Vous êtes sur la page 1sur 25

Overblog Follow this blog

Rechercher

Login Create my blog

Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

Posted by Aliyatul Muhimmi Sunday, November 30 2014

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Diare adalah kehilangan cairan dan ekolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau
lebih BAB dengan tinja yang encer atau cair.Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada
system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal
dengan “penyakit diare” karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan
penanggulangan. Penyakit diare terutam pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena
dapat membawa bencana bila terlambat.

Walaupun penyakit diare tidak semua menular misalnya karena faktor malabsorbsi, tetapi perlu
perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi serta
tempat pakaian kotor tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan mengenai penyakit.
Penyakit diare dapat menyerang siapa saja mulai dari anak, dewasa maupun orang tua (lansia) dan
penyakit diare ini biasanyakebanyakan disebabakan oleh infeksi.

TUJUAN

Agar mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, membuat
diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diare.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat

pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).

ETIOLOGI

Faktor infeksi

Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab utama diare pada
anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-virus, rotavirus, astrovirus.

Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida albicans).

Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA),
transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada
bayi dan anak berumur 2 tahun.

Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat

Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)

Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

Malabsorbsi lemak

Malabsorbsi protein

Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)

Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar.

Faktor imunodefisiensi

Faktor obat-obatan, antibiotik

Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

TANDA DAN GEJALA

Tanda

Cengeng,Anus dan daerah sekitar lecet, BB menurun,Turgor berkurang,Mata dan ubun-ubun besar dan
menjadi cekung (pada bayi), Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, Nadi cupat dan
kecil, Denyut jantung jadi cepat,TD menurun Kesadaran menurun, Pucat, nafas cepat, Buang air besar
4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa, Suhunya tinggi

Gejala

Tidak nafsu makan, Lemas, Dehidrasi, Cengeng, Oliguria, Anuria Rasa haus

PATOFISIOLOGI

Sebagai akibat diare baik akut/kronis akanterjadi:

Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input) merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare
Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)

Asidosis metabolik terjadi karena: Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja, Adanya ketosil
kelaparan, Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh.Terjadi
penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler

Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare.Pada orang dengan gizi cukup
(baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada anak sebelumnya pernah menderita lalep).

Gangguan gizi

Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan BB dalam
waktu singkat.Hal ini disebabkan karena makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena
hiperperistaltik.Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat
dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang berlebihan.Mikroorganisme yang
masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan areapermukaan intestinal, perubahan
kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.

Gangguan sirkulasi darah

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguansirkulasi darah berupa
kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat dan mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong
penderita dapat meninggal.

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin
disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu.Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare.Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:

Diare dengan dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 5% dari berat badan

Kesadaran baik (samnolen)

Mata agak cekung

Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal

Berak cair 1-2 kali per hari

Lemah dan haus

Ubun-ubun besar agak cekung

Diarae dengan dehidrasi sedang

Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan

Keadaan umum gelisah

Rasa haus

Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat

Mata cekung

Turgor dan tonus otot agak berkurang

Ubun-ubun besar cekung

Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik

Diare dengan dehidrasi berat

Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan

Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)

Denyut nadi cepat nsekali


Pernafasan kusmaul (cepat sekali)

Ubun-ubun besar cekung sekali

Mata cekung sekali

Turgor/tonus kurang sekali

Selaput lendir kurang/asidosis

KLASIFIKASI

Diare Akut Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat.

Diare Kronis Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu

Diare osmotik : Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan). Pada diare
osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak
diabsorbsi. Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah besar (>
160 mOsm/L). Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat
badan lahir rendah dan bayi baru lahir. Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat
diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.

Diare sekretorik : Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan. Diare sekretorik jarang dan
merupakan kelainan pada bayi. Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak. Tinja mempunyai
kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Makroskopis

Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.

Mikroskopis

Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95 mEq/l ), kalium dalam
tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ). PH dan kadar gula dalam tinja
dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga terjadi intoleransi gula. PH normal kurang dari 6,
Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah, lebih cepat dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas
darah nilai jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolikalkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi
peningkatan menunjukan adanya dehidrasi. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan
menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan darah lengkap, Darah lengkap meliputi
elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl,
hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
Duodeual Intubation. Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela, Crypto Sporodium
danE. Colienteroagregatif. Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan
adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.

KOMPLIKASI

Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan, sedang, berat,
hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak dalam
waktu yang singkat.

Dehidrasi tonik

Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan ekstra sel yang sisa sama
dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l

Dehidrasi hipotonik

Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan laboratorium kadar ion
natrium dalam serum, 131 mEq/l.

