Vous êtes sur la page 1sur 38

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANEMIA
Ns. Muhammad Ardi, M.Kep., Sp.Kep.M.B
• Anemia adalah penurunan jumlah RBCs,
hemoglobin dan hematokrit.
• Anemia adalah suatu manifestasi klinik,
bukan penyakit spesifik karena merupakan
manifestasi dari kondisi abnormal yang
berat.
• Anemia dapat terjadi akibat masalah diet,
gangguan genetik, penyakit bone marrow
atau perdarahan.
Etiologi dan klasifikasi
• Anemia diklasifikasikan berdasarkan
etiologi:
– Penurunan produksi sel darah merah
• Gangguan sintesis DNA (defisiensi vitamin B12,
asam folat)
• Penurunan sintesis Hb (defisiensi besi, talasemia)
• Penurunan jumlah prekursor eritrosit (anemia
aplastik, penyakit kronik)
– Peningkatan destruksi sel darah merah
(hemolisis)
• Intrinsik (hemoglobin abnormal/sel sabit, defisiensi
enzim, membran abnormal)
• Ekstrinsik (trauma fisik, agen infeksi, toksin)
– Kehilangan darah
• Akut (trauma, ruptur pembuluh darah)
• Kronik (gastritis, hemorrhoid)
Patofisiologi
• Anemia menyebabkan penurunan
transport oksigen.
• Tubuh akan berkompensasi terhadap
hipoksia jaringan dengan meningkatkan
produksi sel darah merah dan cardiac
output oleh peningkatan stroke volume
dan denyut nadi.
Manifestasi klinik
Sistem Tubuh Beratnya Anemia
Ringan (Hb Sedang (Hb Berat (Hb <6 g/dl)
10-14g/dl) 6-10 gr/dl)
Integumen Tidak ada Tidak ada Pucat, jaundice*, pruritus*
Mata Tidak ada Tidak ada Ikterus konjungtiva dan
sclera*, hemoragik retina,
penglihatan kabur
Mulut Tidak ada Tidak ada Glossitis, lidah licin
Kardiovaskuler Palpitasi Palpitasi ↑ Takikardia, tekanan nadi ↑,
murmur sistolik, klaudikasio
intermitten, angina, HF, MI
Pulmonal Dyspnea saat Dyspnea Takikardia, ortopnea,
aktivitas berat dyspnea saat istirahat
Neurologi Tidak ada Telinga Sakit kepala, vertigo,
berdengung irritabel, depresi, gangguan
proses pikir
Sistem Tubuh Beratnya Anemia
Ringan (Hb Sedang (Hb Berat (Hb <6 g/dl)
10-14g/dl) 6-10 gr/dl)
Gastrointestinal Tidak ada Tidak ada Anoreksia, hepatomegali,
splenomegali, kesulitan
menelan, luka di mulut
Muskuloskeletal Tidak ada Tidak ada Nyeri tulang
General Tidak ada Fatigue Sensitif terhadap dingin,
kehilangan berat badan,
letargi
ANEMIA KARENA PENURUNAN
PRODUKSI SEL DARAH MERAH
• ANEMIA DEFISIENSI BESI
– Orang dewasa membutuhkan 2-6 gr zat besi.
– Sekitar 2/3 zat besi terdapat dalam Hb dan
1/3 disimpan di bone marrow, limpa, hepar
dan otot.
– Anemia defisiensi besi jika nilai serum ferritin
<12 gr/dl
– Manifestasi anemia defisiensi besi : pucat dan
kelemahan.
– Anemia defisiensi besi terjadi akibat perdarahan,
gangguan absorpsi intestinal, dan diet tidak
adekuat.
• Penatalaksanaan
– Perlu dievaluasi apakah ada perdarahan GIT.
– Tingkatkan intake oral zat besi yang berasal dari
makanan. Diet adekuat sekitar 10-15 mg zat
besi/hari. Hanya sekitar 5-10% diet yang
diabsorpsi.
– Jika kekurangan zat besi ringan berikan
suplemen oral seperti ferrous sulfate
• THALASEMIA
– Thalasemia merupakan penyakit genetik resesif
autosom karena tidak adekuatnya produksi Hb
normal.
– Hemolisis juga terjadi pada thalasemia tetapi
insufisiensi produksi Hb normal predominan.
– Thalasemia lebih sering ditemukan pada
kelompok etnis tertentu .
– Seseorang dengan heterozigot yang memiliki 1
gen thalasemia dan 1 gen normal disebut
thalasemia minor.
– Suatu homozigot dengan 2 gen
thalasemia menyebabkan kondisi berat
yang disebut thalasemia mayor.
– Manifestasi klinik :
• Gejala berkembang setelah anak usia 2
tahun menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
• Pasien dapat mengalami hepatomegali dan
splenomegali
• Jaundice akibat hemolisis RBC
• Hiperplasia bone marrow dan ekspansi
ruang marrow menyebabkan penebalan
cranium dan maksilaris.
– Gejala thalasemia mayor ditangani
dengan transfusi darah dan pemberian
deferoxamine IV (Desferal).
• ANEMIA MEGALOBLASTIK
– Anemia megaloblastik merupakan gangguan
yang disebabkan kerusakan sintesis DNA
yang ditandai dengan RBC yang besar
(Megaloblast) disebabkan oleh defisiensi
vitamin B12 dan asam folat.
• Anemia Defisiensi Vitamin B12 (Kobalamin)
– Gangguan autoimmun yang ditandai dengan tidak
adanya faktor intrinsik dalam sekresi gastrik yang
menyebabkan malabsorpsi vitamin B12
– Tanpa cobalamin/B12 sintesis DNA dan replikasi sel
mengalami gangguan, pembentukan RBC tidak
normal, besar dan fungsinya kurang baik.
– Gejala utama : Hb, Hematokrit dan RBC yang rendah
– Diagnosis didasarkan pada adanya anemia dan
manifestasi GI (BB menurun, anoreksia, mual,
muntah, distensi abdomen, diare, konstipasi dan
steatorea) dan gangguan meurologi.
• Terapi
– Cobalamin/Vitamin B12 1000 mcg perhari
selama 2 minggu.
– Suplemen zat besi
– Digestans (HCl acid) untuk meningkatkan
metabolisme vitamin
– Kombinasi obat (folat, cobalamin, pyridoxin)
untuk mencegah komplikasi neurologi.
• Defisiensi Asam Folat
– Penyebab :
• Nutrisi yang jelek khususnya kurang sayuran hijau,
jeruk, hati, kacang-kacangan, biji-bijian.
• Sindrom malabsorpsi
• Pengobatan yang menghambat absorpsi asam
folat (obat antikejang: phenobarbital, dilantin)
• Penyalahgunaan alkohol dan anoreksia
• Hemodialisis
• Penatalaksanaan dengan replacement
therapy 1 mg perhari. Jika gangguan
absorpsi bisa ditingkatkan hinggan 5 mg.
• Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung asam folat.
• Anemia Aplastik
– Anemia aplastik merupakan sindrom
kegagalan sum-sum tulang yang dapat
mengancam hidup dengan karakteristik
pansitopenia (penurunan jumlah sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) dan
hipoplastik sumsum tulang.
– Anemia aplastik dapat disebabkan oleh
paparan terhadap toksin, radiasi, dan infeksi.
• Sekitar 50% kasus, penyebab tidak
diketahui.
• Anemia aplastik dapat disertai infeksi virus
tetapi mekanisme kerusakan bone marrow
tidak diketahui.
• Penatalaksanaan
– Kaji kelemahan, pucat, petekia dan ekimosis.
– Darah lengkap menunjukkan anemia
makrositik, leukopenia dan trombositopenia.
• Transfusi darah hanya diberikan jika
anemia menyebabkan disability atau
perdarahan akibat trombositopenia.
• Terapi immunosupresif (prednison,
cyclosporine, antilimfosit globulin)
• Splenectomi
• Transplantasi sumsum tulang.
ANEMIA KARENA PENINGKATAN
DESTRUKSI SEL DARAH MERAH
• Anemia Sel Sabit (Sickle cell disease)
• Sickle cell disease adalah kelainan genetik dengan pola
resesif autosom.
• Mutasi pada rantai β-globin dari hemoglobin, yang
menyebabkan pertukaran asam glutamat (suatu asam amino)
dengan asam amino hidrofobik valin pada posisi 6. Gen yang
bertanggung jawab menyebabkan SCA merupakan gen
autosom dan dapat ditemukan di kromosom nomor 11.
Penggabungan dari dua subunit α-globin normal dengan dua
subunit β-globin mutan membentuk hemoglobin S (HbS).
• Pada kondisi kadar oksigen rendah, ketidakhadiran asam
amino polar pada posisi 6 dari rantai β-globin menyebabkan
terbentuknya ikatan non-kovalen di hemoglobin yang
menyebabkan perubahan bentuk dari sel darah merah
menjadi bentuk sabit dan menurunkan elastisitasnya.
Pengkajian Fisik/Manifestasi Klinik
• Nyeri merupakan gejala paling sering
• Jaundice juga dapat terjadi karena
destruksi sel darah merah dan pelepasan
bilirubin.
• Manifestasi lain tergantung jaringan yang
mengalami kerusakan
• Perubahan Kardiovaskuler
– Pasien berisiko mengalami penurunan CO
karena anemia. Pasien mengalami sesak dan
kelemahan.
– Ekstremitas dingin dan CRT menurun
– HR cepat dan BP menurun
– Dapat terdengar murmur dan bunyi jantung
S3.
• Integumen
– Pucat dan sianosis karena penurunan perfusi
dan anemia
– Manifestasi kulit yang lain: jaundice
– Kaji bibir, lidah, dasar kuku, conjungtiva,
telapak tangan dan kaki minimal satu kali
setiap shift untuk menilai perubahan warna.
• Abdomen
– Organ abdomen dapat mengalami kerusakan
akibat hipoksia dan iskemia.
