Vous êtes sur la page 1sur 6

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI


RUMAH SAKIT SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
Djoko Witojo *
Arif Widodo **
Abstract

Background: schizophrenia patient with hardness behavior at patient schizophrenia at psychopath hospital of
the make-up of its amount, and get ordered execute which is kinds of- kinds of with medication, column
insulation, cordage, and form critical team. From here human aspect by comprehensive likely less is getting
of attention in its execution. Therapeutic communications try to become bridge which can lay open cause
and give solution of is way of constructive marang without destroy others and environment. Target of: This
research aim to know therapeutic communications influence to behavioral degradation hardness behavior at
schizophrenia patient at home Psychopath Area Surakarta. Method research use design experiment true,
with pretest type control design group. Intake of Sample by using non sampling purposive type sampling
probabiility matching with inklusi. Result criteria: result of research, indicating that: with value test Paired t
test there are behavioral degradation of hardness at schizophrenia patient at treatment group and group
control by significant. And percentage only there is difference equal to mean value 6 % among two groups.
and Value difference between group control and this treatment group in test by using is Independent of t Test
discovered by value 0,324, this value is compared to smaller of p significant value 0,05 meaning the result
have a meaning of or significant. This matter answer hypothesizing early, meaning there is influence
applying of therapeutic communications to behavioral degradation of hardness.

Key word: therapeutic communication, behavioral of hardness, schizophrenia.

* Djoko W. : Perawat RSJD. Surakarta Jl. K.H. Dewantoro No. 80 Surakarta


Perum Harapan makmur Blok F Joho Mojolaban Sukoharjo 081548542578
** Arif Widodo: Dosen Keperawatan FIK UMS, Jl. A. Yani Tromol Post 1 Kartasura.

PENDAHULUAN yang besar ini menjadi tantangan bagi departemen


Perkembangan pelayanan kesehatan di kesehatan dalam menangani masalah ini.
Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehidupan Angka kejadian skizoprenia di Rumah
bangsa. Setelah Indonesia merdeka, pelayanan Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta menjadi
kesehatan terhadap masyarakat dikembangkan jumlah kasus terbanyak dengan jumlah 1.893
sejalan dengan tanggungjawab pemerintah pasien dari 2.605 pasien yang tercatat dari
melindungi rakyat Indonesia dari berbagai jumlah seluruh pasien pada tahun 2004. Itu
masalah kesehatan yang berkembang. Kesehatan berarti 72,7 % dari jumlah kasus yang ada.
adalah hak azazi manusia yang tercantum juga skizofrenia hebefrenik 471, paranoid 648, tak
dalam Undang Undang Dasar tahun 1945. Oleh khas 317, akut 231, katatonia 95, residual 116,
karenanya pemerintah telah mengadakan dalam remisi 15.
pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh Penderita gangguan jiwa yang dirawat
rakyat Indonesia. di RSJD Surakarta mengalami peningkatan
Dampak perkembangan jaman dan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Pada tahun
pembangunan dewasa ini juga menjadi faktor 2002 sebanyak 2..420 pasien dengan prosentase
peningkatan permasalahan kesehatan yang ada, hunian (BOR) 74%, tahun 2003 sebanyak 2.560
menjadikan banyaknya masalah kesehatan fisik pasien dengan prosentase hunian 84,49%. Pada
juga masalah kesehatan mental / spiritual. tahun 2004 sebanyak 2.605 pasien dengan
Pada masyarakat umum terdapat 0,2 - 0,8 prosentase 75,6 %, (Rekam Medik RS.JD,
% penderita skizofrenia (Maramis, 1994). Dengan 2005).
jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, Ruang model praktek keperawatan
maka jumlah yang mengalami skizoprenia professional (MPKP) yang ada di RSJD
sebanyak 400 ribu sampai 1,6 juta jiwa. Angka Surakarta adalah ruang Kresna, dengan

