Vous êtes sur la page 1sur 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sebagian besar
penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah
penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang
berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan
makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok,
minum kopi serta gaya hidup adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai
faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi
akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai
penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya
dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan
penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta mengetahui
penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama
dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar
atau sama dengan 90 mmHg (Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa
melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan
biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak,
jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di
segala bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat
untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler,
penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih
dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke
atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah.

1
Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau
saat periksa ke dokter.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi hipertensi ?
2. Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ?
3. Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6. Apa komplikasi dari hipertensi ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan
hipertensi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan keluarga pada klien
dengan gangguan hipertensi.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi hipertensi.
b. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
c. Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi.
d. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada
hipertensi.
e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan
hipertensi.
f. Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi.
g. Menjelaskan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan
hipertensi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan
Logan, 1986 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Bailon dan Maglaya, 1978 ).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI,1988 ).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah terdiri dari
dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika
terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain, keluarga
berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial (suami, istri, anak, kakak dan adik) dan mempunyai tujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

3
2. Tipe Keluarga
a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
2) The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri
(tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang
sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya,
yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
5) The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
8) Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar
mandi, televisi, telpon, dll).

4
10) Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone / single-adult family: keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati.

b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2) The stepparent family : keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family : keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-
istri (marital partners).
6) Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family : beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling

5
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
11) Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

c. Tahap-tahap Kehidupan/Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola
yang sama (Friedman, 1998):

1) Pasangan Baru (keluarga Baru)


Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
 Membina hubungan intim yang memuaskan
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial
 Mendiskusikan rencana memiliki anak

2) Keluarga Child-bearing (Kelahiran Anak Pertama)

6
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan
samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak
pertama berusia 30 bulan :
 Persiapan menjadi orang tua.
 Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga.
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.

3) Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
 Membantu anak untuk bersosialisasi.
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
 Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar).
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
(tahap yang paling repot).
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
 Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan
kembang anak.

4) Keluarga dengan Anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga
sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :

7
 Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan
lingkungan
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang
semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga

5) Keluarga dengan Anak Remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
lebih dewasa :
 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah
dewasa dan meningkat otonominya
 Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
 Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan
 Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga

6) Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)


Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga,
atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua :
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Mempertahankan keintiman pasangan

8
 Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
 Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7) Keluarga Usia Pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal :
 Mempertahankan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak
 Meningkatkan keakraban pasangan

8) Keluarga Usia Lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat
salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal damapi keduanya meninggal :
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan
 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat
 Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
 Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

d. Keluarga Sebagai Unit Keperawatan


Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Friedman, 1998 ) adalah
sebagai berikut:
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.

9
2) Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah – masalah dalam
kelompoknya.
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
dan apabila salah satu angota keluarganya mempunyai
masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga yang lain.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai
individu ( pasien ) keluarga tetap berperan sebagai pengambil
keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya
yang menderita hipertensi.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam
upaya kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita sakit
hipertensi.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sehat-Sakit


Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga
menurut H. L Bloom yaitu :
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit
hipertensi adalah dengan cara menghindari adanya stres
2) Faktor Sosial Budaya
 Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi
penyakit hipertensi adalah :
 Kebiasaan merokok
 Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam
 Pola diet tidak teratur
 Bila sakit tidak segera berobat
 Status sosial budaya yang dapat meningkatkan stasus
kesehatan pada kasus hipertensi adalah :
 Menghindari kebiasaan merokok

10
 Mengurangi konsumsi makanan yang banyak
mengandung garam .
 Menjaga berat badan dan olah raga yang teratur
 Melakukan konril yang teratur
3) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi
4) Faktor Keturunan
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetik.

f. Tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan


Menurut Friedman ( 1998) keluarga mempunyai lima (5 ) tugas
memelihara kesehatan keluarga khususnya keluarga yang
anggotanya menderita penyakit hipertensi yaitu :
1) Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap
anggota keluarga tentang gejala hipertensi
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
terhadap angota keluarga yang menderita penyakit hpertensi
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
menderita hipertensi
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepada anggota keluarganya
5) Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas
kesehatan yang dapat mengatasi penyakit hipertensi.

g. Peran Perawat Dalam Memberi Asuhan Keperawatan pada


Keluarga yang Menderita Hipertensi
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit
hipertensi maka peran perawat diperlukan sebagai berikut :
1) Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala
penyakit hipertensi .

11
2) Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi . Dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, perawat
memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mengembangkan kemampuam mereka dalam melaksanakan
perawatan dan memberikan demonstrasi kepada keluarga
bagaimana merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
3) Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi .
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan
kelurga yang menderita penyakit hipertensi, sehingga dapat
menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan keluarga serta
mencari cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang
dihadapi
4) Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk
mengenal masalah pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi dan mencari alternatif pemecahanya .
5) Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah
perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi sehat
dalam mencegah penyakit hipertensi
6) Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan
dasar terhadap keluarga yang anggotanya mederita penyakit
hipertensi.

12
B. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan
sistolik dan diastolik serta merupakan suatu faktor terjadinya
kompilikasi penyakit kardiovaskuler (Soekarsohardi :1999).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan
diastolik diatas standar dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin
:1993).
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolic diatas normal sesuai umur dan merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskuler.

2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
a. Hipertensi Esensial/Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini
masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut
berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya
umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer sedangkan
10% nya tergolong hipertensi sekunder.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain- lain. Karena golongan terbesar
dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.

