Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
YANG KREATIF
ABSTRAK
Dewasa ini, pembelajaran matematika masih dikaitkan dengan proses pendidikan, di mana konsep-
konsep matematika dan keterampilan hanya diperoleh ketika siswa pergi ke sekolah. Hal ini
menyebabkan pembelajaran yang dipahami siswa hanya berupa konten saja dan cenderung
mengabaikan konteksnya. Salah satu upaya untuk mencapai kompetensi yang diperlukan oleh siswa
dalam pembelajaran matematika adalah penerapan pembelajaran yang memanfaatkan budaya yang
berkembang di sekitar lingkungan siswa. Dalam artikel ini dikaji mengenai pengetahuan budaya
lokal dan matematika, keterkaitan budaya dengan pembelajaran matematika kreatif, serta
keefektifan pembelajaran matematika melalui konteks budaya. Berdasarkan berbagai penelitian
yang diperoleh dari literatur, penulis menyimpulkan bahwa untuk memperkaya konteks matematika,
siswa harus diberdayakan melalui pengintegrasian konten matematika dan budaya yang sesuai
dengan pengalaman hidup mereka sehingga dapat mengarah pada keberhasilan belajar matematika.
ABSTRACT
Recently, learning mathematics is still associated with the educational process, where the concept
of mathematics and skill only learned by the students at school. This causes the learning which is
understood by the students only at the level of content and ignoring the context. One way to achieve
the competency needed by the students in learning mathematics is by incorporating culture exist
around the students. This article analysed the knowledge of local culture and mathematics, the
relationship between culture and the learning of creative mathematics, and the effectivity of
mathematics learning trough culture context. Based on numerous researches gathered from various
literature, the writers concluded that to enrich mathematics context, students need to be empowered
through integrating mathematics content and culture which relevant to their life experience so that
it could lead to the success of leaning mathematics.
PENDAHULUAN
Pembelajaran kreatif merupa-kan akan memungkinkan siswa melakukan
salah satu pendekatan pembelajaran yang interaksi dengan lingkungan dan
mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam pengalamannya sendiri dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengkonstruksi pengetahuan. Eksplorasi
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti
Dalam pembelajaran ini, siswa diberi observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan
kebebasan untuk mengeksplorasi berbagai cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru
sumber yang relevan dengan topik/konsep/ kepada siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh
masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini
31
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016
Tujuan pertama untuk menilai konstruksi sosial (Rosa & Orey, 2008).
pengetahuan budaya lokal adalah untuk Dengan kata lain, kemampuan matematika
mendorong sistem sekolah dalam membangun siswa belajar di sekolah tidak secara logis
secara otentik pengetahuan lokal siswa yang dibangun berdasarkan struktur kognitif
terbentuk baik di rumah dan masyarakat, serta abstrak melainkan ditempa dari kombinasi
menerima pandangan keadilan sosial dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dan
mengadaptasi pengetahuan budaya lokal keterampilan dan masukan budaya baru.
dalam sistem sekolah (Apple, 2004). Yang
kedua adalah untuk mempengaruhi para Keterkaitan Budaya dengan Pembelajaran
pendidik agar bisa memahami bagaimana Matematika Kreatif
siswa dapat belajar matematika dan untuk Matematika telah menjadi bagian dari
memperluas praktek pedagogis, konten kebudayaan manusia selama berabad-abad.
matematika, dan proses. Dimulai dari jaman pra sejarah, jaman bangsa
Menurut Bullivant (dalam Owens, 2010), Mesir kuno, bangsa Yunani, bangsa India,
budaya adalah : bangsa Cina, bangsa Romawi, hingga bangsa
“the knowledge and conceptions, Eropa di masa kini. Produk kreasi manusia
embodied in symbolic and non-symbolic adalah kebudayaan yang terwujud dalam
communication modes, about the bentuk gagasan, aktivitas maupun artefak.
technology and skills, customary
Nilai-nilai yang tersimpan dalam perilaku
behaviours, values, beliefs, and attitudes,
a society has evolved from its historical budaya manusia menunjukkan daya rasa
past, and progressively modifies and estetis dan daya kreasi manusia.Integrasi
augments to give meaning to and cope matematika dan budaya bermakna matematika
with the present and anticipated future yang kontekstual dan kreatif.
problems of its existence...” Matematika menjadi bagian dari
kebudayaan, diterapkan dan digunakan untuk
Pernyataan tersebut bermakna bahwa budaya menganalisis yang sifatnya inovatif. Dalam
merupakan suatu penge-tahuan dan konsepsi, hal ini, paradigma matematika sebagai
diwujud-kan dalam model komunikasi thinking skills dan tools untuk
simbolik dan non-simbolis, tentang teknologi mengembangkan budaya unggul. Matematika
dan keterampilan, perilaku adat, nilai-nilai, cenderung menggunakan berpikir linier terkait
keyakinan, dan sikap, masyarakat telah teorema namun ketika diintegrasikan dengan
berkembang dari sejarah masa lalu, dan sesuatu yang soft seperti budaya maka
memodifikasi secara progresif dan menambah pemikiran itu menjadi lentur. Misalnya
untuk memberi makna dan mengatasi masalah memikirkan bentuk-bentuk keindahan
masa depan sekarang dan diantisipasi arsitektur. Struktur bangunan dipikirkan
keberadaannya. dengan matematika tetapi ornamennya
Menurut Stigler dan Baraness (1988), menggunakan estetika. Kelenturan tersebut
matematika bukanlah domain resmi muncul ketika memikirkan struktur bangunan
pengetahuan universal. Ini adalah kumpulan tidak semata dari aspek bentuk (geometri tiga
dari budaya yang membangun representasi dimensi), tetapi juga harus menimbang rasa
simbolis dan prosedur yang memfasilitasi keindahan bentuk tersebut.
manipulasi representasi ini. Siswa mengem- Berbagai produk budaya warisan
bangkan representasi dan prosedur dalam leluhur kita menampakkan kreativitas seni
sistem kognitif mereka, yang merupakan yang mengandung unsur matematika.
proses yang terjadi dalam konteks kegiatan Contohnya pada motif batik yang
33
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016
mengandung bentukan geometri dua dimensi, terbatas. Imajinasi manusia yang diikuti
ornamen ukiran maupun bentuk arsitektur dengan analisis rasional matematis
pada rumah adat yang mengandung bentukan melahirkan pemikiran baru tentang fungsi
geometri tiga dimensi. Warisan budaya atau kegunaan suatu benda.Misalnya pecahan
tersebut sebagai inspirasi untuk tempurung kelapa dibentuk menjadi vas
dikembangkan sesuai dengan konteks masa bunga, nampan, dan alat-alat rumah tangga
kini. lainnya.
Kreativitas yang dapat dikembangkan Umumnya, pembelajaran matematika
melalui inovasi budaya adalah melalui inovasi selalu dikaitkan dengan proses pendidikan,
artefaknya. Produk-produk budaya berupa di mana bahwa konsep-konsep matematika
artefak seperti arsitektur bangunan, meubel dan keterampilan yang diperoleh hanya jika
ukiran, batik yang semula memiliki motif atau individu pergi ke sekolah. Namun, analisis
ornamen yang sudah pakem diberi peluang pengetahuan matematika siswa telah
untuk dikembangkan melalui berpikir kreatif menyebabkan para pendidik dan peneliti
matematis. Ide kreatif matematika mengambil untuk menyimpulkan bahwa pengetahuan
peran pada saat merancang desain misalnya matematika juga diperoleh di luar sistem
desain motif batik dan ornamen ukiran pada terstruktur belajar matematika seperti
mebel kayu.Desain motif batik dapat sekolah (Bandeira & Lucena, 2004; Duarte,
berkembang tidak hanya berupa kawung yang 2004; Rosa & Orey, 2010). Dalam
terinspirasi dari alam, tetapi juga dapat perspektif ini, ide-ide matematika diterapkan
dikembangkan melalui algoritma matematika dalam konteks sosial budaya yang unik
melalui fraktal. Bentuk-bentuk geometri dua mengacu pada penggunaan konsep-konsep
dimensi dihadirkan berulang secara matematika dan prosedur yang diperoleh di
algoritmik. luar sekolah serta penguasaan keterampilan
Pemikiran ini muncul sebagai bentuk matematika selain dari sekolah. Studi yang
ide kreatif matematis. Kemudian akan dilakukan oleh Bandeira dan Lucena (2004)
menghasilkan motif batik yang indah ketika memfokuskan pada matematika sekolah dan
dipadukan dengan teknik pewarnaan. Ketika pengaruh faktor budaya pada pengajaran dan
manusia memiliki ide mengembangkan bahan pembelajaran matematika akademik. Dossey
pembuatan mebel misalnya menggunakan (1992) dan Orey (2000) berpendapat bahwa
rotan atau eceng gondok maka timbul hasil pengetahuan matematika dari interaksi
persoalan bagaimana desainnya agar produk sosial di mana ide-ide yang relevan, fakta,
mebel kuat dan indah. Disini kembali berpikir konsep, prinsip, dan keterampilan yang
kreatif matematis mengambil peran. Berpikir diperoleh sebagai hasil dari konteks budaya.
kreatif matematis yang terintegrasi dengan Berdasarkan hal tersebut,
budaya juga dapat muncul pada perilaku yang pengembangan kreativitas siswa dapat
ekonomis. Konsep hitung matematika melalui dilakukan melalui integrasi pendidikan
program linier untuk menentukan titik kritis matematika dan budaya bermakna untuk
sekaligus sebagai pertemuan beberapa menumbuhkan kemampuan siswa
variabel dapat menjadi solusi ketika banyak mengembangkan warisan budaya sesuai
kebutuhan yang harus dipenuhi tetapi dana konteks masa kini menggunakan basis
terbatas. Perhitungan matematika disini keterampilan berpikir kreatif matematis.
menjadi alternatif pemecahan masalah. Berpikir kreatif yang dikembangkan melalui
Manusia muncul kreativitasnya untuk integrasi matematika dan budaya bercirikan
memenuhi kebutuhan dengan dana yang
34
I G. A. Pt. Arya Wulandari, Kadek Rahayu Puspadewi - Budaya dan Implikasinya .....
logis, rasional, imajinatif yang disertai dengan kan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
rasa estetika. pembelajaran matematika
yang berbasis budaya agar hasil belajar siswa
Keefektifan Pembelajaran Matematika meningkat. Menurut Achor, Imoko & Uloko
berbasis Budaya (2009), hasil belajar dan daya ingat siswa
Konsep matematika yang berasal dari yang diajar dengan pendekatan pem-belajaran
pengalaman hidup sehari-hari (White & budaya lebih tinggi dibandingkan hasil belajar
Mitchelmore, 2010), merupakan sistem dan daya ingat siswa yang diajar dengan
pengetahuan yang dikembangkan untuk pendekatan konvensional. Siswa merasakan
memecahkan masalah yang berkaitan dengan bahwa pembelajaran ter-sebut penuh makna,
bilsngsn, hubungan, dan ruang dalam relevan, dan menyenangkan. Menurut
kehidupan sehari-hari (Barton dalam Min Shu Massarwe, Verner, & Bshouty (2010), siswa
et al, 2013). Oleh karena itu, desain yang mereka ajar dengan budaya
kurikulum matematika dan pengajaran harus menunjukkan hal yang sama, yaitu mereka
mencakup pengalaman budaya siswa untuk menganggap pembela-
mencapai tujuan kesetaraan dalam jaran lebih bermakna dan menye-nangkan.
pembelajaran matematika. Dari perspektif Materi dalam kegiatan pembelajaran
kurikulum matematika, Gutstein (2003) tersebut adalah materi geometri. Siswa dalam
menggali ke dalam mengenai efek pada kegiatan tersebut ditugasi untuk menganalisis
pembelajaran matematika siswa dengan dan mempraktekkan pembuatan ornamen
memperla-kukan siswa imigran dari Amerika dengan bimbingan guru.
Latin, berpenghasilan rendah, dan studi di Selain kegiatan pembelajaran
sekolah-sekolah perkotaan sebagai subyek. dengan praktek, Herron & Barta
Dengan kurikulum dan desain instruksional, (2009),menyarankan penggunaan pe-mecahan
ia bermaksud untuk memungkinkan siswa masalah yang relevan dengan budaya
untuk belajar dunia melalui matematika, sebagai alternatif dalam pembelajaran.
menumbuhkan kemam-puan matematika, dan Berbagai alternatif memang bisa digunakan
mengubah sikap siswa terhadap matematika. dalam kegiatan pembelajaran, tetapi
Dalam rangka untuk menghubung-kan belajar yang lebih penting adalah kita harus
matematika dan pengalaman hidup siswa, memodifikasi secara produktif pembelajaran
Gutstein (2003) tidak hanya memilih buku agar memberi dampak yang
"Matematika dalam Konteks", tetapi juga bermanfaat dari reformasi pengajaran seperti
merancang pertanyaan matema-tika yang kerja kelompok dan pembelajaran berbasis
sesuai dengan realistas. Setelah pelaksanaan masalah (Staats, 2006).
selama dua tahun, siswa dapat menunjukkan
kemampuan memecahkan masalah mereka
dengan metode yang bervariasi, dan dengan Kesimpulan
komunikasi yang efektif. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Lebih lanjut, Penelitian disimpulkan bahwa pengembangan
yang dilakukan Palomar, Simic, Varley kreativitas siswa salah satunya dapat
(2007) men-yoroti hubungan antara dilakukan melalui integrasi konten
matematika dan kehidupan keseha-rian yang matematika dan budaya dalam pendidikan
menekankan budaya, bahasa, dan dialog bermakna untuk menumbuhkan kemampuan
diantara siswa yang sedang belajar matema- siswa mengembangkan warisan budaya
tika.Hasil penelitian tersebut diharap- unggul sesuai konteks masa kini
35
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016
36
I G. A. Pt. Arya Wulandari, Kadek Rahayu Puspadewi - Budaya dan Implikasinya .....