Dehidrasi hipertonik

Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena cairan peroral sangat
kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia,
pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum > 150 mEq/l

Berdeasarkan derajatnya

Dehidrasi ringan

Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi normal, hanya ada
ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental normal.
Dehidrasi sedang

Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun, frekuensi janting
meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan
frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.

Dehidrasi berat

Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering, merah, kadang sianosis,
tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada,
nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus meningkat

Hipernatremia

Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6 bulan ). Biasanya
terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau makanan kurang / cairan yang
diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi
oralit dalam jumlah berlebihan.

Hiponatremia

Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na. Penderita gizi buruk
mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.

Demam

Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya akan timbul
jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi karena
dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan akan turun setelah mengalami
hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.

Asidosis Metabolic

Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai kompensasi terjadi
asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan dalam.
Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)

Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang ditandai
dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung

Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase

Ileus paratukus

Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat anti
motilitas.

Intoleransi laktosa

Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat menimbulkan
volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala dehidarasi memburuk dan tinja terdapat
reduksi dalam jumlah cukup banyak.

Kejang, terjadi karena :

Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama

Kejang demam

Hipernatremia dan hiponatremia

Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis, ensefalitis/epilepsi.

Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.

Mutah : Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan gangguan
fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat disebabkan karena pemberian
cairan oral terlalu cepat.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

Pemberian cairan

Belum ada dehidrasi

Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi

Dehidrasi ringan

1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)

selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)

Dehidrasi sedang

1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)

selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.

Dehidrasi berat

Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.

1 jam pertama

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1


set infus 1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:

12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml =


20 tetes).

16 jam berikut:

125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.1 jam pertama:

30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikutnya:

10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

16 jam berikutnya:

125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa
intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg

1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikut:

10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

16 jam:

105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)

Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g

Kebutuhan cairan:

125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.

Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20


tetes).

20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)atau 2 ½


tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .

Kebutuhan cairan:

25 ml/kgBB/24jam

Jenis cairan:

Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)

Sama dengan pada bayi baru lahir.

Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat. Misalnya untuk anak umur 1
bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.

Jenis cairan: DG aa

Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).

4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau


5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).

20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml =


15tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

Pemberian cairan pasienMEP tipe marasmik.


Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1 bulan – 2 tahun jumlah
cairan 200 ml/kg BB/24 jam.

Pengobatan dietetik

Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:

Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh).

Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).

Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam lemak berantai
sedang atau jenuh.

Obat-obatan

Obat anti – sekresi

Obat spasmolitik

Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.

Cairan per oral :

Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO-3, KCl dan glukosa.

Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.

Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.

Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).

Cairan parenteral : Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan
BBnya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Anamnesa

Umur : pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan berlebih. Pada pasien muda
dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi lactase, sindrom kolon iritatif.

Frekuensi diare : biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin sering,
berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah makan

Lamanya diare : diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama

Nyeri Abdomen : nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus, sedangkan nyeri
sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun sindrom mauoun usus iritabel

Data subyektif :

Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia, badan panas.

Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x

Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau lingkungan.

Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya

Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan makanan pedas.

Data obyektif :

Mata cekung

Ubun – ubun besar dan cekung

Turgor kulit kurang dan kering


Lidah, bibir dan mukosa kering

Konsistensi feses cair

Peningkatann suhu tubuh

Penurunan BB

Pasien tampak lemah dan lemas

Pemeriksaan Fisik

Kepala dan Muka

Kepala :inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agakcekung

Rambut: terjadi rontok atau merah karena malnutrisi

Mata: mata pada umumnya agak cekung

Mulut: mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering bibir sianosis.

Pipi: pada tulang pipi biasanya menonjol

Wajah: tampak lebih pucat

Leher : Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid

Jantung : Menimbulkan aritmia jantung

Abdomen

Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi Perkusi : tympani ( kembung)

Palpasi: umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan dapat terjadi kejang perut
.
Auskultasi : bising usus >30x / menit

Anus : Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya

Kulit : Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik kesadaran :
compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat terjadiapatis, somnolen, kadaang sopokomateus.

Keadaan umum : sedamg atau lemah

Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :

TDmenurun ( missal 90/40 mmHg )

Nadi sepat sekali (tachikardi )

Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya infeksi dalam usus

Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya kompensasi asam basa.

Pemeriksaan Penunjang

Data laboratorium

Pemeriksaan Tinja

makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari

mikroskopis: Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal dalam tinja 55 – 95 mEq/l, kalium
normalnya 25 – 26 mEq/l,HCO3 normalnya 14 – 31 meq/l.