13
Berdasarkan faktor akibat hipertensi terjadi peningkatan
tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya. Terjadi penebalan dan
kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan. Bertambahnya cairan dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume
darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar
dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi
lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dibedakan atas yang
tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan.
Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi
di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada
kedua orang tua, maka dugaan hipertensi primer lebih besar.
Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot
(satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam
terjadinya hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti
kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta
konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan
antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf

14
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf para simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat
kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian
di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan kegemukan merupakan ciri khas
dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini
mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan
dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

3. Patofisiologi
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan
darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor
cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan normal untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang meningkat
diperlukan peningkatan cardiac output dan tekanan perifer
menurun .
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan
cardiac output . Dalam sistim renin - angiotensien - aldosteron pada
patogenesis hipertensi, glandula supra renal juga menjadi faktor
penyebab oleh karena faktor hormon. Sistim renin mengubah

15
angiotensin menjadi angiotensin I kemudian angoitensin I menjad
angiotensin II oleh Angitensi Convertion Enzym (ACE).
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan
nervus perifer yang mengaktifkan sistim simpatik dan
menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat . Disamping itu
angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap vaskuler smoot
untuk vasokonstruksi renalis. Hal tersebut merangsang adrenal
untuk mengeluarkan aldosteron yang akan meningkatkan extra
fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan
meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output
(Jurnlistik international cardiovaskuler,1999 ).

4. Manifestasi Klinis
Mekanisme terjadinya hipertensi gejala-gejala hipertensi antara
lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada
selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta
kelumpuhan.
5. Pemeriksaan Penunjang
 Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
 Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
 Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.

16
 Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
 Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
 Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
 Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji
aldosteronisme primer (penyebab).
 Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
 VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA
urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma
bila hipertensi hilang timbul.
 Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai
faktor resiko terjadinya hipertensi.
 Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi ptuitari,
sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
 IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti
penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
 Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area
katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; pembesaran
jantung.
 CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
 EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

17
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologi
1) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2) Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita
hipertensi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu
keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada
tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada
penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan tentang jumlah
kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa (
untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg per
hari ). Sebagian besar natrium berasal dari garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu
memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan
makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam
diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
tekanan darah yaitu :
 Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet
dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam. Garam
dapur mempunyai kandungan 40% natrium. Sumber
sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung
soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium
Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat
biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan
yang terbuat dari mentega. Penderita tekanan darah
tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam
memperhatikan hal sebagai berikut :
 Jangan menggunakan garam dapur.

18
 Hindari makanan awetan seperti kecap,
margarin, mentega, keju, terasi, petis, biscuit,
ikan asin, sarden, sosis dan lain-lain.
 Hindari bahan makanan yang diolah dengan
menggunakan bahan makanan tambahan atau
penyedap rasa seperti saos.
 Hindari penggunaan baking soda atau obat-
obatan yang mengandung sodium.
 Batasi minuman yang bersoda.
 Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu
kolesterol, trigliserida, dan fospolipid. Sekitar 25 – 50
% kolesterol berasal dari makanan dapat diabsorbsi
oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces.
Beberapa makanan yang mengandung kolesterol tinggi
yaitu daging, jeroan, keju, susu, kuning telur, ginjal,
kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol
adalah menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan
berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hipertensi
adalah :
 Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak,
margarine dan mentega.
 Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis
jeroan.
 Gunakan susu full cream.
 Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak
tiga butir per minggu.
 Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan
jenis kacang-kacang lainnya.
 Batasi penggunaan gula dan makanan yang
manis-manis seperti sirup, dodol.

19
 Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan
buah – buahan.
 Diet kalori bila kelebihan berat badan.
Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh
seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat
badan akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Salah
satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan
diet rendah kalori, agar berat badannya menurun
hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu
diperhatikan hal berikut :
 Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari
kebutuhan energi atau 500 kalori untuk
penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.
 Menu makanan harus seimbang dan memenuhi
kebutuhan zat gizi.
 Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan


hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.

20
7. Komplikasi
Organ- organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain:
 Mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan
 Gagal jantung
 Gagal ginjal
 Pecahnya pembuluh darah otak.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan ,serta
implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah
direncanakan /dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan .

1. Pengkajian
a. Penjajakan Pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui
masalah yang dihadapi oleh keluarga.
1) Pengumpulan Data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur
masalah kesehatan ,status kesehatan, kesanggupan keluarga
dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga .
a) Struktur dan Sifat Anggota Keluarga
 Anggota–anggota keluarga dan hubungan dengan
kepala keluarga.
 Data demografi : umur, jenis kelamin, kedudukan
dalam keluarga.
 Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.

21
 Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,
patrikat berkumpul atau menyebar.
 Anggota keluarga yang menonjol dalam
pengambilan keputusan.
 Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam
perselisihan yang nyata ataupun tidak nyata.
 Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan
tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu
senggang.

b) Faktor Sosial Budaya dan Ekonomi


Pekerjaan, penghasilan, kesanggupan untuk memenuhi
kebutuhan primer, jam kerja ayah dan ibu, siapa yng
menentukan keuangan dan penggunaannya .
c) Faktor Lingkungan
 Perumahan: luas rumah, pengaturan dalam rumah,
persediaan sumber air, adanya bahan kecelakaan,
dan pembuangan sampah.
 Macam lingkungan / daerah rumah
 Fasilitas sosial dan lingkungan
 Fasilitas transportasi dan kesehatan

d) Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
 Upaya pencegahan terhadap penyakit
 Sumber pelayanan kesehatan
 Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari
petugas kesehatan.
 Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara Pengumpulan Data

22
 Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan
secara langsung. Keadaan fisik dari tiap anggota
keluarga, komunikasi dari tiap anggota keluarga, peran
dari tiap anggota keluarga, keadaan rumah dan
lingkungan.
 Wawancara (Aspek fisik, aspek mental, sosial budaya,
ekonomi, kebiasaan, lingkungan.
 Studi dokumentasi antara lain : perkembangan
kesehatan anak, kartu keluarga, catatan kesehatan
lainnya.
 Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan dan keperawatan antara lain : tanda-
tanda penyakit dan kelainan organ tubuh.

