Vous êtes sur la page 1sur 22

Home

Makalah Asuhan Keperawatan Pada


Lanjut Usia.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kelompok dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Gerontik dalam bentuk makalah. Adapun judul makalah ini yaitu
AsuhanKeperawatan Pada Lanjut Usia.
Dalam penyelesaian makalah ini, kelompok banyak menemui kesulitan. Oleh karena
itu, kelompok ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, diantaranya :
1. Ns.Nurbani,M.Kep, selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Gerontik.
2. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku yang dapat dijadikan refrensi dalam
penyelesaian makalah.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu pembuatan hingga penyelesaian makalah.
Kelompok sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini dan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa/i Jurusan Keperawatan Ende.

ENDE,November 2017

Kelompok 02
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa “ manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatuan khusus dengan
tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan”.

Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :


1. Pensiun-pensiunan dan masalah-masalahnya
2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
3. Meningkatkan jumlah lanjut usia
4. Pemerataan pelayanan kesehatan
5. Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
6. Perkembangan ilmu :
 Gerontologi
 Geriatri
7. Program PBB
8. Konferensi Internasional di WINA tahun 1983.
9. Kurangnya jumlah tempat tidur rumah sakit
10. Mahal obat-obatan
11. Tahun Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 1999

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penting bagi kita untuk mengetahui lebih lanjut
hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang perlu diberikan pada lansia yang di
bahas pada bab selanjutnya. Hal ini penting karena agar lansia dapat hidup secara produktif
dan dapat memberikan asuhan secara tepat pada lansia sesuai dengan asuhan yang
diperlukannya.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gerontik.


2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dasar bagi lansia.
3. Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia.
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia.

C. METODE PENULISAN
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan
dan mencari beberapa sumber dari internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah :
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA

A. KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR BAGI LANJUT USIA


Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu
maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas,
yang di berikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh
anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan
sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok lanjut
usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang
personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada
dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota
keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi
dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3. Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan
rapuh.
4. Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus,
yakni :
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi

Faktor ekstrinsik, yakni :


1. Kurang kebersihan tempat tidur
2. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
3. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan

B. PENDEKATAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang
dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,
yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubunga dengan keberhasilan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sanga penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
keberihan kurang mendapat perhatian.

2. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan adukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhaadap segala
sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan
service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua
dan bahagia.

3. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame
klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan
social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film, atau
hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv,
mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam
proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.

4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut usia dalam keadaan sakit
atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa
takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti tidakpastian akan
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering menyertainya,
kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan sekitarnya.
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dengan :
 Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
 Pencegahan penyakit
 Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir hidup.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan
jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangathidup klien lanjut
usia (Life Support ).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit / mengalami gangguan
tertentu ( kronis maupun akut ).
5. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertent.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu
suatu pertolongan (Memelihara kemandirian secara maksimal ).

D. FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA


1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Oencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
 Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
 Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
 Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
 Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
 Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
 Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
 Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

Pemeriksaan fisik
 Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan sistem tubuh.
 Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :
a) Head to tea
b) Sistem tubuh

b. Psikologis
 Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
 Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
 Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
 Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
 Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
 Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
 Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
 Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi,
dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.

c. Sosial ekonomi
 Darimana sumber keuangan lanjut usia
 Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
 Dengan siapa dia tinggal.
 Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
 Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
 Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
 Siapa saja yang bisa mengunjungi.
 Seberapa besar ketergantungannya.
 Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

d. Spiritual
 Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
 Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
 Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
 Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
 Mungkn serendah 95° F(hipotermi) ±35°C.
 Lebih teliti di periksa di sublingual.
2. Pulse (denyut nadi)
 Kecepata, irama, volume.
 Apikal, radial, pedal.
3. Respirasi (pernapasan)
 Kecepatan, irama, dan kedalaman.
 Tidak teratutnya pernapasan.
4. Tekanan darah
 Saat baring, duduk, berdiri.
 Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan – lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
 Tidak semua orang mnjadi snile
 Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
 Jangan di tes depan jendela
 Pergunakan tangan atau gambar
 Cek kondisi mata
6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )
7. Ketajaman pendengaran
 Apakajh menggunakan alat bantu dengar
 Tinutis
 Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri.

Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembengkakan veba jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema

Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi

Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
 Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
 Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit / Integumen


1. Kulit
 Temperatur, tingkat kelembaban
 Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
 Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
 Atrofi otot
 Mengecilkan tendo
 Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
 Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
 Keterbatasan gerak
 Kekuatan otot
 Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. paralisis
5. kifosis

Psikososial
1. Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau adanya sekret
pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan pendapat
secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian.
Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
3. RENCANA KEPERAWATAN

Meliputi :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah.
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.

Perencanaan :
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar,
antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.

1. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia :
Penurunan alat penciuman dan pengecapan.
Pengunyahan kurang sempurna.
Gigi yang tidak lengkap.
Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
Melemah otot-otot lambung dan usus.
Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia :
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin
Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia :
1. Kalori pada lansia : laki-laki = 2.100 Kal sedangkan perempuan : 1.700 kalori. Dapat
dimodivikasi tergantung keadaan lansia. Misalnya gemuk / kurus atau disertai penyakit
demam.
2. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3. Lemak, tidak dianjukan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit.
15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
4. Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20%-25% dari total kalori yang dibutuhkan.
5. Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
6. Air, 6-8 gelas perhari.
Rencana makanan untuk lansia :
1. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
2. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3. Berikan makanan yang mengandung serat.
4. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5. Batasi minum kopi dan teh.
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia :
Penyebab kecelakaan pada lansia :
1. Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3. Pencahayaan yang berkurang.
4. Lantai licin dan tidak rata.
5. Tangga tidak ada pengaman.
6. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.

Tindakan mencegah kecelakaan :


1. Klien (lansia)
 Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
 Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
 Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
 Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik latih klien untuk menggunakan alat bantu
berjalan.
 Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang mrnggunakan obat penenang /
deuretik.
 Meggunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
 Usahakan ada yang menemani jika berpergian.

2. Lingkungan
 Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
 Letakkan bel didekat klien dan aja rkan cara penggunaannya.
 Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
 Letakkan meja kcil didekat tempat tidur agar lansia menempatkan alat-alat yang biasa
digunakannya.
 Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
 Pasang pegangan dikamar mandi / WC
 Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
 Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan mata sesaat.
3. Memelihara Kebersihan Diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :
 Penurunan daya ingat
 Kurangnya motivasi
 Kelemahan dan ketidak mampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
 Mengingatkan / membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
 Menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak atau
berikan skin lotion
 Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan gunting kuku
4. Memelihara Keseimbangan Istirahat Tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain :
Menyediakan tempat / waktu tidur yang nyaman
Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
Melatih lansia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot
(dapat disesuaikan dengan hobi)
Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Masalah umum yang dikemukakan pada lansia adalah daya ingat menurun, depresi, lekas
marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal yang tidak
adekuat
Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2. Member stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3. Menggunakan Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang pada lansia
4. Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau tanggap terhadap respond
an verbal lansia
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia
6. Menghargai pendapat lansia

