Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pencermaran yang dihasilkan oleh beberapa jenis sumber energi tertentu saat ini telah menjadi masalah yang sangat
mengkhawatirkan. Jika pencemaran ini terus terjadi, maka pemanasan global tidak dapat dihindari lagi. Sumber energi cahaya
matahari merupakan salah satu energi alternatif yang mungkin dapat menjadi suatu jawaban penyediaan energi listrik serta ramah
lingkungan bagi para operator terkait penyediaan listrik bagi BTS. Panel surya ini menjamin ketersediaan power supply yang
dibutuhkan untuk pengoperasian BTS. Panel surya ini mampu menyediakan / memasok energi listrik sebesar 0,115 MW[1] seperti
pada BTS yang dioperasikan dengan sumber listrik dari PLN ataupun genset. Pertimbangan komparatif antara genset dan
penggunaan energi surya sebagai pencatu daya sebuah BTS adalah dengan semakin mahalnya biaya operasional bahan bakar
genset (diesel) akibat tren harga minyak dunia yang terus meningkat dan biaya investasi awal (capital dari pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS) dimana sampai saat ini masih merupakan teknologi yang relatif baru. Pada bahasan makalah ini akan
mencoba membahas komparasi dari masing-masing pembangkitan tersebut diatas dan gabungan dari keduanya (hybrid) dengan
BAB I PENDAHULUAN
Pencermaran yang dihasilkan oleh beberapa jenis sumber energi tertentu saat ini telah menjadi masalah yang sangat
mengkhawatirkan. Jika pencemaran ini terus terjadi, maka pemanasan global tidak dapat dihindari lagi. Sumber energi yang ramah
lingkungan dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah yang lain. Masalah listrik tersebut tidak luput
dari perhatian para operator telekomunikasi. Perkembangan ponsel menjadi peluang emas buat para operator telekomunikasi untuk
memperluas bisnisnya. BTS (Base Transceiver Station ) atau situs sel adalah suatu peralatan yang menfasilitasi komunikasi
wireless antara perangkat user (ponsel, komputer dengan koneksi internet wireless, WIFI dll) dan jaringan. BTS akan mampu
befungsi dengan baik dengan adanya listrik yang masuk pada power supply. Sulitnya mendapat pasokan pada daerah terpencil,
mendorong beberapa provider mengembangkan penggunaan energi alternatif bagi BTS disamping energi konvensional yaitu
Sumber energi cahaya matahari merupakan salah satu energi alternatif yang mungkin dapat menjadi suatu jawaban penyediaan
energi listrik serta ramah lingkungan bagi para operator terkait penyediaan listrik bagi BTS. Panel surya ini menjamin
ketersediaan power supply yang dibutuhkan untuk pengoperasian BTS. Panel surya ini mampu menyediakan / memasok energi
listrik sebesar 0,115 MW[1] seperti pada BTS yang dioperasikan dengan sumber listrik dari PLN ataupun genset.
Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69 persen [1] dari total energi
pancaran matahari. Supply energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangar luar biasa besarnya yaitu
mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 waatt.
Jika dilihat dari topografi penyebaran sinar matahari atau paparan sinar matahari ke bumi, Indonesia termasuk dalam negara yang
mendapat intensitas sinar matahari yang cukup banyak. Hampir diseluruh seluruh wilayah Indonesia terpapar sinar matahari seperti
Area yang memungkinkan untuk dipasang tenaga surya bisa dilihat di peta insolasi matahari diatas. Untuk site dengan lokasi yang
belum terdistribusi listrik tapi berada di daerah insolasi matahari yang cukup bagus, pemanfaatan tenaga surya bisa menjadi
Pertimbangan komparatif antara genset dan penggunaan energi surya sebagai pencatu daya sebuah BTS adalah dengan semakin
mahalnya biaya operasional bahan bakar genset (diesel) akibat tren harga minyak dunia yang terus meningkat dan biaya investasi
awal (capital dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dimana sampai saat ini masih merupakan teknologi yang relatif baru.
Pada bahasan makalah ini akan mencoba membahas komparasi dari masing-masing pembangkitan tersebut diatas dan gabungan
memiliki permukaan yang luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe P dan N, yang mampu merubah energi sinar matahari menjadi
energi listrik. Solar cell merupakan pembangkit yang tidak hanya terdiri dari sistem konversi dari photon sinar matahari menjadi
arus listrik atau yang disebut sebagai modul PhotoVoltaic, tetapi perlu ada sistem pendukung yang berfungsi menyimpan energi
listrik yang dibangkitkan agar keluarannya dapat lebih stabil dan dapat digunakan saat tidak ada sinar matahari atau pada saat
malam hari. Satu unit sistem pembangkit listrik solar cell terdiri dari beberapa komponen antara lain :
1. Modul sel surya / Panel Photo Voltaic
Modul sel surya terdiri dari beberapa jenias ada yang berkapasitas 20 Wp, 30 Wp, 50 Wp, dan 100 Wp. Modul PV dilihat dari
Battery biasanya dapat bertahan 2-3 tahun serta free maintenance . Kapasitas battery disesuaikan dengan kapasitas modul dan besar
Pengatur pengisian muatan battery atau disebut controller pengisian (solar charge controller). Komponen ini berfungsi untuk
mengatur besarnya arus yang dihasilkan oleh modul PV agar penyimpanan ke battery sesuai dengan kapasitas battery.