– Nyeri abdomen difus dan menetap.
– Palpasi hepar dan limpa mengalami pembesaran
• Muskuloskeletal
– Pembuluh darah di lengan dan kaki dapat
mengalami oklusi
– Sendi mengalami kerusakan karena hipoksia dan
terjadi nekrosis.
• Sistem saraf pusat
– Jika mengalami infark, pasien dapat mengalami
kejang dan manifestasi stroke.
– Kaji genggaman tangan pada kedua sisi.
– Kaji keseimbangan dan kordinasi
• Psikososial
– Penting karena perubahan perilaku sebagai
manifestasi awal hipoksia serebral.
– Observasi perubahan perilaku dan status mental
• Laboratorium
– Diagnosis berdasarkan HbS. Pasien memiliki
konsentrasi HbS 80-100%
– RBCs >90%
– Hematokrit rendah (antara 20-30%)
– Retikulosit tinggi mengindikasikan anemia
yang lama.
– MCHC dan billirubin meningkat
– WBC umumnya mengalami peningkatan
• Radiografi
– X-ray : nekrosis dan destruksi tulang, sendi
• Diagnostik lain
– ECG: infark kardiak dan kerusakan jaringan
– CT, PET dan MRI untuk melihat perubahan
jaringan dan organ akibat oksigenasi yang
jelek dan inflamasi kronik.
Nursing Diagnosis
• Nyeri akut b.d oksigenasi jaringan yang
buruk
• Nyeri kronis b.d destruksi sendi
• Risiko cedera (sepsis)
Intervensi
• Nyeri
– Gunakan skala nyeri untuk menilai nyeri
– Penanganan nyeri didasarkan pada riwayat nyeri,
penggunaan obat sebelumnya, komplikasi
penyakit dan pengkajian nyeri.
– Pasien sering membutuhkan analgetik IV minimal
48 jam.
– Morfin dan hydromorphone diberikan melalui IV
dengan jadwal rutin atau menggunakan infus
pump.
– Hindari injeksi IM karena gangguan absorpsi
akibat sirkulasi yang buruk.
– Hydroxyuria (Droxia) efektif menurunkan
nyeri. Menstimulasi HbF yang menurunkan
sickling sel darah merah pada penderita.
– Hidrasi oral: oral atau IV membantu
menurunkan episode nyeri. Hidrasi cairan
hipotonik seperti D5W (dextrose 5% with
water), dextrose 5% dalam 0.45% NaCl
diinfuskan 250 ml/jam selama 4 jam.
Kecepatan IV dapat diturunkan 125 ml/jam
jika hidrasi lebih dibutuhkan.
• Risiko Sepsis
– Pencegahan:
• Cuci tangan, gunakan masker jika mengalami
infeksi saluran napas, gunakan masker saat
masuk ruang pasien, gunakan teknik aseptik pada
setiap prosedur invasif.
• Monitor tanda infeksi dimulut, auskultasi bunyi
paru setiap 8 jam, observasi warna dan bau urine
serta keluhan urgency, rasa terbakar atau nyeri
saat BAK.
• Observasi Vital sign setiap 4 jam untuk menilai
demam
– Terapi profilaksis penisillin oral 2 kali sehari
menurunkan jumlah pneumonia dan infeksi
streptokokkus.
• Risiko disfungsi organ multiple
– Oklusi pembuluh darah pada penyakit sel
sabit meningkatkan risiko disfungsi organ.
Tindakan difokuskan pada pencegahan dan
peningkatan oksigenasi.
– Kaji keadekuatan sirkulasi pada seluruh area
tubuh.
– Lepaskan pakaian yang sempit dan anjurkan
menghindari fleksi lutut dan pinggul.
– Pertahankan hidrasi yang adekuat. Pada
kondisi krisis dibutuhkan intake oral/IV 200
ml/jam
– Terapi oksigen
– Terapi transfusi
ANEMIA KARENA KEHILANGAN DARAH

• Kehilangan darah akut disebabkan oleh


perdarahan yang tiba-tiba.
• Penyebab termasuk trauma, komplikasi
pembedahan atau kondisi penyakit yang
menyebabkan gangguan integritas
vaskular.
• Manifestasi klinik
Volume (%) Manifestasi Klinik
10 Tidak ada
20 Tidak terdeteksi saat istirahat. Takikardia
saat aktivitas dan hipotensi postural ringan
30 TD dan nadi normal saat istirahat,
hipotensi postural dan takikardia saat
aktivitas
40 TD, CVP, CO menurun saat istirahat, nadi
cepat, kulit pucat dan dingin
50 Shock dan risiko kematian
• Nursing Management
– Cegah situasi yang menyebabkan perdarahan
– Pasien post operasi : monitor kehilangan
darah
– Berikan produk darah sesuai order
• Kehilangan darah kronik
– Kehilangan darah kronik umumnya
berhubungan dengan penurunan cadangan
zat besi dan menyebabkan anemia defisiensi
besi.

Vous aimerez peut-être aussi