Vous êtes sur la page 1sur 53

Jenny Sampe

 Fungsi luhur: fungsi intergritas tertinggi otak


yang dapat dinilai
 Komponen fungsi kortikal luhur:
1. Kemampuan berbahasa
2. Daya ingat
3. Kemampuan visuospasial
4. Emosi atau kepribadian
5. Kemampuan kognisi
 Sifat khas manusia karena korteks assosiatif
 Fungsi asor: manusia normal melakukan
gerakan & tindakan tanpa diajarkan, spt:
duduk, jongkok, berdiri, berjalan (=binatang)
serta penginderaan
 Fungsi luhur: bicara, menulis, membaca,
memainkan alat musik, dll
 Sel saraf sentral berfungsi sbg alat perekam
pengalaman2 disemua bidang (penginderaan,
gerakan, pengertian)
Fungsi Dasar Fungsi Luhur
 Gerakan tubuh  Berpikir
 Penglihatan  Emosi
 Pendengaran  Belajar (fungsi
 Fungsi pengaturan pengingatan)
organ tubuh  Menulis
 Membaca
 Menari
 mengerti

Tidak memerlukan memerlukan proses


proses belajar belajar
 Permukaan korteks serebri superfisial td 6
lapisan
 Salah satu proses perubahan perilaku karena
pengalaman, apabila berhasi akan bersifat
menetap.
 Perilaku seseorang merupakan hasil luhur otak
 Proses belajar otak/aktif: kegiatan merespon
suatu materi pembelajarn melalui modalitas indra
kemudian diproses menjadi daya ingat yang
menetap, memunculkannya kembali dalam
bentuk yang sama/bentuk lain (kreatifitas) &
diharapkan dapat merubah perilaku seseorang
Peran Otak Dalam Proses
PENGINDERAAN
Belajar
Penyerapan materi Melalui semua
indra

PENYIMPANAN
Jangka pendek Jangka panjang

PENGINGATAN
Memunculkan kembali seperti aslinya (recall)
Perkembangan otak secara filogenetik dan
ontogenetikorganisasi sec. Longitudinal
dan lateral
A. Organisasi longitudinal
1. Lobus frontal
2. Lobus parietal
3. Lobus temporal
4. Lobus oksipital
 Hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan
orang tangan kanan (right handed)
 Orang kidal 80% hemisfer dominan tetap dikiri
B. Organisasi lateral:
1. Hemisfer kiri (Hemisfer dominan right handed)

