Vous êtes sur la page 1sur 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vesikolithiasis merupakan batu yang terdapat pada kandung kemih yang
terdiri atas substans yang membentuk Kristal seperti kalsium oksalat, fosfat
kalsium, asam urat dan magnesium. Batu dapat menyebabkan obstruksi,
infeksi atau edema pada saluran perkemihan (copernito, 1990).Vesikolithiasis
lebih sering di jumpai di afrika dan asia (terutama Indonesia), sedangkan di
ameriaka (baik kulit putih maupun kulit hitam) dan eropa jarang.
Penyakit ini penyebarannya merata di seluruh dunia akan tetapi utama di
daerah yang dikenal dengan stone belt atau lingkaran batu (sabuk batu). Di
amerika serikat dan eropa hanya 2-10% dari populasi penduduk yang dapat
mengalami penyakit ini. Tingkat kekambuhan setelah serangngan penyakit
adalah 14%, 39%,dan 52% pada tahun ke 1,5, dan 10 secara berurutan.
Peningkatan ensiden telah di catat di amerika bagian tengah yaitu suatu
daerah yang dilalui sabuk batu, internasional: insiden batu kandung kemih
lebih rendah di Negara bukan industry. Di Indonesia merupakan Negara yang
di lalui sabuk batu, namun beberapa prevalensi batu urine terdapat di
Indonesia masih belum jelas (probo, 2004).
Rifki muslim pada penelitian tahun 1983 si RSUP dr. kariyadi semarang
menemukan 156 penderita batu saluran kemih, yang terdadap adalah batu
kandung kemih (58,97%), di ikuti oleh batu ginjal (23,72%), batu ureter
(8,97%), dan batu urethra (2,04%) (Djoko Rhardjo, 2003). Prevalensi batu
kandung kemih pada pria dan wanita di RSUP dr. karyadi semarang, dari 105
peserta didapatan hasil jumlah penderita pria di bandingkan wanita 4:1 (harry
purwanto 2004).
Salah satu penyebab batu kandung kemih kira-kira 75% dari batu yang
terbentuk terdiri atas kalsium. penyebab lain dari masukan diit tinggi purin,
batu asam urat yang menyebabkan PH air kemih rendah, batu struvit yang
menyebabkan infeksi saluran kemih dengan organism yang memproduksi
urease. Batu kandung kemih juga disebabkan oleh : Prepisitasi : Hiperkalsuria,

1
Hiperoxaluria, Hiperuritusuria, dan Predisposisi : Faktor endogen, yaitu : genetic
Familial, Faktor eksogen yaitu pekerjaan, keadaan social ekonomi. Batu dalam
perkemihan tersebut berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial
maupun lengkap. Obstruksi yang lengkap dapat berakibat menjadi
hidronefrosis.
Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks
seputar, seperti pus, darah, tumor atau urat. Komposisi mineral dari batu
bervariasi, kira-kira 3⁄4 bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam/urine
dan custine. Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat dari intake cairan
yang rendah dan juga peningkatan bahan organik akibat ISK atau urine statis,
mesajikan sarang untuk pembentuan batu, ditambah adanya infeksi,
meningkatkan lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan
magnesium ammonium fosfat (LONG, 1999 : 323).
Pengobatan medis yang efektif berpotensi hanya untuk penghancuran
batu asam urat. Kalium sistrat (Polycitra K, Urocit K) 60 mEq/d adalah
pengobatan pilihan. Intervensi bedah, saat ini terdapat tiga pedekatan bedah
berbeda yang dilakukan untuk mengatasi batu kandung kemih, tidak seperti
penatalaksanaan dengan batu uretra atau batu ginjal intervensi ESWL pada
batu kandung kemih menunjukkan dampak terapi yang rendah, tetapi pada
beberapa studi menunjukkan bahwa intervensi ESWL masih dipertimbangkan
untuk pengobatan batu kandung kemih.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan
2. Apa definisi dari batu kandung kemih ?
3. Apa saja etiologi dari batu kandung kemih ?
4. Bagaimana patofisiologi dari batu kandung kemih ?
5. Bagaimana WOC dari batu kandung kemih ?
6. Apa manifestasi klinis dari batu kandung kemih ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari batu kandung kemih ?
8. Bagaimana penatalaksanaan terapi dari batu kandung kemih ?
9. Bagaimana pencegahan agar tidak mengalami batu kandung kemih ?

2
10. Bagaimana komplikasi dari batu kandung kemih ?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan batu kandung
kemih?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada sistem perkemihan
2. Untuk mengetahui definisi dari batu kandung kemih
3. Untuk mengetahui etiologi dari batu kandung kemih
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari batu kandung kemih
5. Untuk mengetahui WOC dari batu kandung kemih
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang ditimbulkan dari batu kandung
kemih
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari batu kandung kemih
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi dari batu kandung kemih
9. Untuk mengetahui pencegahan dari batu kandung kemih
10. Untuk mengetahui komplikasi dari batu kandung kemih
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan batu kandung
kemih

D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi pada sistem
perkemihan
2. Mahasiswa dapat memahami definisi dari batu kandung kemih
3. Mahasiswa dapat memahami etiologi dari batu kandung kemih
4. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari batu kandung kemih
5. Mahasiswa dapat memahami WOC dari batu kandung kemih
6. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis dari batu kandung kemih
7. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan diagnostik dari batu kandung
kemih
8. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan terapi dari batu kandung
kemih
9. Mahasiswa dapat memahami pencegahan dari batu kandung kemih

3
10. Mahasiswa dapat memahami komplikasi dari batu kandung kemih
11. Mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan dari batu kandung
kemih

4
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. Anatomi dan Fisiologi


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari :
 dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
 dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih),
 satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
 satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra
lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.

5
a. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah
1) Pengeluaran zat sisa organik.
Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk
pengeluaran hemoglobin dan hormon.
2) Pengaturan konsentrasi ion-ion penting.
Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium,
sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan
dan ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran
gastrointestinal atau kulit.
3) Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh.
Ginjal mengendalikan ekskresi ion hidrogen (H+), bikarbonat
(HCO3-), dan amonium (NH4+) serta memproduksi urine asam
atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.
4) Pengaturan produksi sel darah merah.
Ginjal melepas eritropoitein, yang mengatur produksi sel darah
merah dalam sumsum tulang.
5) Pengaturan tekanan darah.
Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan
tekanan darah, dan juga memproduksi enzim renin. Renin adalah
komponen penting dalam mekanisme renin-angiotensin-
aldosteron, yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air.
6) Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan
asam amino darah.

6
Giinjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih,
bertanggung jawab atas konsentrasi nutrien dalam darah.
7) Pengeluaran zat beracun.
Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-
obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.
b. Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat
lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut
yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks
yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus..
Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi
ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis
minores.

Potongan membujur ginjal

7
Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan
unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal.
Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus
distal dan tubulus urinarius.
c. Proses Pembentukan Urin
Tahap pembentukan urin :
1) Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung
oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium,
klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan
yang di saring disebut filtrate gromerulus.
2) Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar
dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat.
Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

8
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak
pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:


a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di
dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet.

9
Dinding kandung kemih terdiri dari:
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:


a. Urethra pars Prostatica
b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c. Urethra pars spongiosa.

10
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5
cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara
clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter
urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah
dan saraf.
c. Lapisan mukosa.
 Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.

11
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi
reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.
 Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi
dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi
bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke 2.
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih.
 Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

B. Definisi
Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika
urinaria kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu kandung
kemih (Smeltzer and Bare, 2000).

12
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa saktnya dan menyebar di
paha, abdomen dan genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada
banyak klien mencakup peenggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan
aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria mengandung
kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfad, oksalat, dan
zat-zat lainnya (Brunner and Suddart , 2001).
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal didalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matrik organik tepatnya pada
vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar
mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat (dr. Hendra
Utama,SPFK,2001).

C. Etiologi
1. Presipitasi
a. Hiperkalsuria
1) Hiperkalsuria idiopatik (melalui hiperkalsuria disebabkan
masukan tinggi natrium, kalsium dan protein).
2) Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium
b. Hiperoxaluria adalah produksi oksalat yang berlebihan dimana
diantaranya disebabkan oleh :
1) Hiperoxaluria primer
2) Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C yang berlebihan atau
dosis tinggi dalam waktu yang lama
3) Mehaoxyflurane (obat blus)
4) Hiperolaxuria ruternik
c. Hiperuritusuria
Mempengaruhi pertumbuhan batu kalisum oksalat
d. Penyebab terjadinya batu asam urat
Asupan protein hewani meningkatkan ekskresi asam urat dan
kalsium

