Vous êtes sur la page 1sur 11

ANALISIS UKL-UPL CITY HOTEL

DALAM PEYESUAIAN PADA PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN


HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010

Oleh Kelompok 2:
Dian Nindia Yuliana 101511535006
Rizky Bagas Ardiansyah 101511535024
Iswana Zahraa H 101511535030
Trsiska Maydacahyani 101511535033
Yuniar Faraizka Amalia 101511535045

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA DI BANYUWANGI
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22 ayat (1) bahwa


“setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki Amdal” dan Pasal 34 ayat (1) bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal, wajib memiliki UKL-UPL”.
Dokumen lingkungan ini digunakan sebagai instrumen pencegahan pencemaran dan
untuk meminimasi dampak yang dihasilkan dari usaha, maka setiap pemrakarsa yang
usahanya menghasilkan dampak negatif ke lingkungan baik fisik maupun non fisik
diwajibkan untuk membuat dokumen kelayakan lingkungan sebelum usaha tersebut
berjalan. Setelah mendapatkan rekomendasi UKL-UPL dan kegiatan berjalan maka
pemrakarsa harus melakukan pelaporan secara periodik kepada instansi lingkungan
hidup di wilayah administratifnya (Said, 2006). Menurut Sabaruddin (2007), instansi
yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup mempunyai kewenangan dalam
pengendalian dampak lingkungan, pencemaran, dan kerusakan lingkungan serta
pengawasan pelaksanaan UKL-UPL di daerahnya. Peran yang efektif dari pemerintah
diperlukan dalam dokumen lingkungan, agar dapat lebih meningkatkan kualitas dan
integritas dokumen lingkungan (Ross, 2006). Koordinasi/hubungan dan mekanisme
kerja antar pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sangat diperlukan, sehingga terdapat
kejelasan mandat, untuk menghindarkan terjadinya kerancuan dan tumpang tindihnya
wewenang dan tanggung jawab di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan. Sosialisasi dan komunikasi menjadi kunci penting bagi implementasi
pembangunan berwawasan lingkungan (Sarbi, 2006).

Seluruh kewajiban yang tercantum dalam UKL-UPL juga wajib dilaksanakan


oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dan dilaporkan secara berkala kepada
instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang di dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana analisis ukl/upl city hotel dalam peyesuaian pada peraturan menteri
negara lingkungan hidup nomor 13 tahun 2010 ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui analisis ukl/upl city hotel dalam peyesuaian pada peraturan
menteri negara lingkungan hidup nomor 13 tahun 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetian UKL-UPL dan Izin Lingkungan

Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan berdasarkan dokumen lingkungan hidup


dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL);

2) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL); dan

3) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Surat pernyataan
kesanggupan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
(SPPL).

Rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL dan SPPL
ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melalui
peraturan gubernur atau peraturan bupati/walikota. Dalam menetapkan rencana usaha
dan/atau kegiatan wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL, gubernur atau
bupati/walikota dapat mengacu pada peraturan perudang-undangan atau pedoman
teknis yang telah ditetapkan oleh Kementerian/ Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (K/L) seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup.

Hanya rencana usaha dan/atau kegiatan wajib AMDAL dan UKL-UPL yang
wajib memiliki izin lingkungan. Rencana usaha dan/atau kegiatan wajib SPPL tidak
wajib memiliki izin lingkungan. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib AMDAL atau UKL-UPL
dalam rangka Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai prasyarat
untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
2.2 Kategori Jenis-Jenis Usaha/Kegiatan Sektor Energi Bersih Wajib AMDAL dan
UKL/UPL

Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sektor energi bersih yang wajib
memiliki AMDAL apabila skala/besarannya memenuhi kriteria sebagai berikut:
BAB 3
ANALISIS DOKUMEN

