Vous êtes sur la page 1sur 7

BUDAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA

YANG KREATIF

I G. A. Pt. Arya Wulandari dan Kadek Rahayu Puspadewi


Program Studi Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Mahasaraswati

ABSTRAK
Dewasa ini, pembelajaran matematika masih dikaitkan dengan proses pendidikan, di mana konsep-
konsep matematika dan keterampilan hanya diperoleh ketika siswa pergi ke sekolah. Hal ini
menyebabkan pembelajaran yang dipahami siswa hanya berupa konten saja dan cenderung
mengabaikan konteksnya. Salah satu upaya untuk mencapai kompetensi yang diperlukan oleh siswa
dalam pembelajaran matematika adalah penerapan pembelajaran yang memanfaatkan budaya yang
berkembang di sekitar lingkungan siswa. Dalam artikel ini dikaji mengenai pengetahuan budaya
lokal dan matematika, keterkaitan budaya dengan pembelajaran matematika kreatif, serta
keefektifan pembelajaran matematika melalui konteks budaya. Berdasarkan berbagai penelitian
yang diperoleh dari literatur, penulis menyimpulkan bahwa untuk memperkaya konteks matematika,
siswa harus diberdayakan melalui pengintegrasian konten matematika dan budaya yang sesuai
dengan pengalaman hidup mereka sehingga dapat mengarah pada keberhasilan belajar matematika.

Kata kunci : budaya, pembelajaran matematika, pembelajaran kreatif

ABSTRACT
Recently, learning mathematics is still associated with the educational process, where the concept
of mathematics and skill only learned by the students at school. This causes the learning which is
understood by the students only at the level of content and ignoring the context. One way to achieve
the competency needed by the students in learning mathematics is by incorporating culture exist
around the students. This article analysed the knowledge of local culture and mathematics, the
relationship between culture and the learning of creative mathematics, and the effectivity of
mathematics learning trough culture context. Based on numerous researches gathered from various
literature, the writers concluded that to enrich mathematics context, students need to be empowered
through integrating mathematics content and culture which relevant to their life experience so that
it could lead to the success of leaning mathematics.

Key words : culture, learning mathematics, creative learning

PENDAHULUAN
Pembelajaran kreatif merupa-kan akan memungkinkan siswa melakukan
salah satu pendekatan pembelajaran yang interaksi dengan lingkungan dan
mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam pengalamannya sendiri dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengkonstruksi pengetahuan. Eksplorasi
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti
Dalam pembelajaran ini, siswa diberi observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan
kebebasan untuk mengeksplorasi berbagai cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru
sumber yang relevan dengan topik/konsep/ kepada siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh
masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini

31
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016

siswa berdasarkan pengalaman dan interaksi untuk mengintegrasikan kurikulum budaya


