Vous êtes sur la page 1sur 26

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN

 DEFINSI KEMISKINAN

Menurut Mudrajad Kuncoro (1997) kemiskinan adalah ketidakmampuan


untuk memenuhi standar hidup minimum. Menurut Bappenas (2004) kemiskinan
adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki atau
perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasarnya meliputi :

 Terpenuhinya kebutuhan pangan,


 Kebutuhan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
 Rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan
 Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan social-politik.

 PENDEKATAN UTAMA KEMISKINAN (BAPPENAS)

Bappenas (2004) memperkenalkan 4 (empat) pendekatan utama


kemiskinan sebagai berikut :

1. Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)


Pendekatan ini melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan
seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan,
pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.
2. Pendekatan pendapatan (income approach)
Menurut pendekatan ini, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya
penguasaan aset dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian
atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan
seseorang di dalam masyarakat. Pendekatan ini menentukan secara kaku
standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan
kelas sosialnya.

1
3. Pendekatan kemampuan dasar (human capability approach)
Pendekatan ini menilai kemiskinan sebagai suatu keterbatasan kemampuan
dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi
minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar ini
menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin untuk terlibat
dalam pengambilan keputusan.
4. Pendekatan objektif dan subjektif (objective and subjective approach)
Pendekatan objektif sering juga disebut pendekatan kesejahteraan karena
menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar
keluar dari kemiskinan. Pendekatan subjektif menilai kemiskinan
berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin itu sendiri.

 KLASIFIKASI KEMISKINAN
 Kemiskinan Berdasarkan Ukuran Pendapatan (Income Size)

Kemiskinan berdasarkan ukuran pendapatan dapat dibedakan menjadi


kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif:

1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah batas kebutuhan minimum untuk bertahan
hidup atau hidup layak tidak terpenuhi. Ini mengacu pada konsep “di
bawah garis kemiskinan”. BPS biasanya secara berkala mengumumkan
besarnya pendapatan per kapita per bulan yang termasuk di bawah garis
kemiskinan.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah membandingkan pendapatan yang diterima oleh
masing-masing golongan pendapatan di kalangan penduduk. Ini mengacu
pada konsep “distribusi pendapatan”. Pendapatan seseorang di kota A bisa
jadi termasuk kategori pendapatan golongan menengah tetapi kalua di kota
B, pendapatan orang tersebut termasuk kategori pendapatan golongan
rendah atau sebaliknya.

2
 KEMISKINAN BERDASARKAN TINGKATAN (DEGREE OF
POVERTY)

Dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu :

a. Kelompok yang paling miskin / fakir miskin / destitude


Memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, tidak memiliki sumber
pendapatan sama sekali, dan tidak memiliki akses terhadap berbagai
pelayanan social
b. Kelompok miskin /poor group
Memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan tetapi secara relative
masih memiliki sumber pendapatan (financial) dan memiliki akses
terhadap pelayanan social dasar
c. Kelompok Rentan / Near poor
Rentan terhadap berbagai perubahan ekonomi dan social, sehingga dapat
berpindah status dari rentan menjadi miskin atau fakir miskin jika terjadi
krisis ekonomi dan tidak mendapatkan bantuan social

 KEMISKINAN BERDASARKAN POLA WAKTU

Dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :

a. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan yang telah kronis atau turun-temurun
b. Kemiskian Siklus
Kemiskinan yang mengikuti siklus ekonomi atau konjungtur secara
keseluruhan
c. Kemiskinan Musiman
Kemiskinan yang sering dijumpai pada kasus nelayan dan pertanian
tanaman pangan
d. Kemiskinan Kebetulan
Kemiskinan yang tercipta secara kebetulan karena suatu kondisi tertentu
seperti bencana alam atau karena adanya kebijakan tertentu.

3
 KEMISKINAN MENURUT BPS

Konsep kemiskinan yang digunakan BPS adalah kemampuan memenuhi


kebutuhan dasar / basic needs approach. Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
atau non makanan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan “di bawah garis kemiskinan”.

