2.1.1 Sejarah Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atauObservatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma (BMKG, 2014). Melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. (unduh Penjelasan UU RI Nomor 31 Tahun 2009) (BMKG, 2014). 2.1.2 Pengertian Klimatologi Klimatologi ialah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata cuaca yang terjadi pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang lama. Cuaca merupakan keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam jangka pendek. Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama dikenal sebagai iklim. Klimatologi Pertanian (Agroklimatologi) ialah cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer dan proses produksi pertanian. Tercakup di dalamnya antara lain hubungan antara faktor iklim dan produksi tanaman (Tim Pengajar Klimatologi, 2010). Klimatologi membahas sintesis unsur-unsur cuaca dan berkaitan dengan faktor-faktor yang menentukan dan mengontrol distribusi iklim di atas permukaan bumi. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim suatu wilayah adalah posisi garis lintang, ketinggian tempat, daratan dan air, massa udara, dan angin, sabuk tekanan tinggi dan rendah, halangan pegunungan, arus laut, luas hutan, dan sebagainya. Klimatologi pertanian melibatkan interaksi setiap hari secara berkelanjutan dalam kurun waktu lama antara cuaca dan hidrologi sebagai komponen fisika lingkungan di satu sisi, dengan komponen-komponen pertanian dalam arti luas di sisi lainnya. Secara luas pertanian meliputi budidaya: tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, kehutanan, dan usaha peternakan (Yonny dan Askari, 2016). 2.2 Stasiun Klimatologi Stasiun klimatologi pertanian merupakan stasiun yang mampu menyelenggarakan pengamatan cuaca dan biologi dalam jangka waktu panjang dan teratur. Penempatan stasiun klimatologi harus ada pada setiap titik jaringan pengamatan internasional, minimal dalam jangka waktu 10 tahun tidak boleh dipindahkan. Karena itu dalam penentuan lokasinya harus mewakili lingkungan alam yang tidak mudah berubah, sehingga data yang diperoleh dapat terjamin. Stasiun agroklimatologi hendaknya dapat mengukur atau menaksir hubungan alamiah antara iklim, tanah, air dan tanaman. Tingkat ketelitian tergantung pada tujuan pengukuran data, segi teknik, dan seberapa jauh kemungkinan pelaksanaan pengumpulan data dapat dicapai (Tim Pengajar Klimatologi, 2010). Menurut Tim Pengajar Klimatologi (2010), kebutuhan pokok yang harus dipenuhi agar dapat menghasilkan data yang benar ialah : 1. Letak stasiun harus mewakili hubungan alamiah dari: iklim, tanah, air, tanaman di daerah luas sehingga data yang diperoleh dapat memenuhi sasaran 2. Masing-masing alat menghasilkan data yang benar, tidak rusak dan mudah dirawat. 3. Pembacaan skala dan perekaman data mudah dilaksanakan. 4. Tersedia cukup tenaga pengamat, terlatih baik dan bertempat tinggal di dekat stasiun untuk menjamin pengawasan terhadap stasiun dan kelancaran pengamatan. BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Praktikum Pengenalan Alat Pengukur Radiasi dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Februari 2018, pukul 09.50-11.30 WITA di Laboratorium Fisiologi dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum Pengenalan Alat Pengukur Curah Hujan dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Maret 2018, pukul 13.00-14.30 WITA di Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum Pengenalan Alat Pengukur Arah dan Kecepatan Angin dilaksanakan pada hari Jumat, 9 Maret 2018, pukul 08.00-09.40 WITA, di Laboratorium Fisiologi dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum mengenai Kelembaban dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Maret 2018, pukul 09.50-11.30 WITA, di Laboratorium Fisiologi dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktik Lapang dilaksananakan pada hari Sabtu, 17 Maret 2018, pukul 14.00 Wita sampai selesai di Desa Timoreng Panua, Kecamatan Pancarijang, Kabupaten Sidrap. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Panci Evaporasi, High Volume Sampler, AWS (Automatic Weather System), Wind vane, Sangkar Cuaca, Termometer Bola Kering dan Bola Basah, Termometer Maksimum-Minimum, Termometer Tanah, Actinograph, Gun Bellani, Anemometer, Penakar hujan tipe Observatorium, dan Campble Stokes. Bahan yang digunakan adalah alat tulis- menulis seperti pulpen, kertas, dan spidol. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Praktikum Laboratorium 1. Menyiapkan alat tulis menulis yang hendak digunakan. 2. Memperhatikan presentasi alat-alat klimatologi yang telah disiapkan oleh asisten dalam bentuk materi. 3. Mencatat hal-hal yang dianggap penting. 4. Melakukan sesi tanya jawab dengan asisten. 5. Melakukan evaluasi dari materi pengenalan alat-alat klimatologi. 3.3.2 Praktikum Lapang 1. Menyiapkan alat tulis menulis yang hendak digunakan. 2. Memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh petugas BMKG. 3. Mencatat hal yang dinggap penting. 4. Melakukan sesi tanya jawan dengan petugas BMKG. DAFTAR PUSTAKA
BMKG. 2014. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. URL:
http://www.bmkg.go.id/profil/?p=sejarah (di akses pada tanggal 24 Maret 2018). Koesmaryono, Yonny dan Askari Muhammad. 2016. Modul 1 : Pengertian dan Ruang Lingkup Klimatologi Pertanian, dan Pengaruh Atmosfer terhadap Kehidupan dan Pertanian. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Indradewa, D., Toekijo dan E.T.S Putra. 2011. Karakterisasi Morfologi, Uji Potensi Hasil dan Ketahanan Kekeringan 9 Klon Teh Pagilaran Menuju Proses Pelepasan Klon Unggul. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. Nurdin. 2012. Antipasi perubahan iklim untuk keberlanjutan ketahanan pangan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. Rahaju, J. dan Muhandoyo, 2014. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usaha Apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. (diakses 30 April 2014). Tim Pengajar Klimatologi. 2010. Modul Praktikum Klimatologi. Malang: Universitas Brawijaya.