2) Analisa Data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan
yang dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat
menggunakan typologi masalah dalam family health care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
 Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat
memungkinkan terjadinya penyakit,kecelakaan atau
kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Contoh :
 Riwayat penyakit keturunan dari keluarga
seperti hipertensi.
 Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet.
 Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam
memantapkan kesehatan. Contoh:
 Adakah didalam keluarga yang menderita
penyakit hipertensi.
 Siapakah yang menderita penyakit hipertensi.

23
 Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau
banyak dari indivdu atau keluarga dalam hal
penyesuaian maupun sumber daya mereka. Contoh :
 Adakah anggota keluarga yang meninggal
akibat hipertensi.

3) Prioritas Masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga
menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah
dengan pedoman sebagai berikut:

K riteria Bobot

1. Sifat masalah 1

Skala : ancaman kesehatan 2

Tidak/kurang sehat(aktual) 3

Krisis 1

2. Kemungikan masalah dapat diubah 2

Skala : Dengan mudah 2

Hanya sebagian 1

Tidak dapat 0

3. Potensia masalah untuk dicegah 1

Skala : Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1

Skala : Masalah berat harus ditangani 2

Ada masalah tapi tidak perlu 1


segera ditangani

24
Masalah tidak dirasakan 0

4) Skoring :
(1) Tentukan skor untuk tiap kriteria
(2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot.
Skor X bobot
Angka tertinggi
(3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria , skor tertinggi 5
sama dengan seluruh bobot.

b. Penjajakan Kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat
melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan
ancaman kesehatan, kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami
oleh keluarga yang didapat pada penjajakan tahap pertama. Pada
tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk
melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan
masalah yang dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-
tugas kesehatan dan keperawatan,maka dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita
penyakit hipertensi antara lain :
1) Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah penyakit
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala
hipertensi.
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan
dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat
kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan

25
dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat
berobat kesarana kesehatan.
3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
hipertensi ,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .
4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak
dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan
penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di
masyarakat guna memelihara kesehatan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas
kesehatan seperti JPS,dana sehat dan tidak memahami
manfaatnya.

2. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
keperawatan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 ).
Ciri- ciri rencana perawatan keluarga:
a) Berpusat pada tindakan- tindakaan yang dapat memecahkan atau
meringankan masalah yang sedang dihadapi.
b) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah
dipelajari dengan pikiran yang logis.
c) Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan
datang.
d) Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang diidentifikasi.
e) Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.
f) Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.

26
Perumusan Tujuan:
o Tujuan jangka panjang mengacu pada penyelesaian
masalah.
o Tujuan jangka pendek mengacu pada penyelesaian etiologi.

Kriteria Evaluasi:

o Kriteria
o Standar

Hal yang perlu dipertimbsngksn sebelum menetspksn intervensi,


yaitu:

o Apakah pendekatan itu menyebabkan meningkatnya


ketergantungan atau kemandirian keluarga?
o Apakah tindakan tersebut menurunkan atau meningkatkan
keterampilan keluarga?
o Apakah tindakan tersebut menurunkan atau meningkatkan
koping keluarga?
o Apakah keluarga punya komitmen dan motivasi yg
memadai terhadap perencanaan tersebut ?
o Apakah keluarga punya sumber-sumber yang memadai
untuk melaksanakan perencanaan tersebut ?

Tipologi Intervensi:

 Kognitif: mengemukakan informasi dan gagasan serta


pengalaman contohnya pengajaran.
 Afektif : tindakan dirancang untuk mengubah emosi dari
anggota keluarga sehingga dapat memecahkan masalah
secara lebih efektif. Orang tua membantu mengurangi
ansietas terhadap perawatan anak sakit.

27
 Perilaku : strategi perawatan yang diarahkan untuk
membantu anggota keluarga berinteraksi/ bertingkah laku
dengan anggota keluarga lain.

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan
kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal- hal yang
peru diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga adalah:
 Sumber daya keluarga (keuangan)
 Tingkat pendidikan keluarga
 Adat istiadat yang berlaku
 Respon dan penerimaaan keluarga
 Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

4. Evaluasi
Tolok ukur yang dipergunakan dalam evaluasi adalah:
a) Kriteria keberhasilan
b) Standar keperawatan
c) Perubahan perilaku

28
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN DATA KELUARGA

A. Identitas Keluarga
1. Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur/tanggal lahir : 08 Juli 1964/54 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jalan. Mindi Blok O gg. 3 Nomor 1
Rt.004/06 . kecamatan Koja .
Kelurahan Lagoa
No.Telepon : 021 43902421

2. Susunan Anggota Keluarga

No Nama Umur Gender Agama Hub.dgn Pendidikan Pekerjaan Ket


KK

1. Tn. A 54 th LK Islam Suami S1 Guru

2. Ny. R 50 th Pr Islam Istri S1 Guru

3. Tn. R 25 th Lk Islam Anak S1 Wiraswasta

4. Nn. A 23 th Pr Islam Anak SMA Mahasiswa

5. Nn. R 20 th Pr Islam Anak SMA Mahasiswa

29
6. An. R 9 th Pr Islam Anak SD Pelajar

3. Genogram

B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan keluarga saat ini :
Pada saat ini keluarga Tn. A sedang berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan dewasa. Keluarga telah berusaha menciptakan
keintiman pasangan dengan selalu memberi perhatian kepada pasangan
maupun anak – anaknya, jika ada masalah apapun berusaha untuk
menyelesaikan masalah bersama – sama supaya tidak terjadi kesalah
pahaman dan bila ada anggota keluarga yang sakit baik orang tua,
anak, kakek atau nenek dibawa ke klinik terdekat. Selain itu, keluarga
Tn. A menganjurkan anaknya untuk bersosialisasi mengikuti
organisasi dilingkungan kampus maupun lingkungan rumah. Dalam
melakukan peran keluarga Tn. A memperlakukan anak – anaknya
setiap pekerjaan rumah dilakukan secara sendiri dan membantu orang
tua.

2. Tugas keluarga yang belum terpenuhi/terlaksana pada tahap


perkembangan

30
Dalam hasil wawancara terhadap keluarga Tn. A didapat bahwa pada
usia dewasa, keluarga Tn. A belum memperluas keluarga inti menjadi
keluarga besar dikarenakan belum siap dalam segi ekonomi dari anak
pertama. Tn. A tidak menuntut anak pertama untuk segera menikah
dikarenakan tanggung jawab sebagai anak pertama untuk membantu
orang tua dalam memenuhi kebutuhan adik – adiknya.

3. Riwayat keluarga Inti


Keluarga Tn. A menikah dengan Ny. R atas dasar suka sama suka.
Menikah tidak dalam unsur keterpaksaan. Dalam keluarga Tn. A
memiliki penyakit keturunan dari keluarga ayah yang menderita
penyakit Diabetes Melitus.

4. Tipe keluarga
Keluarga Tn. A termasuk tipe keluaraga Nuclear Family yaitu dalam
satu rumah tinggal Tn. A (ayah), Ny. R (ibu), Tn. R (anak), Nn. A
(anak), Nn. R (anak), An. R (anak)

C. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Keluarga Ny.R dan Tn. A melakukan komunikasi secara terbuka,
sehingga anak-anaknya dapat memberi masukan tentang suatu hal
kepada mereka tanpa mengurangi rasa hormat terhadap orang tua, Ny.
R adalah ibu yang santai yang jarang memarahi anak-anknya tapi Tn.A
sangat tegas tehadap anak-anaknya dan tak segan memarahi anak-
anaknya ketika mereka salah. Interkasi sering terjadi ketika keluarga
dalam situasi pagi hari dan menonton tv.

2. Struktur Kekuatan Keluarga


Ny. R adalah ibu rumah tangga sekaligus pembantu pencari nafkah
bagi keluarga, dan Tn. A menjadi seorang ayah dan pencari
penghasilan utama bagi keluarga.

31
3. Struktur Peran
a. Tn. A sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangga dan sebagai pengambil keputusan
b. Ny. R sebagai istri dan ibu rumah tangga bertanggung jawab
mengatur rumah tangga dan membantu bekerja membantu suami
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
c. Tn. R sebagai anak pertama bertugas membantu keluarga bekerja
membantu memenuhi kebutuhan dalam keluarga
d. Nn. A sebagai anak kedua bertugas untuk belajar menjadi
mahasiswa di UNJ dan membantu pekerjaan rumah
e. Nn. R sebagai anak ketiga bertugas untuk belajar menjadi
mahasiswa di UMJ dan membantu pekerjaan rumah
f. An. R sebagai anak keempat bertugas untuk belajar menjadi
pelajar di SD dan membantu pekerjaan rumah.

4. Nilai dan Norma Keluarga


Pada keluarga Tn. A gabungan dari 2 suku yang berbeda. Suami
berasal dari suku batak dan istri dari suku jawa. Tidak ada nilai atau
norma dalam keluarga yang mempengaruhi penyakit. Ny. R sakit
menganggap sakit merupakan pemberian dari Allah SWT dan jika ada
yang sakit keluarga membawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

D. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Ny. R dan Tn. A menganggap anaknya sudah tumbuh menjadi anak-
anak yang baik dan saling menghormati dalam keluarga, meskipun
kadang-kadang ada pertengkaran kecil antara anak-anak mereka
dikarenakan hal yang sepele tapi dengan cepat mereka juga berbaikan
lagi.
2. Fungsi Sosial

32
Keluarga Tn. A mengajarkan anaknya untuk bersosialisasi baik dalam
lingkungan rumah maupun lingkungan organisasi
3. Fungsi perawatan Kesehatan
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Keluarga Tn. A mengatakan bahwa Ny. R terkena darah tinggi
karena diberitahu oleh dokter. Hanya sebatas mengetahui penyakit
yang diderita oleh Ny. R
b. Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan
Tn. A selalu mengambil keputusan jika ada salah satu keluarga yang
sakit dan langsung membawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
c. Kemampuan Keluarga Merawat Anggota yang Sakit
Pada keluarga Tn. A tidak ada kemampuan untuk merawat anggota
keluarga yang sakit
d. Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat
Keluarga Tn. A tidak mengerti cara memelihara rumah yang sehat
dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdekat dari rumah adalah puskesmas dan
bidan. Keluarga Tn. A menggunakan fasilitas tersebut ketika anggota
keluarga ada yang sakit.
4. Fungsi Reproduksi
Ny. R dan Tn. A mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi mereka
dikarenakan sudah berumur dan beresiko unruk melahirkan. Ny. R
mengikuti program KB Pil dikarenakan masih haid dan melakukan
hubungan suami istri.
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga mengatakan kondisi keluarga mereka tetap stabil. Keluarga
dibantu oleh anak pertama untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga.
6. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Keluarga Tn. A memiliki kebiasaan tidak tidur disiang hari
dikarenakan kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu bekerja dan

