Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif maka
pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi
aktif dalam rencana rehabilitasi. Karena kehilangan ektremitas memerlukan
penyesuaian besar. Presepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim
perawat kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan
citra diri permanen, yang harus diselaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan
menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar amputasi dan asuhan keperawatan pada pasien
amputasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha)
dan embel – embel tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan
(kedaruratan medik. 2000). Amputasi adalah penghilangan ujung anggota tubuh
oleh trauma fisik atau operasi. Sebagai ukuran medis, amputasi digunakan untuk
memeriksa rasa sakit atau proses penyebaran penyakit dalam kelenjar yang
terpengaruh, misalnya pada malignancy atau gangrene.
B. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi adalah :
1) Iskemia. Karena penyakit vaskularisasi perifer (sering terjadi sebagai
gejala sisa diabetes militus), gangrene, tumor ganas, infeksi dan arterosklerosis.
Penyakit vaskularisasi perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi
ekstremitas bawah (Smeltzer,2002).
2) Trauma. Dapat diakibatkan karena perang, kecelakaan thermal injury
seperti luka bakar, cedera remuk dan sebagainya.
c. Metode Amputasi
Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh
dengan metode :
1) Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada klien dengan
infeksi yang mengembang atau berat. Dimana pemotongan dilakukan pada tingkat
yang sama. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka
bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.
2) Metode tertutup. Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin. Pada metode
ini kulit tepi ditarik atau dibuat skalf untuk menutupi luka, pada atas ujung tulang
dan dijahit pada daerah yang diamputasi.
E. Tingkatan Amputasi
Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin panjang
ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Dimana
mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Untuk itu
pembedahan atau amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat
mencapai penyembuhan dengan baik. Dimana tindakan ini merupakan pilihan
terakhir manakala organ mengalami iskemia atau kematian jaringan pada
ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik
lain atau manakala organ dapat membahayakan tubuh klien secara utuh/merusak
organ yang lain.
Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi 2 letak
yaitu :
1) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation)
Ada dua metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb
dan ischemic limb.
2) Amputasi diatas lutut
Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan
penyakit vaskuler perifer.
3. Nekrosis.
Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak
berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi
4. Kontraktur.
Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta
melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi
terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan
5. Neuroma.
Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengket
dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih
proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.
6. Phantom sensation.
Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas
tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi
terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.
F. Penatalaksanaan Amputasi
- System musculoskeletal
Terjadi penurunan kekuatan otot. Dengan adanya imobilisasi dan gangguan
system vaskuler memungkinkan supali O2 dan nutrisi sangat berkurang pada
jaringan demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu.
- System integument
Tirah baring yang lama dapat mengakibatkan tubuh bagian bawah seperti
punggung dan bokong akan tertekan akibat tirah baring lama sehingga terjadi
penurunan suplai darah dan nutrisi kejaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi
ischemia, hyperemis, dekubitus dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan supali darah.
G. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.
Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat
menjadi masif. Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran
darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit
akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
2) CT Scan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, dan
pembentukan hematoma.
3) Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi perubahan
sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi penyembuhan
jaringan setelah amputasi.
4) Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler dilakukan untuk mengkaji dan
mengukur aliran darah
5) Tekanan O2 transkutaneus untuk member peta pada area perfusi paling besar
dan paling kecil dalam ketrelibatan ekstremitas.
BAB III
A. Pengkajian
1. Biodata
9. Aktifitas / Istirahat
Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situsi financial, reaksi
orang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya
11. Seksualitas
Gejala : masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran fungsi, reaksi orang
lain
B. Diagnosa Keperawatan
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit yang terluka
C. Intervensi
Kriteria Standart :
· mengurangi terbentuknya
· tinggikan bagian yang sakit odem dengan peningkatan aliran balik
dengan meninggikan kaki tempat vena menurunkan kelelahan otot – otot
tidur/ mengunakan bantal guling tekanan kulit / jaringan
untuk amputasi tungkai atas · mengetahui sensasi nyeri
· berikan informasi tentang memungkinkan pemahaman fenomena
sensasi fantom tungkai dan normal ini yang dapat terjadi segera /
penggunaan alat untuk beberapa minggu pasca operasi.
