Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2 Landasan Teori
3.2.1 Konsep skizofrenia
a. Definisi
Skizofrenia secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu schizo
yang berarti „terpotong‟ atau „terpecah‟ dan phrēn yang berarti pikiran, sehingga
skizofrenia berarti pikiran yang terpecah (Veague, 2007). Definisi skizofrenia
yang lebih mengacu kepada gejala kelainannya adalah gangguan psikis yang
ditandai oleh penyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, juga
disorganisasi persepsi, pikiran, dan kognisi (Wiramihardja, 2007).
Dalam Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition
(DSM-IV), skizofrenia didefinisikan sebagai sekelompok ciri dari gejala positif
dan negatif, ketidakmampuan dalam fungsi sosial, pekerjaan ataupun hubungan
antar pribadi, dan menunjukkan terus gejala-gejala ini selama paling tidak enam
bulan. Referensi lain juga menyebutkan bahwa skizofrenia merupakan suatu
gangguan yang mencakup gejala kelainan kekacauan pada isi pikiran, bentuk
pikiran, persepsi, afeksi, perasaan terhadap diri sendiri, motivasi, perilaku, dan
fungsi interpersonal (Halgin & Whitboume, 2014). Berdasarkan definisi-definisi
yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah salah
satu jenis kelainan mental yang mengacaukan hampir seluruh fungsi manusia
yang mencakup fungsi berpikir, persepsi, emosi, motivasi, perilaku, dan sosial.
b. Etiologi
Penyebab munculnya skizofrenia terbagi menjadi berbagai pendekatan seperti
pendekatan biologis, teori psikogenik, dan pendekatan gabungan atau stree-
vulnerability model.
1. Pendekatan biologis
Pada pendekatan biologis menyangkut faktor genetik, struktur otak, dan
proses biokimia sebagai penyebab skizofrenia (Halgin, 1997).
1) Teori genetic
Hasil dari beberapa penelitian menunjukan bahwa faktor genetik
sangat berperan dalam perkembangan skizofrenia, dimana ditemukan
hasil bahwa skizofrenia cenderung menurun dalam keluarga. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan National Institute of
Mental Health (NIMH) pada keluarga penderita skizofrenia yang
menyatakan bahwa skizofrenia muncul pada 10% populasi yang
memiliki keluarga dengan riwayat skizofrenia seperti orang tua dan
saudara kandung. Berdasarkan American Journal of Medical Genetic,
menyatakan bahwa apabila kedua orang tuanya mengidap skizofrenia,
maka kemungkinan anaknya mengalami skizofrenia adalah sebesar
40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan
biologis dengan individu yang sakit, maka semakin besar juga
kemungkinan seseorang menderita skizofrenia (Semiun, 2006);
2) Teori neurostruktural
Berdasarkan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dan A
computed tomography (CT) scan otak pada orang-orang dengan
skizofrenia menunjukkan ada tiga tipe abnormalitas struktural, yaitu
pembesaran pada ventrikel otak, atrofi kortikal, dan asimetri serebral
yang terbalik (reversed cerebral asimetry) (Semiun, 2006).
3) Teori biokimia
Pada teori biokimia, dikenal hipotesis dopamin dan serotonin-glutamat.
Overaktivitas reseptor dopamin saraf pada jalur mesolimbik bisa
menyebabkan timbulnya gejala positif, sedangkan penurunan aktivitas
dopamin neuron pada jalur mesokortek di dalam kortek prefrontalis bisa
menyebabkan gejala negatif. Pada teori glutamat disebutkan bahwa,
penurunan kadar glutamat akan menyebabkan penurunan regulasi
reseptor Nmethyl-D-aspartate (NMDA) dan menyebabkan gejala-gejala
psikotik serta defisit kognitif (Harrison & Owen, 2003).
2. Teori psikogenik
Teori psikogenik, yaitu skizofrenia sebagai suatu gangguan fungsional dan
penyebab utama adalah konflik, stress psikologik dan hubungan antar
manusia yang mengecewakan.