13
e. Obat-obatan seperti : progenicid meningkatkan kadar dan ekskresi
asam urat
f. Penyebab terjadinya batu sistin jarang terjadi, umumnya herediter,
bila terjadi menyebabkan dekstruksi progresif
g. Penyebab terjadinya batu struvit
Umumnya terjadi pada wanita, sebagai akibat infeksi
mikroorganisme proteus dan klebsiela, yang memproduksi amonium
konsentrasi tinggi dan akan memecah area batu ini khas membentuk
batu staghorn pada pelvis ginjal.
2. Faktor predisposisi
a. Faktor endogen yaitu faktor genetik familial, misalnya pada :
1) Hiperkalsuria primer
Kelainan metabolik dini dapat berupa hiperabsorbsi kalsium
dalam pencernaan atau penurunan reabsorbi kalsium dalam
tubuli ginjal sehingga terjadi hiperkalsuria. Batu karena
hiperkalsuria primer ini biasanya didapatkan pada penderita
dengan sosial ekonomi yang baik, diet protein hewani yang
tinggi.
2) Hiperoxaluria
Suatu kelainan herediter yang diturunkan secara resersif
3) Faktor keturunan
Anggota keluarga penderita batu urine lebih banyak
kemungkinan menderita penyakit yang sama dibanding dengan
keluarga bukan penderita batu urine
4) Jenis kelamin
Pria lebih banyak menderita batu kandung kemih dibanding
dengan wanita
5) Ras
Batu kandung kemih lebih sering dijumpai di Asia dan Afrika,
sedangkan di Amerika (baik kulit putih maupun kulit hitam) dan
Eropa jarang.

14
b. Faktor eksogen
1) Pekerjaan
Pekerja kasar dan petani lebih banyak bergerak dibandingkan
dengan pegawai kantor, penduduk kota yang lebih banyak
duduk diwaktu bekerja, ternyata lebih sedikit menderita batu
ureter.
2) Air
Banyak minum menyebabkan diuresis, mencegah pembentukan
batu. Kurang minum mengurangi diuresis, kadar subtansi dalam
urine meningkat, mempermudah pembentukan batu.
3) Keadaan sosial ekonomi
Di negara maju / industri atau golongan sosial ekonomi yang
tinggi lebih banyak makan protein, terutama protein hewani,
juga karbohidrat dan gula, ini lebih sering menderita batu urine
bagian atas. Sedangkan pada negara berkembang atau orang
yang sering makan vegetarian dan kurang protein hewani sering
menderita urine bagian bawah. (Soeparman, 1999)

D. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial
maupun lengkap. Obstruksi yang lengkap dapat berakibat menjadi hidronefrosis.
Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar,
seperti pus, darah, tumor atau urat. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira-
kira 3⁄4 bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam/urine dan custine.
Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat dari intake cairan yang rendah dan
juga peningkatan bahan organik akibat ISK atau urine statis, mesajikan sarang
untuk pembentuan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan lapisan urine
yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat
(LONG, 1999 : 323)

15
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia organic
sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu
2. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin,
asam urat, kalsium aksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori presipitasi kristalisasi
Perubahan pH urine akan memperngaruhi solubilitas dalam urine yang
bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat sperti peptid, fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya batu saluran kencing.

16
E. WOC

Presipitasi (hiperkalsuria, Predisposisi (faktor endogen yaitu genetik familial, dan


hiperoxaluria, faktor sksogen yaiyaitu pekerjaan, keadaan sosial
hiperuritusuria ekonomi)

Pembentukan urine

Ureter

Vesika urinaria

Vesikolithiasis

Obstruksi

Pengeluaran urine terganggu

Retensi urine

MK. Perubahan Vesika Urinaria Penuh


eliminasi urine
Otot detrusor berkontraksi

Kontraksi Adanya obstruksi Urine tidak dapat dikeluarkan


meningkat

Menekan saraf MK. Gangguan MK. Gangguan MK. Intoleransi


rasa nyaman nyeri pola tidur aktivitas
Bising usus
nyeri
menurun
Mual, muntah
Distensi MK. Resiko
MK. Ketidakseimbangan kekurangan cairan
abdominal
nutrisi kurang dari kebutuhan

17
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala vesikolithiasis atau batunkandung kemih menurut
Brunner & Sudarth (2002 : 1460) dan Soeparman (1999 : 337) adalah :
1. Kencing kurang lancar tiba-tiba terhenti sakit yang menjalar ke penis bila
pasien merubah posisi kencing lama, pada anak-anak mereka akan
berguling-guling dan menarik penis.
2. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda : sistisis, kadang-kadang terjadi
hematuria.
3. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi / teraba adanya urine
yang banyak (retensi ).
4. Hanya pada batu besar yang dapat diraba secara bimanual.
5. Pada pria diatas 50 tahun biasanya ditemukan pembesaran prostat.
6. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi
segera.
7. Koliks.
8. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa : warna kuning , coklat atau gelap
a. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area spliting,
organisme dapat berbentuk batu magnesium, amonium, phosphat,
pH rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
b. Sedimen : sel darah meningkat (90%), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan
meningkat.
c. Biakan urin : untuk mengetahui adanya bakteri kontribusi dalam
proses pembentukan batu kandung kemih .
d. Ekspresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat
apakah terjadi hiperekskresi.
2. Darah
a. Leukosit meningkat karena terjadi infeksi
b. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal

18
c. Kalsium, fosfat, dan asam urat
3. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan uretra, menunjukkan adanya batu.
4. Endoskopik ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil
5. EKG
Menunjukkan ketidakseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit
6. Foto Rotgen
Menunjukkan adanya kandung kemih yang abnormal
7. IVP (Intra Venous Pylografi)
Menunjukkan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan
derajat obstruksi kandung kemih di vertikuli kandung kemih dan
penebalan abnormal otot kandung kemih
8. Vesikolitektomi (sectio alta)
Mengangkat batu vesika urinaria atau kandung kemih
9. Litotripsi bergelombang kejut ekstra corporeal
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut
10. Pyelogram retrograde
Menunjukkan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakkan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih,
urografi intravena atau pyelografi retrograde. Uji kimia darah dengan
urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin,
natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet
dan meditasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih
dalam keluarga didapatkan untuk mehgidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien .
(Tjokro,N.A,et al,2001).

H. Penatalaksanaan Terapi
Pengobatan medis yang efektif berpotensi hanya untuk penghancuran
batu asam urat. Kalium sistrat (Polycitra K, Urocit K) 60 mEq/d adalah
pengobatan pilihan. Intervensi bedah, saat ini terdapat tiga pedekatan bedah

19
berbeda yang dilakukan untuk mengatasi batu kandung kemih, tidak seperti
penatalaksanaan dengan batu uretra atau batu ginjal intervensi ESWL pada
batu kandung kemih menunjukkan dampak terapi yang rendah, tetapi pada
beberapa studi menunjukkan bahwa intervensi ESWL masih dipertimbangkan
untuk pengobatan batu kandung kemih.
1. Cystolitholapaxy Transurethal
Setelah alat sitoskopi masuk dan memvisualkan batu, sumber energi
yang digunakan untuk menghancurkan batu menjadi serpihan fragmen
yang kemudian secara mudah dikeluarkan dengan alat sitosopi. Sumber
energi mekanik , ultrasonik, elektrohidrolik (spark induced pressure
wave), lithotrite manual, dan leser. Dengan menggunakan jenis panjang
gelombang cahaya tertentu (misalnya holmium), maka dapat
menghancurkan batu.
2. Cystolithopalaxy Suprapubik Perkutan
Rute perkutan memungkinkan penggunaan lebih pendek dan
diameter yang lebih besar peralatan endoskopi (biasanya dengan
lithotriper ultrasonik), yang memungkinkan fragmentasi cepat dan
evakuasi batu. Sering kali, pendekatan transurethral dan perkutan
digabungkan untuk membantu stabilitasi batu dan untuk memfasilitasi
irigasi puing-puing batu. Para penulis mendukung pendekatan
dikombinasikan dengan penggunaanlithotripter ultrasonik atau lithoclast
pneumatik. Holmium laser juga efektif, tetapi umumnya lebih lambat,
bahkan dengan serat-mikron.
3. Cystotomy Suprapubik Terbuka
Cystotomy suprapubik terbuka, digunakan untuk menghilangkan
batu. Kelebihan cystolithotomy suprapubik termasuk kecepatan,
penghapusan beberapa batu pada satu waktu penghapusan kalkuli
terhadap mukosa kandung kemih dan kemampuan untuk menghilangkan
batu besar yang terlalu keras atau padat. Untuk menghilangkan fragmen
secepatnya dapat digunakan teknik transrethral atau perkutan. Kelemahan
utama termasuk nyeri pascaoperasi, tinggal dirumah sakit lebih lama, dan
waktu lebih lama untuk kateterisasi kandung kemih.

