Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
STASE RADIOLOGI
EFUSI PLEURA
Oleh:
Mohammad Zianuddin
Pembimbing :
dr. H. Nurwanto Sp.Rad
KATA PENGANTAR
Saya menyadari bahwa saya masih banyak kekurangan baik pada isi
maupun format referat ini. Oleh karena itu, saya menerima segala kritik dan
masukan dengan tangan terbuka dan memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kesalahan dalam tugas yang telah saya buat ini.
Akhir kata saya berharap referat ini bisa berguna bagi semua pihak yang
ingin mengetahui tentang “ Efusi Pleura”.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DATA PASIEN
IDENTITAS
Nama Pasien : An. Fahrian Dzaky Al Aziz
Umur : 4 th 5 bln 21 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Orang Tua : Ny Sasi Andayani / Tn. Supriono
Masuk IGD : 19 Januari 2016
Keluar RS :
VITAL SIGN
Keadaan umum: Gelisah
Kesadaran: compos mentis GCS 356
Tensi : 69/40 mmHg
Nadi : 148x per menit
RR : 80x/menit
Suhu : 37,8 C
E: Temp 37.40 C
SECONDARY SURVEY
GCS 356
K/L: a -/ I -/c -/d -
Tho: sim, ret -/-,
P: ves/ves; rh -/-, wh -/-,
C: S1S2 tunggal, murmur -, gallop -
Abd: soepel, met -,Nyeri tekan +, BU + N, Hepar kesan membesar, lien tidak
teraba
Ext: aie - , akral dingi basah pucat --> 12.30 HKM nadi kuat angkat
INITIAL ASSESSMENT
DHF
5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
No Doc :588696,Tanggal/Jam :20/1/2016:6:33
Anti Dengue Ig G --> Hasil : Negatif [ Negatif ]
Anti Dengue Ig M --> Hasil : Negatif [ Negatif ]
Lekosit --> Hasil : 12.6 [ 4.0 - 11.0 ]
Neutropil --> Hasil : 77.5 [ 49.0 - 67.0 ]
Limposit --> Hasil : 9.2 [ 25.0 - 33.0 ]
Monosit --> Hasil : 9.4 [ 3.0 - 7.0 ]
Eosinopil --> Hasil : 1.7 [ 1.0 - 2.0 ]
Basofil --> Hasil : 2.2 [ 0.0 - 1.0 ]
Eritrosit --> Hasil : 4.58 [ 3.80 - 5.30 ]
Hemoglobin --> Hasil : 11.5 [ P13,0 - 18,0 ] [ L14,0 -18,0 ]
Hematokrit --> Hasil : 34.2 [ L 40 -54 ] [ P 35 - 47 ]
MCV --> Hasil : 74.70 [ 87.00 - 100 ]
MCH --> Hasil : 25.10 [ 28.00 - 36.00 ]
MCHC --> Hasil : 33.60 [ 31.00 - 37.00 ]
RDW --> Hasil : 12 [ 10 - 16.5 ]
Trombosit --> Hasil : 27 [ 150 - 450 ]
MPV --> Hasil : 6 [ 5 - 10 ]
Laju Endap Darah 1 --> Hasil : 1 [ 0 - 1 ]
Laju Endap Darah 2 --> Hasil : 5 [ 1 - 7 ]
Foto Thorax AP
Thorax AP
Hasil Pemeriksaan :
DIAGNOSIS
o DHF grade III dengan efusi pleura
7
Terapi :
o O2 nasal 3 lpm
o Inf. asering 1500 cc/24 jam
o Buscopan 2x1 amp prn
o Levofloxacin 1x750mg
o Cefoperazone+sulbactam (sulperazone) 2x 1amp
o Pantoprazole 2x1 amp
o Ekstra fleed enema prn
o PO: Chlordiazepoxide+clidinium bromide (braxidine)2x1
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura
parietalis dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah
pemisahan toraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek
yang akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran
satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan.
Cairan pleura dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam
pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura
viseralis. Masing-masing dari kedua pleura merupakan membran serosa mesenkim
yang berpori-pori, dimana sejumlah kecil transudat cairan intersisial dapat terus
menerus melaluinya untuk masuk kedalam ruang pleura.
Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih
besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan
permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis sehingga dalam
keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura (
Deny, 2012 ).
10
Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura atau Efusi
pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang
berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura (Price, dkk, 2005)
Dalam konteks ini perlu di ingat bahwa pada orang normal rongga pleura
ini juga selalu ada cairannya yang berfungsi untuk mencegah melekatnya pleura
viseralis dengan pleura parietalis, sehingga dengan demikian gerakan paru
(mengembang dan mengecil) dapat berjalan dengan mulus. Dalam keadaan
normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20 ml. Cairan pleura
komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai
kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl (Price, dkk, 2005)
3.3.2 Etiologi
Ruang pleura normal mengandung sekitar 1 mL cairan, hal ini
memperlihatkan adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan
onkotik dalam pembuluh darah pleura viseral dan parietal dan drainase limfatik
luas. Efusi pleura merupakan hasil dari ketidakseimbangan tekanan hidrostatik
dan tekanan onkotik ( Price, dkk, 2005 )
Efusi pleura merupakan indikator dari suatu penyakit paru atau non
pulmonary, dapat bersifat akut atau kronis. Meskipun spektrum etiologi efusi
pleura sangat luas, efusi pleura sebagian disebabkan oleh gagal jantung kongestif,.
pneumonia, keganasan, atau emboli paru. Mekanisme sebagai berikut memainkan
peran dalam pembentukan efusi pleura:
1. Perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya, radang, keganasan,
emboli paru)
2. Pengurangan tekanan onkotik intravaskular (misalnya,
hipoalbuminemia, sirosis)
12
3.3.4 Patofisiologi
Pemeriksaan radiologi
a. Rontgen thorak
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-
300ml. bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan
pengisian cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral
tegak. Cairan yang kurang dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan
dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar horizontal dimana caran
akan berkumpul disisi samping bawah.
- Posisi tegak posteroanterior (PA)
Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak, cairan pleura tampak
berupa perselubungan homogeny menutupi struktur paru bawah yang
biasanya relative radioopak dengan permukaan atas cekung berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Karena cairan mengisi ruang
hemithorak sehingga jaringan paru akan terdorong kea rah sentral /
hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum kearah
kontralateral.
17
- Posisi lateral
Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan
pengisian cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak
lateral tegak. Pada penelitian mengenai model roentgen patologi
Collins menunjukkan bahwa sedikitnya 25ml dari cairan pleura (
cairan saline yang disuntikkan ) pada radiogram dada lateral tegak
19
Gambar 3.9 Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus (penumpukan
cairan yang ditunjukkan dengan panah biru).
20
Gambar 3.11 CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen thoraks PA)
21
Gambar 3.12 CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan limfoma
non-Hodgkin dan efusi pleura yang ditunjukan tanda panah
Gambar 3.13 CT Scan thorax pada pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin
menunjukkan daerah tergantung dengan redaman yang sama dengan air dan
margin atas lengkung (E). Temuan khas dari efusi pleura. Perhatikan pergeseran
lokasi cairan pada gambar ini dibandingkan dengan radiografi dada
posteroanterior dan lateral. Limfadenopati mediastinum dapat dilihat di
mediastinum tengah dan posterior (panah)
c. Ultrasonografi
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic
antara pleura visceral dan pleura parietal. Bentuk efusi dapat bervariasi
dengan respirasi dan posisi.
Para peneliti memperkenalkan metode pemeriksaan USG dengan
apa yang disebut sebagai “elbow position”. Pemeriksaan ini dimulai
dengan pasien diletakkan pada posisi lateral decubitus selama 5 menit (
serupa dengan radiografi dada posisi lateral decubitus) kemudian
22
Gambar 3.15 Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas.
Gambar menunjukkan adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6 mm;
berbentuk kurva,-gambar kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas dibanding
selamaekspirasi ( setebal 11 mm ; berbentuk kurva-gambar kanan).
Gambar 3.16 Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada pasien laki-
laki dengan penyebaran lymphangitic dari adenokarsinoma. Ini studi sagital
dan pemeriksaan dilakukan dengan pasien duduk. Cairan Echogenic (E)
dapat dilihat pada hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung
Echogenic (panah). The pleura cairan positif untuk sel-sel ganas (efusi
pleura ganas)
24
Gambar 3.17 Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada wanita 47
tahun dengan efusi pleura metastasis. Ini studi sagital dan pemeriksaan
dilakukan dengan pasien duduk. Cairan anechoic (E) dapat dilihat pada
hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah)
3.3.8 Penatalaksanaan
a. Torakosentesis.
Aspirasi cairan pleura selain bermanfaat untuk memastikan diagnosis,
aspirasi juga dapat dikerjakan dengan tujuan terapetik. Torakosentesis
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Penderita dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau
diletakkan diatas bantal; jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat
dilakukan pada penderita dalam posisi tidur terlentang.
2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di
daerah sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media
di bawah batas suara sonor dan redup.
3. Setelah dilakukan anastesi secara memadai, dilakukan penusukan dengan
jarum berukuran besar, misalnya nomor 18. Kegagalan aspirasi biasanya
disebabkan karena penusukan jarum terlampaui rendah sehingga
mengenai diahfrahma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan
paru, atau jarum tidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan
subkutis atau pleura parietalis tebal.
27
WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi
pada selang, kemungkinan cairan sudah habis dan jaringan paru
mengembang. Untuk memastikan dilakukan foto toraks. Selang torak
dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah
mengembang. Selang dicabut pada saat ekspirasi maksimum.
c. Pleurodesis.
Bertujuan melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis,
merupakan penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Bahan yang
digunakan adalah sitostatika seperti tiotepa, bleomisin, nitrogen mustard, 5-
fluorourasil, adramisin, dan doksorubisin. Setelah cairan efusi dapat
dikeluarkan sbanyak-banyaknya, obat sitostatika (misal; tiotepa 45 mg)
diberikan selang waktu 710 hari; pemberian obat tidak perlu pemasangan
WSD. Setelah 13 hari, jika berhasil, akan terjadi pleuritis obliteratif yang
menghilangkan rongga pleura, sehingga mencegah penimbunan kembali
cairan dalam rongga tersebut.
Obat lain adalah tetrasiklin. Pada pemberian obat ini WSD harus
dipasang dan paru dalam keadaan mengembang. Tetrasiklin 500 mg dilarutkan
dalam 3050 ml larutan garram faal, kemudian dimasukkan ke dalam rongga
pleura melalui selang toraks, ditambah dengan larutan garam faal 1030 ml
larutan garam faal untuk membilas selang serta 10 ml lidokain 2% untuk
29
mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan obat ini. Analgetik narkotik diberikan
11,5 jam sebelum pemberian tetrasiklin juga berguna mengurangi rasa nyeri
tersebut. Selang toraks diklem selama 6 jam dan posisi penderita diubah-ubah
agar penyebaran tetrasiklin merata di seluruh bagian rongga pleura. Apabila
dalam waktu 24 jam - 48 jam cairan tidak keluar, selang toreaks dapat dicabut.
3.3.9 Komplikasi
1. Infeksi.
Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat mengakibatkan
infeksi (empiema primer), dan efusi pleura dapat menjadi terinfeksi setelah
tindakan torasentesis {empiema sekunader). Empiema primer dan
sekunder harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah
reaksi fibrotik. Antibiotika awal dipilih gambaran klinik. Pilihan
antibiotika dapat diubah setelah hasil biakan diketahui (Price, 2005).
2. Fibrosis
Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi ventilasi
dengan membatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat
menjadi sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-
reseksi pleura lewat pembedahan-mungkin diperlukan untuk membasmi
infeksi dan mengembalikan fungsi paru-paru. Dekortikasi paling baik
dilakukan dalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan, karena
selama jangka waktu ini lapisan pleura masih belum terorganisasi dengan
baik (fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih mudah (Price, 2005).
3.3.10 Prognosis
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang Rujukan dari Klinik Az-Zahra dengan DSS (Febris hari ke
5) panas sejak 5 hari yll. Awalnya pasien mengeluhkan batuk dan pilek yang
disertai demam yang panas terus menerus ( Kamis jam 9 malam ). Lalu pasien di
bawa ke bidan desa lalu diberikan obat sirup, tetapi keluhan belum membaik, lalu
pasien dibawa ke klinik panas hari ke 2 ( sabtu jam 3 dini hari ), lalu dirawat
disana sampai hari ini. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien BAB
terakhir 6 hari yll sebelum pasien sakit, cair-, hitam-. BAK hanya sedikit.
Mimisan -, bercak merah di tubuh -. Muntah (+) 4x pada hari pertama panas, mual
(+). Mulai kemarin pasien mengeluhkan telinganya sakit dan keluar darah dari
telinga hari ini 1x sedikit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan akral dingin dan
untuk penegakkan dignosis dan menyingkirkan diferent diagnostic perlu
dilakukan pemeriksaan lab, foto thorak. Dari hasil lab didapatkan leukositosis,
trombositopeni ini dikarenakan ada infeksi virus, dan pada pemeriksaan foto
thorak AP didapatkan efusi pleura akibat kebocoran plasma.
Thorax AP
Hasil Pemeriksaan :
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
33