Pengaruh Komunikasi Terapeutik…( Djoko Witojo dan Arif Widodo ) 1


penerapan standar komunikasi terpeutik untuk terhadap keberhasilan pelaksanaan komunikasi
semua kasus asuhan keperawatan jiwa. terapeutik dalam rangka penurunan tingkat
Hasil wawancara dan observasi pada perilaku kekerasan kepada pasien dengan
ruang Kresna, pasien yang dirawat di ruang gangguan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
kresna mendapatkan pelayanan komunikasi Daerah Surakarta.
terapeutik sesuai standar yang ada. Angka Tujuan dari penelitian ini adalah
kejadian perilaku kekerasan di ruang Kresna untuk mengetahui bagaimana pengaruh
tahun 2004 sebanyak 43 pasien atau 15,7%. penerapan komunikasi terapeutik terhadap
Sedangkan pasien lain yang dirawat selain dl perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia di
ruang Kresna kurang mendapat komunikasi RSJD Surakarta.
terapeutik sesuai standar operasional prosedur,
sebanyak 230 pasien atau 84,3%.
METODE PENELITIAN
Perilaku kekerasan biasanya dilakukan
Jenis penelitian ini adalah true
oleh pasien skizofrenia jenis paranoid,
eksperimental design dengan menggunakan jenis
hebepfrenik, residual, dan akut. Karena pada
pretest control group design. (Sugiono, 1999).
jenis ini pasien seolah mendapatkan ancaman,
Tempat penelitian dilakukan pada Rumah Sakit
tekanan psikologis, dan menganggap orang lain
Jiwa Daerah Surakarta.
sebagai musuh. Reaksi yang spontan karena
Populasi adalah keseluruhan objek yang
halusinasi juga bisa berupa pukulan, ancaman,
dilakukan penelitian. (Arikunto, 2002) Populasi
dan ekspresi marah yang lain.
dari penelitian ini adalah semua pasien skizofrenia
Jenis pelayanan kesehatan yang biasa
yang mengalami perilaku kekerasan di RSJD
dilakukan pada penanganan pasien skizofrenia
Surakarta.
dengan perilaku kekerasan di atas adalah :
Pengambilan sample dilakukan dengan
isolasi ruangan, pemberian medika mentosa
non probability sampling dengan jenis purposive
(pengobatan), pengikatan, dan pembentukan tim
sampling. Pengambilan sampel dengan memilih
krisis (Stuart and Sundeen, 1998). Kesemuanya
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang
masih mengarah pada perlindungan pada aspek
memberikan kesempatan yang tidak sama pada
keselamatan pada pasien dan juga orang lain di
setiap populasi untuk menjadi sample, (Sugiono,
sekitarnya, namun belum mengarah pada aspek
1999). Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
penyebab kemarahan itu sendiri dan kurang
sampel yang mewakili populasi ini sebanyak 60
memperhatikan respon fisik dan psikologis dari
orang dengan dibagi menjadi 2 kelompok,
pasien. Seperti pelaksanaan komunikasi
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
terapeutik yang berusaha mengekspresikan
(perlakuan).
persepsi, pikiran, dan perasaan serta
Dengan kriteria inklusi yang akan diteliti
menghubungkan hal tersebut untuk mengamati
adalah sebagai berikut: Klien sedang dirawat
dan melaporkan kegiatan yang dilakukan (Stuart
inap di RSJD Surakarta. klien skizofrenia dengan
and Sundeen, 1998).
perilaku kekerasan., klien mengikuti jalannya
Komunikasi terapeutik dapat terjadi
penelitian dari awal sampai akhir dan klien tidak
jembatan penghubung antara perawat sebagai
sedang mengikuti jalannya Electro Convultio
pemberi pelayanan dan pasien sebagai
Therapy.
pengguna pelayanan. Karena Komunikasi
Variabel-variabel yang akan diteliti meliputi
terapeutik dapat mengakomodasi prtimbangan
:Variabel bebas yaitu pelaksanaan komunikasi
status kesehatan yang dialami pasien.
terapeutik mulai tahap preinteraksi, orientasi,
Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien
kerja dan terminasi. Dilakukan oleh perawat yang
secara holistik, meliputi aspek keselamatan,
sudah bersedia bekerjasama dalam penelitian
menggali penyebab dan mencari jalan terbaik
dengan kemampuan memahami komunikasi
atas permasalahan pasien. Juga mengajarkan
terapeutik dan standar operasional prosedur
cara-cara yang dapat dipakai untuk
asuhan keperawatan pada perilaku kekerasan.
mengekspresikan kemarahan yang dapat di
Variabel terikat yaitu perilaku kekerasan yang
terima oleh semua pihak tanpa harus merusak
dapat diobservasi pada pasien. Meliputi aspek:
(asertif).
tingkah laku, pembicaraan, komunikasi, aktivitas,
Melihat dari perkembangan
kebersihan dan penampilan din, emosi atau afek,
keberhasilan peningkatan pelayanan
jarak dan sikap badan, pola tidur, keyakinan dan
keperawatan khususnya perilaku kekerasan pada
spiritual.
pasien skizofrenia, perlu diadakan kajian