20
I. Pencegahan
Pencegahan veesikolitiasis yaitu dengan cara :
1. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
2. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan
soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB/hari),
membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 mEq/hari), dan
masukan kalsium.
3. Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan
kelainan metabolik yang ada.

J. Komplikasi
1. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisupan jaringan ginjal,
sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi
ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urin ke ginjal akibat
kandung kemih tidak mampu lagi menapung urin. Sementara urin terus-
menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka,
akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan besar di daerah ginjal dan
secara progresiv dapat terjadi gagal ginjal.
2. Uremia
Adalah peningkatan ureum di dalam darah akibat ketidakmampuan
ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala
mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan
keringat berbau urin.
3. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara
assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan
timbul panas yang tinggi disertai menggigil, sakit pinggang, disuria,
poliuria, dan nyeri ketok kostavertebrata.
4. Gagal ginjal akut sampai kronis
5. Obstruksi pada kandung kemih

21
6. Perforasi pada kandung kemih
7. Hematuria atau kencing darah
8. Nyeri pinggang kronis
9. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu (soeparman, et
al. 1960)

22
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 sampai 3 :1
b. Usia : Puncak insiden dari batu urin dengan gejala adalah pada decade
ketiga dan keempat (diatas 30-60 tahun).
c. Penelitian demografis menyebutkan pria kulit putih beresiko lebih
tinggi daripada kulit hitam.
d. Pekerjaan : Pekerja kasar dan petani lebih banyak bergerak
dibandingkan dengan pegawai kantor, penduduk kota yang lebih
banya duduk waktu bekerja, ternyata lebih sedikit menderita batu urin.
e. Keadaan sosial ekonomi : Di negara maju/industri atau golongan
social ekonomi yang tinggi lebih banyak makan protein, terutama
protein hewani, juga karbohidrat dan gula, ini lebih sering menderita
batu urin bagian atas. Sedangkan pada negara berkembang atau orang
yang sering makan Vegetarik dan kurang protein hewani sering
menderita batu urin bagian bawah.
f. Tempat tinggal : Orang yang tinggal didaerah panas punya resiko
tinggi menderita batu urin. Pada daerah didaerah tropik, dikamar
mesin akan menyebabkan keringat banyak dan menguap cairan tubuh,
mengurangi produksi urin sehingga memudahkan pembentukan batu
urin.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes
setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, penurunan
kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak
dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri
pinggang.

23
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluh nyeri saat berkemih, tidak dapat berkemih
sampai gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah yang
kemudian pasien dirujuk ke Rumah Sakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah sebelumnya pasien mederita penyakit gout,
ataupun pernah mengalami tindakan operasi panggul sebelumnya,
tertama bila ada bahan sintetis yang ditanamkan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga penderita batu urin lebih banyak kemungkinan
menderita penyakit yang sama dibanding dengan keluarga bukan
penderita batu urin. Lebih kurang 30% sampai 40% penderita batu
kalsiun oksalat mempunyai riwayat famili yang positif menderita batu.
Apakah ini terlibat faktor keturunan atau pengaruh lingkungan yang
sama belum diketahui.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pasien biasanya terlihat lemah, kesadaran Composmentis, suhu
meningkat, dan nadi juga meningkat.
b. B1 (Breathing / Pernapasan)
Ada gangguan dalam sistem pernapasan.
c. B2 (Blood / Kardiovaskuler)
Frekuensi denyut nadi meningkat (>100 x/menit), akral hangat, CRT <
2 detik, perfusi perifer baik.
d. B3 (Brain / Persarafan)
Terdapat keluhan nyeri saat BAK ataupun nyeri suprapubik.
e. B4 (Bladder / Perkemihan)
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes
setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, penurunan
kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak
dapat berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria.

24
f. B5 (Bowel / Pencernaan)
Keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual, muntah
dan konstipasi.
g. B6 (Bone / Muskuloskeletal)
Pasien mengalami kelemahan fisik.

B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi
atau dorongan kontraksi vesika urinaria (Doengoes, 1999)
2. Perubahan Pola eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, obstruksi mekanik, inflamasi (Doengoes, 1999)
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
(iritasi saraf). (Doengoes, 1999)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia , muntah
dan gangguan pencernaan.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. (Doengoes,
1999).
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal : proses
penyakit, stres psikologis. (Doengoes, 1999).

C. Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
frekuensi atau dorongan kontraksi vesika urinaria (Doengoes, 1999)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam rasa nyeri
berkurang atau hilang
Kriteria hasil : menunjukkan nyeri berkurang sampai hilang, ekspresi wajah
tampak rileks, skala nyeri 3.
Intervensi Rasional
Catat lokasi, lamanya intensitas Membantu mengevaluasi tempat obstruksi
nyeri (skala nyeri 0-10) dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul
penyebarannya. sering menyebar, nyeri tiab-tiba dan hebat
dapat mencetuskan ketakutan, gelisah dan

25
ansietas sampai tingkat berat/panik.
Jelaskan penyebab nyeri dan Memberikan kesempatan untuk pemberian
pentingnya melaporkan ke staf analgesic sesuai waktu (membantu
terhadap perubahan meningkatkan koping klien dan dapat
kejadian/karakteristik nyeri menurunkan ansietas)
Berikan tindakan untuk Memberikan relaksasi, menurunkan
meningkatkan kenyamanan seperti ketegangan otot dan meningkatkan koping.
pijatan punggung, lingkungan, dan
istirahat.
Ajarkan tehnik relaksasi distraksi Pengalihan perhatian akan mengurangi
seperti membaca koran.buku, nyeri yang dirasakan.
aktivitas sesuai hobi, menonton tv,
mendengarkan radio, dll
Kolaborasi berikan obat sesuai Biasanya diberikan pada episode akut
indikasi untuk menurunkan kolik uretral dan
meningkatkan relaksasi otot.

2. Perubahan Pola eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi


kandung kemih oleh batu, obstruksi mekanik, inflamasi (Doengoes,
1999)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam klien
berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa/tidak ada gangguan
Kriteria hasil: jumlah urine 1500 ml/jam dan pola biasa, tidak ada distensi
kandung kemih dan edema
Intervensi Rasional
Monitor pemasukan dan Memberikan informasi tentang fungsi ginjal
pengeluaran serta karakteristik dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan
urine pendarahan
Observasi keluhan kandung Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan
kemih penuh : palpasi untuk distensi jaringan (kandung kemih atau
distensi suprapubik ginjal), dan potensial resiko infeksi, gagal
ginjal

26
Catat produksi urine setiap jam, Untuk mengetahui kerja fungsi saluran
dan warna urine perkemihan pasien.

Periksa semua urine, catat adanya Penemuan batu meningkatkan identifikasi


keluaran batu dan kirim ke tipe batu dam mempengaruhi pilihan terapi
laboratorium untuk dianalisa
Kolaborasi dalam pemasangan Untuk membantu pengeluaran urine
kateter

3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan mual/muntah


(iritasi saraf). (Doengoes, 1999)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil : Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 60-100 x/menit, BB dalam
rentang normal, membran mukosa lembab, turgor kulit baik
Intervensi Rasional
Monitor pemasukan dan Membantu dalam evaluasi adanya atau
pengeluaran cairan derajat statis atau kerusakan ginjal
Catat insiden muntah. Perhatikan Pencatatan dapat membantu
karakteristik dan frekuensi mengesampingkan kejadian abdominal lain
muntah, jaga kejadian yang yang menyebabkan nyeri atau menunjukkan
menyertai/mencetuskan kalkulus
Tingkatkan pemasukan cairan Mempertahankan keseimbangan cairan
sampai 3-4 L/hari dalam toleransi untuk homeostatis juga tindakan “mencuci”
yang dapat membilas batu keluar
Awasi tanda vital, evaluasi nadi, Indikator hidrasi atau volume sirkulasi dan
turgor kulit dan membrane mukosa kebutuhan intervensi
Berikan obat sesuai dengan Menurunkan mual muntah
indikasi : antiemetik, contoh :
prokloperazin (compazin)