dengan lingkungan. yang relevan di yang ada kurikulum
Penekanan dalam pengembangan kreativitas matematika.
matematika juga ditempatkan pada Menurut Torres-Velasquez dan Lobo
menciptakan situasi belajar otentik di mana (2004), perspektif ini merupakan komponen
siswa bisa berpikir, merasakan, dan penting dari pendidikan budaya yang
melakukan apa yang dilakukan praktisi relevan karena mengusulkan bahwa guru
profesional (Renzulli, Leppien & Hays, perlu mengontekstualisasikan pem-belajaran
2000). Sifat dasar otentik seperti matematika dengan menghubungkan konten
pembelajaran high-end dengan menciptakan matemati-ka dengan budaya dan kehidupan
suatu lingkungan di mana siswa menerapkan nyata pada pengalaman siswa. Di sisi lain,
pengetahuan dan keterampilan yang relevan pembelajaran matematika selalu dikaitkan
dengan pemecahan masalah nyata (Renzulli, dengan proses pendidikan, yaitu, konsep-
Gentry & Reis, 2004). Adapun karakteristik konsep matematika dan keterampilan yang
utama dari pembelajaran yang kreatif adalah diperoleh hanya jika individu pergi ke
menggenggam kesempatan untuk terlibat sekolah. Namun, analisis pengetahuan
dalam penyelidikan intelektual, kemungkinan matematika siswa telah menyebabkan para
untuk terlibat secara produktif dengan pendidik dan peneliti menyimpulkan bahwa
pekerjaan siswa atau kegiatan dan apresiasi pengetahuan matematika juga diperoleh di
yang ditunjukkan untuk meninjau baik luar sistem terstruktur belajar matematika
konstruksi dan proses produk. seperti sekolah (Bandeira & Lucena, 2004;
Pengembangan kreativitas siswa salah Duarte, 2004; Rosa & Orey, 2010). Dalam
satunya dapat dilakukan melalui integrasi perspektif ini, ide-ide matematika diterapkan
matematika dan budaya dalam pendidikan dalam konteks sosial budaya yang unik
bermakna untuk menumbuhkan kemampuan mengacu pada penggunaan konsep-konsep
siswa mengembang-kan warisan budaya mate-matika dan prosedur yang diperoleh di
sesuai konteks masa kini menggunakan luar sekolah serta penguasaan keterampilan
basis keterampilan berpikir kreatif matematika selain dari sekolah. Studi yang
matematis. Berpikir kreatif yang dilakukan oleh Bandeira dan Lucena (2004)
dikembangkan melalui integrasi matematika difokuskan pada matematika sekolah dan
dan budaya bercirikan logis, rasional, pengaruh faktor budaya pada pengajaran dan
imajinatif yang disertai dengan rasa estetika. pembelajaran matematika akademik. Orey
Untuk mendukung hal tersebut, dalam (2000) berpendapat bahwa hasil
pembelajaran matematika perlu terjadi pengetahuan matematika dari interaksi sosial
beberapa perubahan paradigma untuk di mana ide-ide yang relevan, fakta, konsep,
mengakomodasi perubahan terus-menerus prinsip, dan keterampilan yang diperoleh
dan berkelanjutan dalam demografi siswa di sebagai hasil dari konteks budaya. Rosa dan
kelas matematika. Beberapa ahli telah Orey (2003) menyatakan bahwa ketika
mengembangkan teori pedagogi budaya siswa memahami sifat matematika, mereka
yang relevan yang meneliti proses belajar memperoleh alat untuk lebih memahami
mengajar dalam paradigma kritis dan relevansi matematika dalam berbagai aspek
melalui hubungan eksplisit antara budaya kehidupan sehari-hari mereka.
siswa dan materi pelajaran sekolah
(D'Ambrosio, 1990; Gay, 2000; Rosa & Pengetahuan Budaya Lokal dan
Orey, 2003). dalam perspektif ini, perlu Matematika
32
I G. A. Pt. Arya Wulandari, Kadek Rahayu Puspadewi - Budaya dan Implikasinya .....

