Vous êtes sur la page 1sur 116

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENANGANAN


SAMPAH MEDIS PADA PETUGAS CLEANING SERVICE
DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:
THERESIA VERONIKA
NIM : 111000174

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

1
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENANGANAN
SAMPAH MEDIS PADA PETUGAS CLEANING SERVICE
DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
THERESIA VERONIKA
NIM : 111000174

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

2
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP PEMAKAIAN

ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENANGANAN SAMPAH MEDIS

PADA PETUGAS CLEANING SERVICE DI RSUD DR. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya

sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Oktober 2015


Yang membuat pernyataan

Theresia Veronika

3
4
ABSTRAK

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya


kesehatan, dan mudah terjangkit penyakit. Petugas cleaning service mempunyai
risiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat
medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum suntik bekas maupun
selang infus bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit dapat
meningkatkan risiko untuk terkena penyakit infeksi bagi petugas cleaning service
rumah sakit.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung
diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2015. Populasi penelitian adalah seluruh petugas cleaning
service dalam penanganan sampah medis RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dan diperoleh jumlah sampel
sebanyak 11 orang responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan petugas cleaning
service terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis
termasuk dalam kategori baik (63,6%), untuk sikap termasuk dalam kategori
positif (63,6%), sedangkan untuk tindakan termasuk dalam kategori tidak lengkap
memakai alat pelindung diri (90,9%).
Pihak rumah sakit disarankan untuk meningkatkan pengawasan dan
pembinaan dalam penggunaan alat pelindung diri, menyediakan alat pelindung
diri tubuh berupa pakaian kerja khusus bagi petugas cleaning service dalam
penanganan sampah medis, memberikan sanksi tegas bagi petugas cleaning
service yang tidak patuh dalam menggunakan alat pelindung diri serta
penghargaan bagi petugas cleaning service yang patuh dalam menggunakan alat
pelindung diri. Petugas cleaning service hendaknya memakai alat pelindung diri
secara lengkap sesuai dengan alat pelindung diri yang telah disediakan pihak
rumah sakit berupa sarung tangan kulit, sepatu boot dan masker.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, tindakan, alat pelindung diri (apd)

5
ABSTRACT

The hospital is a workplace which at risk of health hazards, and easily


contract to the disease. Cleaning service are people at risk for exposure to
hazardous biological substances (biohazard). Contacting to the disposable
medical instruments (disposable equipment) such as used syringes and IV line
scars, and cleaning the entire room in a hospital can increase the risk of
infectious diseases for hospital cleaning service.
This is descriptive study that aims to describe the knowledge, attitudes and
actions against the use of personal protective equipment in the handling of
medical waste due to cleaning service at the Dr. Pirngadi Hospital Medan in
2015. The study population was all cleaning service in the handling of medical
waste in Dr. Pirngadi Hospital Medan. The sampling was done by total sampling
and obtained a total sample of 11 respondents.
The result showed that knowledge on the use of personal protective
equipment in the handling of medical waste was in a good category (63,6%), the
category of positive attitude (63,6%), while for the actions included in the
category of incomplete wear personal protective equipment (90,9%).
The hospital advised to improve supervision and guidance in the use of
personal protective equipment, providing personal protective equipment body in
the form of working clothes specifically for the cleaning service in the handling of
medical waste, providing strict punishment for cleaning service disobedient in the
use of personal protective equipment and awards for cleaning service abiding in
the use of personal protective equipment. Cleaning service should wear personal
protective equipment in full accordance with the personal protective equipment
has been provided by the hospital such as leather gloves, boots and a masks.

Keyword: Knowledge, attitude, action, personal protective equipment (ppe)

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Terhadap

Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas

Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak sekali

memperoleh bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas

kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Mhd Makmur Sinaga, MS, selaku Ketua Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya serta dengan sabar memberikan

bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

4. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM.,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing

II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya serta dengan sabar

7
memberikan bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina S, MS., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

6. Seluruh dosen khususnya Dosen Departemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja FKM USU yang telah memberikan pengarahan

dan bimbingan dalam mengikuti perkuliahan di Faklutas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pegawai dan karyawan FKM USU yang telah membantu

kelancaran skripsi ini.

8. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, Bapak Khairuddin, ST

selaku Kepala Bagian Perlengkapan dan Pemeliharaan (Koordinator

Cleaning Service), dan Bang Hera Isnandar selaku Pengawas

Cleaning Service RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan

izin dan bantuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Orang tua tercinta (J. Napitupulu dan R. Sinaga) yang selalu memberi

dukungan, doa dan kasih sayang serta memberi motivasi untuk tetap

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakak tersayang (Silvia Mika Yanti Napitupulu) dan adik tersayang

(Roy Bornok Napitupulu) yang telah memberi motivasi dan semangat

dalam penulisan skripsi ini.

8
11. Sahabat-sahabatku tersayang : Christin Irianita Purba dan Rianta Sri

Karina Tarigan, yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi

dalam penulisan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku SOLAFIDE : Lulu Marbun, Martha Helen, Nova

Sitinjak, dan Marini terimakasih atas persahabatan, motivasi, doa dan

kebersamaan kita selama ini.

13. Teman-teman QUASIMODOGENITI : Kak Heny, Elis, Lulu, Martha

Helen, Martharia, Ratna, terimakasih atas motivasi, doa dan

kebersamaan kita.

14. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di Peminatan K3, terimakasih atas

kerjasama dan kebersamaan kita selama ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2015

Penulis

9
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... i


ABSTRAK ....................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8

2.1 Perilaku .................................................................................................. 8


2.1.1 Pengetahuan .......................................................................................... 8
2.1.2 Sikap .................................................................................................... 11
2.1.3 Tindakan .............................................................................................. 12
2.2 Umur .................................................................................................... 13
2.3 Pendidikan ........................................................................................... 14
2.4 Masa Kerja .......................................................................................... 15
2.5 Alat Pelindung Diri ............................................................................. 15
2.5.1 Pengertian Alat Pelindung Diri ........................................................... 15
2.5.2 Kriteria Alat Pelindung Diri ................................................................ 18
2.5.3 Macam-macam Alat Pelindung Diri .................................................... 19
2.5.4 Jenis APD Bagi Petugas Cleaning Service ......................................... 26
2.6 Rumah Sakit ........................................................................................ 26
2.7 Sampah Medis ..................................................................................... 28
2.7.1 Penanganan Sampah Medis ................................................................. 30
2.7.2 Tahapan Penanganan Sampah Medis .................................................. 32
2.8 Petugas Cleaning Service .................................................................... 38
2.8.1 Tugas Pokok Petugas Cleaning Service .............................................. 39
2.8.2 Sistem Kerja Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi
Medan .................................................................................................. 39
2.9 Kerangka Konsep ................................................................................ 41

10
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 42

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 42


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 42
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................................. 42
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................. 42
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 42
3.3.1 Populasi ............................................................................................... 42
3.3.2 Sampel ................................................................................................. 42
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 43
3.4.1 Data Primer ......................................................................................... 43
3.4.2 Data Sekunder ..................................................................................... 43
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..................................... 43
3.6 Metode Pengukuran ............................................................................. 44
3.6.1 Pengetahuan ........................................................................................ 44
3.6.2 Sikap .................................................................................................... 44
3.6.3 Tindakan .............................................................................................. 45
3.7 Instrumen Penelitan ............................................................................. 45
3.7.1 Kuesioner ............................................................................................ 45
3.7.1.1 Validitas .............................................................................................. 45
3.7.1.2 Reliabilitas ........................................................................................... 46
3.7.2 Formulir Observasi .............................................................................. 47
3.8 Pelaksanaan Perolehan Data ................................................................ 47
3.9 Metode Analisis Data .......................................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 49

4.1 Gambaran Umum RSUD Dr. Pirngadi Medan...................................... 49


4.1.1 Sejarah RSUD Dr. Pirngadi Medan .................................................... 49
4.1.2 Visi RSUD Dr. Pirngadi Medan .......................................................... 52
4.1.3 Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan ......................................................... 52
4.2 Karakteristik Petugas Cleaning Service dalam Penanganan Sampah
Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan .................................................. 52
4.2.1 Umur .................................................................................................... 52
4.2.2 Tingkat Pendidikan ............................................................................. 53
4.2.3 Masa Kerja .......................................................................................... 54
4.3 Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan terhadap Pemakaian
Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis pada
Petugas Cleaning Service Di RSUD Dr. Pirngadi Medan .................. 55
4.3.1 Pengetahuan Responden terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri
dalam Penanganan Sampah Medis ...................................................... 55
4.3.2 Sikap Responden terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri
dalam Penanganan Sampah Medis ...................................................... 57
4.3.3 Tindakan Responden terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri
dalam Penanganan Sampah Medis ...................................................... 60

11
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 63

5.1 Gambaran Karakteristik Petugas Cleaning Service dalam


Penanganan Sampah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan ................ 63
5.1.1 Umur .................................................................................................... 63
5.1.2 Tingkat Pendidikan ............................................................................. 64
5.1.3 Masa Kerja .......................................................................................... 64
5.2 Pengetahuan Petugas Cleaning Service terhadap Pemakaian Alat
Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan ................................................................................... 65
5.3 Sikap Petugas Cleaning Service dalam Penanganan Sampah Medis
di RSUD Dr. Pirngadi Medan ............................................................. 67
5.4 Tindakan Petugas Cleaning Service dalam Penanganan Sampah
Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan .................................................. 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 73


6.2 Saran .................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75


LAMPIRAN

12
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Sesuai Kategorinya......33

Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Perolehan Data.......................................47

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok


Umur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.....................52

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat .


Pendidikan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.............53

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja di


RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015....................................54

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden terhadap


Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah

Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.....................55

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di RSUD


Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015...............................................56

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pemakaian


Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015...............................58

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di RSUD


Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015...............................................59

Tabel 4.8 Distribusi Observasi Tindakan Responden terhadap


Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah
Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015....................60

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden di RSUD


Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015...............................................61

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan


dengan Tindakan Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2015……………………………………………………62

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap dengan


Tindakan Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2015……………………………………………………62

13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.9 Kerangka Konsep ........................................................................41

Gambar 4.1 Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan umur .....53

Gambar 4.2 Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat


pendidikan …………………………………………....………..53

Gambar 4.3 Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan masa


kerja ………………………………………………………..…..54

Gambar 4.4 Persentase distribusi frekuensi pengetahuan responden ............ 57

Gambar 4.5 Persentase distribusi frekuensi sikap responden .........................60

Gambar 4.6 Persentase distribusi frekuensi tindakan responden ....................61

14
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 4 Master Data Kuesioner

Lampiran 5 Output

Lampiran 6 Dokumentasi

15
RIWAYAT HIDUP

Nama : Theresia Veronika Napitupulu


Tempat Lahir : Medan
Tanggal Lahir : 04 – Januari – 1994
Suku Bangsa : Batak Toba
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Jonny Napitupulu
Suku Bangsa Ayah : Batak Toba
Nama Ibu : Rumondang br. Sinaga
Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal
1. SD/Tamat Tahun : SD Swasta Methodist Pancurbatu/2005
2. SMP/Tamat Tahun : SMP Negeri 1 Pancurbatu/2008
3. SMA/Tamat Tahun : SMA Negeri 1 Pancurbatu/2011
4. Perguruan Tinggi : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

16
ABSTRAK

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya


kesehatan, dan mudah terjangkit penyakit. Petugas cleaning service mempunyai
risiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat
medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum suntik bekas maupun
selang infus bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit dapat
meningkatkan risiko untuk terkena penyakit infeksi bagi petugas cleaning service
rumah sakit.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung
diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2015. Populasi penelitian adalah seluruh petugas cleaning
service dalam penanganan sampah medis RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dan diperoleh jumlah sampel
sebanyak 11 orang responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan petugas cleaning
service terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis
termasuk dalam kategori baik (63,6%), untuk sikap termasuk dalam kategori
positif (63,6%), sedangkan untuk tindakan termasuk dalam kategori tidak lengkap
memakai alat pelindung diri (90,9%).
Pihak rumah sakit disarankan untuk meningkatkan pengawasan dan
pembinaan dalam penggunaan alat pelindung diri, menyediakan alat pelindung
diri tubuh berupa pakaian kerja khusus bagi petugas cleaning service dalam
penanganan sampah medis, memberikan sanksi tegas bagi petugas cleaning
service yang tidak patuh dalam menggunakan alat pelindung diri serta
penghargaan bagi petugas cleaning service yang patuh dalam menggunakan alat
pelindung diri. Petugas cleaning service hendaknya memakai alat pelindung diri
secara lengkap sesuai dengan alat pelindung diri yang telah disediakan pihak
rumah sakit berupa sarung tangan kulit, sepatu boot dan masker.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, tindakan, alat pelindung diri (apd)

5
ABSTRACT

The hospital is a workplace which at risk of health hazards, and easily


contract to the disease. Cleaning service are people at risk for exposure to
hazardous biological substances (biohazard). Contacting to the disposable
medical instruments (disposable equipment) such as used syringes and IV line
scars, and cleaning the entire room in a hospital can increase the risk of
infectious diseases for hospital cleaning service.
This is descriptive study that aims to describe the knowledge, attitudes and
actions against the use of personal protective equipment in the handling of
medical waste due to cleaning service at the Dr. Pirngadi Hospital Medan in
2015. The study population was all cleaning service in the handling of medical
waste in Dr. Pirngadi Hospital Medan. The sampling was done by total sampling
and obtained a total sample of 11 respondents.
The result showed that knowledge on the use of personal protective
equipment in the handling of medical waste was in a good category (63,6%), the
category of positive attitude (63,6%), while for the actions included in the
category of incomplete wear personal protective equipment (90,9%).
The hospital advised to improve supervision and guidance in the use of
personal protective equipment, providing personal protective equipment body in
the form of working clothes specifically for the cleaning service in the handling of
medical waste, providing strict punishment for cleaning service disobedient in the
use of personal protective equipment and awards for cleaning service abiding in
the use of personal protective equipment. Cleaning service should wear personal
protective equipment in full accordance with the personal protective equipment
has been provided by the hospital such as leather gloves, boots and a masks.