2 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.1, Maret 2008 : 1-6
Penelitian ini dilakukan dengan Distribusi karakteristik responden didapatkan
menggunakan alat ukur berupa format observasi hasil sebagaimana tabel 1 :
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Tabel .1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
(Arikunto, 1993) Dengan memberikan angka 1 Responden
(satu) apabila ada prilaku yang di tunjukan pasien Karakteristik Frekuensi %
dan 0 (nol) bila tidak ada perilaku yang dimaksud. 1. Umur
Kemudian menjumlahkanya secara keseluruhan. a. 18 – 45 38 64,3
Format observasi perilaku pasien ini b. 45 – 60 14 23,3
meliputi: Kuisioner tentang karakteristik c 60 – lebih 8 13,3
responden (identitas subyek penelitian) yang 2. Pekerjaan
meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, a. PNS 3 5
jenis diagnosa medis dan kuisioner tentang daftar b. Swasta 11 18,3
observasi aspek-aspek perilaku kekerasan yang c. Petani 18 30
dilakukan oleh pasien. d. Tidak kerja 22 46,6
Berdasarkan analisis statistik dengan 3. Jumlah rawat inap
menggunakan program SPSS versi 12.0 dapat a. Satu kali 6 10
diketahui untuk validits variabel perilaku b. 2 – 3 kali 14 23,3
kekarasan sebelum dilakukan untuk petest pada c. 4 – 5 kali 18 30,0
pelasksanaan penelitian teelah diujikan pada d. > 5 kali 22 36,6
kelompok uji sebanyak 20 responden. Pada uji 4. Pendidikan
didapati hasil sebagai berikut ini : dari 22 item a. SD 11 18,3
yang sudah mendapat perbaikan diuji cobakan di b. SMP 37 61,6
dapat hasil dengan r hitung antara 0,5036 – c. SMU 9 15,0
0,9059 dan hasil ini lebih tinggi dari nilai r tabel d. PT 3 0,5
sebesar 0,444 dengan menggunakan sigifikasi Dari tabel 1 dapat diamati bahwa frekuensi
nilai p < 0,05. berarti didapatkan hasil yang terbanyak menurut umur adalah dengan responden
valid. dengan rentang 18-45 tahun sebesar 63,3% dan
Berdasarkan hasil ujicoba didapatkan hail frekuensi terendah adalah rentang umur 60 tahun
uji yang reliabel dengan nilai cronbrach alpha keatas sebesar 13,3% dan terendah adalah PNS
sebesar 0,9509. Ini menunjukan bahwa alat (pensiunan / exs) sebesar 5%. Menurut pendidikan
tersebut reliabel. Dengan demikian maka alat responden terbanyak adalah SMP dengan nilai
yang dipakai untuk melakukan penelitian telah 61,6% dan terendah adalah Perguruan Tinggi
teruji validitas dan reliabilitasnya sehingga dapat sebesar 0,5%. Menurut jumlah dirawat inap
dipakai untuk proses penelitian selanjutnya. frekuensi terbanyak adalah lebih dari 5 kali
sebesar 36,6% dan terkecil adalah yang baru
HASIL DAN PEMBAHASAN pertama kali sebesar 10%. Dari keluhan marah
Pengambilan sampel dilakukan dengan yang dirasakan, frekuensi terbanyak pasien
skrining pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah skizofrenia adalah lebih dari 1 bulan 40% dan
Surakarta dengan memilih yang sesuai dengan terkecil adalah yang kurang dari satu minggu
kriteria subyek penelitian, antara lain pasien 28,3%.
skizofrenia dengan perilaku kekerasan, dibatasi Tabel 2 Distribusi Tingkat Perilaku Kekerasan
pada pasien rawat inap yang mengikuti dari awal Responden di RSJD Surakarta
penelitian sampai akhir proses. Kelompok Kelompok Kontrol
Tahap pretes & postest dilakukan dengan Tingkat
Perlakuan
Perilaku
jarak 24 jam dengan waktu yang sama, dengan Pre Post Pre Post
Kekerasan
saat pretest. Dalam penelitian ini diambil antara F % F % F % F %
pukul 15.00 – 17.00 WIB. ringan 12 40,0 16 53,3 12 40,0 14 46,6
Didapatkan pasien skizofrenia dengan
perilaku kekerasan sejumlah 60 responden dengan sedang 15 50,0 14 46,0 15 50,0 16 53,4
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok dengan perlakuan sebanyak 30 orang berat/ 3 10,0 0 0 3 10,0 0 0
amuk
dan kelompok kontrol sebanyak 30 orang.
Pembagian kelompok ini dengan memperhatikan Data tingkat perilaku kekerasan responden
karakteristik dan nilai rata-rata yang sesuai. dengan klasifikasi perilaku kekerasan ringan,
sedang dan berat ditampilkan dalam tabel 2 diatas.