- afasia (berbahasa)
- aleksia (membaca)
- agrafia
- akalkulia
- apraksia
2. Hemisfer kanan:
 fungsix: pengamatan dan perlindungan
diri
- pengabaian (neglect)
- visuospasial (persepsi)
a. pengenalan tempat
b. Pengenalan wajah
- visuomotor
a. membuat kostruksi
b. berpakaian
- afek & prosodi
 Selain pembgian lobus, korteks serebri dibagi
menurut area berdasarkan fungsinya
(Brodmann47 area)
 Masing-masing area dikorteks serebri
mempunyai fungsi khusus: puasat sensoris,
motoris, penglihatan, pendengaran, dll.
 Pusat motoris : area Brodmann 4,6
 Pengaturan sikap: area Brodmann 9, 10, 11,
12
 Pengatur bicara motoris: area Brodmann 44,
45 ( Broca )
 Pusat sensoris : area Brodmann 1, 2, 3
 Pengertian bahasa : are Brodmann 39, 40
 Pusat pendengaran : area Brodmann 41, 42
 Pusat Memori
 Pusat penglihatan : area Brodmann 17, 18,
19
 Otak kiri bertugas mengontrol sisi tubuh
sebelah kanan dan sebaliknya otak kanan
bertugas mengontrol sisi tubuh sebelah kiri
 Pada orang yang bekerja menggunakan
tangan kanan (right hand) kemampuan otak
kiri lebih terasah  otak kiri lebih
mendominasi
Pusat- pusat primer= fungsi asor
- melihat benda (fissura kalkarina lobus oksipitalis)
- mendengar bunyi (girus transversus Heschl lobus
temporalis)
- rasa raba (korteks sensoris lobus parietalis)
Fungsi
- pergerakan primer (korteks motoris)
luhur
Pusat sekunder
- mengerti benda yang dilihat (di sekitar fissura
kalkarina)
-Pengertian apa yg didengar (disekitar pusat pendengaran
primer)
-Mengerti yang dirasa & diraba (dibelakang korteks
sensoris)
-Pergerakan yg dipelajari: menulis, menenun (depan
Pusat
korteks asosiasi tersier hipokampus
motoris
proses asosiasi macam2 pusat di otak ( proses
berpikir)
 Pengideraan + pengertian (persepsi) fungsi
luhur
Contoh
Sistem motorik:
 Gangguan pusat primer motorik: apraksi 
kerusakan pusat sekunder: kehilangan
kecekatan melakukan suatu
pergerakankerusakan pusat tersier:
gangguan ide pelaksanaan gerakan
1. Girus presentralmonoplegi atau hemiplegi
2. Area Brocca disfasia
3. Area motor suplementary: paralisis kepala &
gerakan bola mata kontralateral
4. Area prefrontalgangguan tingkahlaku/kehilangan
1. Korteks sensorisgangguan sensasi postural, gerakan pasif,
lokalisasi
akurat raba halus, diskriminasi 2 titik, astereognosia
2. Girus angularis dan marginal afasia wernicke’s
3. Lobus non dominan: anosognosia, dressing apraksia, agnosis
geografikal, apraksia konstruksional
4. Lobus dominan: sindroma gerstman (disorientasi kanan dan
kiri, finger agnosia, akalkulia dan agrafia
5. Gangguan radiasio optika: homonim kuadranopsia bawah
 Korteks auditori: tuli kortikal
 Girus temporalmedia & inferior: gangguan memori / belajar
 Lobus limbik: halusinasi olfaktori, agresif/antisosial, memori baru↓
 Kerusakan radiasio optika: hemianopsi homonimkuadranopsia bagian
atas
 Lesi kortikal: gejala homonim +/- kelainan makula
 Halusinansi visual
 Ilusi visual: distorsi bentuk, hilangnya
warna,makropsia/mikropsia
BAHASA : ALAT KOMUNIKASI
1. BAHASA VERBAL : UNGKAPAN HASIL
PEMIKIRAN/KONSEP/OPINI DENGAN MENGGUNAKAN
SIMBOL BAHASA DAN TATA BAHASA MELALUI BENTUK
LISAN MAUPUN TULISAN.
 HASIL AKTIVITAS HEMISFER DOMINAN
2. BAHASA NON-VERBAL : EKSPRESI EMOSI UNTUK
MEMPERJELAS BAHASA VERBAL DENGAN :
- INTONASI
- GERAKAN MATA, KEPALA, BADAN
- ISYARAT
- BODY LANGUAGE/ BAHASA ISYARAT
 HASIL AKTIVITAS HEMISFER NON-DOMINAN
1. Dua daerah reseptif (afasia sensoris)
a. Area Wernicke (area 22) untuk bahasa yang
didengar
b. Area Girus angularis (area 39) untuk bahasa
yang dilihat
2. Satu daerah ekspresif (afasia motorik) yaitu
area Broca (area 44)
Area reseptif dan ekspresi dihubungkan
melalui fasikulus arkuata untuk menjalankan
fungsi intergrasi.
 Kumpulan gejala gangguan berbahasa akbt
kelainan di hemisfer kiri, tanpa gangguan organ
bicara
 Area berbahasa meliputi:
- girus presentral (area Brocca) & post sentral
- girus supramarginal & angular (girus parietal
inferior)
- lobus temporalis superior (area wernicke)
 daerah teritori a. serebri media
 Menentukan kemungkinan letak lesi:
1. Berbicara spontan
2. Pengertian bahasa
3. Pengulangan
4. Penamaan benda
5. Membaca
6. Menulis
Analisis modalitas berbahasajenis afasia
1. Sindrom afasia broca
2. Sindrom afasia wernicke
3. Sindrom afasia global
4. Sindrom afasia konduksi
5. Sindrom afasia anomik
 Afasia motoris
 Kerusakan pada area Brocca
 Orang tidak dapat berbicara mengutarakan
perasaan & pikirannya dalam bahasa sehari-
hari meskipun tidak gagu
 Berbicara spontan tidak lancar, terbata-bata
 Tata bahasa kurang sempurna
 Mengerti bahasa verbal & visual
 Mampu melakukan sesuatu sesuai perintah
 Disertai hemiparesis/plegi kanan
 Afasia sensoris
 Lesi di bgn posterior girus temporal superior
(area wernicke)
 Penderita kehilangan daya menangkap
pengertian bahasa sehari-hari walau tidak tuli
 bicara spontan lancar tapi tidak dimengerti
 Hemiparesis/plegi ±
 Lesi di fasikulus arkuatus hemisfer dominan
 Kemampuan mengulang bahasa jelek
 Jenis afasia paling berat
 Lesi luas di hemisfer dominan kiri
 Bicara spontan hilang (bicara tidak lancara)
dan modalitas bahasa lainnya buruk serta
pengertian jelek
 Jenis afasia paling ringan
 Penamaan kata-kata benda yg jelek
 Semua modalitas baik
Bicara pengertian pengula penama membac menulis
spontan ngan an a