Keyword: Knowledge, attitude, action, personal protective equipment (ppe)

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, pada Pasal 164 tertulis bahwa kesehatan kerja diselenggarakan

untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan

serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan dimana hal tersebut wajib

diselenggarakan kesehatan kerja setiap tempat kerja. Rumah sakit merupakan

tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, dan mudah terjangkit

penyakit.

Rumah sakit adalah industri yang bergerak dibidang pelayanan jasa

kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat

sebagai usaha meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam

setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, terlihat adanya faktor-faktor

penting sebagai pendukung pelayanan itu sendiri, yang selalu berkaitan satu

dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut meliputi pasien, tenaga kerja, mesin,

lingkungan kerja, cara melakukan pekerjaan serta proses pelayanan kesehatan itu

sendiri. Di samping memberikan dampak positif, faktor tersebut juga memberikan

nilai negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan

kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag IKM FK, UGM

2000).

Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Andarnita (2012), sampah medis

merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit

17
pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan

gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama petugas yang

menanganinya.

Penyakit akibat kerja di rumah sakit dapat menyerang semua tenaga kerja,

baik yang medis (seperti perawat, dokter dan dokter gigi), maupun non medis

seperti petugas kebersihan (cleaning service) rumah sakit. Petugas cleaning

service mempunyai risiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard).

Kontak dengan alat medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum

suntik bekas maupun selang infus bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di

rumah sakit dapat meningkatkan risiko untuk terkena penyakit infeksi bagi

petugas kebersihan (cleaning service) rumah sakit (Anies, 2005).

Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap

petugas, jika petugas tidak melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan

persyaratan yang telah diatur dalam Kepmenkes RI tentang kesehatan lingkungan

rumah sakit. Risiko tersebut seperti terjadinya gangguan kesehatan yang terjadi

karena terkontaminasinya limbah padat medis yang mengandung berbagai macam

bahan kimia beracun dan buangan yang terkena benda-benda tajam terhadap

petugas pengelola limbah padat medis di rumah sakit. Penyakit yang dapat timbul

seperti penyakit HIV/AIDS, hepatitis B dan C, Dermatitis Iritan Kronik serta

gangguan pernafasan (Depkes, 2010).

Dalam profil kesehatan Indonesia, Kementerian Kesehatan RI – Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan (2014), diungkapkan seluruh rumah sakit di

Indonesia berjumlah 2.228 dengan 278.450 tempat tidur. Diperkirakan secara

18
nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 835.350 ton/hari. Dari gambaran

tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari

lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan

penyakit terhadap petugas yang bekerja di rumah sakit maupun masyarakat yang

berada di sekitar rumah sakit.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup yang dikutip oleh Febrina

(2012), hasil kajian terhadap rumah sakit yang ada di Bandung pada tahun 2005

menunjukkan jumlah sampah rumah sakit yang dihasilkan di Bandung sebesar

3.493 ton per tahun. Komposisi sampah padat rumah sakit terdiri atas 85% limbah

domestik, 15% limbah medis terdiri atas 11% limbah infeksius dan 4% limbah

berbahaya, dan limbah domestik yang sudah dimanfaatkan hanya sebesar 19%.

Dalam upaya pengelolaan sampah, setiap rumah sakit diharapkan

mempunyai petugas kebersihan yang akan mengelola sampah. Karena begitu

besarnya resiko yang dihadapi oleh tenaga penanganan sampah medis ini, maka

perlu perlindungan bagi tenaga kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat

kerja, alat pelindung diri (APD) yang seharusnya digunakan oleh petugas

penanganan sampah medis yaitu berupa helm, masker, sarung tangan, pakaian

kerja khusus, sepatu khusus (Bungawati, 2009).

Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit, (preventif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan

secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan sehingga dapat terwujud

19
derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Soeaidy, 1996). Menurut Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang Alat Pelindung Diri (APD)

(2010) pasal 2 pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja atau buruh di

tempat kerja sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan diberikan secara

cuma-cuma.

Menurut Mackenbach et al, dalam Achmadi (2007), bahwa ada hubungan

antara tingkat pendidikan dengan angka kematian dimana kelompok yang tingkat

pendidikannya rendah cendrung angka kematiannya tinggi. Sebaliknya tingkat

pendidikan yang tinggi cenderung memiliki tingkat kematian yang rendah.

Menurut Budiono (2003), salah satu cara yang efektif agar para pekerja

menggunakan APD yaitu dengan meningkatkan pengetahuan, wawasan dan

kesadaran akan pentingnya penggunaan APD yang benar serta tepat dalam

pemeliharaan dan penyimpanan.

Hasil penelitian Evryanti (2012) dari identifikasi dan penilaian resiko yang

dilakukan di klinik X menyimpulkan bahwa petugas kebersihan di klinik X

mempunyai resiko tertular penyakit dari pekerjaannya melakukan pembersihan

limbah, baik limbah tajam maupun limbah medis yang kesemuanya merupakan

kontak dengan alat bekas pasien. Penyakit yang dapat menularkan seperti

Hepatitis, HIV/AIDS.

Hasil penelitian Tombili dan Mardewi (2010) menunjukkan petugas

pengumpul sampah Dinas Kebersihan Kota Kendari yang diteliti pengetahuannya

tentang alat pelindung diri kurang berjumlah 12 orang (11,7%), cukup berjumlah

59 orang (57,3%) dan pengetahuannya baik berjumlah 32 orang (31.1%). Petugas

20
pengumpul sampah yang sikapnya tentang alat pelindung diri kurang berjumlah

13 orang (12,6%), cukup berjumlah 66 orang (64,1%) dan sikapnya baik

berjumlah 24 orang (23.3%). Tindakannya tentang alat pelindung diri kurang

berjumlah 50 orang (48.5%), cukup berjumlah 40 orang (38.8%) dan baik

berjumlah 13 orang (12.6%).

Hasil penelitian Bungawati (2009) menunjukkan penggunaan alat

pelindung diri bagi petugas penanganan sampah rumah sakit di kota Palu, hanya

sebagian kecil (25 %). Sebanyak 27 % responden bekerja dengan keamanan kerja

yang kurang aman dan 11% responden pernah mengalami penyakit umum.

Keselamatan kerja responden, 19% kurang baik dan 5% responden pernah

mengalami kecelakaan akibat tertusuk/tergores benda tajam.

Petugas cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi Medan keseluruhannya

berjumlah 116 orang. Secara khusus, petugas cleaning service yang menangani

sampah medis dan non medis hanya berjumlah 11 orang di RSUD Dr. Pirngadi

Medan dan memiliki tugas mengangkut sampah medis rumah sakit ke Incinerator

dan sampah non medis ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) .

Setiap harinya petugas cleaning service memulai pekerjaannya pada pukul

07.00-15.00 WIB untuk shift 1 dan pada pukul 14.00-22.00 WIB untuk shift 2.

Untuk shift pagi, istirahat pada pukul 12.00-13.00 sedangkan shift sore waktu

istirahat dimulai pada pukul 18.30-19.30 WIB. Pihak manajemen rumah sakit juga

menyediakan alat pelindung diri bagi petugas cleaning service berupa sarung

tangan, sepatu boot dan masker.

21
Dari hasil survey pendahuluan, terlihat bahwa petugas cleaning service

yang menangani sampah medis jarang memakai Alat Pelindung Diri (APD)

berupa masker, sarung tangan, dan sepatu boot pada saat bekerja dan pernah

mengalami kecelakaan akibat tertusuk/tergores benda tajam. Hal tersebut

disebabkan oleh pemanfaatan APD yang kurang maksimal dari petugas cleaning

service.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui gambaran

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin

mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap

pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas

cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku terhadap pemakaian alat pelindung

diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.

22
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan terhadap pemakaian alat

pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning

service.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap terhadap pemakaian alat pelindung diri

dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan terhadap pemakaian alat pelindung

diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service.

4. Untuk mengetahui gambaran karakteristik umur, tingkat pendidikan dan

masa kerja petugas cleaning service.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan tentang gambaran

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri

dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service.

2. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Menurut Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Respon ini meliputi respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan

tertentu dan respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh

perangsang tertentu.

Menurut Notoadmodjo (2003), perilaku merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia

adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun

yang tidak dapat diamati secara langsung.

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan (knowledge)

adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya

(Notoadmodjo, 2007).

24
Sedangkan menurut Notoadmodjo (2007), tahap-tahap pengetahuan

tercakup didalam domain kognitif yang mempunyai 6 tahapan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk dapat menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya, dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip pemecahan masalah

25
(problem solving circle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

26
ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas

(Notoadmodjo, 2007).

2.1.2 Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2005).

Menurut Azwar (2007), sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,

atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan.

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), membagi

sikap ke dalam 3 (tiga) komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Notoatmodjo, seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai

tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

27
3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain

dan bahkan mengajak atau memengaruhi orang lain.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab adalah tingkatan sikap yang paling tinggi, yaitu

bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

menerima segala resiko.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden

terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pada pendapat responden

(Notoatmodjo, 2007).

2.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas (Notoatmodjo, 2007).

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai 4

(empat) tingkatan (Notoadmodjo, 2003) :

28
1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai ojek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya,

seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anaknya.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya,

seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari mencuci,

memotong, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah biasa

mengimunisasikan bayi pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu

perintah dari orang lain.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat mengolah

makanan bergizi tinggi dengan bahan yang lebih murah.

2.2 Umur

Menurut Wawan dan Dewi (2010), usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,

29
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang dalam berpikir dan

bekerja.

Umur mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,

mental, kemauan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Menurut teori psikologi

perkembangan kerja, umur dapat digolongkan menjadi dewasa awal dan dewasa

lanjut. Umur pekerja dewasa awal diyakini dapat membangun kesehatannya

dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya.

Untuk melakukan kegiatan tersebut, pekerja muda akan lebih disiplin menjaga

kesehatannya. Sedangkan pada umur dewasa lanjut akan mengalami kebebasan

dalam kehidupan bersosialisasi, kewajiban pekerja dewasa lanjut akan berkurang

terhadap kehidupan bersama.

2.3 Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih

baik, lebih matang dan lebih dewasa pada diri individu, kelompok ataupun

masyarakat (Notoatmodjo,2007).

Pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam membuka wawasan

dan pemahaman terhadap nilai-nilai baru yang ada dalam lingkungnnya.

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk

memahami perubahan yang terjadi dilingkungannya dan orang tersebut akan

menyerap perubahan tersebut apabila merasa bermanfaat bagi dirinya. Seseorang

yang pernah mengenyam pendidikan formal diperkirakan akan lebih mudah

30
menerima dan mengerti tentang peranan kesehatan yang disampaikan melalui

penyuluhan maupun media masa (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai

masuk hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai

sepenggal waktu yang cukup lama dimana seseorang tenaga kerja masuk dalam

satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu (Suma’mur P.K., 1996).

Masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang

dari peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Semakin lama tenaga kerja

bekerja, semakin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang

bersangkutan. Sebaliknya semakin singkat masa kerja, maka semakin sedikit

pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian

dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan

keahlian dan keterampilan yang dimiliki makin rendah.

Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-

beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu, mereka sering mementingkan

dahulu selesainya sejumlah pekerjaan tertentu yang diberikan kepada mereka,

sehingga keselamatan tidak cukup mendapatkan perhatian.

2.5 Alat Pelindung Diri (APD)

2.5.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan

oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan

31
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).

Menurut Suma’mur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat yang

dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan

kerja.

APD adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk

melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau

kecelakaan kerja. Upaya mencegah penyakit khususnya pada tenaga kerja dapat

dilakukan dengan berbagai cara pengendalian secara teknik, administrasi, dan

penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan atau pemakaian alat pelindung diri

merupakan cara terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja

(Budiono, 2003).

Suma’mur (1996) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pemakaian alat pelindung diri, yaitu:

1. Pengujian mutu

Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk

menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindungan sesuai

dengan yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan

harus diuji lebih dahulu mutunya.

2. Pemeliharaan alat pelindung diri

Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan

kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-

32
benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga

kerja.

3. Ukuran harus tepat

Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga

kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat

akan menimbulkan gangguan pada pemakaiannya.