Tujuan pertama untuk menilai konstruksi sosial (Rosa & Orey, 2008).
pengetahuan budaya lokal adalah untuk Dengan kata lain, kemampuan matematika
mendorong sistem sekolah dalam membangun siswa belajar di sekolah tidak secara logis
secara otentik pengetahuan lokal siswa yang dibangun berdasarkan struktur kognitif
terbentuk baik di rumah dan masyarakat, serta abstrak melainkan ditempa dari kombinasi
menerima pandangan keadilan sosial dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dan
mengadaptasi pengetahuan budaya lokal keterampilan dan masukan budaya baru.
dalam sistem sekolah (Apple, 2004). Yang
kedua adalah untuk mempengaruhi para Keterkaitan Budaya dengan Pembelajaran
pendidik agar bisa memahami bagaimana Matematika Kreatif
siswa dapat belajar matematika dan untuk Matematika telah menjadi bagian dari
memperluas praktek pedagogis, konten kebudayaan manusia selama berabad-abad.
matematika, dan proses. Dimulai dari jaman pra sejarah, jaman bangsa
Menurut Bullivant (dalam Owens, 2010), Mesir kuno, bangsa Yunani, bangsa India,
budaya adalah : bangsa Cina, bangsa Romawi, hingga bangsa
“the knowledge and conceptions, Eropa di masa kini. Produk kreasi manusia
embodied in symbolic and non-symbolic adalah kebudayaan yang terwujud dalam
communication modes, about the bentuk gagasan, aktivitas maupun artefak.
technology and skills, customary
Nilai-nilai yang tersimpan dalam perilaku
behaviours, values, beliefs, and attitudes,
a society has evolved from its historical budaya manusia menunjukkan daya rasa
past, and progressively modifies and estetis dan daya kreasi manusia.Integrasi
augments to give meaning to and cope matematika dan budaya bermakna matematika
with the present and anticipated future yang kontekstual dan kreatif.
problems of its existence...” Matematika menjadi bagian dari
kebudayaan, diterapkan dan digunakan untuk
Pernyataan tersebut bermakna bahwa budaya menganalisis yang sifatnya inovatif. Dalam
merupakan suatu penge-tahuan dan konsepsi, hal ini, paradigma matematika sebagai
diwujud-kan dalam model komunikasi thinking skills dan tools untuk
simbolik dan non-simbolis, tentang teknologi mengembangkan budaya unggul. Matematika
dan keterampilan, perilaku adat, nilai-nilai, cenderung menggunakan berpikir linier terkait
keyakinan, dan sikap, masyarakat telah teorema namun ketika diintegrasikan dengan
berkembang dari sejarah masa lalu, dan sesuatu yang soft seperti budaya maka
memodifikasi secara progresif dan menambah pemikiran itu menjadi lentur. Misalnya
untuk memberi makna dan mengatasi masalah memikirkan bentuk-bentuk keindahan
masa depan sekarang dan diantisipasi arsitektur. Struktur bangunan dipikirkan
keberadaannya. dengan matematika tetapi ornamennya
Menurut Stigler dan Baraness (1988), menggunakan estetika. Kelenturan tersebut
matematika bukanlah domain resmi muncul ketika memikirkan struktur bangunan
pengetahuan universal. Ini adalah kumpulan tidak semata dari aspek bentuk (geometri tiga
dari budaya yang membangun representasi dimensi), tetapi juga harus menimbang rasa
simbolis dan prosedur yang memfasilitasi keindahan bentuk tersebut.
manipulasi representasi ini. Siswa mengem- Berbagai produk budaya warisan
bangkan representasi dan prosedur dalam leluhur kita menampakkan kreativitas seni
sistem kognitif mereka, yang merupakan yang mengandung unsur matematika.
proses yang terjadi dalam konteks kegiatan Contohnya pada motif batik yang