33
bersekolah. Pada satu rumah Tn. A memisahkan tempat tidur untuk
anak perempuan dan anak laki – lakinya. Salah satu anak kelurga Tn.
A mengalami susah tidur, maka anak tersebut selalu menonton tv atau
memainkan handphone ketika sulit tidur.
7. Pemenuhan Kebutuhan Rekreasi dan Latihan
Pada keluarga Tn. A tidak memiliki kebiasaan rutin untuk rekreasi.
Semua kegiatan rekreasi tersebut kadang – kadang dilakukan oleh
tanpa orang tua.
8. Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri
Kebiasaan dalam kebersihan diri keluarga Tn. A selalu mandi 2 kali
sehari, sikat gigi dan mencuci rambut.

E. Stressor dan Koping


1. Stresor Jangka Pendek dan Panjang :
Sejak 8 bulan yang lalu Ny. R sakit dia sedikit cemas karena
memikirkan keadaanya dan ank-anaknya yang masih membutuhkan
biaya untuk masa depan, sedangkan Tn. A hanya bisa bersabar dan
berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan istrinya.

2. Kemampuan Keluarga Bersepon Terhadap Stressor


Keluarga berharap anak-anaknya dapat menjalani sekolahnya dengan
baik dan kelak menjadi anak yang berguna.

3. Strategi Koping yang Dilakukan keluarga


Keluarga Ny. R dan suami selalu membicarakan masalah keluarga
bersama dan sesekali bersama anak-anaknya jika membicarakan
tentang harapan-harapan mereka terhadap anaknya.

F. Kesehatan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah 42,5 m2 dengan panjang 11 m dan lebar 5 m terdiri dari
empat kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga,dua kamar

34
mandi, satu dapur. Setiap ruangan memiliki jendela kecuali kamar
mandi sehingga sirkulasi udaranya cukup baik. Kamar mandi terpisah
dengan WC, lantai rumah terbuat dari keramik sehingga tampak bersih,
sumber air adalah air tanah atau sumur. Sedangkan untuk pembuangan
saluran air dibuatkan pipa menuju belakang rumah yang berdekatan
dengan septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang rumah.
2. Karakteristik Tetangga
Keluarga Ny. R bertetangga dengan beberapa keluarga dilingkungan
rumah. Tetangga Ny. R bermacam agama dan suku, meskipun berasal
dari berbagai daerah tetapi mempunyai hubungan yang baik antar
tetangga.

3. Denah Rumah (dengan ukurannya dan mata angin)

G. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga


Keluhan utama Ny. R : pusing dikepala dan ditengkuk, cepat lelah.

35
N Pemeri Tn. A Ny. R Tn. R Nn. A Nn. R An. R
o ksaan
Fisik
1 Kepala Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
rambut tidak ada rambut rambut rambut rambut
berwarna ketombe, berwarna berwarna berwarna berwarna
hitam, Rambut hitam, hitam, hitam, tidak hitam, tidak
tidak ada sedikit tidak ada tidak ada ada ada
ketombe. kusut ketombe. ketombe. ketombe. ketombe.
2. Leher leher tidak leher tidak leher tidak leher tidak leher tidak leher tidak
nampak nampak nampak nampak nampak nampak
adanya adanya adanya adanya adanya adanya
peningkata peningkat peningkat peningkat peningkatan peningkatan
n tekanan an tekanan an tekanan an tekanan tekanan tekanan
vena vena vena vena vena vena
jugularis jugularis jugularis jugularis jugularis dan jugularis dan
dan arteri dan arteri dan arteri dan arteri arteri arteri
carotis, carotis, carotis, carotis, carotis, tidak carotis, tidak
tidak tidak tidak tidak teraba teraba
teraba teraba teraba teraba adanya adanya
adanya adanya adanya adanya pembesaran pembesaran
pembesara pembesara pembesara pembesara kelenjar kelenjar
n kelenjar n kelenjar n kelenjar n kelenjar tiroid tiroid
tiroid tiroid tiroid tiroid (struma). (struma).
(struma). (struma). (struma). (struma).
3. Mata Konjungti Konjungti Konjungti Konjungti Konjungtiva Konjungtiva
va tidak va tidak va tidak va tidak tidak terlihat tidak terlihat
terlihat terlihat terlihat terlihat anemis, anemis,
anemis, anemis, anemis, anemis, tidak ada tidak ada
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada katarak, katarak,
katarak, katarak, katarak, katarak, penglihatan penglihatan
penglihata penglihata penglihata penglihata jelas jelas