Pengaruh Komunikasi Terapeutik…( Djoko Witojo dan Arif Widodo ) 3


Dari tabel 4. 2 diatas dapat diintepretasikan yang dianjurkan, karena jarang mengukur tanda
bahwa pada saat pretest sebagian besar responden tanda vital pasien baik setelah pengikatan maupun
mengalami perilaku kekerasan tingkat sedang secara berkala saat di ikat. Pengukuran tanda vital
50% pada kelompok perlakuan, dan 50% pada ini sangat penting untuk mengetahui
kelompok kontrol. Dan pada tingkat perilaku perkembangan kondisi fisik pasien.
kekerasan tingkat berat sebesar 10%, untuk (Saptaningrum , 2002)
masing-masing kelompok. Di rumah sakit jiwa Pada perilaku kekerasan tingkat ringan,
pasien dengan perilaku kekerasan ditempatkan komunikasi terapeutik yang diberikan dua kali
pada ruangan khusus Bangsal Amarta untuk akut dengan rentang 24 jam (1 hari) ini didapati dari
pria dan Bangsal Sembadra untuk akut wanita. nilai sama hasil antara pretes & postest sebesar
Dan pada postest didapat responden dengan 20%. Dan mampu menurunkan tingkat PK ringan
perilaku kekerasan tingkat berat mengalami sebesar 13%, sebanyak 6,6 mengalami kenaikan
penurunan menjadi tingkat sedang sebesar 10%. tingkat PK sebanyak 3 responden. Kenaikan ini
Jadi tidak ada lagi responden dengan perilaku disebabkan oleh gangguan proses pikir dan emosi
kekerasan tingkat berat pada saat postest. yang sering berubah juga adanya kemauan yang
Sampel pada responden dengan perilaku tidak mampu untuk dikontrol (Maramis, 1994)
kekerasan tingkat berat biasanya dilakukan fiksasi Banyak pasien yang dirawat inap di RSJD
(restrains) karena tidak bisa mengontrol Surakarta, merupakan pasien kambuhan dengan
perilakunya dan cenderung merusak diri sendiri dirawat bukan hanya pertama kali. Ini
dan orang lain. (Stuart and Sundeen, 1985). Ini mengakibatkan adanya sikap kurang baik yang
sesuai dengan yang dipaparkan Warno (2005) ditujukan keluarga untuk merawat pasien dengan
dalam penelitiannya tentang persepsi kekerasan menyerahkan perawatan di rumah sakit dan
yang dialami perawat dengan kecenderungan enggan untuk menjenguk ataupun merawat di
perilaku agresif yang dialami perawat. rumah walaupun kondisi pasien sudah baik dan
Uji deskriptif dengan menilai kesamaan bisa pulang (Drianto, 2004).