33
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016

mengandung bentukan geometri dua dimensi, terbatas. Imajinasi manusia yang diikuti
ornamen ukiran maupun bentuk arsitektur dengan analisis rasional matematis
pada rumah adat yang mengandung bentukan melahirkan pemikiran baru tentang fungsi
geometri tiga dimensi. Warisan budaya atau kegunaan suatu benda.Misalnya pecahan
tersebut sebagai inspirasi untuk tempurung kelapa dibentuk menjadi vas
dikembangkan sesuai dengan konteks masa bunga, nampan, dan alat-alat rumah tangga
kini. lainnya.
Kreativitas yang dapat dikembangkan Umumnya, pembelajaran matematika
melalui inovasi budaya adalah melalui inovasi selalu dikaitkan dengan proses pendidikan,
artefaknya. Produk-produk budaya berupa di mana bahwa konsep-konsep matematika
artefak seperti arsitektur bangunan, meubel dan keterampilan yang diperoleh hanya jika
ukiran, batik yang semula memiliki motif atau individu pergi ke sekolah. Namun, analisis
ornamen yang sudah pakem diberi peluang pengetahuan matematika siswa telah
untuk dikembangkan melalui berpikir kreatif menyebabkan para pendidik dan peneliti
matematis. Ide kreatif matematika mengambil untuk menyimpulkan bahwa pengetahuan
peran pada saat merancang desain misalnya matematika juga diperoleh di luar sistem
desain motif batik dan ornamen ukiran pada terstruktur belajar matematika seperti
mebel kayu.Desain motif batik dapat sekolah (Bandeira & Lucena, 2004; Duarte,
berkembang tidak hanya berupa kawung yang 2004; Rosa & Orey, 2010). Dalam
terinspirasi dari alam, tetapi juga dapat perspektif ini, ide-ide matematika diterapkan
dikembangkan melalui algoritma matematika dalam konteks sosial budaya yang unik
melalui fraktal. Bentuk-bentuk geometri dua mengacu pada penggunaan konsep-konsep
dimensi dihadirkan berulang secara matematika dan prosedur yang diperoleh di
algoritmik. luar sekolah serta penguasaan keterampilan
Pemikiran ini muncul sebagai bentuk matematika selain dari sekolah. Studi yang
ide kreatif matematis. Kemudian akan dilakukan oleh Bandeira dan Lucena (2004)
menghasilkan motif batik yang indah ketika memfokuskan pada matematika sekolah dan
dipadukan dengan teknik pewarnaan. Ketika pengaruh faktor budaya pada pengajaran dan
manusia memiliki ide mengembangkan bahan pembelajaran matematika akademik. Dossey
pembuatan mebel misalnya menggunakan (1992) dan Orey (2000) berpendapat bahwa
rotan atau eceng gondok maka timbul hasil pengetahuan matematika dari interaksi
persoalan bagaimana desainnya agar produk sosial di mana ide-ide yang relevan, fakta,
mebel kuat dan indah. Disini kembali berpikir konsep, prinsip, dan keterampilan yang
kreatif matematis mengambil peran. Berpikir diperoleh sebagai hasil dari konteks budaya.
kreatif matematis yang terintegrasi dengan Berdasarkan hal tersebut,
budaya juga dapat muncul pada perilaku yang pengembangan kreativitas siswa dapat
ekonomis. Konsep hitung matematika melalui dilakukan melalui integrasi pendidikan
program linier untuk menentukan titik kritis matematika dan budaya bermakna untuk
sekaligus sebagai pertemuan beberapa menumbuhkan kemampuan siswa
variabel dapat menjadi solusi ketika banyak mengembangkan warisan budaya sesuai
kebutuhan yang harus dipenuhi tetapi dana konteks masa kini menggunakan basis
terbatas. Perhitungan matematika disini keterampilan berpikir kreatif matematis.
menjadi alternatif pemecahan masalah. Berpikir kreatif yang dikembangkan melalui
Manusia muncul kreativitasnya untuk integrasi matematika dan budaya bercirikan
memenuhi kebutuhan dengan dana yang
34
I G. A. Pt. Arya Wulandari, Kadek Rahayu Puspadewi - Budaya dan Implikasinya .....

logis, rasional, imajinatif yang disertai dengan kan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
rasa estetika. pembelajaran matematika
yang berbasis budaya agar hasil belajar siswa
Keefektifan Pembelajaran Matematika meningkat. Menurut Achor, Imoko & Uloko
berbasis Budaya (2009), hasil belajar dan daya ingat siswa
Konsep matematika yang berasal dari yang diajar dengan pendekatan pem-belajaran
pengalaman hidup sehari-hari (White & budaya lebih tinggi dibandingkan hasil belajar
Mitchelmore, 2010), merupakan sistem dan daya ingat siswa yang diajar dengan
pengetahuan yang dikembangkan untuk pendekatan konvensional. Siswa merasakan
memecahkan masalah yang berkaitan dengan bahwa pembelajaran ter-sebut penuh makna,
bilsngsn, hubungan, dan ruang dalam relevan, dan menyenangkan. Menurut
kehidupan sehari-hari (Barton dalam Min Shu Massarwe, Verner, & Bshouty (2010), siswa
et al, 2013). Oleh karena itu, desain yang mereka ajar dengan budaya
kurikulum matematika dan pengajaran harus menunjukkan hal yang sama, yaitu mereka
mencakup pengalaman budaya siswa untuk menganggap pembela-
mencapai tujuan kesetaraan dalam jaran lebih bermakna dan menye-nangkan.
pembelajaran matematika. Dari perspektif Materi dalam kegiatan pembelajaran
kurikulum matematika, Gutstein (2003) tersebut adalah materi geometri. Siswa dalam
menggali ke dalam mengenai efek pada kegiatan tersebut ditugasi untuk menganalisis
pembelajaran matematika siswa dengan dan mempraktekkan pembuatan ornamen
memperla-kukan siswa imigran dari Amerika dengan bimbingan guru.
Latin, berpenghasilan rendah, dan studi di Selain kegiatan pembelajaran
sekolah-sekolah perkotaan sebagai subyek. dengan praktek, Herron & Barta
Dengan kurikulum dan desain instruksional, (2009),menyarankan penggunaan pe-mecahan
ia bermaksud untuk memungkinkan siswa masalah yang relevan dengan budaya
untuk belajar dunia melalui matematika, sebagai alternatif dalam pembelajaran.
menumbuhkan kemam-puan matematika, dan Berbagai alternatif memang bisa digunakan
mengubah sikap siswa terhadap matematika. dalam kegiatan pembelajaran, tetapi
Dalam rangka untuk menghubung-kan belajar yang lebih penting adalah kita harus
matematika dan pengalaman hidup siswa, memodifikasi secara produktif pembelajaran
Gutstein (2003) tidak hanya memilih buku agar memberi dampak yang
"Matematika dalam Konteks", tetapi juga bermanfaat dari reformasi pengajaran seperti
merancang pertanyaan matema-tika yang kerja kelompok dan pembelajaran berbasis
sesuai dengan realistas. Setelah pelaksanaan masalah (Staats, 2006).
selama dua tahun, siswa dapat menunjukkan
kemampuan memecahkan masalah mereka
dengan metode yang bervariasi, dan dengan Kesimpulan
komunikasi yang efektif. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Lebih lanjut, Penelitian disimpulkan bahwa pengembangan
yang dilakukan Palomar, Simic, Varley kreativitas siswa salah satunya dapat
(2007) men-yoroti hubungan antara dilakukan melalui integrasi konten
matematika dan kehidupan keseha-rian yang matematika dan budaya dalam pendidikan
menekankan budaya, bahasa, dan dialog bermakna untuk menumbuhkan kemampuan
diantara siswa yang sedang belajar matema- siswa mengembangkan warisan budaya
tika.Hasil penelitian tersebut diharap- unggul sesuai konteks masa kini