36
n jelas n jelas n jelas n jelas
4. Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
keadaan keadaan keadaan keadaan keadaan keadaan
bersih,Fun bersih,Fun bersih,Fun bersih,Fun bersih,Fungs bersih,Fungs
gsi gsi gsi gsi i i
pendengar pendengar pendengar pendengar pendengaran pendengaran
an baik an baik an baik an baik baik baik
5. Hidung Simetris,k Simetris,k Simetris,k Simetris,k Simetris,kea Simetris,kea
eadaan eadaan eadaan eadaan daan daan
bersih,Tid bersih,Tid bersih,Tid bersih,Tid bersih,Tidak bersih,Tidak
ak ada ak ada ak ada ak ada ada kelainan ada kelainan
kelainan kelainan kelainan kelainan yang yang
yang yang yang yang ditemukan ditemukan
ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan
6. Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
mulut mulut mulut mulut mulut mulut
lembab,ke agak lembab,ke lemb,kead lembab,kead lembab,kead
adaan sedikit adaan aan aan aan
bersih,Tid kering,Mu bersih,Tid bersih,Tid bersih,Tidak bersih,Tidak
ak ada lut sedikit ak ada ak ada ada kelainan ada kelainan
kelainan kotor, kelainan kelainan
makan
1x/hari
porsi
habis ½.
7. Dada Pergeraka Pergeraka Pergeraka Pergeraka Pergerakan Pergerakan
n dada n dada n dada n dada dada terlihat dada terlihat
terlihat terlihat terlihat terlihat simetris, simetris,
simetris, simetris, simetris, simetris, suara suara
suara suara suara suara jantung S1 jantung S1
jantung S1 jantung S1 jantung S1 jantung S1 dan S2 dan S2
dan S2 dan S2 dan S2 dan S2 tunggal,tida tunggal,tida

37
tunggal,tid tunggal,tid tunggal,tid tunggal,tid k terdapat k terdapat
ak terdapat ak ak ak palpitasi, palpitasi,
palpitasi, terdapat terdapat terdapat suara mur- suara mur-
suara mur- palpitasi, palpitasi, palpitasi, mur (-), mur (-),
mur (-), suara mur- suara mur- suara mur- ronchi (-), ronchi (-),
ronchi (-), mur (-), mur (-), mur (-), wheezing (-) wheezing (-)
wheezing ronchi (-), ronchi (-), ronchi (-),
(-) wheezing wheezing wheezing
(-) (-) (-)
8. Abdom Pada Pada Pada Pada Pada Pada
en pemeriksa pemeriksa pemeriksa pemeriksa pemeriksaan pemeriksaan
an an an an abdomen abdomen
abdomen abdomen abdomen abdomen tidak tidak
tidak tidak tidak tidak didapatkan didapatkan
didapatkan didapatka didapatka didapatka adanya adanya
adanya n adanya n adanya n adanya pembesaran pembesaran
pembesara pembesara pembesara pembesara hepar, tidak hepar, tidak
n hepar, n hepar, n hepar, n hepar, kembung, kembung,
tidak tidak tidak tidak pergerakan pergerakan
kembung, kembung, kembung, kembung, peristaltik peristaltik
pergerakan pergeraka pergeraka pergeraka usus usus
peristaltik n n n 35x/mnt, 35x/mnt,
usus peristaltik peristaltik peristaltik tidak ada tidak ada
35x/mnt, usus usus usus bekas luka bekas luka
tidak ada 35x/mnt, 35x/mnt, 35x/mnt, operasi operasi
bekas luka tidak ada tidak ada tidak ada
operasi bekas luka bekas luka bekas luka
operasi operasi operasi

38
9. TTV TD : TD : TD: TD: TD: 120/80 TD: 100/60
dan 120/80 160/100 110/80 105/63 mmHg mmHg
ekstrem mmHg, mmHg, mmHg mmHg R: 18 x/mnt R: 23 x/mnt
itas N : 74x/m, N : R: 18 R: 18 N: 80 x/mnt N: 95 x/mnt
S : 360C 100x/m, x/mnt x/mnt S: S:
R: 20x/m S : 36,50C N: 84 N: 72 370C 370C
R: x/mnt x/mnt
20x/mnt S: 37,2OC S:
370C

Pedoman Penjajakan II
1. Masalah kesehatan keluarga : hipertensi
Apa yang bapak/ibu ketahui tentang masalah tanda dan gejala
pendukung masalah?
Keluarga Tn. A khusunya dalam mengetahui penyakit Ny. R hanya
sebatas mengetahui bahwa Ny. R terkena penyakit hipertensi. Tetapi
tidak mengetahui penyabab dan tanda gejalanya.

Penyebab :
Kurang terpapar informasi mengenai penyakit yang diderita Ny. S
Akibat :
Tidak ada perawatan selama Ny. S sakit dirumah

2. Apa yang bapak/ibu lakukan dengan adanya masalah tersebut ?


Jika Ny. R sakit atau pusing yang berlebihan keluarga Tn. A membawa
ke pelayanan kesehatan terdekat
3. Bagaimana cara bapak/ibu memberikan perawatan terhadap anggota
keluarga dengan masalah tersebut diatas atau apa upaya
penanggulangan yang dilakukan keluarga ?

39
Jika Ny. R sakit atau pusing perawatan yang dilakukan biasanya hanya
istirahat tidur untuk meredakan atau menghilangkan rasa pusing atau
rasa sakit tersebut.
4. Bagaimana cara bapak/ibu menata lingkungan yang dapat
meningkatkan keberhasilan penyelesaian masalah
Dengan cara :
Merapikan barang – barang sesuai tepatnya agar terlihat rapi dan dapat
menghilangkan stress
Hasil observasi (pengkajian terhadap lingkungan keluarga) :
Lingkungan keluarga, antara rumah keluarga dan tetangga tidak terlalu
berdekatan, tidak terlalu ramai, bersih, rapi, tidak kumuh
5. Apakah bapak/ibu memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan yang ada
dimasyarakat untuk mengatasi masalah tersebut diatas
Keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat
seperti klinik atau puskemas untuk mengatasi masalah penyakitnya.