4. Cara pemakaian yang benar

Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak

akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak

benar.

Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :

a) Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya

yang ada.

b) Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan diterima

oleh tenaga kerja jika tidak memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

c) Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus

dijelaskan pada tenaga kerja.

d) Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat

pelindung diri.

e) Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar tidak

menimbulkan kerusakan ataupun penurunan mutu.

f) Penyimpanan alat pelindung diri harus selalu disimpan dalam keadaan

bersih ditempat yang telah tersedia, bebas dari pengaruh kontaminasi.

33
2.5.2 Kriteria Alat Pelindung Diri (APD)

Beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut

(Tarwaka, 2008) :

1) Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada

pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.

2) Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman

dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.

3) Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya.

4) Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya.

5) Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6) Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta

gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup

lama.

7) Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda

peringatan.

8) Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia

dipasaran.

9) Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang

ditetapkan dan sebagainya.

34
2.5.3 Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Harwanti (2009), Alat Pelindung Diri

(APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang dalam

melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari

potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD

yang digunakan oleh tenaga kerja, antara lain:

1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi

rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari

bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul

benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan

kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:

a) Topi pelindung (Safety Helmets)

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang

terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung

harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap

perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Topi

pelindung dapat terbuat dari plastik (Bakelite), serat gelas (fiberglass)

maupun metal.

b) Tutup kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya mikroorganisme

yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril

35
dan percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup kepala ini biasanya terbuat

dari kain katun.

c) Topi/Tudung

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu,

dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos,

kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.

2. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan

bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas

atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang

elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras,

dll. Jenis alat pelindung mata antara lain:

a) Kaca mata biasa (spectacle goggles)

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu

dan radiasi gelombang elegtromagnetik.

b) Goggles

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan

larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik transparan

dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang

elegtromagnetik mengion.

3. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari

resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau

36
yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat

pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang

potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang

perlu diketahui antara lain:

a. Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau

kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.

b. Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.

c. Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing

kontaminan.

d. Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata

dan kulit.

e. Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.

Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:

a) Masker

Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel

yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.

b) Respirator

Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut,

uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara

lain:

a. Chemical Respirator

Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan

tiksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang

37
dan silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi

khlor dan gas atau uap zat organik.

b. Mechanical Filter Respirator

Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat

padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya

dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan

kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel

yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas

atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi

muatan pada partikel.

4. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian

lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,

kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:

a) Sarung tangan bersih

Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat

tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir

misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka.

Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada

sarung tangan steril.

38
b) Sarung tangan steril

Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus

digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril

baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.

c) Sarung tangan rumah tangga (gloves)

Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:

a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk

melindungi tangan dari api, panas, dan dingin.

b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan

dari listrik, panas, luka, dan lecet.

c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk

melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.

d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk

melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.

e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chlorida (PVC)

untuk melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai

oksidator.

5. Baju Pelindung (Body Potrection)

Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh

dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju

pelindung antara lain:

39
a) Pakaian kerja

Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi seperti

bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas.

b) Celemek

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap

terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik atau karet.

c) Apron

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap

radiasi pengion.

6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya

dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas,

kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain:

a) Sepatu steril

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah,

laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang otopsi.

b) Sepatu kulit

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang

membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat, serta

kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin.

40
c) Sepatu boot

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang

membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat

menimbulkan dermatitis, dan listrik.

7. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang

masuk ke dalam telinga. Jenis alat pelindung telinga antara lain:

a) Sumbat telinga (Ear plug)

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk

kedua telinga dari orang yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat

telinga (Ear plug) harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter

saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk

lonjong dan tidak lurus. sumbat telinga (Ear plug) dapat terbuat dari kapas

plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk Ear plug yang terbuat dari

kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai

(Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang

dicetak dapat digunakan berulang kali (Non Disposable). Alat ini dapat

mengurangi suara sampai 20 dB.

b) Tutup telinga (Ear muff)

Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan

sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang

berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk

41
waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena

bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari

bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat

mengurang intensitas suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi

bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.

8. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada pekerjaan mendaki, memanjat

dan pada pekerjaan konstruksi bangunan.

2.5.4 Jenis Alat Pelindung Diri Bagi Petugas Cleaning Service

Menurut KepMenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan rumah sakit bahwa petugas pengelola sampah harus

menggunakan alat pelindung diri yang terdiri :

a) Topi/helm;

b) Masker;

c) Pelindung mata;

d) Pakaian panjang (coverall);

e) Apron untuk industri;

f) Pelindung kaki/sepatu boot; dan

g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

2.6 Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

42
rawat inap, rawat jalan, dann gawat darurat (Undang-Undang No. 44 Tentang

Rumah Sakit Tahun 2009).

Rumah Sakit mempunyai fungsi (Undang-Undang No. 44 Tentang Rumah

Sakit Tahun 2009) :

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Rumah sakit berfungsi untuk menyelenggarakan pelayanan medik,

pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan,

pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta

administrasi umum dan keuangan. Secara tradisional, maksud dasar keberadaan

rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan terluka.

Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit melakukan pendidikan terutama

bagi mahasiswa kedokteran, perawat dan personel lainnya. Penelitian telah juga

merupakan fungsi penting. Dalam zaman modern ini fungsi keempat yaitu,

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat juga telah menjadi

43
fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan

penderita, pendidikan, penelitian dan kesehatan masyarakat (Siregar, 2004).

Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan bermacam-macam limbah

yang berupa benda cair, padat, dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya

pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan

lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya

pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Adisasmito,

2009).

2.7 Sampah Medis

Sampah rumah sakit adalah bahan yang tidak berguna, tidak digunakan

atau yang terbuang dapat dibedakan menjadi sampah medis dan non medis dan

dikategorikan sampah radioaktif, sampah infeksius, sampah citoktoksis dan

sampah umum atau domestik (Depkes RI, 2002).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) sekitar 10-25%

limbah layanan kesehatan digolongkan sebagai limbah berbahaya. Sampah medis

atau limbah klinis adalah limbah berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi,

farmasi, penelitian, perawatan, pengobatan atau pendidikan yang menggunakan

bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika

dilakukan pengamanan tertentu (Fauziah dkk., 2005;. Marinkovic et al., 2008).

Menurut Wicaksono yang dikutip oleh Widiartha (2012), bentuk sampah

klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya

dapat dikelompokkan sebagai berikut :

44
1. Sampah benda tajam

Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,

sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit

seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan

gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan

dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda

tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,

bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

2. Sampah Infeksius

Sampah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

a. Sampah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi

penyakit menular (perawatan intensif).

b. Sampah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit

menular.

3. Sampah Jaringan Tubuh

Sampah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan

tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4. Sampah Sitotoksik

Sampah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan

atau tindakan terapi sitotoksik.

45
5. Sampah Farmasi

Sampah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat

yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau

kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau

dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh

institusi yang bersangkutan dan sampah yang dihasilkan selama produksi

obat-obatan.

6. Sampah Kimia

Sampah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan

kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi,

dan riset.

7. Sampah Radioaktif

Sampah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop

yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Sampah ini

dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-

imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.

2.7.1 Penanganan Sampah Medis

Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar dan efektif dan

memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak digunakan lagi, tidak

disenangi, dan yang harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan

baik. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak

mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis) tidak

menimbulkan kebakaran, dan sebagainya. Selain itu, berdasarkan Undang-Undang

46
Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 pengelolaan sampah merupakan

kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah (Siahaan, 2010).

Menurut KepMenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan rumah sakit didalam pelaksanaan pengelolaan sampah

setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber, harus

mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun,

harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap peralatan yang

digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,

pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang

berwenang. Hal ini dapat dilaksanakan dengan melakukan :

1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum

membelinya.

2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.

3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.

4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan

perawatan dan kebersihan.

5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi

limbah bahan berbahaya dan beracun.

6. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.

7. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari

kadaluarsa.

8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.

47
9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh

distributor.

Hal ini dilakukan agar sampah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat

dikurangi sehingga dapat menghemat biaya operasional untuk pengelolaan

sampah (Dekpes RI, 2004).

Tietjen dan Bossemeyer (2004) mengatakan bahwa maksud pengelolaan

sampah rumah sakit ialah :

1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan;

2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan;

3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya;

4. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksin dan radioaktif) dengan

aman.

2.7.2 Tahapan Penanganan Sampah Medis

Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Widiartha (2012), penanganan

limbah medis terdiri dari beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut:

1) Pemilahan sampah

Secara umum pemilahan adalah proses pemisahan limbah dari sumbernya,

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit menjelaskan bahwa pemilahan

jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah

kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan

kandungan logam berat (Depkes RI, 2004).

48
Kunci pengelolaan sampah layanan kesehatan secara efektif adalah

pemilahan dan identifikasi sampah. Pemilahan merupakan tanggung jawab yang

dibebankan pada produsen atau penghasil sampah dan harus dilakukan sedekat

mungkin dengan tempat dihasilkanya sampah. Cara yang tepat untuk

mengidentifikasi kategori sampah/limbah adalah adalah dengan melakukan

pemilahan sampah berdasarkan warna kantong dan kontainer yang digunakan

(WHO, 2005). Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang

menghasilkan sampah (Depkes RI, 2004).

Tabel 2.1 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Sesuai Kategorinya
Kategori Warna Lambang Keterangan
Tempat
/
kantong plastik
pembungkus
sampah
1. Radioaktif Merah Kantong
boksimbale
dengan simbol
radioaktif
Infeksius Kuning Kantong plastik
kuat, anti bocor,
atau kontainer
yang dapat
disterilisasi
dengan otoklaf
Sitotoksis Ungu Kontainer
plastik kuat dan
anti bocor

Sampah Cokelat Kantong plastik


Kimia dan atau kontainer
Farmasi

(Sumber : Depkes RI, 2004)

49
2) Pengumpulan sampah

Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Sedangkan limbah jarum suntik

tidak dianjurkan untuk untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit maupun

puskesmas tidak memiliki jarum sekali pakai (disposable), limbah jarum suntik

dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi

(Permenkes RI, 2004).

Tempat-tempat penampungan sampah hendaknya memenuhi persyaratan

minimal sebagai berikut (Depkes RI, 2004) :

a. bahan tidak mudah karat ;

b. kedap air, terutama untuk menampung sampah basah ;

c. bertutup rapat ;

d. mudah dibersihkan ;

e. mudah dikosongkan atau diangkut ;

f. tidak menimbulkan bising ;

g. tahan terhadap benda tajam dan runcing.

Berikut beberapa rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh tenaga

pendukung yang bertugas mengumpulkan limbah:

1. Limbah harus dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang

ditetapkan) dan diangkut ke pusat lokasi penampungan yang ditentukan.

2. Jangan memindahkan satu kantong limbah pun kecuali labelnya memuat

keterangan lokasi produksi (rumah sakit dan bangsal atau bagian-

bagiannya) dan isinya.

50
3. Kantong dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan kontainer

baru dari jenis yang sama (WHO, 2005).

3) Pengangkutan

Pengangkutan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah medis

ke tempat penampungan sementara menggunakan troli khusus yang tertutup.

Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan

paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam (Permenkes RI,

2004).

Pengangkutan sampah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan

khusus. Kantong sampah sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus

diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus

aman dari jangkauan manusia maupun binatang (Depkes. RI, 2004).

a. Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan

kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke

insinerator, atau pengangkutan oleh Dinas Kesehatan hendaknya:

1. Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

2. Ditempatkan dilokasi yang strategis, merata dengan ukuran

disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong

berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.

3. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai tidak

rembes, dan disediakan sarana pencuci.

4. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang

dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.

51
5. Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah.

b. Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (bisa

digolongkan dalam sampah medis) dapat data tampungan bersama sampah

lain sambil menunggu pengangkutan.

4) Penanganan Akhir (Pembuangan dan Pemusnahan)

Dalam metode penanganan sampah sebelum dibuang untuk sampah yang

berasal dari rumah sakit perlu mendapat perlakuan agar limbah infeksius dapat

dibuang ke landfill yakni (dalam Siahaan, 2010):

1. Autoclaving

Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan limbah infeksius.

Limbah dipanasi dengan uap dibawah tekanan. Namun dalam volume

sampahyang besar saat dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap pada suhu

yang diperlukan sering tidak terjadi dengan demikian tujuan autoclaving

(sterilisasi) tidak tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat

akan membunuh bakteri vegetatif dan mikroorganisme lain yang bisa

membahayakan penjamah sampah.

Kantong limbah plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak

tahan panas dan akan meleleh selama autoclaving. Karena itu diperlukan

kantong autoclaving. Pada kantong ini terdapat indikator, seperti pita autoclave

yang menunjukkan bahwa kantong telah mengalami perlakuan panas yang

cukup. Autoclave yang digunakan secara rutin untuk limbah biologis harus diuji

minimal setahun sekali untuk menjamin hasil yang optimal.