35
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, Januari 2016 ISSN 2087-9016

menggunakan basis keterampilan berpikir D’Ambrosio, U. (1990). Etnomatemática


kreatif matematis. Berpikir kreatif yang [Ethnomathematics]. São Paulo,
dikembangkan melalui integrasi matematika SP.Brazil: Editora Ática.
Dossey, J. A. (1992). The nature of
dan budaya bercirikan logis, rasional,
mathematics: Its role and its influence.
imajinatif yang disertai dengan rasa estetika. In D. A. Grouws (Ed.), Handbook of
Meelalui cara ini, siswa diharapkan research on mathematics teaching and
dapat melihat aplikasi dan koneksi learning: A Project of the National
matematika tidak hanya dalam disiplin lain, Council of Teachers of Mathematics
tetapi juga di dunia nyata. Pengintegrasian (pp. 39-48). New York, NY: Macmillan
budaya dalam pembelajaran matematika juga Duarte, C. G. (2004). Implicações
Curriculares a partir de um olhar sobre
sangat penting untuk praktek matematika
o mundo da construção civil [Curricular
sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan implications concerning the world of
siswa, khususnya untuk tujuan praktis, civil construction]. In G
estetika dan rekreasi. Banyak budaya telah Duarte, C. G. (2004). Implicações
mengembangkan praktek menghitung sesuai Curriculares a partir de um olhar sobre
dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan o mundo da construção civil [Curricular
memanfaat-kan seni dan desain yang kaya implications concerning the world of
civil construction]. In G
simetris, transformasi, proporsi, dan lain
Gay, G. (2000). Culturally responsive
sebagainya. Di samping itu juga dengan teaching: Theory, research, and practice.
memanfaatkan budaya yang ada di New York, NY: Teachers College Press
lingkungan siswa, guru dapat membentuk Gutstein, E. (2003). Teaching and learning
pembelajaran kreatif seperti membuat game mathematics for social justice in an
dan kegiatan menyenangkan lainnya yang urban Latino school. Journal for
Research in Mathematics education, 34,
mempekerjakan beberapa konsep matematika
37-73. Diunduh pada
seperti membuat jaringan, strategi, dan pola. http://dx.doi.org/10.2307/30034699
Herron, J. & Barta, J. 2009. Culturally
DAFTAR PUSTAKA relevant word problems in second
grade: What are the effects? Journal of
Achor, E. E., Imoko, B. I., & Uloko, E. S. Mathematics and Culture, 4(1), pp. 23-
(2009). Effect of ethnomathematics 49. Diunduh pada
teaching approach on senior secondary http://nasgem.rpi.edu/pl/journal-
students’ achievement and retention in mathematics-culture -volume-3-
Locus. Educational Research and number-2
Review, 4(8), pp. 385-390. Diunduh Massarwe, K., Verner, I., & Bshouty, D.
pada (2010). An ethnomathe-matics in
http://www.academicjournals.org/ERR/ analyzing and constructing ornaments in
PDF/pdf%202009/August/Achor20et% a geometry class. Journal of
20al.pdf Mathematics and Culture, 5(1), pp. 1-
Apple, M. (2004). Ideology and curriculum 20. Diunduh pada
(3rd ed.). New York: Routledge Falmer http://nasgem.rpi.edu/pl/journal-
Bandeira, F. A., & Lucena, I. C. R. (2004). mathematicsculture-volume-5-number-1
Etnomatemática e práticas sociais Min Shu, et al. 2013. Exploring Teaching
[Ethnomat-hematics and social Performance and Students’ Learning
practices]. Coleção Introdução à Effects by Two Elementary Indigenous
Etnomate-mática[Introduction to Teachers Implementing Culture-Based
Ethnomathematics Collection]. Natal, Mathematics Instruction. Creative
RN, Brazil: UFRN Education. Vol.4, No.10, 663-672