Broca - + - - + -

Wernick +/- - - - - -
e

Global + + - + + +

Konduk + + + - + +
si

Anomik + + + - + +
 Ketidakmampuan melakukan gerakan motorik
terampil (tangkas), kompleks & menurut
kehendak tanpa gangguan motorik, sensorik &
ataksia
Apraksia dgn lesi di lob. Parietal hemisfer kiri:
1. Apraksia ideomotor: tidak dapat melakukan
gerakan yang diperintahkan ttp dapat
melakukan perintah tersebut dgn spontan
2. Apraksia ideasional: ketidakmampuan
melakukan gerakan berurutan sesuai perintah
 Akibat gangguan asosiasi kortikal
Penyebab : gangguan
asosiasi kortikal
 Gangguan pada sistem
motorik luhur pusat
primer gerakan
 Kehilangan kecekatan
melaksanakan suatu
gerakan  kerusakan
pada pusat sekunder
 Gangguan ide pelaksanaan
gerakankerusakan pusat
tersier
 Letak lesi: lobus parietal
hemisfer dominan kiri
dapat pula di hemisfer
 Kehilangan daya menulis
 Letak lesi: lobus frontalis didepan pusat
motorik tangan
 Kehilangan daya membaca
 Bisa disertai agrafia (kerusakan daerah
occipital) atau tanpa agrafia (kerusakan
parieto-temporal)
 Letak lesi: diantara pusat sekunder
penglihatan dan pusat wernicke
 Ketidakmampuan untuk mengenali suatu objek
melalui interpretasi panca indra (lihat, raba dan
dengar)
 Penyebab: gangguan fungsi asosiasi korteks
serebri
Jenis-jenisnya:
1. Astereognosis : gangguan pada pengenalan
benda secara taktil (pegang, raba & tekan)
2. Autopagnosia: gangguan pengenalan bagian2
tubuhnya (posteroinferior lobus parietalis)
3. Agnosia visual: hilangnya kemampuan
mengenal hubungan antara objek, gambar,
orang dan ruang
 Kemampuan seseorang untuk menyimpan
informasi/pengalaman & mengemukakannya
setiap saat
 Jenis memori:

IMMEDIATE MEMORY Korteks Prefrontal Milidetik

RECENT MEMORY Hipokampus, Lobus Bbrp detik sampai


temporal bbrp menit

REMOTE MEMORY Didistribusikan ke Jam, hari, bulan,


hampir tahun Ingatan
seluruh hemisfer cerebri Permanen
t.u lobus temporal
1. RESEPSI (Tahap pemasukan informasi)
2. RETENSI atau STORAGE (Tahap penyimpanan
informasi)
3. RECALL (tahap pengeluaran/pengingatan
kembali)
 Gangguan memori
 Pada penyakit: trauma kapitis, epilepsi,
encephalitis & gangguan vaskular otak
Jenisnya:
1. Amnesia retrograd: lupa suatu periode
sebelum kejadian)
2. Amnesia antegrad: lupa suatu periode
setelah kejadian
Jenis lainnya:
1. Gangguan memori jangka pendek (memori
baru): tidak ingat hal-hal yang saja terjadi
2. Gangguan memori jangka panjang (memori
lama): lupa hal-hal yang telah terjadi
 Gangguan fungsi intelektual yang persisten
dan didapat minimal 3 bidang (bahasa,
memori, ketrampilan,visuospasial, emosi,
kepribadian dan kognisi)
Jenisnya:
1. Alzeimer
2. Vaskular
3. Lain-lain (lewy bodies, hipokampal,
subkortikal dan kortikal)
 Pasien mengabaikan sisi kiri (hemineglect)
 Gangguan pengenalan tempat sekitarnya dan
pengenalan wajah
 Disorientasi ruang, jarak, kanan kiri & tidak
mengenal tubuh sendiri (body image)
 Apraksia yang letak lesinya di hemisfer
kanan, terdiri dari:
1. Apraksia konstruksi: ketidakmampuan
mengambar atau mengkopi gambar,
menyusun bentuk-bentuk dari korek api
atau menyusun balok atas permintaan
pemeriksa
2. Apraksia berpakaian: tidak mampu
mengenakan pakaian
 Pusat afektif bahasa pada hemisfer non-
dominan
 Kerusakan daerah frontal non-dominan yang
homolog dengan area Broca gangguan
ekspresi emosi dalam bahasa
 Keruskan daerah temporal non-dominan
yang homolog dengan area Wernicke
gangguan lagu kalimat (aprosodia= bicara
tanpa lagu)
 Kerusakannya hemisfer dominan tidak ada
ganguan bahasa non verbal:isyarat muka,
tangan,mata, untuk berkomunikasi
 Gangguan hemisfer dominan terjadi Afasia
 Pasien tidak mengenal perubahan wajah
seseorang yang marah, gembira, sedih atau
terkejut
 Pasien tidak dapat melagukan kalimat dan
tidak mengenal ritme dan musik

Vous aimerez peut-être aussi