52
2. Disinfeksi dengan Bahan Kimia

Peranan disinfeksi untuk institusi yang besar tampaknya terbatas

penggunanya, misalnya digunakan setelah mengepel lantai atau membasuh

tumpahan dan mencuci kendaraan limbah. Limbah infeksius dengan jumlah

kecil dapat didesinfeksi (membunuh mikroorganisme tapi tidak membunuh

spora bakteri) dengan bahan kimia seperti hypochloite atau permanganate.

Limbah dapat menyerap cairan disinfeksi sehingga akan menambah masalah

penanganan.

Pemusnahan sampah rumah sakit dapat dilakukan dengan metode

sebagai berikut:

a. Sanitary Landfill

Metode sanitary landfill dapat mencegah kontaminasi tanah dan air

permukaan serta air tanah dan mengurangi pencemaran udara, bau serta kontak

langsung dengan masyarakat umum (WHO, 2005). Beberapa unsur penting

dalam desain dan penerapan sanitary landfill, antara lain (WHO, 2005):

1) Akses ke lokasi dan area kerja dapat dijangkau oleh kendaraan

pengantar dan pengangkut limbah medis.

2) Keberadaan petugas di tempat yang mampu mengontrol secara efektif

kegiatan operasional setiap hari.

3) Pembagian lokasi mejadi fase-fase yang dapat ditangani dan

dipersiapkan dengan tepat sebelum landfill mulai dioperasikan.

4) Penutupan yang adekuat bagian dasar dan sisi lubang di lokasi untuk

meminimalkan pergerakan cairan dari sampah (leachate) keluar lokasi.

53
5) Mekanisme yang adekuat untuk penampungan leachate dan sistem

pengolahan yang memadai jika perlu.

6) Pembuangan limbah yang terkelola disebuah lokasi yang kecil,

memungkinkan limbah untuk disebar merata. Dipadatkan dan ditimbun

(ditutup dengan tanah) setiap hari.

7) Selokan kecil untuk menampung air permukaan di sekitar perbatasan

lokasi pembuangan.

8) Konstruksi lapisan penutup paling atas untuk meminimalkan masuknya

air hujan jika setiap fase landfill sudah selesai.

b. Incinerator

Incinerator merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi. Proses ini

biasanya dipilih untuk mengolah sampah yang tidak dapat didaur ulang,

dimanfaatkan kembali, atau dibuang di lokasi landfill (WHO, 2005).

Incinerator hanya digunakan untuk memusnahkan sampah klinis (Depkes RI,

2002). Perlengkapan incinerator harus dipilih dengan cermat berdasarkan

sarana dan prasarana yang tersedia dan situasi setempat.

Insinerator bervariasi mulai dari yang sangat canggih bersuhu tinggi,

sampai kepada unit dasar yang beroperasi dengan suhu lebih rendah. Semua

jenis incinerator dapat membunuh mikroorganisme dalam sampah menjadi abu,

jika dikerjakan dengan benar (Tietjen dan Bossemeyer, 2004).

2.8 Petugas Cleaning Service

Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk

menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan

54
mengutamakan faktor keselamatan sebagai pendukung usaha penyembuhan

penderita, mencegah pemaparan terhadap bahaya-bahaya lingkungan rumah sakit

termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, dan menghindarkan

pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit (Siahaan, 2010).

Petugas diberi latihan khusus mengenai proses pengangkutan sampah,

sedangkan pengawasan dan pengolahan sampah rumah sakit maupun dilakukan

oleh tenaga sanitasi terdidik. Limbah dari setiap unit layanan fungsional rumah

sakit maupun dikumpulkan oleh tenaga perawat, khususnya jika berkaitan dengan

pemisahan limbah medis dan non medis, sedangkan diruang lain dapat dilakukan

oleh tenaga kebersihan. Petugas pengangkut harus dibekali dengan alat pelindung

diri (APD) atau pakaian kerja yang memadai, seperti sepatu, baju, celana, sarung

tangan, topi dan masker (Chandra, 2007).

2.8.1 Tugas Pokok Petugas Cleaning Service

Menurut Rumekso yang dikutip oleh Lestari (2010), petugas cleaning

service atau petugas kebersihan mempunyai tugas pokok untuk menjaga

kebersihan, kerapian, keindahan dan kenyamanan seluruh area baik yang ada di

dalam gedung maupun yang ada di luar gedung.

2.8.2 Sistem Kerja Petugas Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Dr.

Pirngadi Medan

Jam kerja petugas cleaning service atau petugas kebersihan di Rumah

Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dimulai pukul 07.00 WIB - 22.00 WIB. Terbagi

menjadi 2 shift, yaitu:

a. Shift 1 (Pukul 07.00 WIB-15.00 WIB).

55
b. Shit 2 (Pukul 14.00 WIB-22.00 WIB).

Petugas cleaning service di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

memiliki beberapa tugas, antara lain:

1. Membersihkan setiap ruangan kantor, poliklinik, kamar pasien, kamar

mandi/wc, dan koridor yang ada di area rumah sakit (in side).

2. Membersihkan seluruh taman dan halaman yang ada di area rumah sakit

(out side).

3. Mengangkut sampah non medis yang terdapat di area rumah sakit ke TPS

(Tempat Pembuangan Sementara) sampah yang ada di area rumah sakit,

dan mengangkut sampah medis rumah sakit ke incinerator rumah sakit.

Untuk melaksanakan tugas-tugas di atas, maka setiap harinya dibentuk tim

yang terdiri atas 3 (tiga) tim, yaitu:

1. Tim pembersih ruangan, yang bertugas melaksanakan pembersihan pada

setiap ruangan yang ada di area rumah sakit.

2. Tim sampah, yang bertugas melaksanakan pengangkutan sampah medis ke

incinerator rumah sakit dan sampah non medis ke TPS (Tempat

Pembuangan Sementara) sampah, serta membersihkan halaman dan taman

di area rumah sakit.

3. Tim khusus, yang bertugas untuk membersihkan bagian-bagian khusus

seperti langit-langit ruangan, kaca, dan karat yang memerlukan

penanganan khusus, serta area kerja dengan ketinggian > 5 meter.

Dalam pengaturan penugasan petugas cleaning service, pihak Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi memberlakukan sistem kerja rotasi mingguan.

56
2.9 Kerangka Konsep

Petugas Cleaning Service


dalam Penanganan Sampah
Medis
Pemakaian
APD
1) Pengetahuan
2) Sikap
3) Tindakan

57
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat

pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, dengan alasan

bahwa belum pernah dilakukan penelitian sejenis di tempat tersebut dan adanya

izin dari pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada Mei – September 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas cleaning service yang

menangani sampah medis di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, yaitu

sebanyak 11 orang.

3.3.2 Sampel

Adapun sampel penelitian ini adalah seluruh petugas cleaning service

yang menangani sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan, yaitu sebanyak 11

orang.

58
3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner yang telah dimodifikasi dengan pedoman Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan penelitian sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan berupa

data mengenai petugas cleaning service dan profil RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu petugas cleaning service terhadap

pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis.

2. Sikap adalah reaksi atau respon petugas cleaning service sehubungan

dengan pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis.

3. Tindakan adalah segala praktek/perbuatan petugas cleaning service dalam

penanganan sampah medis untuk memakai alat pelindung diri pada saat

bekerja sesuai peraturan yang ditetapkan.

4. Umur adalah usia petugas cleaning service yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun.

5. Pendidikan adalah pendidikan terakhir petugas cleaning service.

6. Masa kerja adalah jangka waktu petugas cleaning service sudah bekerja

dari pertama mulai masuk hingga sekarang masih bekerja.

59
7. Petugas cleaning service dalam penanganan sampah medis adalah semua

petugas yang menangani sampah medis yang di lakukan di rumah sakit.

8. Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan

oleh petugas cleaning service disediakan oleh rumah sakit bertujuan untuk

melindungi tubuh dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya

lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan responden di ukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Menggunakan skala Guttman yaitu

multiple choise. Pertanyaan berjumlah 9 dengan total skor 9. Adapun ketentuan

pemberian skor yaitu “benar” diberi skor 1 dan “salah” diberi skor 0. Menurut

Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar > 75% dari seluruh

pertanyaan

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pertanyaan

c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 55% dari seluruh

pertanyaan

3.6.2 Sikap

Sikap diukur melalui 8 pernyataan dengan menggunakan skala Guttman

responden yang menjawab “setuju” diberi skor 1 dan “tidak setuju” diberi skor 0

pada pernyataan positif no. 1,3,7,8 sedangkan pada pernyataan negatif no. 2,4,5,6

60
jika menjawab “setuju” diberi skor 0 dan “tidak setuju” diberi skor 1. Sehingga

total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 8.

Menurut Irianto (2004), sikap responden dikategorikan sebagai berikut:

a. Positif : bila jumlah nilai skor > nilai rata-rata

b. Negatif : bila jumlah nilai skor ≤ nilai rata-rata

3.6.3 Tindakan

Pengukuran tindakan dalam pemakaian alat pelindung diri (APD) pada

saat bekerja (pada jam kerja selama 1 hari). Dikategorikan sebagai berikut :

1. Lengkap : Bila memakai semua APD yang disyaratkan.

2. Tidak lengkap : Bila tidak memakai semua APD yang disyaratkan.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2002). Instrumen penelitian ini dapat berupa:

3.7.1 Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2002). Kuesioner dalam

penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan

tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis

pada petugas cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.7.1.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2002). Sebelum kuesioner digunakan

dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dengan rumus korelasi

61
Pearson product moment. Bila nilai r hitung > r tabel berarti valid sedangkan r

hitung < r tabel berarti tidak valid (Hidayat, 2007).

Pada tabel product moment, nilai r untuk 30 responden yaitu 0,361 dengan

taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95%. Hasil perhitungan validitas

didapatkan dari jumlah 12 pertanyaan dalam kuesioner tentang pengetahuan,

terdapat 3 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 4 (-

0,101 < 0,361), pertanyaan nomor 5 (0,244 < 0,361) dan pertanyaan nomor 7

(0,106 < 0,361). Kemudian didapatkan dari jumlah 10 pernyataan dalam

kuesioner tentang sikap, terdapat 2 pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu

pertanyaan nomor 6 (0,067 < 0,361) dan pertanyaan nomor 7 (0,025 < 0,361).

Pertanyaan yang tidak valid dikendalikan dengan cara dihilangkan dikarenakan

pertanyaan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil penelitian.

3.7.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoadmodjo, 2002). Uji

reliabilitas kuesioner dari 9 pertanyaan tentang pengetahuan, 8 pernyataan tentang

sikap diketahui bahwa Alpha Cronbach lebih besar dari r tabel dan bernilai positif

(0,656 > 0,361) untuk pertanyaan tentang pengetahuan, (0,451 > 0,361) untuk

pernyataan tentang sikap. Dapat disimpulkan bahwa 9 pertanyaan tentang

pengetahuan, 8 pertanyaan tentang sikap tersebut reliabel.

62
3.7.2 Formulir Observasi

Formulir observasi digunakan untuk mengetahui penggunaan alat

pelindung diri pada petugas cleaning service yang menangani sampah medis di

RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.8 Pelaksanaan Perolehan Data

Kegiatan yang akan dilakukan dalam perolehan data ini secara garis besar

adalah sebagai berikut:

Adapun pelaksanaan perolehan data dari awal hingga akhir penelitian

secara rinci (Tabel 3.1):

Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Perolehan Data


NO Hari & Tanggal Pelaksanaan Kegiatan Pukul
1. Senin, Koordinasi dengan koordinator dan 10.00 WIB
7 September 2015 pengawas cleaning service RSUD
Dr. Pirngadi Medan tentang
pelaksanaan perolehan data.
2. Jumat, Wawancara dan pengisian 11.00 WIB
11 September 2015 kuesioner penelitian petugas
cleaning service shift pagi RSUD
Dr. Pirngadi Medan
3. Sabtu, Wawancara dan pengisian 15.00 WIB
12 September 2015 kuesioner penelitian petugas
cleaning service shift sore RSUD
Dr. Pirngadi Medan
4. Senin, Observasi pemakaian alat 09.00 WIB
14 September 2015 pelindung diri petugas cleaning
service shift pagi RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
5. Selasa, Observasi pemakaian alat 15.00 WIB
15 September 2015 pelindung diri petugas cleaning
service shift sore RSUD Dr.
Pirngadi Medan.

63
3.9 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh berupa hasil kuesioner dan observasi dengan petugas

cleaning service yang menangani sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan

akan diolah dan disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan diagram

pie. Kemudian akan dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan gambaran

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis pada petugas cleaning service di RSUD Dr. Pirngadi

Medan.

64
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Dr. Pirngadi Medan

4.1.1 Sejarah RSUD Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Pirngadi didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan

nama “Gemente Zieken Huis”. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria

Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun

1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah Dr. W. Bays. Pada tahun 1939

pimpinan rumah sakit ini diserahkan kepada Dr. A. A. Messing.

Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini

diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi “Syuritsu Byusono

Ince” dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr.

Raden Pirngadi Gonggo Putro.

Setelah bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 menyatakan

kemerdekaannya, Rumah Sakit Umum Pirngadi langsung diambil alih dan diurus

oleh Pemerintah Negara Bagian Sumatera Timur Republik Indonesia Sementara

(RIS), dengan pergolakan politik yang sangat cepat saat itu pada tanggal 17

Agustus 1950 semua negara bagian RIS dihapus diganti dengan berdirinya Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam periode Tahun 1950 s/d 1952 Rumah Sakit Pirngadi mempunyai

peran yang sangat penting dalam sejarah proses pendirian Fakultas Kedokteran

USU, karena salah satu syarat pendidikan Fakultas Kedokteran tersebut harus ada

Rumah Sakit sebagai pendukung disamping harus adanya dosen pengajar yang

65
saat itu pada umumnya adalah para dokter yang berkerja di Rumah Sakit Uumu

Dr. Pirngadi ini, baik kebangsaan Belanda maupun Bangsa Indonesia sendiri.

Sejak ditetapkan oleh Pemerintah berdirinya Fakultas Kedokteran USU

tanggal 20 Agustus 1952, maka Rumah Sakit Pirngadi secara otomatis sebagai

Teaching hospital (Rumah Sakit Pendidikan) dipakai sebagai tempat kepaniteraan

Klinik para Mahasiswa Kedokteran USU.

Selanjutnya dengan ditetapkan RSU H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit

Pendidikan Fakultas Kedokteran USU pada Januari 1993, Rumah Sakit Umum

Dr. Pirngadi berubah status dari Rumah Sakit Pendidikan menjadi Rumah Sakit

Tempat Pendidikan, sehingga dengan status ini Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

dengan fasilitas dan kapasitas yang dimiliki disamping masih gunakan untuk

pendidikan para calon dokter dari Fakultas Kedokteran USU, juga membuka diri

untuk mendidik para calon dokter dari Fakultas lain baik yang ada di provinsi

Sumatera Utara maupun Sumatera Barat dan Lampung.

Tidak diperoleh data yang pasti kapan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

ini diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Propinsi

Sumatera Utara. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diseahkan kepemilikannya

dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan.

Setelah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi milik Kota Medan, Pemerintah

Kota Medan mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk kemajuan Rumah

Sakit Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang, hal ini

diwujudkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tanggal 6

66
September 2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sehingga terjadi

restrukturisasi Organisasi, Personil dan Manajemen dimana sebagai Direktur

diangkat Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan diikuti pembenahan Sarana,

Prasarana dan Pengadaan Peralatan-peralatan canggih sebagai pendukung

pelayanan. Pada era ini pula sejarah mencatat suatu gebrakan besar dan berani

Bapak Walikota Medan dengan melakukan pembangunan Rumah Sakit Umur Dr.

Pirngadi dengan 8 (delapan) tingkat dilengkapi dengan perlatan canggih, yang

peletakan batu pertamanya telah dilaksanakan 4 Maret 2004 dan mulai

dioperasikan tanggal 16 April 2005.

Berdasarkan sumber daya manusia, sarana dan parsarana di Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Medan dalam pelaksanaan pendidikan, maka Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Medan mengajukan peningkatan status dari Rumah Sakit

Tempat Pendidikan menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Berdasarkan Rekomendasi

dari Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), maka selanjutnya

dilaksanakan penilaian kelayakan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

menjadi Rumah Sakit Pendidikan oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur

Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kepala Biro

Hukum dan Organisasi, Sekjen Depkes, Ketua Ikatan RSU Pendidikan serta

Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Sek. Dutjen. Bina Pelayanan Medik.

Akhirnya pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr.

Pirngadi Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 433/Menkes/SK/IV/2007.

67
4.1.2 Visi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Visi dari RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah “Menjadi Rumah Sakit Pusat

Rujukan dan Unggulan di Sumatera Bagian Utara Tahun 2015.”

4.1.3 Misi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Adapun misi dari RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional, dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran

serta tenaga kesehatan lain.

3. Mengembangkan manajemen RS yang profesional.

4.3 Karakteristik Petugas Cleaning Service dalam Penanganan Sampah

Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Responden dalam penelitian ini adalah petugas cleaning service dalam

penanganan sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu sebanyak 11

responden dengan deskripsi sebagai berikut:

4.3.1 Umur

Berdasarkan kelas interval diperoleh distribusi responden menurut umur

dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di


RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015
No Umur (th) Frekuensi (org) Persentase (%)
1 19-23 1 9,1
2 24-28 3 27,3
3 29-33 4 36,4
4 34-38 1 9,1
5 39-43 2 18,2
Total 11 100

68
18% 9%
9%

27%

37%

19-23 Tahun 24-28 Tahun 29-33 Tahun 34-38 Tahun 39-43 Tahun

Gambar 4.1 Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah

responden berdasarkan umur responden 19-23 tahun berjumlah 1 orang (9,1%),

24-28 tahun berjumlah 3 orang (27,3%), 29-33 tahun ada 4 orang (36,4%), 34-38

tahun ada 1 orang (9,1%), dan 39-43 tahun ada 2 orang (18,2%) .

4.3.2 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi responden menurut

tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015
No Tingkat Pendidikan Frekuensi (org) Persentase (%)
1 Tamat SMA 10 90,9
2 Tamat Perguruan Tinggi 1 9,1
Total 11 100

9%

91%

Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi

Gambar 4.2 Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat


pendidikan

69
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah

responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah tamat

SMA berjumlah 10 orang (90,9%) dan tamat Perguruan Tinggi berjumlah 1 orang

(9,1%).

4.3.3 Masa Kerja

Berdasarkan kelas interval diperoleh distribusi responden menurut masa

kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja di


RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015
No Masa Kerja (th) Frekuensi (org) Persentase (%)
1 <2 4 36,4
2 2-3 4 36,4
3 >3 3 27,3
Total 11 100

27%

37%
36%

< 2 Tahun 2-3 Tahun > 3 Tahun

Gambar 4.3 Persentase distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja

Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa masa kerja

responden adalah < 2 tahun berjumlah 4 orang (36,4%), 2-3 tahun berjumlah 4 orang

(36,4%) dan masa kerja responden > 3 tahun (27,3%).

70
4.4 Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan terhadap Pemakaian

Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis pada Petugas

Cleaning Service Di RSUD Dr. Pirngadi Medan

4.4.1 Pengetahuan Responden terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri

dalam Penanganan Sampah Medis

Adapun gambaran mengenai pengetahuan responden terhadap pemakaian

alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis dapat dilihat pada tabel

dibawah ini (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden terhadap Pemakaian


Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015
No Pertanyaan Benar Salah Total
n % n % n %
1 Apakah yang dimaksud dengan 6 54,5 5 45,5 11 100
Alat Pelindung Diri (APD)
2 Apakah yang dimaksud dengan 11 100 0 0 11 100
sampah medis itu
3 Apa saja syarat-syarat APD (Alat 11 100 0 0 11 100
Pelindung Diri)
4 Apa kegunaan masker pada saat 7 63,6 4 36,4 11 100
pengumpulan/pengangkutan
sampah medis
5 Bagaimana sebaiknya 8 72,7 3 27,3 11 100
pengangkutan sampah medis
6 Untuk menghindari cedera pada 10 90,9 1 9,1 11 100
tangan sewaktu bekerja sebaiknya
menggunakan apa
7 Untuk melindungi kaki terhadap 10 90,9 1 9,1 11 100
kecelakaan-kecelakaan yang
disebabkan benda-benda tajam
yang mungkin terinjak dan
terpleset menggunakan apa
8 Bagaimana penanganan akhir 11 100 0 0 11 100
sampah medis
9 Apa akibatnya bila tidak 10 90,9 1 9,1 11 100
menggunakan alat pelindung diri
dalam penanganan sampah medis

71
Tabel 4.4 menunjukkan diketahui sebanyak 6 orang (63,6%) mengetahui

bahwa alat pelindung diri adalah alat melindungi diri dari kemungkinan timbulnya

bahaya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja, responden yang menjawab

dengan benar bahwa sampah medis itu merupakan sampah yang berasal dari

pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi atau yang sejenisnya adalah sebanyak

11 orang (100%), sebanyak 11 orang (100%) mengetahui syarat-syarat APD (Alat

Pelindung Diri), sebanyak 7 orang (63,6%) yang mengetahui kegunaan masker

pada saat pengumpulan/pengangkutan sampah medis, sebanyak 8 orang (72,7%)

mengetahui dengan baik cara pengangkutan sampah medis, sebanyak 10 orang

(90,9%) mengetahui bahwa sarung tangan khusus digunakan untuk menghindari

cedera pada tangan sewaktu bekerja, diketahui sebanyak 10 orang (90,9%)

mengetahui bahwa sepatu boot digunakan untuk melindungi kaki terhadap

kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan benda-benda tajam yang mungkin

terinjak dan terpleset, diketahui sebanyak 11 orang (29,2%) mengetahui dengan

baik penanganan akhir sampah medis, dan sebanyak 10 orang (90,9%)

mengetahui dengan baik akibatnya bila tidak menggunakan alat pelindung diri

dalam penanganan sampah medis.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi responden

menurut pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di RSUD Dr.


Pirngadi Medan Tahun 2015
No Pengetahuan Frekuensi (org) Persentase (%)
1 Baik 7 63,6
2 Cukup 3 27,3
3 Kurang 1 9,1
Total 11 100

72
18%

82%

Baik Cukup

Gambar 4.4 Persentase distribusi frekuensi pengetahuan responden

Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 7 orang (82%), responden yang

memiliki pengetahuan cukup berjumlah 3 orang (18%) dan responden yang

memiliki pengetahuan kurang berjumlah 1 orang (9,1%).

4.4.2 Sikap Responden terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam

Penanganan Sampah Medis

Adapun gambaran mengenai sikap responden terhadap pemakaian alat

pelindung diri dalam penanganan sampah medis dapat dilihat pada tabel dibawah

ini (Tabel 4.6).

73
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pemakaian Alat
Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis di RSUD
Dr.Pirngadi Medan
Setuju Tidak Setuju Total
No Pernyataan
n % n % n %
1 Penanganan sampah medis 11 100 0 0 11 100
merupakan pekerjaan yang
wajib memakai APD.
2 Alat pelindung diri (masker, 1 9,1 10 90,9 11 100
sarung tangan, sepatu boot)
sangat mengganggu saya saat
menangani sampah medis.
3 Saya merasa nyaman 11 100 0 0 11 100
memakai sarung tangan saat
mengangkut sampah medis.
4 Saya merasa tidak nyaman 2 18,2 9 81,8 11 100
memakai masker ketika
menangani sampah medis
karena mengganggu saya
dalam berkomunikasi.
5 Saya lebih suka memakai 5 45,5 6 54,5 11 100
sepatu biasa dibandingkan
sepatu boot saat saya bekerja
menangani sampah medis.
6 Saya hanya memakai alat 9 81,8 2 18,2 11 100
pelindung diri (sarung tangan,
masker, sepatu boot) jika
disediakan oleh rumah sakit.
7 Saya akan terhindar dari 10 90,9 1 9,1 11 100
gangguan kesehatan jika saya
menggunakan APD saat saya
menangani sampah medis.
8 Saya akan memakai APD 11 100 0 0 11 100
secara lengkap demi menjaga
kesehatan dan keselamatan
pada saat saya menangani
sampah medis.
Sikap responden menyatakan setuju tentang penanganan sampah medis

merupakan pekerjaan yang wajib memakai APD menunjukkan bahwa sebanyak

11 orang (100%), lebih banyak responden yang tidak setuju bahwa alat pelindung

diri (masker, sarung tangan, sepatu boot) sangat mengganggu saat menangani

sampah medis sebanyak 10 orang (90,9%). Semua responden setuju bahwa

74
merasa nyaman memakai sarung tangan saat mengangkut sampah medis,

sebanyak 11 orang (100%). Lebih banyak responden yang tidak setuju bahwa

merasa tidak nyaman memakai masker ketika menangani sampah medis karena

mengganggu saya dalam berkomunikasi, sebanyak 9 orang (81,8%).

Responden lebih banyak bersikap tidak setuju untuk memakai sepatu biasa

dibandingkan sepatu boot saat bekerja menangani sampah medis, sebanyak 6

orang (54,5%). Sebanyak 9 orang (81,8%) setuju bahwa hanya memakai alat

pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu boot) jika disediakan oleh rumah

sakit, sebanyak 10 orang (90,9%) setuju terhadap pernyataan bahwa akan

terhindar dari gangguan kesehatan jika menggunakan APD saat saya menangani

sampah medis, dan semua responden sebanyak 11 orang (100%) setuju akan

memakai APD secara lengkap demi menjaga kesehatan dan keselamatan pada saat

menangani sampah medis.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi responden

menurut sikap dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.5).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di RSUD Dr. Pirngadi


Medan Tahun 2015
No Sikap Frekuensi (org) Persentase (%)
1 Positif 7 63,6
2 Negatif 4 36,4
Total 11 100

75
36%

64%

Positif Negatif

Gambar 4.5 Persentase distribusi frekuensi sikap responden

Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki sikap negatif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis berjumlah 4 orang (36,4%) dan responden yang

memiliki sikap positif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan

sampah medis berjumlah 7 orang (63,6%).