Komponen garis kemiskinan dapat dirumuskan sebagai berikut :

GK : GKM + GKNM

di mana :
GK : Garis kemiskinan
GKM : Garis kemiskinan makanan
GKNM : Garis kemiskinan non makanan

 ANSEL M.SHARP : PENYEBAB KEMISKINAN DIPANDANG


DARI SISI EKONOMI

Faktor-faktor penyebab kemiskinan :


1. Kemiskinan muncul karenan adanya ketidaksamaan pola pemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal

 TEORI LINGKARAN KEMISKINAN (VICIOS CYCLE OF


POVERTY)

Teori Lingkaran Kemiskinan (Vicios Cycle of Poverty) dikemukakan oleh


Ragnar Nurkse tahun 1953. Pengertian lingkaran kemiskinan adalah suatu
lingkaran rangkaian yang saling mempengaruhi satu sama lain sedemikian
rupa, sehingga menimbulkan suatu keadaan dimana negara akan tetap miskin
dan akan banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan
yang lebih baik.

4
Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya produktifitas
mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya
pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, baik
investasi manusia maupun investasi modal. Rendahnya investasi berakibat
pada keterbelakangan dan seterusnya.

Menurut Nurkse ada dua lingkaran perangkap kemiskinan, yaitu dari sisi
penawaran (supply) dimana tingkat pendapatan masyarakat yang rendah
diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan
masyarakat untuk menabng rendah. Kemampuan untuk menabung yang
rendah menyebabkan tingkat pembentukan modal rendah, tingkat
pembentukan modal (investasi) yang rendah menyebabkan kekurangan modal,
dan dengan demikian tingkat produktivitasnya juga rendah dan seterusnya.
Dari sisi permintaan (demand), di negara-negara miskin kemampuan untuk
menanam modal sangat rendah, hal ini dikarenakan luas pasar untuk berbagai
jenis barang terbatas yang disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang
sangat rendah. Rendahnya pendapatan masyarakat dikarenakan tingkat
produktivitasnya yang rendah, sebagai wujud dari tingkat pembentukan modal
yang terbatas di masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas disebabkan
kurangnya perangsang untuk menanamkan modal dan seterusnya.

5
 KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
Kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan mulai muncul
sebagai salah satu kebijakan yang sangat penting dari lembaga-lembaga dunia,
seperti Bank Dunia, ADB,ILO, UNDP, dan lain sebagainya. Tahun 1990,
Bank Dunia lewat laporannya World Developent Report on Proverty
mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan kemiskinan
perlu dilakukan secara serentak pada tiga front :
 Pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya yang menciptakan
kesempatan kerja dan pendapatan bagi kelompok miskin,
 Pengembangan SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi), yang memberi
mereka kemampuan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi,
 Membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka yang diantara
penduduk miskin yang sama sekali tidak mamu untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik
sosial, dan terisolasi secara fisik.

 STRATEGI DAN INTERVENSI PENGURANGAN KEMISKINAN

Ada 3 (tiga) pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni:

 Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pro kemiskinan


 Pemerintahan yang baik (good governance)
 Pembangunan social

Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi pemerintah


sesuai sasaran atau tujuannya. Sasaran atau tujuan tersebut dibagi menurut
waktu, yakni jangka pendek, menengah dan panjang. Intervensi lainnya adalah
manajemen lingkungan dan SDA. Hancurnya lingkungan dan “habisnya”
SDA dengan sendirinya menjadi factor pengerem proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, yang berarti juga sumber peningkatan kemiskinan.

6
Intervensi jangka pendek terutama pembangunan sector pertanian dan
ekonomi pedesaan, pembangunan transportasi, komunikasi, energy dan
keuangan, peningkatan peran serta masyarakat sepenuhnya (stakeholder
participation) dalam proses pembangunan dan proteksi social (termasuk
pembangunan system jaminan social).

 Intervensi jangka menengah dan panjang

Intervensi jangka menengah dan panjang adalah sbb:

 Pembangunan sector swasta


 Kerjasama regional
 Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
 Desentralisasi
 Pendidikan dan kesehatan
 Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan

 KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI


INDONESIA

Terdapat 5 program yang menjadi fokus pemerintah, antara lain:

1. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini


bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk
memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama
selain beras. Program yang berkaitan dengan fokus ini seperti :
a. Penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton
b. Stabilisasi/kepastian harga komoditas primer
2. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin. Fokus
program ini bertujuan mendorong terciptanya dan terfasilitasinya
kesempatan berusaha yang lebih luas dan berkualitas bagi
masyarakat/keluarga miskin. Beberapa program yang berkenaan dengan
fokus ini antara lain:

7
a. Penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha
mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional.
b. Bimbingan teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola Lembaga
Keuangan Mikro (LKM)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
c. Pelatihan budaya, motivasi usaha dan teknis manajeman usaha
mikro
d. Pembinaan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal
e. Fasilitasi sarana dan prasarana usaha mikro
f. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
g. Pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil
h. Peningkatan akses informasi dan pelayanan pendampingan
pemberdayaan dan ketahanan keluarga
i. Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah
j. Peningkatan koordinasi penanggulangan kemiskinan berbasis
kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin.
3. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan
berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi
dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan
perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan
kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program yang berkaitan
dengan fokus ketiga ini antara lain :
a. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah
perdesaan dan perkotaan
a. Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
b. Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
c. Penyempurnaan dan pemantapan program pembangunan berbasis
masyarakat.
4. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar. Fokus
program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin
memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar.
Beberapa program yang berkaitan dengan fokus ini antara lain :

8
a. Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan
dasar di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs);
b. Beasiswa siswa miskin jenjang Sekolah Menengah Atas/Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA);
c. Beasiswa untuk mahasiswa miskin dan beasiswa berprestasi;
d. Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-
cuma di kelas III rumah sakit;
5. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi
masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari
kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan
ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah seperti :
a. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender
(PUG) dan anak (PUA)
b. Pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat
terpencil, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya.
c. Bantuan sosial untuk masyarakat rentan, korban bencana alam, dan
korban bencana sosial.
d. Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin
(RTSM) yang memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu,
imunisasi dan pemeriksaan rutin BALITA, menjamin keberadaan
anak usia sekolah di SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan
pelaksanaan pemberian bantuan sosial kepada keluarga
miskin/RTSM) melalui perluasan Program Keluarga Harapan
(PKH).
e. Pendataan pelaksanaan PKH (bantuan tunai bagi RTSM yang
memenuhi persyaratan)

 JARING PENGAMAN SOSIAL (JPS)

JPS adalah jaring pengaman atau penyelamat masyarakat, keluaga, dan


perorangan yang sedang dalam kesusahan akibat dampak negatif kisis ekonomi.

9
Program-program JPS antara lain sebagai berikut:

1. Peningkatan ketahanan pangan


2. Penciptaan lapangan kerja
3. Perlindungan sosial
4. Pengembangan ekonomi rakyat

Prinsip pengelolaan program JPS adalah sebagai berikut:

1. Penyaluran Dana Cepat


2. Terbuka
3. Dapat Dipertanggungjawabkan
4. Berkelanjutan

Program dan proyek-proyek JPS, antara lain:

1. Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDM-


DKE)
2. Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
3. Proyek Penanganan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)
4. Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Inpres No. 21/1998 tentang
Gerdu Taskin)
5. Proyek Padat Karya Sektor Kehutanan
6. JPS bidang kesehatan dan pendidikan

Kelemahan penanggungan kemiskinan pada masa lalu, antaa lain:

a. Masih berorientasi kepada pertumbuhan makro tanpa memperhatikan


aspek pemerintah,
b. Kebijakan yang bersifat sentralistik,
c. Lebih bersifat kaikatif dari pada transformatif,
d. Memposisikan masyarakat sebagai obyek daripada subyek,
e. Orientasi penanggulangan kemiskinan yang cenderung karikatif dan sesaat
daripada produktivitas yang berkelanjutan,
f. Cara pandang dan solusi yang bersifat generik terhadap permasalahan
kemiskinan yang ada tanpa memperhatikan kemajemukan yang ada.

10
 PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(PNPM) MANDIRI

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM) Mandiri dicanangkan


mulai tahun 2007 oleh pemerintah. Terdapat dua hal yang melatarbelakangi
diterapkannya PNPM Mandiri, yaitu:

1. Dipandang perlu adanya semacam program yang bisa menjadi payung bagi
seluruh program penanggulangan kemiskinan yang telah ada di Indonesia.
2. Untuk lebih meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan dan
penciptaan lapangan pekerjaan dengan melibatkan partisipasi seluruh
masyarakat.

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan


terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Tucuannya secara umum
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat
miskin secara mandiri.

PNPM terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan,


PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan
adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu
dan berkelanjutan, yang merupakan pengembangan dari Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) yang selama ini dinilai berhasil.