Gambar 4 Controller
1. d. Inverter
Inverter merupakan modul untuk mengkonversi listrik searah (DC) menjadi listrik bolak balik (AC). Meskipun begitu saat ini sudah
banyak terdapat alat-alat elektronik maupun lampu penerang yang menggunakan tipe arus searah sehingga beberapa sistem solar
Gambar 5 Inverter
1. Kabel
Kabel / wiring merupakan komponen standar sebagai penghubung tempat mengalirkan arus listrik.
1. f. Mounting hardware atau framework
Mounting hardware atau framework yang merupakan pendukung untuk menempatkan atau mengatur posisi solar panel agar dapat
menerima sinar matahari dengan baik. Biasanya framework digunakan untuk menempatkan solar panel pada posisi yang lebih
Dalam susunan pemasangan sel surya perlu diperhatikan beberapa kondisi setempat terkait dengan intensitas penyinaran matahari
pada daerah tersebut. Ada beberapa model susunan pemasangan yang sering digunakan dalam penggunaan pembangkitan listrik di
BTS yaitu:
1. 1. Steel fence
Gambar 8 Array PV
1. 3. High installed PV array with net cage (Celcom-Malaysia)
Gambar 9 Net Cage
Beberapa contoh kasus pembangunan BTS dengan pencatu daya dari sel surya dengan beberapa kondisi di lapangan adalah sebagai
berikut:
Permintaan operator telekomunikasi di Ethiopia agar dalam pembangkitan listrik untuk BTS sesuai dengan kaidah green
energy dimana harus mempunyai keandalan yang sangat tinggi dengan biaya yang dikeluarkan sekecil mungkin. Beberapa wilayah
di etiopia sendiri merupakan daerah yang rata-rata sangat terbatas sumber energi konvensionalnya, dimana jika menggunakan
pembangkit listrik dengan tenaga diesel akan berimplikasi terhadap tingginya biaya penyediaan bahan bakar. Tetapi hal ini akhirnya
dapat teratasi mengingat Etiopia memiliki intensitas sinar matahari yang sangat bagus sepanjang tahun, dengan tingkat curah hujan
yang rendah. Solusi dari kondisi tersebut diatas akhirnya dibangun sebuah pembangkit listrik tenaga surya untuk memasok
kebutuhan listrik di BTS, dan didapatkan penghematan biaya operasional keseluruhan sebesar kurang lebih 9 juta USD per tahun.
Untuk didaerah Etisalat Afghanistan, kombinasi antara solar energy sytem dan Diesel Engine Generator merupakan pilihan yang
paling tepat, karena sinar matahari di daerah tersebut mengalami perbedaan pada tiap bulannya. Diesel generator akan beroperasi
wilayah tersebut didapatkan pancaran matahari untuk permukaan horisontal sel surya sebagai berikut :
Dari hasil studi tersebut didapatkan pancaran surya rata-rata perbulan selama satu tahun dengan tingkat temperatur yang berkisar
pada 26 derajat C, dan total rata-rata wet days (hujan) antara 9 – 16 hari dalam setahun.
Dari studi tersebut dilakukan beberapa excercise dalam pemanfaatan sel surya sebagai tenaga pembangkit listrik BTS, dimana
dilakukan 3 eksperimen yaitu pembangkitan dengan generator diesel, pembangkitan dengan sel surya dan kombinasi dari diesel
dan sel surya (hybrid). Tiap tiap eksperimen mempunyai beberapa asumsi dalam konfigurasinya yaitu :
terpasang di Site
Asumsi yang digunakan dalam konfigurasi Hybrid, tingkat insolasi adalah 4,5 kWh/m2/hari, dimana sedikit lebih besar
dibandingkan dengan asumsi pada konfigurasi sel surya. Autonomy Time adalah waktu backup yang bisa ditoleransi jika terjadi
gangguan. Untuk konfigurasi generator diasumsikan bahwa jika terjadi gangguan, maka battery yang dipasang hanya mampu
bertahan selama 24 jam, sedangkan untuk konfigurasi solar (surya) battery yang dipasang mampu bertahan selama 120 jam, dan
untuk konfigurasi hybrid waktu backup hanya diasumsikan selama 72 jam. Asumsi yang digunakan dalam konfigurasi ini berkaitan
dengan pemilihan teknologi dan kapasitas dari masing-masing baterry dan luasan dari sel surya.