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Meliputi :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
 Penerangan alam lebih baik
 Hindarkan cahaya yang menyilaukan
 Penerangan malam sepanjang waktu dikamar mandi dan ruangan
Tingkatkan rangsangan panca indra melalui :
 Buku-buku yang dicetak besar
 Perubahan lingkungan
 Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien
Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
 Kalender atau penanggalan
 Jam
 Saling mengunjungi
Berikan perawatan sirkulasi
 Hindarkan pakaian yang menekan yang mengikat atau sempit
 Ubah posisi
 Berikan kehangatan dengan selimut pakaian
 Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
 Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama perpindahan
 Lakukan penggosokan pada waktu mandi
Berikan perawatan pernapasan
 Bersihkan nostril atau kotoran hidung
 Lindungi dari angin
 Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan seperti
- Bernapas dalam (deep breathing)
- Latihan batuk
- Latihan menghembuskan napas
 Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis, yang biasanya ditandai dengan :
- Gelisah
- Keringat berlebihan
- Gangguan pengelihatan
- Kejang otot
- Tekanan darah renda (hipotensi)
- Kerja otot menurun
Berikan perawatan pada alat pencernaan
 Ransangan nafsu makan
- Berikan makanan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi
- Berikan makanan yang menarik
- Bisa minum anggur bila dibolehkan
- Sediakan makanan yang hangat-hangat
- Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya
 Cegah terjadinya gangguan pencernaan
- Berikan sikap fowler waktu makan
- Pertahankan keasamn lmbung
- Berikan makanan yang tidak membentuk gas
- Cukup cairan
 Cegah konstipasi / sembelit
- Jamin kecukupan cairan dalam diet
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
- Fasilitas gerakan usus dalam mencerna
- Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal
- Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak efektif
Berikan perawatan genitorinaria
 Cukup cairan masuk 2000-3000 ml per hari
 Cegah ankontinensia
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam
- Pertahankan penerangan dikamar mandi un tuk mencegah jatuh
- Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari
- Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur
 Seksualitas
- Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi
- Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya terhadap keinginan seksual
- Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan
Berikan perawatan kulit
 Mandi
- Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2x seminggu untuk
mencegah kekeringan kulit
- Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk menambah kesehatan
kulit
 Potong kuku kaki jika tidak ada kontra indikasi, missal : ada jamur dikuku atau adanya
gangguan medic atau bedah
Berikan perawatan muskuluskeletal
 Bergerak dengan keterbatasan
 Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati
 Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan menberikan latihan
 Lakukan latihan aktif dan pasif misalnya waktu istirahat atau pada waktu waktu tertentu
 Berikan arah dan latihan gerak pada sendi 3x.
 Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien contohnya
membiarkan klien duduk tanpa dibantu
Berikan perawatan psikososial
 Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta suasana
normal
 Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas
 Fasilitas pembicaraan
 Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam menetapkan
atau memelihara kepercayaan.
 Berikan penghargaan dan rasa empathi
Pelihara Keselamatan
 Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
 Klien diberikan pegangan di kamar mandi / WC
 Tempat tidur dalam posisi rendah
 Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi tinggi
 Kamar dan lantai terhindar dari keadaan licin
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fokus asuhan keperawatan lanjut usia terdiri dari :
 Peningkatan kesehatan (health promotion)
 Oencegahan penyakit (preventif)
 Mengoptimalkan fungsi mental.
 Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

2. Konsep asuhan keperawatan, yaitu :


 Pengkajian
Tujuan :
 Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
 Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
 Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
 Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

 Diagnosa keperawatan, terdiri dari :


 Diagnosa Fisik / Biologi
 Diagnosa Psikososial
 Diagnosa Spiritual

 Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar,
antara lain :
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Peningkatan keamanan dan keselaamatan.
 Memelihara kebersihan diri.
 Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
 Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
 Implementasi keperawatan, terdiri dari :
 Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
 Sediakan cukup penerangan
 Tingkatkan rangsangan panca indra
 Pertahankan dan latih daya orientasi nyata
 Berikan perawatan sirkulasi
 Berikan perawatan pernapasan
 Berikan perawatan pada alat pencernaan
 Berikan perawatan genitorinaria
 Berikan perawatan kulit
 Berikan perawatan muskuluskeletal
 Berikan perawatan psikososial
 Pelihara Keselamatan

B. SARAN
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i
Jurusan Keperawatan Singkawang, hendaknya memberikan asuhan keperawatan lansia
dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta
: EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi