Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia,
khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit
(sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan
neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian
berikut.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah
mempunyai variasi berbeda.
Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang –
kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti
infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya
mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan
kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain
(misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan,
bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah.
Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua
puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat,
termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count)
berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat
keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada
dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya
sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia
tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002).
Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb) dibawah rentang
normal.
2.2 ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak
jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada
umumnya adalah sebagai berikut:
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat
besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero
bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya
gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10
ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada
hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli
dapat digolongkan sebagai berikut:
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari,
sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan
massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3
kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan
perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat
besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
a. Gambaran Klinis
2. Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan selama satu minggu.
b. Penatalaksaan
krining rutin
1. Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah
sebelumnya.
c. Terapi anemia:
1. Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
3. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat
kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
· Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap sediaan garam
zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
· Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum makan atau
2 jam sesudahnya.
· Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin C atau
tablet vitamin C.
· Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak mengkonsumsi
sama sekali.
4. Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini menurut
panduan terapi anemia.
5. Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian cairan IV atau
heparin lock saat persalinan.
6. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek samping
pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan dengan
ferosulfat.
7. Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat untuk profilaksis
anemia.
8. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena
atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian
parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan
kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan
dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
1) Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan
vitamin B12.
Pengobatannya:
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi
darah.
a. Gambaran klinis
Gejala
2. Anoreksia
Morfologi
2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi
Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau keduanya.
b. Penatalaksanaan
1. Suplemen
· Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat.
· Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi tanpa
anemia defisiensi zat besi.
2. Konseling gizi
· Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan sedikit
peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
2) Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.
Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap,
pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
3) Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi
maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis
obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita
ini.
adalah suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai dengan ketidak
mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis penggunaan
glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan
Mediterania.
1. Insidens.
Dua persen dari semu wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
2. Etiologi.
Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu hemolisis SDM yang
megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
3. Penatalaksanaan
a. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap mengalami infeksi
saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.
b. Terapi
· Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine bulanan.
· Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami anemia berat.
· Aldomet
· Asam nalidiksik
· Asam para-aminosalisilat
· Aspirin
· Diafenilsulfon
· Fenasetin
· Isoniazid
· Kloramfenikol
· Kuinakrin (atabrine)
· Kuinidin
· Kuinin
· Kuinosid
· Methylene blue
5) Anemia: Pernisiosa
1. Defisiensi dan Etologi
a. Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang diperlukan
untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat diabsorbsi, SDM tidak matang
dengan normal.
2. Gambaran Klinis
a. Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga normokrom atau hipekrom.
b. SDM pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat.
c. Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM menjadi normositik,
meskipun penyakit ini masih ada.
3. Diagnosis
a. Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM menjadi normal,
namun hematokrit tdak meningkat.
b. Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000 mg vitamin B12
per parenteral selama 3 bulan.
4. Penatalaksanaan
a. Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber vitamin B12
berikan konseling gizi.
· Morfologi normal
· Kadar Ht meningkat
a. Jenis
· Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak kecuali
pada keadaan deprivasi oksigen berat.
· Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka
morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
b. Insidens
2. Penatalaksanaan
· Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
· Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
· Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal selama
kehamilan dan persalinan.
b. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK selama
kehamilan.
· Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan bayinya
menderita penyakit ini.
A. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang
terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl
atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh.
Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-
organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang,
maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak,
tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
B. PATWAYS
C.
Kekurangan Nutrisi
Anemia (HB)
adekuat
perifer
Penurunan transport O2
Resiko infeksi
Hipoksia
Lemah lesu
Gg fungsi otak
Ketidakefektifan perfusi
Jaringan perifer
anoreksia
tubuh
Intoleransi aktivitas
sumber: asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda
· Sering pusing,
· Mata berkunang-kunang,
· Malaise,
· Lidah luka,
· Konsentrasi hilang,
D. GAMBARAN KLINIS
a. Riwayat:
1. Mentruasi berlebihan
3. Riwayat keluarga
6. Kulit pucat
9. Takikardi
E. TES LABORATORIUM
Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka anemia selama kehamilan dapat
didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada 10 atau 11 gr/100 ml dan hematokrit kurang dari
pada 30% sampai 33% .
Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan
keadekutan trombosit.
F. PENATALAKSANAAN
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
1. Morfologi
· Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
4. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.
5. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah, namun masih
normal.
· Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap
hari
7. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
8. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan di atas,
diperlukan langkah-langkah berikut:
- Hitung trombosit
- Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan
labotaturium).
G. AKIBAT LANJUTAN
1. Keguguran.
BAB III
DENGAN ANEMIA
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994).
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem reproduksi sehubungan
dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya komplikasi pada penderita. Pengkajian
keperawatan anemia meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik
dan pengkajian psikososial.
a. Nama
b. Umur
Pada anemia,
c. Jenis kelamin
Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zat besi wanita yang
lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil.
d. Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan cepat seiring
dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit.
f. agama
g. Suku bangsa
h. Status perkawinan
i. Alamat
j. Golongan darah
2. Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-kunang.
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang nantinya membantu
dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
6. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995)
7. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk
bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh
tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan
keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina,
CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera :
biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :
kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
d. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi
(DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung
jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat
dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
i. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap
pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis
(aplastik).
j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.
2) BB sebelum sakit
3) BB saat ini
4) BB ideal
5) Status gizi
6) Status Hidrasi
7) Tanda-tanda vital:
a) TD
b) Nadi
c) Suhu
d) RR
1) KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala.
2) Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
3) MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada
lesi, simetris, tak oedema.
4) MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
5) TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
7) Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.
9) Paru
Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.
Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan
ronchi.
10) Jantung
11) Abdomen
Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
12) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
13) Ekstremitas ;
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah hitungan.
Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
b. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel mungkin
tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia.
c. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin tampak
pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
d. Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan
rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia.
e. Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW).
f. Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal.
g. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena
kekurangan vitamin ini.
h. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam
aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi
kekurangan anemia.
no
Pengelompokan data
Masalah
Etiologi
DS;
DO;
Intoleransi Aktifitas
DS;
DO;
- bising usus
Nutrisi
DS;
Pasien mengatakan.
DO;
Resiko infeksi
DS;
Klien mengatakan
DO;
-ekstremitas dingin
-TD menurun
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
anoreksia
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang.
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Intervensi:
Rasional:
3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat
ke jaringan.
4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan
resiko cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.
Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.
Intervensi:
4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus
untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
7. Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin (vitamin
B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
Rasional:
4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster.
7. Kolaborasi :
1. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk
dan defisiensi yag diidentifikasi.
2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau
terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
Intervensi:
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
4. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
Rasional:
5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses
infeksi local.
Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:
Intervensi:
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
C. IMPLEMENTASI
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
IMPLEMENTASI
RASIONAL
3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat
ke jaringan.
4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan
resiko cedera.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.
IMPLEMENTASI
RASIONAL
4. Memberikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5. Mengobservasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6. Memberikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
7. Kolaborasi :
a. Memberikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin
(vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster.
a. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk
dan defisiensi yag diidentifikasi.
b. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau
terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
IMPLEMENTASI
RASIONAL
1. Meningkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
4. Memantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses
infeksi local.
Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:
IMPLEMENTASI
RASIONAL
1. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dingin, tajam, tumpul.
3. Menginstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
D. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien dugunakan komponen
SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:
S : data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
O : data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang
dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A : analisis
Interpretasi dari data sunyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah atau diagnosis
keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat
perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subyektif dan obyektif.
P : planing
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
EVALUASI
Masalah Keperawatan
Catatan Perkembangan
Intoleransi aktifitas
P: Intervensi dilanjutkan
Masalah Keperawatan
Catatan Perkembangan
Intoleransi aktifitas
P: Intervensi dilanjutkan
Masalah Keperawatan
Catatan Perkembangan
Intoleransi aktifitas
P: Intervensi dilanjutkan
Masalah Keperawatan
Catatan Perkembangan
Intoleransi aktifitas
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin
menurun. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12
gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya
relatif mudah, bahkan murah.
B. SARAN
Hendaknya pelajar selalu menggali ilmu pengetahuan yang baru tentang ilmu keperawatan lainnya yang
menunjang bidang keperawatan serta dapat memanfaatkan buku-buku yang ada di perpustakaan untuk
menambah ilmu dan wawasan akan dunia keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC
M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC
Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
NANDA.