Sedangkan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan pengembangan dari P2KP


yang memahami bahwa kemiskinan adalah akibat, sedangkan akar penyebab
kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat utamanya para pemimpin
yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam
setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

11
Penanganan Akar Kemiskinan melalui PNPM Mandiri

 POLA PENDEKATAN TRI DAYA

Gerakan penanggulangan kemiskinan dan kerangka PNPM Mandiri menggunakan


pola pendekatan Tri Daya untuk membantu mengatasi masalah kemiskinan. Tiga
aspek yang diberdayakan yaitu :

1. Pemberdayaan Manusia (Daya Sosial)


 Pelatihan / keterampilan
 Pelayanan pendidikan dan keseh atan
 Penyuluhan dan pembinaan rohani
2. Pemberdayaan Lingkungan (Daya Lingkungan)
 Pembangunan MCK
 Pembangunan jalan lingkungan
 Penyediaan sarana air bersih
 Pemugaran pemukiman
 Sanitasi lingkungan
3. Pemberdayaan Usaha ( Daya Ekonomi)

12
 Bantuan modal bagi usaha mikro dan kecil
 Bantuan usaha bidang pertanian, perternakan, perikanan,
perkebunan dan kehutanan
 Bantuan peralatan teknologi tepat guna (TTG)

 BADAN KORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Untuk mengatasi kemiskinan saat pemerintahan Gus Dur, dibentuk Badan


Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK). Di era Megawati, pemerintah
memngganti BKPK dengn Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK). Di era
Presiden SBY, KPK berubah menjadi Tim Koordinasi Penanggulang-an
Kemiskinan (TKPK).

 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN


KEMISKINAN (TNP2K)

TNP2K adalah Lembaga yang dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas


sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat yang diketuai Wakil
Presiden Republik Indonesia, yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai
kegiatan percepatan penanggulangan kemiskinan.

 DASAR HUKUM

Dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 96


Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

 MANDAT UTAMA

Yaitu memperbaiki sasaran program berbasis rumah tangga dan wilayah serta
memperbaiki mekanisme penyaluran program

 TUGAS POKOK
1. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
2. Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi dan integrasi
program-program penanggulangan kemiskinan di kementerian/lembaga.

13
3. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan
kegiatan penanggulangan kemiskinan.

Selain mengamanatkan pembentukan TNP2K di tingkat pusat, Perpres No.


15 tahun 2010 juga mengamanatkan pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) di tingkat Provinsi dan Kabupaten
Kota.

Susunan keanggotaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah


(Provinsi, Kabupaten dan Kota) sebagai berikut :

1. Penanggungjawab : Kepala Daerah


2. Ketua : Wakil Kepala Daerah
3. Wakil Ketua : Sekretaris Daerah
4. Sekretaris : Kepala Bappeda
5. Wakil Sekretaris : Kepala BPMD
6. Anggota :
a. Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD)
b. Dinas Pekerjaan Umum
c. Dinas Kependudukan
d. Dinas Sosial
e. Dinas Komunikasi dan Informatika
f. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
g. Inspektorat Daerah
h. Sekretariat Daerah
i. Badan Pusat Statistik (BPS Daerah)
j. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Daerah
k. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
l. Perusahaan Swasta Setempat
m. SKPD Lainnya
n. Perguruan Tinggi Setempat
o. Dunia Usaha

14
p. Masyarakat dan Pemangku Kepentingan lainnya

Dalam melaksanakan tugasnya, TNP2K memperolah mandat untuk


menyelesaikan hal-hal pokok yang kemudian menjadi prioritas pencapaian jangka
pendek dan menengah.

 UNIFIKASI SISTEM PENARGETAN NASIONAL


1. Program perlindungan sosial
Seperti : PKH, BLT, Jamkesmas, Raskin, dan BOS merupakan program
utama penanggulangan kemiskinan bersasaran. Menyempurnakan Pelaksanaan
Bantuan Sosial Kesehatan untuk Keluarga Miskin

2. Menyempurnakan Pelaksanaan dan Memperluas Cakupan Program


Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial
yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan
mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus
mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga berikutnya dapat keluar
dariperangkap kemiskinan.

3. Integrasi Program Pemberdayaan Masyarakat Lainya ke dalam PNPM


Prioritas Jangka pendek-menengah dalam kelompok program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah
mengintegrasikan PNPM Mandiri dengan Perencanaan Desa/Kelurahan, dan
fasilitas pembiayaan, meliputi: 1) Integrasi Program Pemberdayaan Masyarakat
Lainnya ke dalam PNPM Mandiri; 2) Pengingkatan kontribusi Pemerintah Daerah
terhadap PNPM Mandiri; 3) Integrasi PNPM Mandiri dengan Perencanaan
Desa/Kelurahan; dan 4) Integrasi PNPM Mandiri dengan fasilitas pembiayaan
diluar APBN/APBD.