4.4.3 Tindakan Responden terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam

Penanganan Sampah Medis

Adapun gambaran mengenai tindakan responden terhadap pemakaian alat

pelindung diri dalam penanganan sampah medis dapat dilihat pada tabel dibawah

ini (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Distribusi Observasi Tindakan Responden terhadap Pemakaian


Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan
Pakai Tidak Pakai Total
No Jenis APD
n % n % n %
1 Masker 7 63,6 4 36,4 11 100
2 Sarung Tangan 9 81,8 2 18,8 11 100
3 Sepatu Boot 2 18,8 9 81,8 11 100

Tindakan responden terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis, ada sebanyak 7 orang (63,6%) memakai masker.

76
Sebanyak 9 orang (81,8%) memakai sarung tangan dan hanya 2 orang (18,8%)

memakai sepatu boot.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi responden

menurut tindakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.9).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden di RSUD Dr. Pirngadi


Medan Tahun 2015
No Tindakan Frekuensi (org) Persentase (%)
1 Lengkap 1 9,1
2 Tidak Lengkap 10 90,9
Total 11 100

9%

91%

Lengkap Tidak Lengkap

Gambar 4.6 Persentase distribusi frekuensi tindakan responden

Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.6 dapat diketahui bahwa tindakan

responden memakai alat pelindung diri secara lengkap dalam penanganan sampah

medis berjumlah 1 orang (9,1%) dan tindakan responden memakai alat pelindung

diri secara tidak lengkap dalam penanganan sampah medis berjumlah 10 orang

(90,9%).

77
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dengan
Tindakan Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2015
Tindakan
Tidak Total
No Pengetahuan Lengkap
Lengkap
n % n % n %
1 Baik 1 14,3 6 85,7 7 100
2 Cukup 0 0 3 100 3 100
3 Kurang 0 0 1 100 1 100
Total 1 9,1 10 90,9 11 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik ada 1 orang (14,3%) yang memakai alat pelindung diri secara

lengkap saat menangani sampah medis, dan 6 orang (85,7%) tidak memakai alat

pelindung diri secara lengkap. Responden yang memiliki pengetahuan cukup ada

3 orang (100%) yang tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap, dan

responden yang memiliki pengetahuan kurang ada 1 orang (100%) tidak memakai

alat pelindung diri secara lengkap.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap dengan Tindakan


Responden di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015
Tindakan
Tidak Total
No Sikap Lengkap
Lengkap
n % n % n %
1 Positif 1 14,3 6 85,7 7 100
2 Negatif 0 0 4 100 4 100
Total 1 9,1 10 90,9 11 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

sikap positif ada 1 orang (14,3%) yang memakai alat pelindung diri secara

lengkap saat menangani sampah medis, dan 6 orang (85,7%) tidak memakai alat

pelindung diri secara lengkap. Responden yang memiliki sikap negatif ada 4

orang (100%) yang tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap.

78
BAB V

PEMBAHASAN

5.5 Gambaran Karakteristik Petugas Cleaning Service dalam Penanganan

Sampah Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan

5.1.1 Umur

Umur petugas cleaning service dalam penanganan sampah medis di RSUD

Dr. Pirngadi Medan mayoritas pada kelas umur 29-33 tahun yaitu 36,4%. Umur

paling muda petugas cleaning service adalah 19 tahun dan umur tertua adalah 40

tahun, dengan rata- rata umur 30 tahun.

Menurut Siagian (2002), umur memiliki kaitan erat dengan produktifitas

seseorang dan tingkat kedewasaan teknis maupun psikologis. Umur yang semakin

tinggi dapat mengindikasikan bahwa pengalaman hidup dan pengalaman kerja

sudah cukup banyak. Umur yang produktif memberikan dampak positif bagi

petugas cleaning service untuk selalu berkarya dan memberikan yang terbaik

sehingga pekerjaannya dalam penanganan sampah medis semakin berkualitas.

Sesuai dengan Siagian (1989) yang dikutip oleh Sayih (2008), bahwa

faktor umur mempunyai hubungan langsung dengan daya nalar dan pengetahuan

seseorang. Semakin matang usia biasanya seseorang cenderung bertambah

pengetahuannya dan tingkat kedewasaannya. Namun hasil penelitian Hendra dkk

(2011) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan praktik

penggunaan APD.

79
5.1.2 Tingkat Pendidikan

Mayoritas petugas cleaning service memiliki tingkat pendidikan SMA, hal

ini disebabkan karena pihak RSUD Dr. Pirngadi menerima karyawan cleaning

service minimal tamat SMA.

Pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam membuka wawasan

dan pemahaman terhadap nilai baru yang ada dilingkungannya. Seseorang dengan

tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami perubahan yang

terjadi dilingkungannya dan orang tersebut akan menyerap perubahan tersebut

merasa bermanfaat bagi dirinya. Seseorang yang pernah mengenyam pendidikan

formal diperkirakan akan lebih mudah menerima dan mengerti tentang pesan-

pesan kesehatan melalui penyuluhan maupun media masa (Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian Febrianty (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara pendidikan dengan perilaku penggunaan APD, sebaliknya hasil penelitian

Wekoyla (2012) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan

perilaku penggunaan APD secara lengkap.

5.1.3 Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian petugas cleaning service dalam penanganan

sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan, diketahui bahwa masa kerja

responden menyebar secara merata. Masa kerja responden < 2 tahun yaitu 36,4%,

2-3 tahun yaitu 36,4% dan > 3 tahun yaitu 27,3%. Masa kerja responden terendah

adalah 4 bulan dan tertinggi adalah 5 tahun.

Makin lama tenaga kerja bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki

tenaga kerja yang bersangkutan. Sebaliknya makin singkat masa kerja, maka

80
makin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak

memberikan keahlian dan ketrampilan kerja, sebaliknya terbatasnya pengalaman

kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki makin

rendah (Khamdani, 2009).

Hasil penelitian Siburian (2012), menyatakan bahwa lamanya bekerja tidak

dapat memastikan bahwa sikap dalam pemakaian pasti positif. Hasil penelitian

Wekoyla (2012), dimana masa kerja paling banyak pada kategori baru yaitu 40

orang (88,9%) dan kategori lama 5 orang (11,1%), namun tidak terdapat

hubungan antara masa kerja dengan penggunaan APD.

5.6 Pengetahuan Petugas Cleaning Service terhadap Pemakaian Alat

Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis di RSUD Dr. Pirngadi

Medan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari

sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya (Notoadmodjo, 2007). Pengetahuan responden

terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis adalah

untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang alat pelindung diri

yang dipakai dalam penanganan sampah medis, dan sejauh mana responden

mengetahui cara-cara untuk menangani sampah medis dengan baik.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik berjumlah 7 orang (63,6%), responden yang memiliki

pengetahuan cukup berjumlah 3 orang (27,3%) dan responden yang memiliki

pengetahuan kurang berjumlah 1 orang (9,1%). Dari hasil kuesioner responden

81
dengan kategori kurang, responden tersebut tidak mengetahui dengan tepat

pengertian dari alat pelindung diri, tidak mengetahui dengan benar kegunaan

masker pada saat pengangkutan sampah medis, tidak mengetahui bagaimana

sebaiknya pengangkutan sampah medis, dan tidak mengetahui jenis alat pelindung

diri yang digunakan untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan-kecelakaan.

Mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap pemakaian

alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis. Pada dasarnya petugas

cleaning service sudah diberikan informasi oleh pihak rumah sakit melalui

pelatihan dan penyuluhan tentang alat pelindung diri, sehingga dapat dilihat

bahwa petugas cleaning service telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai

alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis. Hal ini sesuai dengan

Notoatmodjo (1993), mengatakan pengetahuan dapat diperoleh dari pelatihan-

pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan dapat menolong tenaga kerja

untuk semakin meningkatkan pengetahuan.

Pengetahuan yang baik pada responden terhadap APD dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berupa karakteristik dari responden

yaitu usia dan pendidikan. Siagian (1989) yang dikutip oleh Sayih (2008), faktor

umur mempunyai hubungan langsung dengan daya nalar dan pengetahuan

seseorang. Semakin matang usia biasanya seseorang cenderung bertambah

pengetahuannya dan tingkat kedewasaannya. Pada hasil penelitian diperoleh latar

belakang pendidikan responden mayoritas adalah tamat SMA. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi, pada akhirnya

banyak pula pengetahuannya.

82
Akan tetapi pada responden yang memiliki pengetahuan yang baik, bisa

juga memiliki praktik yang buruk dalam hal pemakaian APD. Hal ini sesuai

dengan penelitian Wekoyla (2012), menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara

responden yang memiliki pengetahuan baik dan kurang baik terhadap perilaku

penggunaan APD secara lengkap. Didukung dengan penelitian Putra (2012),

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap

perilaku penggunaan APD.

5.7 Sikap Petugas Cleaning Service dalam Penanganan Sampah Medis di

RSUD Dr. Pirngadi Medan

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2005).

Sikap responden pada penelitian ini adalah sikap yang meliputi persepsi

petugas cleaning service sehubungan dengan pemakaian alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara

umum responden yang memiliki sikap positif berjumlah 7 orang (63,6%) dan

responden yang memiliki sikap negatif berjumlah 4 orang (36,4%).

Pada umumnya responden setuju bahwa penanganan sampah medis

merupakan pekerjaan yang wajib memakai APD (100%), merasa nyaman

memakai sarung tangan saat mengangkut sampah medis (100%), dan juga setuju

akan memakai APD secara lengkap demi menjaga kesehatan dan keselamatan

pada saat menangani sampah medis (100%). Hal tersebut dipengaruhi oleh

83
pengetahuan responden tentang alat pelindung diri dalam penanganan sampah

medis.

Responden sebanyak 10 orang (90,9%) setuju terhadap pernyataan bahwa

akan terhindar dari gangguan kesehatan jika menggunakan APD saat menangani

sampah medis, dan 1 orang (9,1%) tidak setuju. Responden sebanyak 10 orang

(90,9%) tidak setuju bahwa alat pelindung diri (masker, sarung tangan, sepatu

boot) sangat mengganggu saat menangani sampah medis dan 1 orang tidak setuju

dengan alasan tidak nyaman menggunakan alat pelindung diri. Responden

sebanyak 9 orang (81,8%) tidak setuju bahwa merasa tidak nyaman memakai

masker ketika menangani sampah medis karena mengganggu saya dalam

berkomunikasi, dan 2 orang setuju merasa tidak nyaman memakai masker dengan

alasan menghambat komunikasi dan merasa panas. Sebanyak 6 orang (54,5%)

responden bersikap tidak setuju untuk memakai sepatu biasa dibandingkan sepatu

boot saat bekerja menangani sampah medis, dan 5 orang (45,5%) responden

bersikap setuju disebabkan karena responden merasa tidak nyaman memakai

sepatu boot dan merasa sepatu boot dapat menghambat gerak langkah responden

pada saat bekerja.

Responden sebanyak 2 orang (18,2%) tidak setuju bahwa hanya memakai

alat pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu boot) jika disediakan oleh

rumah sakit, 9 orang (81,8%) setuju dan ini berarti bahwa petugas cleaning sevice

tidak akan memakai alat pelindung diri pada saat menangani sampah medis jika

pihak rumah sakit tidak menyediakan alat pelindung diri.

84
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa diantara responden

yang memiliki sikap negatif terdapat responden memiliki pengetahuan yang baik,

dan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup memiliki sikap yang

negatif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis.

Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik

belum tentu memiliki sikap yang baik pula.

Mayoritas responden memiliki sikap positif terhadap pemakaian alat

pelindung diri pada saat menangani sampah medis. Dengan sikap yang positif ini

diharapkan tindakan pemakaian alat pelindung diri akan baik nantinya. Akan

tetapi sikap yang baik belum tentu diiringi hasil yang baik pula, seperti menurut

(Notoadmodjo, 2003) yang menyatakan bahwa sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Hal ini sesuai dengan penelitian Shobib dkk (2013), bahwa tidak ada

hubungan antara sikap dengan pemakaian APD.

5.8 Tindakan Petugas Cleaning Service dalam Penanganan Sampah Medis di

RSUD Dr. Pirngadi Medan

Pihak rumah sakit dr.Pirngadi Medan menyediakan alat pelindung diri

seperti sarung tangan, masker, dan sepatu boot. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan dapat diketahui bahwa tindakan responden memakai alat pelindung diri

secara lengkap dalam penanganan sampah medis berjumlah 1 orang (9,1%) dan

tindakan responden memakai alat pelindung diri secara tidak lengkap dalam

penanganan sampah medis berjumlah 10 orang (90,9%).

85
Berdasarkan pengamatan alat pelindung diri yang paling banyak

digunakan pekerja adalah sarung tangan (81,8%), petugas cleaning service

menggunakan sarung tangan merasa terlindungi dari bahaya dari sampah medis.