Jakarta,……………………
Mahasiswa

40
Analisa Data, Perumusan masalah dan Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi Masalah


DS: Resiko tinggi
Riwayat hipertensi, gaya
- Pasien mengatakan pusing dan terhadap
hidup
lemas. penurunan

- Ny. R mengatakan menderita curah jantung
Penumpukan kolesterol
penyakit hipertensi sejak 6 bln
dalam pemb.darah
yang lalu

- Karena merasa sudah sehat Ny.
Vasokontriksi vascular
R jarang lagi periksa ke dokter

meskipun hanya sekedar
Tekanan darah meningkat
periksa.
- Ny. R bekerja sebagai guru
- Ny.R mengatakan jarang
berolah raga
- Ny.R tidak merokok
- Ny.R suka mengkonsumsi
makanan berlemak, seperti
gorengan dan bumbu santan.
- Tn. R mengatakan bahwa ibu
sudah biasa seperti ini.
DO:
- Ny. R tampak lemas dan
berbaring di tempat tidur.
- TD : 160/100mmH, N :
100x/m, S : 36,50C , R: 20x/m

41
Ketidakmampuan keluarga Resiko nyeri
DS: merawat anggota keluarga pada keluarga
- Keluarga Tn. A khususnya yang sakit hipertensi Tn. A
Ny. R mengatakan hanya khususnya Ny.
mengetahui beberapa tanda R
dan gejala Hipertensi
seperti pusing, dan nyeri
marah – marah.
- Menurut Ny. R hipertensi
itu penyakit yang biasa saja
dan dengan minum obat
warung akan mengalami
Pereda pusing
DO :
- Ny. R tampak pusing saat
tekanan darah tinggi
- Nyeri yang dirasakan oleh
Ny. R ialah dengan intesitas
nyeri yang sering, dengan
frekuensi sedang, dengan
durasi 5 – 10 menit, dan
karakteristik seperti
tertimpa beban berat.
- Skala nyeri 5

42
Diagnosa keperawatan:
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung pada Ny. R keluarga Tn.A
2. Resiko nyeri pada keluarga Tn. A khususnya Ny. R
Perencanaan
Untuk menentukan skala prioritas pemecahan masalah dalam rencana
perawatan keluarga Tn. A terlebih dahulu dibuat sistem skoring masalah
kesehatan sbb :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung pada Ny. R keluarga
Tn.A

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan

1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Berdasarkan hasil


1. Actual (3) pengkajian TD : 160/100
2. Resiko tinggi (2) mmHg jika tidak
3. Potensial (1) ditangani secara segera
akan berlanjut pada
akibat yaitu pecahnya
pembuluh darah/stroke
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Penyakit pasien tentang
dapat diubah mengenal hipertensi baik.
1. Tinggi (2)
2. Sedang (1)
3. Rendah (0)
3. Potensi untuk mence- 3/3 x 1 1 Masalah hipertensi sulit
gah masalah dicegah karena pola
1. Mudah (3) makan yang suka
2. Cukup (2) mengkonsumsi asin dan
3. Tidak dapat (1) jarangnya melakukan
olahraga
4.
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Jika masalah yang
1. Masalah dirasakan dideritanya itu hanya
dan perlu minum obat warung.

43
penanganan segera
(2)
2. Masalah dirasakan,
tidak perlu di
tangani segera (2)
3. Masalah tidak di
rasakan (0)

Total Skor 4 2/3

2. Resiko nyeri pada keluarga Tn. A khususnya Ny. R

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan

1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Ny. R mengatakan


1. Actual (3) kadang pusing dikepala
2. Resiko tinggi (2) dan tungkuk. Tetapi saat
3. Potensial (1) ini tidak sedang pusing

2. Kemungkinan masalah 1/2 x 2 1 Penyakit pasien tentang


dapat diubah Hipertensi kurang baik.
1. Tinggi (2) Karena Ny. R selalu
2. Sedang (1) mengkonsumsi makanan
3. Rendah (0) yang harus dihindari.

3. Potensi untuk mence- 3/3 x 1 1 Masalah hipertensi pada


gah masalah Ny. R sulit dicegah
1. Mudah (3) karena pola makan yang
2. Cukup (2) suka mengkonsumsi asin
3. Tidak dapat (1) dan jarangnya melakukan
olahraga.
4.
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Jika masalah yang
1. Masalah dirasakan diderita itu hanya minum
dan perlu obat warung.

44
penanganan segera
(2)
2. Masalah dirasakan,
tidak perlu di
tangani segera (2)
3. Masalah tidak di
rasakan (0)

Total Skor 4 2/3

45
46
RENCANA PERAWATAN KELUARGA Ny. R
TANGGAL
No Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standart
Keluarga

1. Resiko tinggi Setelah Setelah dilakukan Verbal : a. Pengertian 1. Diskusikan bersama keluarga pengertian
terhadap dilakukan kunjungan selama 1 x hipertensi : Hipertensi dengan menggunakan lembar
penurunan curah kunjungan 60 menit, Keluarga peningkatan bolak balik.
jantung pada Ny. keperawata dapat mengenal tekanan darah 2. Tanyakan kembali pada keluarga tentang
R keluarga Tn.A n selama 1 masalah hipertensi baik sistolik pengertian hipertensi
Tn. A khususnya minggu, dengan cara maupun diastolic 3. Berikan pujian atas jawaban yang tepat
Ny. R tidak 1. Menyebutkan diatas normal dan
akibat terjadi pengertian merupakan salah
ketidakmampuan penurunan satu faktor resiko
keluarga merawat curah terjadinya
anggota keluarga jantung komplikasi
dengan Hipertensi kepada penyakit
keluarga kardiovaskuler.
Tn. A