karakteristik dari kedua kelompok sampel Diagram paired dilakukan untuk
sebelum dilakukan perlakuan hendaknya memiliki mengetahui seberapa besar pengaruh terhadap
karakteristik yang sama dan dilakukan uji vasiabel yang diteliti. Dengan melihat nilai t dan p
kenormalan terhadap data yang didapat. dapat diketahui adanya pengaruh variabel bebas
Uji kenormalan menggunakan terhadap variabel terikat yang sedang diteliti.
Kolmogorof - Smirnov test didapati hasil yang Nilai P sebesar 0,001 yang lebih rendah dari 0,05
normal pada kelompok hasil data pretest dan menunjukan ada pengaruh atau ada signifikansi
postest kelompok kontrol dan data pretest dan diatara dua variabel yang sedang diteliti. Dengan
postest kelompok perlakuan. Dengan hasil yang nilai t kelompok perlakuan sebesar 5,124 dan
normal ini dapat dilanjutkan pada uji t test guna kelompok kontrol sebesar 0,517 yang lebih besar
mengetahui pengaruh antara pretest dan postet dari t tabel 2,045 untuk N sebanyak 30 responden
dan membedakan antara kelompok perlakuan dapat diartikan bahwa ada pengaruh yang
dengan kelompok kontrol. Hasil uji Kolmogorof - signifikan diantara dua variabel .
Smirnov didapat hasil signifikansi 0,261 – 0.503, Gambar 1. Penurunan perilaku kekerasan pretest
yang berada lebih banyak dari pada 0,05, oleh dan postest kelompok perlakuan dan kontrol:
karenanya paparan data yang didapat adalah
normal. 12,000
Dari tabel.2 dapat diintepretasikan bahwa 10,000
8,000 Series1
pelaksanaan komunikasi terapeutik yang benar 6,000
dapat dipakai untuk menurunkan tingkat perilaku 4,000 Series2
kekerasan (PK) tingkat berat menjadi PK sedang, 2,000
dan dapat menurunkan nilai tingkat perilaku 0
kekerasan pada PK sedang menjadi ringan, dan pretest postest
menurunkan nilai PK sedang, walaupun
kebanyakan masih dalam range PK sedang. keterangan :
Pada perilaku kekreasan tingkat berat yang - series 1 kelompok perlakuan
sedang dalam fiksasi akan dilepaskan apabila - series 2 kelompok kontrol.
sudah tidak membahayakan dan mampu untu Nilai mean pada kedua kelompok awalnya
diajak kerjasama. Pengikatan di Rumah Sakit Jiwa adalah equal dengan karakteristik nilai mean yang
Daerah Surakarta masih kurang memenuhi syarat sama 9,9667, setelah pretest kelompok yang