3. Stress-Vulnerability Model
Pendekatan ini meyakini bahwa orang – orang tertentu yang memiliki
kerentanan genetis terhadap skizofrenia akan memunculkan gejala
skizofrenia jika mereka hidup dalam lingkungan yang penuh dengan stres
(Semiun, 2006).
c. Tipe skizofrenia
Berdasarkan definisi dan kriteria diagnostik , Skizofrenia di dalam DSM IV TR
(APA, 2000) dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtipe, yaitu :
1. Skizofrenia paranoid
Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang
menonjol secara berulang-ulang;
2) Tidak ada yang menonjol dari berbagai keadaan berikut ini :
pembicaraan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi
atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai.
2. Skizofrenia hebefrenik
Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Di bawah ini semuanya menonjol :
a) Pembicaraan yang tidak terorganisasi;
b) Perilaku yang tidak terorganisasi;
c) Afek yang datar atau tidak sesuai.
2) Tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonik
3. Skizofrenia katatonik
Tipe Skizofrenia dengan gambaran klinis yang didominasi oleh sekurang -
kurangnya dua hal berikut ini :
1) Imobilitas motorik, seperti ditunjukkan adanya katalepsi (termasuk
fleksibilitas lilin) atau stupor;
2) Aktivitas motorik yang berlebihan (tidak bertujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimulus eksternal);
3) Negativisme yang berlebihan (sebuah resistensi yang tampak tidak
adanya motivasi terhadap semua bentuk perintah atau mempertahankan
postur yang kaku dan menentang semua usaha untuk
menggerakkannya) atau mutism;
4) Gerakan-gerakan sadar yang aneh, seperti yang ditunjukkan oleh
posturing (mengambil postur yang tidak lazim atau aneh secara
disengaja), gerakan stereotipik yang berulang-ulang, mannerism yang
menonjol, atau bermuka menyeringai secara menonjol;
5) Ekolalia atau ekopraksia (pembicaraan yang tidak bermakna).
4. Skizofrenia Undifferentiated
Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria a, tetapi tidak memenuhi kriteria
untuk tipe paranoid, terdisorganisasi, dan katatonik.
5. Skizofrenia residual
Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tidak adanya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisasi,
dan perilaku yang tidak terorganisasi atau katatonik yang menonjol B;
2) Terdapat terus tanda-tanda gangguan, seperti adanya simtom negatif
atau dua atau lebih simtom yang terdapat dalam kriteria a, walaupun
ditemukan dalam bentuk yang lemah (misalnya, keyakinan yang aneh,
pengelaman persepsi yang tidak lazim);
Shunhong ZHU
2 Gardening is 2016 Meta analisis Perkiraan meta-analitik
beneficial Gardening, menunjukkan efek
for health: human positif yang signifikan
A meta- berkebun pada hasil
health
kesehatan baik untuk
analysis benefits semua dan set studi
subkelompok,
Masashi Soga sementara ukuran efek
berbeda
di antara delapan
subkelompok.
Meskipun tes Egger
menunjukkan adanya
bias publikasi, efek
positif yang signifikan
berkebun tetap setelah
disesuaikan
menggunakan analisis
trimand fill. Studi ini
telah memberikan
bukti kuat. untuk efek
positif berkebun pada
kesehatan. Berkebun
secara teratur dapat
meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Green, J., Thorogood, N. (2004). Qualitative methods for health research, London.
SAGEpublication
Halgin, R.P., Whitbourne, & Susan, K.,. (2014). Psikologi Abnormal: Perspektif
Klinis pada Gangguan Psikologis, Edisi 6, Buku 2.Salemba Humanika,
Jakarta.
Harrison, P.J., & Owen, M.J. (2003). Genes for Schizophrenia? Recent Finding
and Their Pathophysiological Implication. Lancet, 361: 417-19