Tiap-tiap konfigurasi diujicobakan dalam kapasitas BTS yang berbeda, yaitu dengan besaran konsumsi daya yang berbeda dari
300W, 800W, 1000W dan 2000W. Dengan kapasitas beban yang berbeda mensyaratkan komponen yang harus menyesuaikan
Untuk konfigurasi hanya generator sebagai pembangkit listrik BTS, komponen yang digunakan termasuk didalamnya adalah
battery diharapkan mampu mensupport beban jika terjadi kegagalan pada sisi generator selama 24 jam. Dengan memperhatikan
tingkat keandalan dan kebutuhan untuk mencatu battery pada saat generator beroperasi maka besaran kapasitas generator yang
Tabel 3 Konfigurasi
Generator + Battery
Untuk konfigurasi sel surya (solar) dimana hanya matahari adalah sebagai satu-satunya sumber energi maka diasumsikan
pemakaian battery harus mampu mensuplai beban BTS untuk jangka waktu yang cukup panjang (120 jam) untuk mengantisipasi
lamanya hari basah yang terus menerus. Konfigurasi yang dilakukan untuk solar adalah :
Surya
Dengan asumsi tingkat insolasi yang sama, untuk kebutuhan beban yang besar dibutuhkan luasan sel surya yang semakin luas dan
kapasitas penyimpanan yang hampir 2 kali lipat untuk tiap kenaikan beban. Modul surya yang digunakan adalah tipe luasan 1,2
Untuk konfigurasi hybrid yang menggunakan tenaga surya sebagai sumber listrik yang utama dan generator sebagai cadangan.
Konfigurasi hybrid yang dilakukan untuk mensuplai beban BTS adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Konfigurasi Sistem
Hybrid
Dari berbagai konfigurasi tersebut diatas, akan dilakukan analisa biaya investasi dan biaya operasional untuk menentukan
konfigurasi mana yang paling cocok untuk mensuplai beberapa tingkatan beban yang ada di BTS.
Dari hasil studi referensi didapatkan besaran harga dari tiap-tiap komponen yang akan digunakan dalam konfigurasi pembangkitan
listrik BTS, dimana harga tersebut berdasarkan atas biaya tahun 2009 (ZTE research).
Dari informasi pada tabel 6 dilakukan analisa keekonomian (TCO-Total Cost Ownership) untuk kelayakan investasi. Hasil analisa
Dari grafik diatas, untuk penggunaan power 300 W, bisa dilihat bahwa penggunaan system hybrid akan mengalami titik impas
(secara investasi) ditahun ke dua, dan ditahun selanjutya terjadi penghematan yang cukup signifikan. Sedangkan jika menggunakan
full green energy (penggunaan sel surya) akan mengalami titik impas di akhir tahun pertama, diawal tahun kedua dan untuk tahun-
tahun selanjutnya biaya yang dikeluarkan untuk maintenance tiap tahun sebesar USD 300,- dan penggantian battery di tahun ke-5.
Tabel
Untuk pemakaian daya sampai dengan 800 Watt, secara investasi akan mengalami titik impas masing-masing di tahun ke-2 untuk
penggunaan green energy dan ditahun ke-3 untuk penggunaan system hybrid. Baik hybrid maupun green energy, biaya maintenance
untuk sel surya flat dikisaran USD 300,- sedangkan biaya penggantain battery bervariasi tergantung dari jumlah battery yang
Berbeda dengan pemakaian beban 300 Watt dan 800 Watt, untuk pemakaian daya sampai dengan 1000 Watt, secara investasi akan
mengalami titik impas masing-masing di tahun ke-2 untuk penggunaan green energy dan pertengahan tahun ke-3 dan ke-4 untuk
penggunaan system hybrid. Untuk tahun ke-5 ke belakang tren investasi yang dikeluarkan untuk kedua system yaitu menggunakan
Generator dan hybrid mengalami titik impas untuk kedua kalinya. Hal ini terkait dengan penggantian battery yang terjadi di tahun
Untuk kapasitas daya sebesar 2000 Watt, penggunaan hybrid secara investasi terlampau besar dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan jika menggunakan generator maupun menggunakan solar sel. Jika periode waktu yang digunakan 10 tahun, maka
selisih tiap-tiap tuhun untuk tuhun setelah tahun ke-5 antara Hybrid dan penggunaan generator relative kecil, dan hal ini tidak
BAB IV KESIMPULAN
Dari analisa didapatkan hasil bahwa untuk biaya investasi (capex) yang paling murah adalah konfigurasi diesel, tetapi untuk biaya
operasional yang paling murah adalah konfigurasi solar. Untuk total keseluruhan TCO analisis jika didaerah tersebut
memungkinkan sepanjang hari terpapar sinar matahari, penggunaan solar sel adalah salah satu solusinya, karena lebih murah. Untuk
daerah dengan paparan matahari yang kurang cukup bagus ada dua alternatif solusi tergantung kepada kapasitas daya beban yang