27
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Mual, Muntah.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
dapat mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan nafsu makan, menunjukkan
peningkatan BB, pasien tidak merasa mual muntah, pasien tidak terlihat lemas
dan pucat, Lab. : Protein : (N : 6,1-8,2 gr), Albumin (N : 3,8-5,0 gr), dalam batas
normal.
Intervensi Rasional
Observasi status nutrien pasien, Memvalidasi dan menetapkan derajat
turgor kulit, BB, riwayat masalah untuk menetapkan pilihan
mual/muntah dan intregitas intervensi yang tepat.
mukosa.
Pertahankan kebersihan mulut. Akumulasi partikel makanan di mulut dapat
menambah bau dan rasa tak sedap yang akan
menurunkan nafsu makan.
Berikan makanan selagi hangat. . Makanan hangat akan meningkatkan nafsu
makan pasien dan dapat meningkatkan
intake nutrisi yang adekuat.
Kolaborasi dengan ahli gizi Diet rendah kalsium akan mengurangi
dengan memberikan diet makanan terbentuknya batu kandung kemih.
rendah kalsium.

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. (Doengoes,


1999).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola aktifitas
terpenuhi
Kriteria hasil : klien menunjukkan pola aktivitas
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan pasien untuk Mempengaruhi pilihan intervensi atau
melakukan tugas bantuan
Berikan lingkungan tenang, Meningkatkan istirahat dan ketenangan
pertahankan tirah baring bila

28
diindikasikan
Tingkatkan tingkat aktivitas Meningkatkan secara bertahap tingkat
sesuai toleransi aktifitas sampai normal dan memperbaiki
tonus otot atau stamina tanpa kelemahan
Anjurkan pasien untuk Untuk menurunkan rasa nyeri saat aktivitas
menghentikan aktivitas bila nyeri

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal : proses


penyakit, stres psikologis. (Doengoes, 1999).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien dapat tidur
dan istirahat dengan nyaman
Kriteria hasil : pasien tidur kurang lebih 6-8 jam, raut muka segar
Intervensi Rasional
Mengkaji kebutuhan tidur dan Mengetahui permasalahan pasien dalam
penyebab kurang tidur pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
Berikan tempat tidur yang Meningkatkan kenyamanan tidur serta
nyaman dan beberapa milik dukungan fisiologis atau psikologis
pribadi bantal, guling
Tingkatkan regimen kenyamanan Meningkatkan efek relaksasi
waktu tidur misal, mandi air
hangat dan masase
Batasi pengunjung Memberikan kenyamanan pada pasien
Jelaskan pentingnya istirahat tidur Agar pasien mengerti bahwa tidur penting
pada pasien dan keluarga bagi kesehatan

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal didalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matrik organik tepatnya pada
vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar
mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat (dr. Hendra Utama, SPFK,
2001). Batu kandung kemih disebabkan oleh :
1. Prepisitasi : Hiperkalsuria, Hiperoxaluria, Hiperuritusuria
2. Predisposisi : Faktor endogen, yaitu : genetic Familial, Faktor eksogen yaitu
pekerjaan, keadaan social ekonomi
Manifestasi klinis dari batu kandung kemih, diantaranya :
1. Kencing kurang lancar tiba-tiba terhenti sakit yang menjalar ke penis bila
pasien merubah posisi kencing lama, pada anak-anak mereka akan
berguling-guling dan menarik penis.
2. Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda : sistisis, kadang-kadang terjadi
hematuria.
Dan beberapa pemeriksaan diagnostik yang digunakan untuk
mengetahui adanya batu pada kandung kemih antara lain, yaitu : Urinalisa :
warna kuning , coklat atau gelap, Darah, Foto KUB, Endoskopik ginjal ,
EKG, Foto Rotgen, IVP (Intra Venous Pylografi), Vesikolitektomi (sectio
alta), Litotripsi bergelombang kejut ekstra corporeal, Pyelogram retrograde,
adapun penatalaksanaan terapi yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberian Cystolitholapaxy Transurethal, Cystolithopalaxy Suprapubik
Perkutan, Cystotomy Suprapubik Terbuka.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Sloane, ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.

Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

UNIMUS. 2007. BAB II Konsep Dasar Vesikholitiasis atau Batu Kandung Kemih
(Internet). Bersumber dari:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-
dewisetyon-112-2-bab2.pdf [diakses tanggal 23 Februari 2016. Jam
12.12 WIB].

31

Vous aimerez peut-être aussi