Hasil pengamatan dari responden yang menggunakan masker saat bekerja yaitu

(63,6%). Masker yang digunakan oleh responden juga sering dilepas saat

menangani sampah medis, dikarenakan petugas cleaning service merasa

kepanasan dan sulit untuk bernapas. Responden yang menggunakan sepatu boot

hanya sedikit yaitu (18,8%) ini dikarenakan responden tidak nyaman saat

menggunakannya. Dari hasil observasi yang dilakukan, diperoleh bahwa hanya

satu orang responden yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap pada

saat penanganan sampah medis yang memiliki pengetahuan baik dan sikap yang

positif. Namun, responden tersebut juga kadang melepas maskernya dan

menggantungnya dileher pada saat melakukan penanganan sampah medis. Hal ini

kemungkinan dikarenakan responden merasa kepanasan ataupun merasa tidak

nyaman. Hasil penelitian Febrianty (2012) menunjukkan proporsi responden yang

persepsinya nyaman menggunakan APD secara lengkap dan benar akan selalu

menggunakan APD secara lengkap sebesar 100% dan yang persepsinya tidak

nyaman menggunakan APD secara lengkap dan benar sebesar 8,4%.

Tabulasi silang antara pengetahuan, sikap terhadap tindakan pemakaian

alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis, dilakukan untuk mengetahui

apakah responden yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik memiliki

tindakan yang baik pula atau sebaliknya. Dari hasil tabulasi silang antara

pengetahuan terhadap tindakan dalam pemakaian alat pelindung diri diperoleh

86
bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik mayoritas tidak menggunakan

APD secara lengkap yaitu 85,7%. Begitu pula dengan responden yang memiliki

sikap positif mayoritas tidak memakai APD secara lengkap yaitu 85,7%. Dapat

disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan sikap positif,

mayoritas responden memiliki tindakan tidak memakai APD secara lengkap. Hal

ini disebabkan karena pemakaian APD lengkap akan mengganggu kenyamanan

kerja dan kurangnya pengawasan terhadap petugas cleaning service dalam

pemakaian alat pelindung diri pada saat penanganan sampah medis.

Hasil penelitian Alhayati dkk (2014), menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan alat pelindung diri.

Pengawasan dalam penggunaan alat pelindung diri pada saat penanganan sampah

medis perlu ditingkatkan agar pekerja patuh. Disamping itu perlu pemberian

sanksi yang tegas kepada para cleaning service yang tidak patuh dalam memakai

alat pelindung diri. Sesuai dengan penelitian Noviandry (2013), bahwa terdapat

hubungan antara pengawasan dan hukuman/sanksi dengan penggunaan alat

pelindung diri (APD).

Hasil penelitian Wungo dkk (2013), menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan pengetahuan dan sikap dengan praktik petugas sanitasi dalam

pengelolaan sampah medis. Praktik dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu enabling

factor (faktor pemungkin) dan reinforcing factor (faktor penguat). Faktor

enabling yaitu ketersediaan sarana prasarana seperti plastik pewadahan sampah

medis dan non medis, alat pelindung diri dan incinerator. Sedangkan faktor

87
reinforcing yaitu adanya pengawasan dari petugas atau atasan, pelatihan, dan

sosialisasi.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah

fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung (support) dari

pihak lain. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan dan sikap,

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003).

88
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pemakaian alat

pelindung diri dalam penanganan sampah medis pada petugas cleaning service,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur petugas cleaning

service, mayoritas pada kelas umur 29-33 tahun yaitu 36,4%.

2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh

mayoritas petugas cleaning service memiliki tingkat pendidikan tamat

SMA.

3. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja diperoleh masa kerja

responden < 2 tahun yaitu (36,4%), 2-3 tahun yaitu (36,4%) dan > 3 tahun

yaitu (27,3%).

4. Pengetahuan cleaning service terhadap pemakaian alat pelindung diri

dalam penanganan sampah medis paling banyak pada kategori baik

sebesar 63,6%.

5. Sikap cleaning service terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis paling banyak pada kategori positif sebesar

63,6%.

89
6. Tindakan cleaning service terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis paling banyak pada kategori tidak lengkap

memakai APD yang disyaratkan, sebesar 90,9%.

6.2 Saran

1. Pihak manajemen RSUD Dr. Pirngadi Medan harus lebih meningkatkan

pengawasan dan pembinaan dalam penggunaan alat pelindung diri pada

petugas cleaning service.

2. Pihak manajemen RSUD Dr. Pirngadi Medan hendaknya menyediakan

alat pelindung diri tubuh berupa pakaian kerja khusus bagi petugas

cleaning service dalam penanganan sampah medis.

3. Pengawas lapangan cleaning service perlu memberikan sanksi yang tegas

bagi pekerja yang tidak taat/patuh dalam memakai alat pelindung diri

sekaligus memberikan penghargaan bagi pekerja yang taat/patuh dalam

memakai alat pelindung diri.

4. Petugas cleaning service hendaknya memakai alat pelindung diri secara

lengkap sesuai dengan alat pelindung diri yang telah disediakan pihak

rumah sakit berupa sarung tangan kulit, sepatu boot dan masker.

90
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, H. A., 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Adisasmito, W., 2007. Sistem Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Alhayati, D.N., Restuastuti, T., Fatmawati., 2014. Hubungan Pengetahuan Dan


Sikap Petugas Laboratorium Patologi Klinik dalam Menggunakan
Alat Pelindung Diri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal
Online Mahasiswa FK Vol.1 No.2. Diakses 8 Oktober 2015;
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/2986/2892

Andarnita, A., 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Pengelolaan Sampah


Medis Di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Masyarakat
U’budiyah Banda Aceh. Diakses 12 April 2015;
http://www.ejournal.uui.ac.id/jurnal/Aulia_Andarnita-thz-
jurnal_aulia_andarnita_s1.pdf

Anies., 2005. Penyakit Akibat Kerja. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.

Asti, H.T. J., 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) pada Petugas Cleaning Service RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses 14 April
2015; http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t24460.pdf.

Azwar, S., 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2,


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budiono, A.M.S., 2003. Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro Semarang.

Bungawati, A., 2009. Penerapan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


Pada Petugas Penanganan Sampah Rumah Sakit Di Kota Palu. Jurnal
Promotif. Vol 1 No 1. Diakses 19 Maret 2015;
http://jurnalunismuhpalu.org/index.php/PJK/article/view/45

Candra, B., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

91
Depkes RI., 2004. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.

___________., 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Medis di Puskesmas.


Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit & Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.

___________., 2007. Kemenkes No. 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang


Pedoman Manajemen Kesehatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit. Jakarta.

___________., 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1087/Menkes/SK/VIII/2010 Tentang Standar K3 Rumah Sakit. Jakarta.

___________., 2014. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Jakarta.

Evryanti., 2012. Kajian Resiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Petugas
Kesehatan Dan Petugas Kebersihan Klinik X. Skripsi S1 FKM UI. Diakses
28 Mei 2015; https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319686-S-PDF-
Evryanti.pdf

Fauziah, M., dkk. (Ed.). 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Febrina, R., 2012. Sistem Pengolahan Sampah Padat di Rumah Sakit X


Jakarta. Skripsi S1 FKM UI. Diakses 12 April 2015;
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294084-S-Rahma%20Febrina.pdf

Febrianty, D., 2012. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Oleh Bidan Di
Desa Pada Waktu Melakukan Pertolongan Persalinan Dirumah Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Wilayah Kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Balangan. Skripsi FKM UI. Diakses 25 Maret
2015; https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20355714-S-
Dahmila%20Febrianty.pdf

Harwanti, N., 2009. Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Memberikan


Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
http://eprints.uns.ac.id/5675/

Helwi., 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Petugas Terhadap


Penanganan Sampah Medis Di Rumah Sakit Haji Medan. Skripsi S1 FKM
USU.

92
Hendra,Y., Utomo,M., & Salawati,T., 2011. Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Pada Radiografer Di Instalasi Radiologi 4 Rumah Sakit Di Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia UNIMUS. Vol 7
No.1. Diakses 8 Oktober 2015;
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/view/583/635

Hidayat, A.A.A., 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa


Data. Jakarta: Salemba Medika.

Irianto, A., 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.
Prenada Media.

Irwanto, 2002. Psikologi Umum. Jakarta. PT. Prenhallido.

Khamdani, F., 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan


Pemakaian Alat Pelindung Diri Pestisida Semprot Pada Petani Di
Desa Angkatan Kidul Pati. Skripsi S1 FKIK UNNES. Diakses 12 Juni
2015; http://lib.unnes.ac.id/123/1/6094.pdf

Lestari, G.A.P., 2010. Gambaran Kesehatan Kerja Petugas Cleaning Service


Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Skripsi S1 FKM USU.

Notoatmodjo, S., 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta. Andi Offiset.

_____________., 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Rhineka Cipta.


Jakarta.

_____________., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

_____________., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Noviandry, I., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Pekerja Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Industri
Pengelasan Informal Di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh,
Kota Tangerang. Skripsi S1 FKIK Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta. Diakses 25 Maret 2015;
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24269/1/Ilham%
20Noviandry-fkik.pdf

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.


PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.

93
Puslitbag IKM FK UGM dan Program S2 Hiperkes UGM., 2000. Kumpulan
Makalah Khusus K3 Rumah Sakit. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada.

Putra, M.U.K., 2012. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku


Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Mahasiswa Profesi Fakultas
Ilmu Keperawatan. Skripsi FIK UI.

Sayih, M.N., 2008. Gambaran Pengetahuan Karyawan Pusat Komputer Dan


Elektronik Mangga Dua Mengenai Tentang Emergency Responce
Plan. Skripsi S1 FKM UI. Diakses 8 Oktober 2015;
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124037-S-5317-Gambaran%20pengetahuan-
HA.pdf

Shobib, M.N., Yuantari, MG.C., Suwandi, M., 2013. Hubungan Antara


Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktik Pemakaian APD Pada Petani
Pengguna Pestisida Di Desa Curut Kec. Panawangan Kab.
Grobongan. Jurnal FKM Universitas Dian Nuswantoro. Diakses 8
Oktober 2015; http://eprints.dinus.ac.id/6513/1/jurnal_12524.pdf

Siahaan, M.S.U., 2010. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Rumah Sakit


Umum Daerah Sidikalang. Skripsi S1 FKM USU.

Siburian, A., 2012. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Terhadap Keselamatan Kerja Perawat IGD RSUD Pasar Rebo.
Skripsi FIK UI. Diakses 9 April 2015;
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20310394...Gambaran%20penggunaan.
pdf

Siregar, C.J.P., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I,
Penerbit EGC, Jakarta.

Soeaidy, S., 1996. Himpunan Peraturan Kesehatan. Jakarta: Arcan.

Solikhah, S., 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku


Perawat dalam Pembuangan Sampah Medis di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal FKM Universitas Ahmad Dahlan.
Diakses 28 Mei 2015;
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/view/1017

Suma’mur, P.K., 1996. Hygiene Perusahaan & Keselamatan Kerja. Jakarta:


Gunung Agung.

_____________., 2009. Hygiene Perusahaan & Keselamatan Kerja. Jakarta:


CV. Sagung Seto.

Tarwaka., 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: HARAPAN PRESS.

94
Tietjen, L., Debora Bossemeyer, Noel McIntosh., 2004. Panduan Pencegahan
Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tombili A, Mardewi R., 2010. Studi Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan


Tentang Alat Pelindung Diri Pada Petugas Pengumpul Sampah Di
Dinas Kebersihan Kota Kendari. Jurnal Kesmas STIK Avicenna.
Diakses 21 April 2015;
http://www.academia.edu/8844455/Penggunaan_APD_Pada_Petugas_Pen
gumpul_Sampah

Undang-Undang RI., 2009. UU No. 36 Tentang Kesehatan.

________________., 2009. UU No. 44 Tentang Rumah Sakit.

Wawan, A dan Dewi, M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO., 2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wekoyla, 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Dan Masa Kerja


Bidan Terhadap Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada
Tindakan Pertolongan Persalinan Di Rumah Sakit Umum Provinsi
Sulawesi Tenggara Dan Rumah Sakit Umum Kota Kendari. Skripsi
FKM UI. Diakses 25 Maret 2015;
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20317231-S-Wekoyla.pdf

Widiartha, K.Y., 2012. Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Puskesmas


di Kabupaten Jember. Skripsi S1 FKM Universitas Jember. Diakses 12
April 2015;
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/20641?show=full

Wungo, M.M.Y, Mahawati, E., Hartini, E., 2013. Hubungan antara


Pengetahuan dan Sikap Petugas Sanitasi dengan Praktik Pengelolaan
Sampah Medis di RSUD Kabupaten Kebumen Tahun 2013. Jurnal
FKM Universtitas Dian Nuswantoro. Diakses 24 Oktober 2015;
http://eprints.dinus.ac.id/6561/1/jurnal_12725.pdf

95
Kuesioner Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN TERHADAP


PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENANGANAN
SAMPAH MEDIS PADAPETUGAS CLEANING SERVICE
DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2015

I. Identitas Responden

1. Nomor Responden :

2. Nama :

3. Umur :

4. Pendidikan : a. Tamat SD

b. Tamat SMP

c. Tamat SMA

d. Perguruan Tinggi

5. Masa Kerja :

96
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai
dengan pendapat anda dengan memberi tanda silang ( x ) pada jawaban yang
tersedia.
II. Pengetahuan

1. Apakah yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD)?

a. Alat yang dipakai untuk melindungi diri dari penyakit akibat kerja

b. Alat melindungi diri dari kemungkinan timbulnya bahaya kecelakaan

maupun penyakit akibat kerja

c. Alat melindungi diri dari bahaya kecelakaan ditempat kerja

2. Apakah yang dimaksud dengan sampah medis itu?

a. Sampah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi

atau yang sejenisnya.

b. Sampah sisa makanan dari dapur rumah sakit dan sampah dari

halaman rumah sakit.

c. Sampah berasal dari kantor/ administrasi kertas, unit pelayanan

(berupa karton, kaleng, botol).