4 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.1, Maret 2008 : 1-6
mendapat perlakuan (kelompok A) menjadi 8,100 menimbulkan perubahan tingkah laku. Penerapan
mengalami penurunan sebesar 1,8667 atau 18,6% proses komunikasi terapeutik ini berarti dapat
dari nilai rata-rata pretest. Dan pada kelompok dipakai untuk meurbah perilaku kekerasan klien.
kontrol, dari nilai pretest yang sama menjadi Menurut Keliat (1994) tanda dan perilaku
8,7667 terjadi penurunan sebanyak 1,200 atau marah meliputi beberapa aspek antara lain
sebesar 12,0%. biologis, emosional, intelektual, spiritual, dan
Berdasarkan hasil analisis data statistik yang sosial. Dari penelitian ini berarti bahwa
dilakukan dengan nilai deskripsi nilai t dalam komunikasi terapeutik dapat dipakai untuk
tabel diatas dapat dilihat bahwa dapat dinyatakan menurunkan aspek biologis, emosional,
bahwa hipotesa awal yang berbunyi komunikasi meningkatkan aspek intelektual, memperbaiki
terapeutik dapat menurunkan tingkat perilaku hubungan sosial, dan meningkatkan kemampuan
kekerasan pada pasien skizofrenia adalah terbukti spiritual yang dialami pasien skizofrenia.
atau signifikan. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Hal ini dilihat dengan melihat besarnya nilai t sudah terbentuk layanan khusus untuk mengatasi
antara hasil lebih besar dari nilai t tabel, yaitu pasien dengan perilaku kekerasan ini. Diantara
nilai t 5.124 > 2,045. Atau melihat nilai layanan itu antara lain pemberian pengobatan,
signifikansi pada paired simple test yang sebesar pengikatan, isolasi ruangan, dan membentuk tim
0,00 lebih kecil dari nilai P < 0,05. krisis. Dan komunikasi terapeutik dapat diberikan
Untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan pada semua jenis layanan tersebut tanpa
pengaruh dari komunikasi terapeutik dan terpisah mengganggu ataupun menghalangi proses yang
dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sudah ada.(Stuart and Sundeen, 1998)
jalannya penelitian maka dilakukan Setelah melakukan penelitian dengan
pembandingan antara nilai mean kelompok menerapkan komunikasi terapeutik dalam
perlakuan dengan mean kelompok kontrol. Ada memberikan asuhan keperawatan pada kelompok
selisih sebesar 0,667. perlakuan maka secara klinik terjadi penurunan
Perbedaan perlakuan ini dapat juga dilihat dari tingkat perilaku kekerasan (PK) dari berat
analisis menggunakan data Independen T test nilai menjadi sedang sebanyak 3 responden sebesar
postest (Levene’s Test) yang menghasilkan angka 10%, dan dari PK sedang menjadi ringan
signifikansi sebesar 0,032 yang dapat diartikan sebanyak 1 responden sebesar 3,3%.
memberikan makna/signifikan, karena hasilnya Menurut Sugiono (1998) nilai signifikasi
lebih kecil dari 0,05. Seperti perbedaan nilai didapat dari perbedaan mean antara kelompok
Independen T test pre dan pos test yang ada dalam perlakuan dengan kelompok kontrol. Dengan
tabel dibawah ini : perhitungan rumus (01 – 02) – (03 – 04). Dengan
Tabel 3. Independent Sample Test Postest nilai dari t kelompok kontrol sebesar 1,174 (lebih
Levene’s Test besar dari t tabel 2,058). Keduanya menunjukkan
for Equality hasil yang signifikan dan bermakna.
Arti
of variances Untuk mengetahui besar kemaknaan
F Sig. perlakuan komunikasi terapeutik diantara kedua
Pos Equal variances kelompok yang mendapat perlakuan dan kontrol
assumted Equal 4.853 .032 Bermakna dapat diuji dengan melihat nilai Independent T
variances assumted
Test (Levane’s test for Equality of Mean) pada
Angka independen T test sebesar 0.032 independen samples test dengan hasil signifikasi
ini membuktikan pengaruh yang diberikan oleh sebesar 0,032 kurang dari 0,05% . Ini berarti
penerapan komunikasi terapeutik terhadap mempunyai nilai kemaknaan yang signifikan.
perilaku kekerasan ini signifikan, karena bernilai Dengan hasil yang kurang dari 0,05 ini
kurang dari 0,05%. Dan uji ini di usahakan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
membebaskan dari faktor lain yang dapat antara komunikasi terapeutik terhadap penurunan
mempengaruhi hasil jalannya penelitian. Faktor- perilaku kekerasan pasien skizofrenia. Dan
faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil dari membuktikan bahwa hipotesa diawal adalah benar
penelitian ini adalah pemberian pengobatan, atau terbukti.
pengikatan, isolasi ruangan, pelaksanaan terapi Yang menjadi keterbatasan dalam
E.C.T. penelitian ini adalah : Adanya faktor perancu yang
Menurut Yuwono (1985) komunikasi tidak mungkin dihilangkan, antara lain
adalah keinginan mengajukan pengertian dari pengobatan, pengikatan, pemberian isolasi
pengirim pesan kepada penerima pesan dan ruangan, pelaksanaan terapi E.C.T. Pola pikir dan