3.1 Analis Rencana Kegiatan Usaha

Kegiatan usaha Hotel “City Hotel” sudah operasional, tetapi ingin


menambahkan fasilitas untuk masyarakat berupa ruang pertemuan. Rencana akan ada
peningkatan kapasitas usaha yang akan dilakukan untuk memberikan pelayanan yang
lebih baik kepada masyarakat atau wisatawan yang menginap, dan melakukan
pengelolaan lingkungan lebih baik. Pihak Hotel, akan merencanakan ada penambahan
ruang pertemuan dibelakang bangunan utama. Lorong Bangunan utama di lantai 3
akan dibuatkan akses menuju bangunan dibelakang sebagai ruang pertemuan,
langsung menuju ruang pertemuan dengan ukuran 19,09 meter x 12,88 meter, lantai II
dan lantai dasar bangunan belakang adalah pertokoan. Penambahan atap pada areal
parkir di depan lobby untuk kenyamanan tamu yang akan menginap memarkir
kendaraan sementara bagi pengantar atau penjemput, juga melakukan penghijauan
dengan penambahan tanaman dalam pot di areal parkir depan kegiatan Hotel “City
Hotel” yang berlokasi di Jalan H. Bedu Rahim, RT. 12, Desa Sei Pancang, Kecamatan
Sebatik Utara, Kabupaten Nunukan, Jangka waktu pelaksanaan rencana kegiatan
peningkatan usaha 3 tahun mendatang.

Usaha dan/atau kegiatan yang dibangun adalah Hotel dengan nama City Hotel.
Rencana kegiatan peningkatan usaha ini dilaksanakan dalam bentuk usaha
Perseorangan.

3.2 Analisis Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan


City Hotel

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomer 13 tahun 2010

Pasal 4

Identitas pemrakarsa dijelaskan dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan dan


Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) City Hotel. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam pasal 4 ayat 1 UKL-UPL disusun oleh oleh penanggung jawab usaha
dan/ataukegiatan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi beberapa kriteria
atau pemrakarsa. Selanjutnya dengan adanya dokumen tersebut nantinya akan
berguna sebagai dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL) dan menjadi pedoman bagi City Hotel dalam pelaksanaan
dan pengendalian dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Pasal 5

Lokasi City Hotel berada di satu wilayah Kabupaten Nunukan. Sehingga,


penanggung jawab kegiatan usaha mengajukan dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) City Hotel kepada
kepala instansi Lingkungan Hidup Kabupaten Nunukan untuk mendapatkan
rekomendasi UKL-UPL dan melanjutkan prosedur perijinan.

Pasal 6

Berdasarkan pasal 6 ayat 1, pemrakarsa mengajukan dokumen Upaya


Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) kepada
kepala instansi Lingkungan Hidup Kabupaten Nunukan. Kepala instansi Lingkungan
Hidup Kabupaten Nunukan.

Pasal 7

Kepala instansi lingkungan hidup melakukan pemeriksaan ukl/upl dengan


instansi City Hotel. Dan memberikan rekomendasi dalam bentuk tambahan untuk
menyempurnakan dokumen ukl/upl. Rekomendasi ukl/upl diterbitkan sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam lampiran 4.

Pasal 9

Seluruh biaya baik biaya penyusunan, pemerikaan ukl/upl, administrasi dan


lain-lain dibebankan oleh penaggung jawab City Hotel.

3.3 Analisis UKL/UPL dalam Penyesuaian Lampiran 1, 3 & 4 Peraturan Menteri


Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010

Pada point kedua dalam lampiran 1 peraturan menteri Negara lingkungan


hidup no 13 tahun 2010 tentang langkah dan criteria penapisan jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan ukl/upl. Pihak City Hotel dalam
dokumn ukl/uplnya blum mencantumkan bahwa rencana usahanya termasuk dalam
lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (rtrw) atau rencana kawasan
setempat. Rencana kegiatan peningkatan usaha City Hotel menimbulkan dampak yang
dapat merugikan warga setempat. Dampak tersebut terjadi pada tahapan pra
konstruksi dan konstruksi. Dampak pada tahapan pra kontruksi tersebut seperti efek
yang ditimbulkan pada kegiatan usaha City Hotel yang merugikan warga. Sedangkan
pada tahapan konstruksi dampak yang terjadi yaitu adanya kecemburuan warga
setempat terhadap sempitnya posisi lowongan pekerjaaan di City Hotel, meningkatnya
polutas udara dan kebisingan saat pengajak.an proyek. Sayangnya, pihak City Hotel
belum memikirkan teknologi yang tepat untuk meminimalisirkan dampak tersebut.
Pihak City Hotel belum mencamtukan besaran investasi dan terkonsentrasi atau
tidaknya kegiatan pada dokumen ukl/upl. Sehingga subbab pada penapisan rencana
usaha peningkatan city hotel masih kurang lengkap.

