Vous êtes sur la page 1sur 3

Alur hidup yang absurd

Hari ini aku terbangun dari tidur dan menikmati indahnya pagi hari, tak
lupa diiringi rasa syukur, dan kujelang pagi hari dengan segelas teh panas.

Hari ini aku bebas melakukan apapun, tetapi aku bingung mulai dari mana,
mungkin mengingat kembali mimpi indah semalam, tapi aku tak ingat sama
sekali, lucu sekali kehidupanku ini. Ingin bersenang senang tetapi bingung apa
yang harus dilakukan, ingin mengerjakan tugas untuk esok hari tapi aku bukan
orang Jepang yang rajin, itulah keabsurdan ku yang pertama.

teh pun sudah habis, tenggorokanku pun puas, mulai kutulis semua cerita
kehidupan dikertas, mulai dari hari hari yang keras, kisah cinta yang pedas,
perasaan yang was was, dan gerakku yang terbatas, sejenakku sedang
berimajinasi ada yang memanggilku dari dapur “dikamar mulu cuci piring tuh
udah numpuk” panggil ibuku, “iya bu” jawabku lalu aku melakukan
kewajibanku kalau sedang libur yaitu cuci piring, beres beres rumah dll,
kuyakin bukan aku saja yang merasakan.

Kembalilah aku ke kamar yang sempit tapi terasa luas bagiku, niatku
mengerjakan tugas matematika yang diberikan guruku, tetapi ada sesuatu
yang berbisik ditelingaku, suara itu makin jelas, makin jelas itu adalah suara
hobiku, “nanti sajalah ngerjain tugasnya” gumamku. Hobiku terlalu banyak
saking banyaknya ku bingung me-manage nya, hobiku ini menentukan
pekerjaanku kelak, dua hobiku ini saling bertolak belakang, hobiku yang
pertama adalah bermain musik dan sesuatu yang berhubungan dengan “fisika”
ingin suatu saat nanti aku diberi gelar “Engineer”, sangat aneh memang,
pekerjaan bermain musik yang bisa dibilang lebih santai, dan menguji
kreatifitas lain halnya dengan menjadi seorang “Engineer” bisa dibillang
pekerjaan yang hanya orang pintar dan hobi pelajaran eksak. Keabsurdan ku
selanjutnya.

Malam hari aku teringat dengan tugas matematika yang harus


dikumpulkan esok hari, aku ingat kalau aku tidak suka matematika, ya bukan
aku saja yang merasakan, hehe
Aku hanya bisa mengerjakan satu dari lima soal, “malasnya aku” gumamku,
lalu aku bertanya pada ibu dan bapakku yang kebetulan adalah guru
matematika, bukan kebetulan sih, aneh kan bapak dan ibunya seorang guru
matematika tapi anaknya tidak suka matematika, bagaimana mau jadi
“Engineer” kalau matematika aja gabisa, keabsurdan ku selanjutnya.

Esok paginya aku berangkat kesekolah seperti sebelumnya, “huft kehidupan


monoton” ucapku, mungkin aku cocok dijuluki si “kurang piknik”, hehe.
Melihat Keramaian dikelas saat tidak ada guru membuatku ingin berbaur
dengan teman teman, tapi kadang ada perasaan benci merasakan keramaian,
ada juga keinginan memiliki banyak teman, tapi terkadang aku benci orang
orang sekitar, dan aku ini orangnya pemalu tapi mudah bergaul, WOYY
sebenernya lo itu Extrovert atau Introvert sihhhh ?!! keabsudran ku
selanjutnya

Hari hari selanjutnya kujalani dengan rasa biasa saja sampai rasa bosan
mulai datang menghampiri, di dalam kelas yang penuh dengan obrolan saat
tidak ada guru aku merasa bosan dan mulailah aku mengeluarkan selembar hvs
dan spidol, tak sengaja koleksi gambarku terjatuh, saatku akan mengambil
ternyata temanku juga membantu mengambil, ciaahh udh kayak adegan
sinetron aja, sadarku kembali, Dinda membantu merapikan koleksi gambarku,
“ gambarmu bagus banget, udah kayak seniman beneran” ucap Dinda.
“makasih din, tapi ini belum seberapa, gw harus lebih banyak latihan lagi”
ucapku,. Dinda pun tersenyum padaku, rasa ge-er datang padaku, “kayaknya si
dinda suka samaku kalau diliat dari senyumnya yang manis” ucapku dalam hati.
“lo itu lucu sama aneh yaa, tulisan lo jelek tapi gambar lo bagus, aneh kan”
ucap Dinda sambil tertawa. Ternyata Dinda senyum Cuma mau ngetawain
doang “sialan” , ucapku. Keaubsurdan ku selanjutnya.
Sebenarnya banyak sekali hal absurd yang aku rasakan selama ini tapi kalau
diceritakan sekarang mungkin bisa menghabiskan 1001 halaman, dan mungkin
cerita ini bisa berjudul “manusia 1001 perkara”.

Hidup itu sebenarnya sederhana, kitanya saja yang membuat hidup itu rumit,
tetapi kesederhanaan itu yang membuat rumit, biarkan hidup itu mengalir
bagaikan alur suatu cerita yang tak pernah datar seperti pada suatu iklan “life
is never flat”. Seseorang pun pernah bicara padaku,”bro, hidup itu buat
dinikmatin, bukan jadi beban, lakukan kehidupan yang menyenangkan,
lupakan yang menyedihkan dan ambil positifnya”.

Vous aimerez peut-être aussi