarti selain perubahan fundamental ekonomi domestik, antisipasi
terhadap perubahan fundamental ekonomi internasional khususnya AS, harus
mendapat perhatian dan antisipasi secara cepat sebelum terlambat.
Hasil riset BI Semarang bekerja sama dengan Laboratorium Studi Kebijakan
Ekonomi (LSKE) Fakultas Ekonomi Undip mengenai sebab-sebab inflasi di Jateng
menunjukkan setiap perubahan kurs rupiah terhadap dolar AS akan mendorong
kenaikan inflasi pada bulan-bulan berikutnya, khususnya pada bulan pertama dan
kedua setelah perubahan kurs tersebut.Temuan riset itu memperkuat tesis setiap
perubahan variabel yang memengaruhi kurs rupiah terhadap dolar AS harus selalu
mendapat antisipasi segera agar tidak menimbulkan goncangan berkepanjangan.
Sehubungan dengan fenomena rupiah yang melemah akhir-akhir ini, di samping
variabel kenaikan suku bunga di AS yang bagi The Fed menjadi instrumen moneter
utama untuk mengatur ekonomi, tingkat inflasi domestik yang cukup tinggi pada
Maret sebagai faktor internal serta kecenderungan tingkat inflasi AS yang stabil dan
tidak mengalami kenaikan harus mendapat perhatian otoritas moneter
Indonesia.Peningkatan selisih tingkat inflasi antara Indonesia dan AS pada Maret
harusnya sudah merupakan sinyal rupiah akan melemah terhadap dolar AS, sehingga
harus sudah diantisipasi pada April lalu.
Sementara itu peningkatan suku bunga Fed Fund Rate dan tentu juga Prime Rate
serta tingkat inflasi rendah berarti akan meningkatkan tingkat bunga riil dalam dolar
AS. Dalam hal ini pun BI sudah mengetahui secara baik.Persoalannya adalah terkait

17
dengan timing antisipasi tersebut yang harus cermat diperhatikan. Ketidaktepatan
dalam mengambil posisi dan waktu antisipasi bias akan berpengaruh besar terhadap
perekonomian nasional.
Pada bulan-bulan mendatang,Kondisi eksternal, khususnya di AS, pada kuartal
kedua nanti diperkirakan tidak mengalami pertumbuhan berarti, yakni 11.951 miliar
dolar AS (Mei), 11.956 miliar dolar AS (Juni), Indeks Harga Konsumen Mei
diperkirakan 189,8 dan Juni 189,4, sedangkan Prime Interest Rate Mei 5,75% dan
Juni 6%.Gambaran itu menunjukkan ada perkiraan perubahan indikator ekonomi AS
yang tidak signifikan, kecuali untuk tingkat bunga. Karena itu, yang perlu
diantisispasi Indonesia adalah menjaga agar dolar AS tidak lagi merangkak naik.

18
BAB III
KESIMPULAN

Pada periode kedudukan Belanda, bank di Indonesia didirikan oleh


pemerintahan Hindia-Belanda pada 1824 dengan nama Nederlandsche Handel
Maatschappij (NHM), dan pemerintah Hindia-Belanda bertindak sebagai salah satu
pemegang saham utama. Bank tersebut didirikan untuk untuk mengisi kekosongan
akhibat likuidasi vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang, kendati telah
menguasai hampir seluruh kawasan nusantara sekitar dua abad (1602 – 1799) ,
mengalami kebangkrutan . sekarang ini NHM telah berubah menjadi Bank Ekspor
Impor Indonesia (BEII).
Pemerintah Hindia-Belanda juga mendirikan De Javasche Bank (1827), kini
Bank Indonesia (BI),dan NV Escomto Bank, sebuah bank swasta yang dikenal
sebagai Bank Dagang Negara (BDN). Beberapa koperasi simpan – pinjam yang
didirikan di kalangan petani pada 1895 di Purwekerto, pada 1934 digabungkan oleh
pemerintah belanda ke dalam Algemeene Volksscrediet Bank (AVB).

19
DAFTAR PUSTAKA

http://www.suaramerdeka.com/harian
http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/hubungan-perlindungan-hukum-
nasabah.html
Drs. A. Hasyimi Ali,Bank Management (American Institute Of Banking),Bina aksara
Jakarta cet.I ,desember 1987
Wijanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia,penerbit Grafiti Cetakan
ke.III ,Jakarta Januari 1997
Kasmir ,SE,MM ,Dasar – Dasar Perbankan,cet . l Jakarta ,juni 2002

20

Vous aimerez peut-être aussi