36
I G. A. Pt. Arya Wulandari, Kadek Rahayu Puspadewi - Budaya dan Implikasinya .....

Orey, D. C. (2000). The ethnomathematics of Rothkropf (Ed.), Review of research in


the Sioux tipi and cone. In H. Selin education (pp. 253-306). Washington,
(Ed.), Mathematics across culture: the D.C.: American Educational Research
History of non-Western mathematics Association
(pp.239-252). Dordrecht, Netherlands: Torres-Velasquez, D., & Lobo, G. (2004).
Kulwer Academic Publishers Culturally responsive mathematics
Owens, Key. 2010. Papua New Guinea teaching and English language learners.
Indigenous Knowledges about Teaching Children Mathematics, 11,
Mathematical Concepts. Journal of 249-255.
Mathematics & Culture ICEM 4 Focus White, P., & Mitchelmore, M. C. (2010).
Issue. ISSN-1558-5336 Teaching for Abstraction: A Model.
Palomar, J. D., Simic, K., & Varley, M. Mathematical Thinking and Learning,
(2007). “Math is everywhere”: 12, 205-226. Diunduh pada
Connecting mathematics to students’ http://dx.doi.org/10.1080/10986061003
lives. Journal of Mathematics and 717476.
Culture, 2(1), pp. 20-36. Diunduh pada
http://nasgem.rpi.edu/pl/journalmathem
atics-culture-volume-1-number-2
Renzulli, J. S., Gentry, M., & Reis, S. M.
(2004). A time and palace for authentic
learning, Educational Leadership, 26,
73-77
Renzulli, J. S., Leppien, J. H., & Hays, T. S.
(2000). The Multiple Menu Model: A
practical guide for developing
differentiated curriculum. Mansfield
Center, CT: Creative Learning Press
Rosa, M., & Orey, D. C. (2003). Vinho e
queijo: Etnomatemática e Modelagem!
[Wine and cheese: Ethnomathematics
and modelling!]. BOLEMA, 16(20), 1-
16.
Rosa, M., & Orey, D. C. (2008).
Ethnomathematics and cultural
representations: Teaching in highly
diverse contexts. Acta Scientiae -
ULBRA, 10, 27-46
Rosa, M., & Orey, D. C. (2010).
Ethnomodeling: A Pedagogical Action
for Uncovering Ethnomathematical
Practices. Journal of Mathematical
Modelling and Application, 1(3), 58-67,
2010
Staats, S. (2006). The case for rich contexts in
ethnomathematics lessons. Journal of
Mathematics and Culture, 1(1), pp. 39-
52. Diunduh pada
http://nasgem.rpi.edu/pl/journal-
mathematics-culture-volume-1-number-
1
Stigler, J. W., & Barnes, R. (1988). Culture
and mathematics learning. In E. Z.
37

Vous aimerez peut-être aussi