15
4. Program Nasional Keuangan Inkusif
Sistem keuangan yang berfungsi dengan baik merupakan salah satu
prasyarat berhasilnya pembangunan ekonomi dan sosial yang menjangkau setiap
komunitas individu. Pasar dan institusi keuangan memainkan peran penting dalam
menyalurkan dana ke kegiatan ekonomi yang paling produktif serta
mengalokasikan resiko ke pelaku ekonomi yang paling siap untuk
menanggungnya. Dengan demikian mereka berperan dalam mengatasi dampak
negatif dari ketidakseimbangan informasi serta biaya transaksi – dua penyebab
klasik kegagalan pasar – yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi,
pemerataan kesempatan dan kemakmuran, serta mengurangi kemiskinan.

 PEMERATAAN PEMBANGUNAN

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terbagi oleh pulau-


pulau besar dan kecil. Bentuk wilayah Indonesia yang berupa kepulauan
menyebabkan ketidakmerataan pembangunan yang terjadi di Indonesia selama ini.
Mengutip tujuan nasional dari pembentukan pemerintahan adalah untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Jadi intinya, kemerdekaan yang telah diraih harus dijaga dan
diisi dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis serta dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan.

Munculnya Demokrasi Lokal dengan keluarnya UU No 32 Tahun 2004


tentang Otonomi Daerah. UU yang dahulunya mengamanatkan kebijakan
sentralisasi oleh pemerintah pusat, kini telah diserahkan kembali ke masing-
masing daerah. UU ini diharapkan membuka ruang agar terjadinya pemerataan
pembangunan sosial di seluruh daerah yang dianggap tertinggal akibat sentralisasi
pada zaman orde baru. Namun Sampai saat ini pembangunan masih
berkonsentrasi di daerah pusat khususnya di Ibukota dan sekitarnya, keadaan
seperti ini sangatlah jauh dari apa yang dicita-citakan dalam tujuan nasional
Indonesia mengenai usaha-usaha untuk pemerataan pembangunan.

16
 KONSEP-KONSEP DISTRIBUSI PENDAPATAN

Untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan sebuah Negara dapat dilihat


dari berbagai macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi
maupun dengan pendekatan non ekonomi. Penilaian dengan menggunakan
pendekatan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan
maupun aspek non-pendapatan. Distribusi pendapatan merupakan cerminan dari
merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu Negara dikalangan
penduduknya. Pemerataan pendapatan antar penduduk atau rumah tangga
mengandung dua segi. Pertama adalah meningkatkan tingkat hidup masyarakat
yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Kedua adalah pemerataan
pendapatan secara menyeluruh, dalam arti mempersempit berbedanya tingkat
pendapatan antar rumah tangga.

Para ahli ekonomi pada umumnya membedakan antara dua ukuran utama dari
distribusi pendapatan baik untuk tujuan analisis maupun kuantitatif yaitu:

1. Distribusi Pendapatan Perseorangan


Distribusi Pendapatan perseorangan memberikan gambaran tentang
distribusi pendapatan yang diterima oleh individu/perorangan termasuk
pula rumah tangga. Dalam konsep ini, yang diperhatikan adalah seberapa
banyak pendapatan yang diterima oleh seseorang, tidak dipersoalkan cara
yang dilakukan oleh individu/rumah tangga untuk memperoleh
pendapatannya, banyaknya anggota rumah tangga yang mencari
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta apakah
penghasilan tersebut berasal dari bekerja atau sumber lainnya seperti
bunga, hadiah, keuntungan maupun warisan. Demikian pula tempat dan
sektor sumber pendapatan pun turut diabaikan.
2. Distribusi Pendapatan Fungsional
Distribusi Pendapatan Fungsional mencoba menerangkan bagian
dari pendapatan yang diterima oleh tiap faktor produksi. Faktor-faktor
produksi tersebut terdiri dari tanah (SDA), tenaga kerja, dan modal.

17
Pendapatan didistribusikan sesuai dengan fungsinya, seperti buruh
menerima upah, pemilik tanah menerima sewa, dan pemilik modal
menerima bunga serta laba. Jadi setiap faktor produksi memperoleh
imbalan sesuai dengan distribusinya pada produksi nasional, tidak lebih
dan tidak kurang.
Distribusi Pendapatan yang didasarkan pada pemilik faktor
produksi ini akan berkaitan dengan proses pertumbuhan pendapatan.
Adapun pertumbuhan pendapatan dalam masyarakat yang didasarkan pada
kepemilikan faktor produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu:
a) Pendapatan karena hasil kerja yang berupa upah/gaji dan besarnya
tergantung tingkat produktivitas
b) Pendapatan dari sumber lain seperti sewa, laba, bunga
hadiah/warisan.

 Jenis-Jenis Distribusi Pendapatan


Menurut Dumairy (1996: 56) distribusi Pendapatan dalam
kaitannya dengan pemerataan pembagian pendapatan, dapat dilihat dari
tiga segi yaitu:
1) Distribusi Pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat.
2) Distribusi Pendapatan antar daerah, dalam hal ini antar wilayah
perkotaan dan wilayah pedesaan.
3) Pembagian pendapatan antar wilayah, dalam hal ini antar propinsi
dan antar kawasan (barat, tengah, timur)

 KURVA LORENZ
Kurva Lorenz adalah kurva yang menggambarkan fungsi distribusi
pendapatan kumulatif. Kurva lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif
aktual antara persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu
dari total penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar
mereka peroleh dari total pendapatan selama 1 tahun. Semakin jauh jarak

18
kurva lorenz dari garis diagonal (yang merupakan garis pemerataan
sempurna) maka semakin timpang atau tidak merata distribusi
pendapatannya. Oleh karena itu tidak ada satu Negara pun yang
memperlihatkan pemerataan sempurna atau ketidaksamaan sempurna
dalam distribusi pendapatannya

Contoh : Titik A menunjukan bahwa 20% kelompok terbawah


(termiskin) dari total penduduk hanya menerima 10% pendapatan total,
titik B menunjukan bahwa 40% kelompok terbawah hanya menerima 22%
dari pendapatan total, demikian seterusnya bagimasing-masing 4
kelompok lainnya. Perhatikan bahwa titik tengah, yang menunjukan 50%
penduduk hanya menerima 30% dari pendapatan total.

 INDEKS ATAU RASIO GINI

Koefisien Gini adalah suatu ukuran singkat mengenai ketidakmerataan


distribusi pendapatan dalam suatu negara. Gini diperoleh dari menghitung luas
daerah antara garis diagonal (kemerataan sempurna) dengan kurva Lorenz
dibanding dengan luas total dari separuh bujur sangkar dimana kurva lorenz itu
berada.

19
G1 = Perkiraan nilai G
Xk = Kumulatif proporsi populasi
Yk* = Kumulatif proporsi income / pendapatan
*Yk diurutkan dari kecil ke besar

Jadi suatu distribusi pendapatan makin merata jika nilai koefisien Gini
mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak
merata jika nilai koefisien Gininya mendekati satu (1).

Nilai Koefisien Gini Distribusi Pendapatan


.... < 0,4 Tingkat ketimpangan rendah
0,4 < 0,5 Tingkat ketimpangan sedang
.... > 0,5 Tingkat ketimpangan tinggi

 KRITERIA VERSI BANK DUNIA

Bank Dunia mengukur ketimpangan distribusi pendapatan suatu negara


dengan melihat besarnya kontribusi 40% penduduk termiskin. Kriterianya dapat
dilihat pada tabel berikut.

Distribusi Pendapatan Tingkat


Ketimpangan

Kelompok 40% termiskin


pengeluarannya Tinggi

< 12% dari keseluruhan pengeluaran


Kelompok 40% termiskin
pengeluarannya Sedang

12%–17% dari keseluruhan pengeluaran


Kelompok 40% termiskin Rendah
pengeluarannya

20
> 17% dari keseluruhan pengeluaran

 KETIMPANGAN ATAU KESENJANGAN PEMBANGUNAN


(DEVELOPMENT INEQUALITY)

Ketimpangan adalah suatu ketidakseimbangan atau kesenjangan yang ada


di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Artinya
ketimpangan ditandai dengan tidak samanya peluang, proporsi, atau kepemilikan
seseorang terhadap orang lain sedangkan mereka memiliki status yang sama.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa ketimpangan sosial merupakan dampak
dari tindakan diskriminasi atau ketidakadilan terhadap seseorang.

Berikut pendapatan para tokoh mengenai ketimpangan :

a. Menurut Naidoo dan Wills

Ketimpangan sosial adalah perbedaan-perbedaan dalam pemasukan


(income), kekuasaan (power), dan status di dalam dan antara masyarakat.
Ketimpangan ini dipertahankan oleh orang-orang yang berkuasa melalui institusi
dan proses-proses sosial.

b. Menurut Andrinof A. Chaniago

Ketimpangan adalah buah dari pembangunan yang hanya berfokus pada


aspek ekonomi dan melupakan aspek sosial. Ketimpangan muncul karena
pengambilan kebijakan cenderung menganggap pertumbuhan ekonomi,
peningkatan pendapatan perkapita dan pembangunan infrastruktur adalah tujuan
utama pembangunan. Sehingga mengabaikan sikap dan perilaku sosial individu,
corak ekonomi tradisional, serta keunikan yang terdapat diberbagai tempat.

c. Menurut Budi Winarno

Ketimpangan merupakan akibat dari kegagalan pembangunan di era


globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga masyarakat.

21
d. Menurut Jonathan Haughton & Shahidur R. Khandker

Ketimpangan sosial adalah bentuk-bentuk ketidak-adilan yang terjadi


dalam proses pembangunan.

Kesenjangan pembangunan daerah merupakan fenomena universal yang


terjadi hampir di semua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat
pembangunannya. Kesenjangan pembangunan yang dimaksudkan adalah
pembangunan antar wilayah yang tidak merata. Ketimpangan ini pada akhirnya
menimbulkan permasalahan yang dalam konteks makro sangat merugikan proses
pembangunan yang ingin dicapai setiap bangsa. Ketidakseimbangan
pembangunan menghasilkan struktur hubungan antar wilayah yang membentuk
suatu interaksi yang saling memperlemah.

Jadi dapat disimpulkan pengertian dari ketimpangan pembangunan atau


disparitas adalah perbedaan pembangunan antar suatu wilayah dengan wilayah
lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan disparitas atau ketidak
pemerataan pembangunan.

Faktor Terjadinya Ketimpangan Sosial

Secara teoritis sekurang-kurangnya ada dua faktor yang dapat mendukung


terjadinya ketimpangan sosial yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.
Artinya faktor yang disebabkan oleh individu karena rendahnya kualitas
sumberdaya manusia seperti tingkat pendidikan (ilmu pengetahuan &
keterampilan), kesehatan rendah atau terdapat hambatan budaya pada diri sendiri
seperti budaya malas, sikap apatis, pandangan yang cenderung menyerah pada
nasib, tidak memiliki etos kerja, dan tidak mempunyai orientasi kehidupan masa
depan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal diartikan sebagai faktor-faktor yang berasal dari luar
kemampuan seseorang. Hal ini dapat terjadi karena birokrasi atau ada peraturan-

22
peraturan resmi (kebijakan), sehingga dapat membatasi atau memperkecil akses
seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia. Dengan
kata lain, ketimpangan sosial bukan terjadi karena seseorang malas bekerja atau
tidak mempunyai kemampuan sebagai akibat keterbatasan atau rendahnya kualitas
sumberdaya manusia, tetapi karena ada hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan
struktural. Ketimpangan sosial ini merupakan salah satu penyebab munculnya
kemiskinan struktural.
Faktor Penyebab Ketimpangan sosial
1. Perbedaan sumber Daya Alam
Kalau dilihat dari sumber daya alam di Indonesia sangatlah kaya hampir
merata memiliki sumber daya alam yang berlimpah seperti Papua (tambang
emas), Kalimantan (batu bara), Sumatera (Gas), dll. Sumber daya alam sarat akan
kaya dari sumber daya hayati dan non-hayati. Tidaklah bisa dipungkiri pula
bahwa sumber daya alam sangat berhubungan erat dengan tingkat perekonomian
suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh cara pemanfaatan sumber daya
alam yang dengan baik akan menghasilkan perekonomian yang baik namun kalau
pemanfaatanya tidak baik maka akan terjadi perusakan lingkungan dan merugikan
masyarakat setempat. Namun sering terjadi malah pemanfaat sumber daya daerah
dilakukan oleh perusahaan asing yang tidak memihak pada pendapatan daerah.
Hal demikianlah yang rentan akan terjadi ketimpangan dalam pengelolaan sumber
daya alam daerah.
2. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dapat menyebabkan kesejahteraan sosial dan bisa
pula menjadi ketimpangan sosial. Jika kebijakan memihak pada masyarakat
semua kalangan baik atas maupun bawah maka akan terjadi keadilan dan menuju
kemakmuran, namun sebaliknya kalau memihak pada kalangan atas maka akan
terjadi ketimpangan. Contohnya keputusan pemerintah mengenai penentuan harga
BBM.
3. Pengaruh Globalisasi
Masyarakat yang mampu menyikapi globalisasi secara tepat akan
mencapai kemajuan. Sementara itu, masyarakat yang tidak mampu memanfaatkan

