Vous êtes sur la page 1sur 14

TUGAS KELOMPOK

Mata Kulah Sistem Muskuloskeletal

KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


OSTEOARTRITIS

Di Susun Oleh :

1. Abdul Azis 13. Ayu Hangayomi


2. Abdul Ghoni 14. Budiono
3. Agin Ginanjar Novianto 15. Danang Rifaudin
4. Ahmad Anwarullah 16. Dewi Nur Afriani
5. Ahmad Fajar Muhajir 17. Dwi hastuti
6. Ahmad Syauqi Mubarok 18. Dwi Martini
7. Anang Tri Wijaya 19. Endar Setyaningsih
8. Angga Wahyu Priambudi 20. Erdhian yudha Pratama
9. Anggit Tri Atmojo 21. Eva Kusuma Pratna Pranita
10. Anniza Rahma Dwi Yanti 22. Evins Cahyoni
11. Apresia Murtati 23. Fian Rizky Utami
12. Avilia Kusumaningrum

PROGRAM STUDI TRANFER SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEARTRITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi Osteoartritis
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan
adanya gangguan pembentukan tulang baru pada permukaanpersendian.
(Price A, Sylvia, 2005).
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah
pasiennya sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis.
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul
pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih
sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu
melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel
manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku
tangan, lutut, pinggang dan pinggul.

2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari
tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya.
Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi.
Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu
tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada
sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya
orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoarthritis hampir tak pernah ada pada anak-anak, jarang pada umur
dibawah 40 tahun dan sering padaumur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin
Pada wanita sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi, dan lelaki
lebih sering terkena osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang
lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada pathogenesis osteoarthritis
(Soeroso, 2006).
c. Riwayat Trauma Sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko
terjadinya osteoarthritis. Trauma berpengaruh terhadap kartilago
artikuler, ligament ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika
sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature
(Shiqqui, 2008).
d. Pekerjaan
Osteoarthritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannya
sering memberikan tekanan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan
juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoarthritis.
Sebagai contoh, tukang jahit, osteoarthritis lebih sering terjadi didaerah
lutut, sedangkan buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang
(Dewi SK, 2009).
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi lain
(tangan atau stemoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban
mekanis tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
f. Factor Gaya Hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa factor gaya hidup
mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoarthritis. Contohnya
adalah kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan
kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan
kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan
(Eka Pratiwi, 2007).
g. Genetic
Factor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi inter
falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoarthritis pada sendi-sendi
tersebut, dan anak perempuannya cenderung mempunyai tiga kali lebih
sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis
(Soeroso, 2007)
h. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoarthritis paha lebih jarang diantar oragorang kulit hitam
dan Asia daripada Kaukasia. Osteoarthritis lebih sering dijumpai pada
orang-orang amerika asli (Indian) daripada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan ccara hisup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan (Soeroso J. et all,
2007).

3. Klasifikasi
Osteoarthritis dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu OA Primer
dan OA Sekunder. OA Primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya
factor genetic yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak.
Sedangkan OA Sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti
kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.Proses degenerasi
ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering
terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul
lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut.
Perubahan -perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi
dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan ronggasendi
yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau
nodulus.

5. Manifestai Klinis
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dpaat ditmbulkan
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri sendi
b. Hambatan gerakan sendi
c. Kaku pagi
d. Krepitasi
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
f. Tanda-tanda peradangan
g. Perubahan gaya berjalan

6. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih
mendukung adanya osteoarthritis, anatara lain sebagai berikut:
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang,
pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan
bentuk sendi, dan destruksi tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan
sendi.
c. Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan
sebelum tampak di foto polos.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local,
sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan
diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan
bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam
serum, karena factor ini meningkat secara normal paa peningkatan usia.
Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada
sinovitis yang luas.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi
apabila penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam
komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang
terparah ialah terjadi kelumpuhan.

8. Penatalaksanaan Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang
gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan
dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya,
dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis
terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi
karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis,
yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag
tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi
tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stress padasendi, kekakuan sendi pada pagi hari.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur
atau kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,
sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri
missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi
makanan atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi asimetri
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama
pada pagi hari).
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,
demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan
peran, isolasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi
b. Hambatan mobilitas fisik berhunungan dengan penurunan ketahana,
penurunan kekuatan otot, kaku sendi.
c. Gangguan cita tubuh berhubungan perubahan kemampuan melakuak
tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy,
ketidakseimbangan mobilitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
antara lain penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
depresi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol
2) Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan
3) Mengikuti program terapi
4) Menggunakan keterampilan reaksasi dan aktivitas hiburan kedalam
program control nyeri.
Intervensi:
1) Kaji keluhan nyeri: catat lokasi dan intervensi nyeri (skala 0-10).
2) Beri matras/kasur keras, bantal kecil, tinggikan tempat tidur sesuai
kebutuhan saat klien beristirahat/tidur
3) Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau
duduk dikursi. Tinggikan istirahat ditempat tidur sesuai indikasi.
4) Berikan masasage yang lembut
5) Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi
progresif sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman
imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.
6) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
7) Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.
b. Hambatan mobilitas fisik berhunungan dengan penurunan ketahana,
penurunan kekuatan otot, kaku sendi.
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan
kontraktor
2) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
kompensasi bagian tubuh
3) Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas
Intervensi:
1) Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
2) Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
3) Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-
menerus dan tidur malam hari tidak terganggu.
4) Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan
isometric jika memungkinkan.
5) Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.
6) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat
bantu mobilitas/kursi roda penyelamat
7) Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.
c. Gangguan cita tubuh berhubungan perubahan kemampuan melakuak
tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy,
ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil:
1) Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan
kemungkinan keterbatasan.
2) Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.
Intervensi:
1) Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan.
2) Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual
3) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
4) Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
5) Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
6) Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
7) Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal
aktivitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
antara lain penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
depresi.
Kriteria Hasil:
1) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
pada kemampuan klien.
2) Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
3) Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan.
Intervensi:
1) Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi rencana untuk memodifikasi lingkungan.
4) Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.
DAFTAR PUSTAKA

Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses


Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC

Pearce, Evelin C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama

Ismayadi. 2007. Penyakit Muskuloskeletal Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal 15


November 2017, pukul 19.30 WIB).

Eka Pratiwi Maharani.2007. Penyakit Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal 15


November 2017, pukul 19.30 WIB)

Vous aimerez peut-être aussi