Pemeriksaan PH

PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila didugaterjadi
intoleransi gula.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat lagi dengan dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah

Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

Pemeriksaan Darah

Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan adanya dehidrasi, hemoglobin,
hematokrit, dan BUN biasanya mengalami penurunan pada diare akut

Duodenal Intubation

untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada diarekronik.

Rekto kolonoskopi

kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih dari 10 haritidak berhenti /
cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi sangat perlu . Bila diare berdarah mutlak perlu
dilakukan rektokolomoskopi.

Foto sinar X ( Rontgen )

foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akur peranan

Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare kronik dimana pemeriksaan sinar X
memegang peranan yang sama dengan endoskopi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi.

Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.


Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

INTERVENSI

Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan
cairan dan elektrolit terpenuhi.

Kriteria Hasil :

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. Membran mukosa lembato, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

Monitor status hidrasi (kelemahan membran mukosa, nadi adekuat)

Monitor vital sign

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

Monitor cairan/makanan dan hitung intake kalon harian

Kolaborasikan pemberian cairan IV

Berikan obat oral sesuai dengan advis

Berikan health education pada pasien dan keluarga tentang penyakit diare

Untuk mengetahui tanda tanda dehidrasi

Untuk mengetahui gejala dini yang terjadi pada pasien

Untuk memastikan dengan tepat input dan output pasien

Untuk memberikan diit dan cairan yang tepat

Dapat memberikan cairan yang sesuai dengan kebutuhan

Untuk mencegah komplikasi yang terjadi


Untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien
terpenuhi

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal)

Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (pasien mengerti jadwal makanan dan jenis makanan)

Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi (tanda-tanda malnutrisi dan jenis makanan bibir pecah-pecah kulit,
rambut rontok, BB menurun dan rambut kemerahan)

Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan menelan (pasien mau makan, porsi makan habis)

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti (BB normal)

Kaji status pasien

Dan faktor-faktor penyebab kurangnya intrake nutris kien

Anjurn pada klien, untuk makan dalam porsi kecil taapi sering.

Hindari makanan yang keras dan makanan yang banyak mengandung lemak.

Sajikan makanan dalam keadaan hangat

Timbang BB tiap pagi

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat

Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan pasien.

Mencegah peransangan yang mendadak pada lambung.

Untuk mrnghindarkan instansi pada daerah pencernaan

Untuk merangsang nafsu makan klien

Untuk mengetahui perubahan BB klien


Untuk memberikan diit yang tepat

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Diare juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer
atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat
dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

SARAN

Diharapan mahasiswa lebih banyak lagi mengembangkan ilmu pengetahuan terutama bidang
keperawatan sehingga kedepannya ilmu kesehatan terutama ilmu keperawatan lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Jakarta: EGC.

Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.Jakarta: EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.Jakarta: EGC.

Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24.Jakarta: Djambatan.

Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis.Jakarta:Gaya Baru.

Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi.Yogyakarta: Prima Medika.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama

Share this post

0Save Repost 0

Subscribe to newsletter

You might also like:

seksio sesarea

seksio sesarea

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Kandung Kemih

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Kandung Kemih

To read

Historical Photos Not Shown In History Books

OMG!

What the Cast of 'Vikings' Looks Like in Real Life


SportzBonanza

Here Are 5 Free Antivirus Products You Can Trust

My Antivirus Review

[Gallery] These Are The Most Promising Crypto Currencies Right Now

Letstock.net

Recommanded by

← Previous postNext post →

pelatih anak08/07/2016 20:49Reply

ini makalah apa skripsi tentang anak ya min?

Aliya08/17/2016 16:32

Askep

Top

ABOUT THIS BLOG

Asuhan Keperawatan

materi kuliah asuhan keperawatan


SEARCH

Search...

FOLLOW US

RSS

http://aliyanurse33.over-blog.com/rss

NEWSLETTER

Subscribe to be notified of future posts.

Email

Enter your email here

CATEGORIES

Healt (1)

ARCHIVES

2014

RECENT POSTS
THEME: KESEMUTAN © 2012 - HOSTED BY OVERBLOG

See the profile of Aliyatul Muhimmi on the Overblog portal Create your blog with Overblog Top posts
Contact Report abuse Terms of service Royalties Partnership Program Premium plans Cookies and
personal data

By continuing your visit to this site, you accept the use of cookies. They ensure the proper functioning of
our services and display relevant ads. Learn more about cookies and act. Accept

Vous aimerez peut-être aussi