47
khusunya
Ny. R

2. Menyebutkan Verbal b. Penyebab : 1. Diskusikan dengan keluarga tentang


penyebab - Keturunan penyebab hipertensi dengan
hipertensi - Kelelahan menggunakan lembar bolak balik

- Kurang olah raga 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan


kembali penyebab hipertensi
-Penyakit tekanan
darah tinggi 3. Beri reinforcement positif atas usaha
yang dilakukan keluarga
-konsumsi garam
berlebihan

48
3. Menyebutkan Verbal c. menyebutkan 3 1. Diskusikan dengan keluarga tentang
tanda dan dari 5 tanda – tanda – tanda hipertensi
gejala tanda hipertensi : 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
hipertensi - Rasa sakit kepala kembali tanda – tanda hipertensi
- berat ditengkuk 3. Beri reinforcement positif atas usaha
- Mata berkunang yang dilakukan keluarga
— kunang
- Gelisah sukar
tidur
- Keletihan, napas
pendek,
terenggah
enggah, sesak
napas

49
Setelah 1 x 60 menit Verbal Menyebutkan 3 1. Jelaskan pada keluarga akibat lanjut
kujungan keluarga dari 5 akibat lanjut apabila hipertensi telah diobati dengan
mampu mengambil dari hipertensi menggunakan lembar balik
keputusan untuk yang tidak diobati : 2. Motivasi untuk menyebutkan kembali
merawat anggota - penyakit jantung akibat lanjut dari hipertensi yang tidak
keluarga yang - Serangan otak/ diobati
menderita hipertensi stroke 3. Beri reinforcement positif atas jawaban
dengan cara : - Penglihatan keluarga yang tepat
1. Menyebutkan menurun

takibat lanjut - Gangguan gerak

tidak dan

diobatinya keseimbangan

hipertensi - Kerusakan ginjal


kematian

50
Setelah 1 x 60 menit Verbal Menyebutkan 3 1. Diskusikan dengan keluaraga tentang
kunjungan keluarga dari 6 pencegahan hipertensi
mampu merawat pencegahan 2. Motivasi keluaraga untuk menyebutkan
anggota keluarga hipertensi : pencegahan hipertensi
dengan hipertensi - jaga berat badan 3. Beri reinforcememnt positif atas usaha
dengan cara : ideal yang dilakukan keluarga

1. Menyebutkan - Kurangi

cara perawatan konsumsi

hipertensi garam

dirumah berlebiham
dalam makanan
seperti ikan
asing
- Batasi konsumsi
makanan
kolestrol tinggi,
seperti jeroan
- Jangan merokok
- Banyak makan
sayur dan buha

51
- Batasi minum 1. Demonstrasikan pada keluarga cara
kopi melakukan tehnik relaksasi napas

2. Melakukan Psikomotor dalam

tehnik Keluarga dapat 2. Berikan kesempatan pada keluarga

relaksasi napas mendemonstrasika untuk mencoba melakukan tehnik

dalam n cara melakukan relaksasi napas dalam


tehnik relaksasi 3. Beri reinforcement positif atas
usaha keluarga
4. Pastikan keluarga akan melakukan
tindakan yang diajarkan jika
diperlukan

Setelah 1 x 60 menit Verbal Menyebutkan 2 1. Menjelaskan lingkungan yang dapat


keluarga mampu dari 3 cara mencegah hipertensi
memodifikasi memodifikasi 2. Memotifasi keluarga untuk
lingkungan yang dapat lingkungan untuk mengulangi penjelasan yang
mencegah hipertensi: mencegah diberikan
1. Menyebutkan hipertensi : 3. Beri reinforcement positif atas
cara – cara - Menciptakan jawaban keluarga
memodifikasi lingkungan

52
lingkungan yang tenang
- Pencahayaan
yang cukup
- Ventilasi yang
baik

Setelah 1 x 60 menit Verbal Manfaat kunjungan 1. Informasikan mengenai pengobatan


kunjungan keluarga ke fasilitas dan pendidikankesehatan yang
mampu memanfaatkan kesehatan : dapat diperoleh keluarga di balai
pelayanan kesehatan - Mendapatkan pengobatan
dengan cara : pelayanan 2. Motivasi keluarga untuk

1. Menyebutkan kesehatan menyebutkan kembali hasil diskusi

kembali pengobatan 3. Beri reinforcement positif atas hasil

manfaat hipertensi yang dicapai keluarga

kunjungan ke - Mendapatkan
fasilitas pendidikan
kesehatan kesehatan

53
tentang
hipertensi

54
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang
dipengaruhi oleh banyak faktor risiko. Hipertensi dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase
90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena
penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan
penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala
(asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
terapi medis dan non-medis. Kontrol pada penderita hipertensi sangat
diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
B. Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi
hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu,
melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai
dengan kebutuhan dan lain-lain.

0
Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC.


Dep.Kes RI. 2006. Pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas.
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Friedman, Bowden and Jones. 2003. Family Nursing ,Research, theory and practice.
Apletton
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Stanhope, M. and Lancaster, J., ( 1996 ), Community Health Nursing, St. Louis, Mosby .

Vous aimerez peut-être aussi