Belum mencantumkan format surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan


ppemantauna lingkungan hidup (SPPL) sesuai dengan lampiran 3 peraturan menteri
Negara lingkungan hidup No 13 tahun 2010.

Belum mencamtukan format suat rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan


hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (ukl-upl) oleh instansi lingkyna hidup
kabupaen Nunukan sesuai dengan lampiran 4 peraturan menteri Negara lingkungan
hidup No 13 tahun 2010.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL dan SPPL
ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melalui
peraturan gubernur atau peraturan bupati/walikota. Salah satu contoh usaha atau
kegiatan tersebut adalah kegiatan dari hotel. Kegiatan usaha Hotel “City Hotel”
merupakan salah satu kegiatan atau usaha yang harus memiliki UKL-UPL.

Hasil dari analisis dokumen Kegiatan usaha Hotel “City Hotel” yaitu dari
rencana kegiatan usaha didapat hasil bahwa Kegiatan usaha Hotel “City Hotel” sudah
operasional, tetapi ingin menambahkan fasilitas untuk masyarakat berupa ruang
pertemuan. Rencana akan ada peningkatan kapasitas usaha yang akan dilakukan untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau wisatawan yang
menginap, dan melakukan pengelolaan lingkungan lebih baik.rencana kegiatan
peningkatan usaha ini dilaksanakan dalam bentuk usaha perorangan.

Dari hasil analisis dokumen pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan


lingkungan “City Hotel “ yang sudah baik dan sesuai dengan peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No 13 tahun 2010 Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 9.
Dan hasil analisis dari UKL-UPL dalam penyesuaian Lampiran 1,3 & 4 Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No 13 Tahun 2010 Pihak City Hotel dalam
dokumen ukl/uplnya blum mencantumkan bahwa rencana usahanya termasuk dalam
lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (rtrw) atau rencana kawasan
setempat. Rencana kegiatan peningkatan usaha City Hotel menimbulkan dampak yang
dapat merugikan warga setempat. Dampak tersebut terjadi pada tahapan pra
konstruksi dan konstruksi.
Referensi

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010


Primiantoro, Erik Teguh. 2015. Pencegahan Dampak Lingkungan Usaha dan
Kegiatan: AMDAL, UKL-UPL dan Izin Lingkungan serta Audit Lingkungan
Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Primiantoro, Erik Teguh. 2015. Current Legal Basis of Indonesia EIA. Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Setijawan, Edi et al. 2013. Pola Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
(PLTM), Jakarta: Departemen Penelitian & Pengaturan Perbankan Bank
Indonesia

Tim Penyusun ADB-KLHK. 2014. Panduan Teknis Pelaksanaan AMDAL pada


Kegiatan Panas Bumi dan Perizinannya, Jakarta

Tim Penyusun ICED. 2014. Energi Bersih Buku Pedoman untuk Lembaga Jasa
Keuangan. Jakarta: USAID Indonesia Clean Energy Development (ICED)

Tim Penyusun OJK & IFC. 2014. Roadmap Keuangan Berkelanjutan di Indonesia, Jakarta:
Otoritas Jasa Keuangan

Tim Penyusun WWF. 2015. Integrasi Lingkungan Sosial dan Tata Kelola Bagi Bank:
Panduan untuk Memulai Implementasi. Jakarta: WWF

United Nations Environment Programme. 2011. UNEP FI Guide to


Banking & Sustainability, Geneva: UNEP Finance Initative

Vous aimerez peut-être aussi