3. Apa saja syarat-syarat APD (Alat Pelindung Diri)?

a. Nyaman dipakai, harga mahal dan enak dipandang orang

b. Nyaman dipakai, tidak mengganggu sewaktu bekerja dan

memberikan perlindungan yang efektif

c. Bentuknya menarik, harga mahal dan enak dipandang orang

97
4. Apa kegunaan masker pada saat pengumpulan/pengangkutan sampah

medis?

a. Menghindari bau tidak sedap

b. Melindungi diri dari gangguan kesehatan pernafasan

c. Menghindari cedera

5. Bagaimana sebaiknya pengangkutan sampah medis?

a. Menggunakan troli terbuka dan digabung bersama sampah non

medis

b. Menggunakan troli khusus yang tertutup dan dipisahkan dari sampah

non medis

c. Menggunakan troli terbuka dan dipisahkan dari sampah non medis

6. Untuk menghindari cedera pada tangan sewaktu bekerja sebaiknya

menggunakan:

a. Sarung tangan khusus

b. Kain lap

c. Sarung tangan biasa

7. Untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan

benda-benda tajam yang mungkin terinjak dan terpleset menggunakan :

a. Sepatu boot

b. Sepatu biasa

c. Sepatu kulit

98
8. Bagaimana penanganan akhir sampah medis?

a. Dikumpulkan dengan sampah non medis dan dibuang ke TPA

b. Dibakar dengan sampah non medis

c. Dipisahkan dari sampah non medis lalu dimusnahkan di Incinerator

9. Apa akibatnya bila tidak menggunakan alat pelindung diri dalam

penanganan sampah medis?

a. Tertusuk/tergores benda tajam, tertular penyakit infeksi

b. Terpapar debu dan pencemaran lingkungan

c. Tidak ada akibatnya

99
Petunjuk : Berikanlah respon sesuai dengan pendapat anda terhadap pernyataan
dibawah ini, berilah tanda ceklist ( √ ) pada kotak yang tersedia.
III. Sikap

o. No. Pernyataan S TS

1. Penanganan sampah medis merupakan pekerjaan yang


wajib memakai APD.

2. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, sepatu boot)


sangat mengganggu saya saat menangani sampah medis.
3. Saya merasa nyaman memakai sarung tangan saat
mengangkut sampah medis.

4. Saya merasa tidak nyaman memakai masker ketika


menangani sampah medis karena mengganggu saya
dalam berkomunikasi.
5. Saya lebih suka memakai sepatu biasa dibandingkan
sepatu boot saat saya bekerja menangani sampah medis.
6. Saya hanya memakai alat pelindung diri (sarung tangan,
masker, sepatu boot) jika disediakan oleh rumah sakit.

7. Saya akan terhindar dari gangguan kesehatan jika saya


menggunakan APD saat saya menangani sampah medis.

8. Saya akan memakai APD secara lengkap demi menjaga


kesehatan dan keselamatan pada saat saya menangani
sampah medis.

Keterangan : S = Setuju
TS = Tidak Setuju

100
Form Observasi (Ceklist) Tindakan Petugas Cleaning Service terhadap pemakaian

alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2015.

IV. Tindakan

Pemakaian Alat Pelindung Diri


o. No. Nama Keterangan
Masker Sarung Tangan Sepatu Boot

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

101
102
103
MASTERDATA
KARAKTERISTIK RESPONDEN
NO NAMA UMUR UMURK PENDIDIKAN PENDIDIKANK MASA KERJA MASAKERJAK
1 AP 24 2 SMA 1 3 Tahun 2
2 AS 32 4 SMA 1 0,3 Tahun 1
3 HM 26 2 SMA 1 0,8 Tahun 1
4 MR 19 1 SMA 1 1,5 Tahun 1
5 RS 24 2 SMA 1 4,5 Tahun 3
6 SD 30 3 SMA 1 3 Tahun 2
7 SY 33 3 SMA 1 2 Tahun 2
8 P 35 4 SMA 1 5 Tahun 3
9 NN 39 5 SMA 1 0,3 Tahun 1
10 BN 40 5 SMA 1 2,5 Tahun 2
11 R 30 3 S1 2 5 Tahun 3

MASTERDATA
PENGETAHUAN
NO NAMA PENGETAHUAN PENGETAHUANK P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 AP 9 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1
2 AS 9 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1
3 HM 9 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1
4 MR 8 1 3 1 2 2 2 1 1 3 1
5 RS 5 3 3 1 2 1 3 1 2 3 1
6 SD 6 2 2 1 2 1 3 3 1 3 1
7 SY 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 1
8 P 7 2 3 1 2 1 2 1 1 3 1
9 NN 8 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1
10 BN 8 1 2 1 2 2 3 1 1 3 2
11 R 9 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1

MASTERDATA
SIKAP
NO NAMA SIKAP SIKAPK S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8
1 AP 7 1 1 2 1 2 2 1 1 1
2 AS 8 1 1 2 1 2 2 2 1 1
3 HM 7 1 1 2 1 2 2 1 1 1
4 MR 4 2 1 1 1 2 1 1 2 1
5 RS 7 1 1 2 1 1 1 1 1 1
6 SD 6 2 1 2 1 2 1 1 1 1
7 SY 6 2 1 2 1 2 1 1 1 1
8 P 5 2 1 2 1 1 1 1 1 1
9 NN 8 1 1 2 1 2 2 2 1 1
10 BN 7 1 1 2 1 2 2 1 1 1
11 R 7 1 1 2 1 2 2 1 1 1

MASTERDATA
TINDAKAN
NO NAMA TINDAKAN TINDAKANK MASKER SARUNG TANGAN SEPATU BOOT
1 AP 2 2 1 1 2
2 AS 2 2 1 1 2
3 HM 2 2 2 1 2
4 MR 2 2 1 1 2
5 RS 2 2 2 2 2
6 SD 2 2 2 1 2
7 SY 2 2 2 1 1
8 P 2 2 1 1 2
9 NN 3 1 1 1 1
10 BN 2 2 1 1 2
11 R 2 2 1 2 2

104
OUTPUT

Statistics

Umur MasaKerja
N Valid 11 11
Missing 0 0
Mean 30,18 2,536
Median 30,00 2,500
Range 21 4,7
Minimum 19 ,3
Maximum 40 5,0
Percentiles 25 24,00 ,800
50 30,00 2,500
75 35,00 4,500

kel.umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-23 Tahun 1 9,1 9,1 9,1
24-28 Tahun 3 27,3 27,3 36,4
29-33 Tahun 4 36,4 36,4 72,7
34-38 Tahun 1 9,1 9,1 81,8
39-43 Tahun 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0

Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tamat SMA 10 90,9 90,9 90,9
Tamat Perguruan Tinggi 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

kel.masakerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 2 Tahun 4 36,4 36,4 36,4
2-3 Tahun 4 36,4 36,4 72,7
> 3 Tahun 3 27,3 27,3 100,0
Total 11 100,0 100,0

105
Frequency Table Pengetahuan
Apakah yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Alat yang dipakai untuk
melindungi diri dari 2 18,2 18,2 18,2
penyakit akibat kerja
Alat melindungi diri dari
kemungkinan timbulnya
bahaya kecelakaan 6 54,5 54,5 72,7
maupun penyakit akibat
kerja

Alat melindungi diri dari


bahaya kecelakaan 3 27,3 27,3 100,0
ditempat kerja
Total 11 100,0 100,0

Apakah yang dimaksud dengan sampah medis itu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sampah yang berasal
dari pelayanan medik,
perawatan gigi, farmasi 11 100,0 100,0 100,0
atau yang sejenisnya.

Apa saja syarat-syarat Alat Pelindung Diri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Nyaman dipakai, tidak
mengganggu sewaktu
bekerja dan memberikan 11 100,0 100,0 100,0
perlindungan yang efektif

Apa kegunaan masker pada saat pengumupulan/pengangkutan sampah medis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menghindari bau tidak
sedap 4 36,4 36,4 36,4
Melindungi diri dari
gangguan kesehatan 7 63,6 63,6 100,0
pernafasan
Total 11 100,0 100,0

106
Bagaimana sebaiknya pengangkutan sampah medis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menggunakan troli khusus
yang tertutup dan
dipisahkan dari sampah 8 72,7 72,7 72,7
non medis
Menggunakan troli
terbuka dan dipisahkan 3 27,3 27,3 100,0
dari sampah non medis
Total 11 100,0 100,0

Untuk menghindari cedera pada tangan sewaktu bekerja sebaiknya menggunakan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sarung tangan khusus 10 90,9 90,9 90,9
Sarung tangan biasa 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

Untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan benda-benda


tajam yang mungkin terinjak dan terpleset menggunakan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sepatu boot 10 90,9 90,9 90,9
Sepatu biasa 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

Bagaiman penanganan akhir sampah medis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dipisahkan dari
sampah non medis
lalu dimusnahkan di 11 100,0 100,0 100,0
Incinerator

Apa akibatnya bila tidak menggunakan alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tertusuk/tergores benda
tajam, tertular penyakit 10 90,9 90,9 90,9
infeksi
Terpapar debu dan
pencemaran lingkungan 1 9,1 9,1 100,0

Total 11 100,0 100,0

107
Frequency Table Sikap

Penanganan sampah medis merupakan pekerjaan yang wajib memakai APD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 11 100,0 100,0 100,0

Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, sepatu boot) sangat mengganggu saya saat
menangani sampah medis.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 1 9,1 9,1 9,1
Tidak Setuju 10 90,9 90,9 100,0
Total 11 100,0 100,0

Saya merasa nyaman memakai sarung tangan saat mengangkut sampah medis.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 11 100,0 100,0 100,0

Saya merasa tidak nyaman memakai masker ketika menangani sampah medis karena
mengganggu saya dalam berkomunikasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 2 18,2 18,2 18,2
Tidak Setuju 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0

Saya lebih suka memakai sepatu biasa dibandingkan sepatu boot saat saya bekerja
menangani sampah medis.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 5 45,5 45,5 45,5
Tidak Setuju 6 54,5 54,5 100,0
Total 11 100,0 100,0

108
Saya hanya memakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu boot) jika
disediakan oleh rumah sakit.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 9 81,8 81,8 81,8
Tidak Setuju 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0

Saya akan terhindar dari gangguan kesehatan jika saya menggunakan APD saat saya
menangani sampah medis.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 10 90,9 90,9 90,9
Tidak Setuju 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

Saya akan memakai APD secara lengkap demi menjaga kesehatan dan keselamatan pada
saat saya menangani sampah medis.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 11 100,0 100,0 100,0

Frequency Table Tindakan


Masker

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pakai 7 63,6 63,6 63,6
Tidak Pakai 4 36,4 36,4 100,0
Total 11 100,0 100,0

Sarung Tangan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pakai 9 81,8 81,8 81,8
Tidak Pakai 2 18,2 18,2 100,0
Total 11 100,0 100,0

109
Sepatu Boot

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pakai 2 18,2 18,2 18,2
Tidak Pakai 9 81,8 81,8 100,0
Total 11 100,0 100,0

Pengetahuan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8-9 : Baik 7 63,6 63,6 63,6
6-7 : Cukup 3 27,3 27,3 90,9
1-5 : Kurang 1 9,1 9,1 100,0
Total 11 100,0 100,0

Statistics

Sikap
N Valid 11
Missing 0
Mean 6,55

Sikap Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 7-8 : Positif 7 63,6 63,6 63,6
1-6 : Negatif 4 36,4 36,4 100,0
Total 11 100,0 100,0

Tindakan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lengkap 1 9,1 9,1 9,1
Tidak Lengkap 10 90,9 90,9 100,0
Total 11 100,0 100,0

110
Pengetahuan Responden * Tindakan Crosstabulation

Count

Tindakan Total

Lengkap Tidak Lengkap Lengkap


Pengetahuan Baik 1 6 7
Responden Cukup 0 3 3
Kurang 0 1 1
Total 1 10 11

Sikap * Tindakan Crosstabulation

Count

Tindakan Total

Lengkap Tidak Lengkap Lengkap


Sikap Positif 1 6 7
Negatif 0 4 4
Total 1 10 11

111
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1 Pengisian Kuesioner & Wawancara

Gambar 2 Petugas cleaning service hanya menggunakan sarung tangan saat


menangani sampah medis

112
Gambar 3 Petugas cleaning service menggunakan APD secara lengkap

Gambar 4 Petugas cleaning service hanya menggunakan masker dan sarung


tangan saat menangani sampah medis

113
Gambar 5 Petugas cleaning service hanya menggunakan masker dan sarung
tangan saat menangani sampah medis

Gambar 6 Petugas cleaning service tidak menggunakan APD saat menangani


sampah medis

114

Vous aimerez peut-être aussi