Pengaruh Komunikasi Terapeutik…( Djoko Witojo dan Arif Widodo ) 5


perilaku pasien skizofrenia yang terkadang tidak komunikasi terapeutik pada semua jenis
konsisten dan bagi peneliti sukar untuk penyakit yang ada, khususnya pasda
memahaminya pasien skizoprenia dengan perilaku
kekerasan.
KESIMPULAN DAN SARAN 2. Penerapan komunikasi terapeutik dapat
Secara statistik terdapat penurunan dilakukan pada semua pasien dengan
tengkat perilaku kekerasan pada pasien semua jenis penyakit yang ada di semua
skizofrenia yang bermakna pada respnden yang ruangan, misal pasien menarik diri,
dilakukan penerapan komunikasi terapeutik.Nilai halusinasi, isolasi sosial, harga diri
Independent T Test digunakan untuk rendah.
membedakan signifikansi antara kelompok 3. Bagi para perawat hendaklah selalu
kontrol dan kelompok perlakuan yang semua meningkatkan kemampuan komunikasi
mengalami penurunan perilaku kekerasan dan terapeutik untuk meningkatkan pelayanan
didapat hasil signifikan dengan nilai 0,32. kepada pasien secara komperehensif dan
Perilaku kekerasan tingkat ringan kurang paripurna.
mengalami penurunan setelah dilakukan 4. Bagi penelitian yang selanjutnya
komunikasi terapeutik dibandingkan pada PK hendaklah menggunakan responden
tingkat sedang dan berat. secara random dan mengeliminir faktor
faktor lain yang dapat mempengaruhi
Saran hasil penelitian dengan menggunakan
1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta evaluasi secara time series sesuai waktu
hendaknya berusaha menerapkan yang telah dijadwalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S, 1998, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Depkes RI 1998, Pedoman Diagnosis dan Standar Pelayanan Medik Gangguan Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Pusat Surakarta, RSJP Surakarta.

Driyanto A, 2004, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Klien Skizofrenia
Yang Kambuh Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, Skripsi Penelitian, STIKES Ngudi Waluyo,
Ungaran.

Maramis, WF, 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press Surabaya.

Saptaningrum E, 2002, Pelaksanaan pemenuhan Kebutuhan Dasar Klien Yang Sedang Dilakukan
Pengekangan Fisik Di Rumah Sakit Jiwa Bandung, Skripsi, PSIK FK UNPAD, Bandung.

Stuart and Sundeen, 1981, Principles and Practice of Psiciatric Nursing, the CV, Mosby Company Toronto.

Stuart and Sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, EGC, Jakarta.

Sugiono, 1998, Methode Penelitian Administrasi, CV Alvabeta Press, Bandung.

Townsend, 1998, diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Warno, 2005, Hubungan Antara Persepsi Kekerasan Yang Dialami Perawat Dengan Kecenderungan Perilaku
Agresif Pada Perawat Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, skripsi, PSIK STIKES Ngudi
Waluyo, Ungaran.
Widodo A, 2003, Pendidikan Kesehatan Jiwa Pada Keluarga Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Surakarta, Tesis, Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta.

Yuwono S, 1985, Iktisar Komunikasi Administrasi, Liberty, Yogyakarta.

6 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.1, Maret 2008 : 1-6

Vous aimerez peut-être aussi