23
globalisasi secara tepat tidak akan mampu mengambil kesempatan yang
ditawarkan globalisasi. Globalisasi juga mampu menjadikan suatu keadaan yang
timpang, misalnya perkotaan lebih dipenuhi industrialisasi dengan beragamnya
atau terspesialisaniya pekerjaan sedangkan pedesaan hanya dimanfaatkan sumber
daya alamnya saja.
4. Faktor Demografis
Faktor utama lainnya yang juga dapat mendorong terjadinya ketimpangan
pembangunan antar wilayaha dalah bilamana terdapat perbedaan kondisi
demografis yang cukup besar antar daerah. Kondisi demografis yang
dimaksudkan disini meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur
kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi
ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja
yang dimliki masyarakat daerah bersangkutan.
5. Letak dan Kondisi Geografis
Letak dan kondisi geografis Indonesia mempengaruhi tingkat
pembangunan suatu masyarakat. Masyarakat yang tinggal di dataran rendah pada
umumnya lebih mudah membangun berbagai infrastruktur, sementara itu
masyarakat yang tinggal dataran tinggi memerlukan waktu dan proses panjang
dalam pembangunan yang terkendala oleh bentang alam yang menanjak dan tidak
merata.

 Bentuk-Bentuk Ketimpangan Sosial

Menurut Adrinof Chaniago ada 6 bentuk-bentuk ketimpangan sosial yang terdiri


dari:

1. Ketimpangan dalam Pengembangan Diri Manusia

Salah satu contoh kesenjangan sosial di lingkungan masyarakat adalah


dalam hal pendidikan. Ketimpangan dalam pengembangan diri manusia
merupakan dasar dari rendahnya nilai kesejahteraan yang dimiliki seseorang.

24
2. Ketimpangan pada Desa dan Kota

Ketimpangan pada desa dan kota merupakan bentuk-bentuk ketimpangan


dalam bentuk pembangunan. Pembangunan di desa yang berjalan tidak secepat
pembangunan di kota merupakan salah satu hal yang menjadi dasar ketimpangan
yang terjadi diantara keduanya. Karena dari pembangunan inilah segala aspek
penunjang kesejahteraan dinilai berasal.

3. Ketimpangan antara Wilayah dan Subwilayah

Bentuk-bentuk lain ketimpangan sosial selanjutnya dapat terlihat dari


ketimpangan yang terjadi antara wilayah dan subwilayah. Hal ini karena cakupan
wilayah yang lebih besar dibandingkan subwilayah. Besarnya cakupan daerah ini
menjadikan wilayah lebih ‘kaya’ dibandingkan subwilayah yang merupakan
bagian darinya.

4. Ketimpangan antar Golongan

Golongan yang ada didalam masyarakat merupakan salah satu bentuk


struktur sosial yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Sama seperti wilayah
dan subwilayah, terkadang walaupun sama-sama berupa golongan, namun
besarnya golongan sangat menentukan ketimpangan yang akan terjadi terhadap
golongan lain yang lebih kecil.

5. Ketimpangan Penyebaran Aset

Aset adalah hal yang sangat penting karena aset merupakan sarana yang
dimiliki pemerintah untuk melayani masyarakat. Aset yang tidak didistribusikan
secara merata secara otomatis menggambarkan pelayanan masyarakat yang tidak
akan merata pula. Pelayanan yang tidak merata inilah yang kemudian dapat
menjadi ketimpangan sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Bahkan terkadang, dari penyebaran aset yang tidak merata inilah kemudian
muncul macam-macam penyakit sosial yang dapat merusak integrasi sosial yang
sudah ada.

25
6. Ketimpangan antar Sektor

Sektor-sektor pembangun masyarakat juga ternyata memiliki andil yang


cukup besar dalam hal ketimpangan sosial. Seperti misalnya sektor budaya dan
pariwisata yang tidak mendapatkan perlakuan istimewa seperti yang didapatkan
oleh sektor properti.

26

Vous aimerez peut-être aussi