menghilangkan nyeri Sensasi fantom tidak dapat teratasi
dengan obat tradisional
· meningkatkan relaksasi,
meningkatkan kemampuan koping dan
menurunkan terjadinya nyeri fantom
tungkai
· berikan tindakan
kenyamanan (mis: ubah posisi) dan
aktifitas terapeutik. Dorong · meningkatkan sirkulasi,
penggunaan teknik manajemen menurunkan tegangan otot
stress
Kriteria Standart :
INTERVENSI RASIONAL
· meningkatkan penyembuhan
luka dan menurunkan resiko infeksi
· pertahankan potensi dan · mencegah kontaminasi pada
pengurangan drainase secara rutin amputasi tungkai bawah
· tutup balutan dengan plastik
bila menggunakan pispot / bila
inkontenensia · meningkatkan penyembuhan
kebersihan, meminimalkan
· buka puntung terhadap kontaminasi
udara, pencucian dengan sabun
ringan · peningkatan suhu dapat
menunjukkan sepsis
· awasi tanda – tanda vital · mengidentifikasi adanya
infeksi / organisme khusus
Kriteria Standart :
INTERVENSI RASIONAL
Kriteria Standart :
INTERVENSI RASIONAL
· Memberikan kesempatan
· Dorong ekspresi ketakutan, untuk menanyakan dan
perasaan negatif, dan kehilangan mengasimilasi informasi dan mulai
bagian tubuh. menerima perubahan gambaran diri
dan fungsi, yang dapat membantu
· Beri penguatan informasi penyembuhan.
pascaoprasi termasuk tipe/lokasi
amputasi, tipe prostese bila tepat
(segera, lambat), harapan tindakan
pascaoperasi, termasuk kontrol · Dukungan yang cukup dari
nyeri dan rehabilitas. orang terdekat dan teman dapat
membantu proses rehabilitasi.
· Kaji derajat dukungan yang
ada untuk pasien · Membantu mengartikam
masalah sehubungan dengan pola
hidup sebelumnya dan membantu
pemecahan masalah, sebagai contoh,
· Diskusikan persepsi pasien takut kehilangan kemandirian,
tentang diri dan hubungannya kemampuan bekerja, dan sebagainya.
dengan perubahan dan bagaimana
pasien melihat dirinya dalam · Meningkatkan kemandirian
pola/peran fungsi yang biasanya. dan meningkatkan perasaan harga
diri. Meskipun penyatuan puntung
dalam gambaran diri dapat
· Dorong partisipasi dalam memerlukan waktu berbulan-bulan
aktivitas sehari-hari. Berikan atau bahkan bertahun-tahun, melihat
kesempatan untuk puntung dan mendengar pernyataan
memandang/merawat puntung positif (dibuat dengan cara, waktu
menggunakan wkatu untuk yang normal) dapat membantu pasien
menunjukkan tanda positif dalam penerimaan
penyembuhan. · Teman senasib yang telah
melalui pengalaman yang sama
bertindak sebagai model peran dan
dapat memberikan keabsahan
pernyataan juga harapan untuk
pemulihan dan masa depan normal.
· Dorong/berikan kunjungan
· Dibutuhkan pada masalah ini
oleh orang yang telah diamputasi,
untuk membantu adaptasi lanjutan
khususnya seseorang yang berhasil
yang optimal dan rehabilitasi
dalam rehabilitasi.
· Diskusikan tersedianya
berbagai sumber, contoh konseling
psikiatrik/seksual, terapi kejuruan.
Kriteria Standart :
INTERVENSI RASIONAL
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindakan amputasi dilakukan pada bagian kecil sampai bagian besar tubuh.
Metodenya terbuka dan tertutup. Teknik terbuka dilakukan pada klien dengan
infeksi yang mengembang, kemudian dipasang drainase agar kulit bersih. Kulit
ditutup setelah infeksi teratasi (sembuh). Teknik tertutup, kulit penutup ditarik
sampai ke bagian yang diamputasi tertutup oleh kulit. Tindakan amputasi
meliputi:
1. Ekstremitas bawah. Kehilangan semua atau sebagian dari jari-jari kaki akan
mempengaruhi keseimbangan menekan waku berjalan. Makin besar tingkatan
amputasi, makin besar energi yang diperlukan untuk mobilisasi.