Vous êtes sur la page 1sur 2

Asuhan keperawatan kritis Gagal Ginjal Akut

A. Pengkajian
1. Anamnesis (Identitas klien dan penanggung jawab)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama ( BAK sedikit-sedikit dan sesak)
b. Riwayat penyakit sekarang (sudah berapa lama penurunan jumlah urin output)
c. Riwayat penyakit dahulu (infeksi saluran perkemihan, penyakit-penyakit lain)
d. Riwayat penyakit keluarga (apakah ada keluarga yang mengalami penyakit ginjal)
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Pada keadaan umum terjadi Lemah dan sakit berat. Perubahan TTV, suhu tubuh meningkat
pada oliguria, tekanan darah dan nadi juga meningkat
b. Pemeriksaan pola fungsi
1) B1 (breathing)
Pada oliguria didapatkan adanya gangguan pola napas yang merupakan respon azotemia
dan sindrom akut uremi (asidosis metabolic dan pernapasan kusmaul). Bau napas
seperti bau urin.
2) B2 (blood)
Anemia pada gagal ginjal akut merupakan akibat dari penurunan eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, kehilangan darah dari saluran
GI.
3) B3 (brain)
Resiko kejang efek dari gangguan elektrolit, asam, basa. Sakit kepala, penglihatan
kabur. Penurunan kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan elektrolit) ketidakmampuan
berkonsentrasi.
4) B4 (bladder)
Perubahan pola berkemih pada periode oliguria mengakibatkan penurunan frekuensi
dan urin output <400ml/hari, sedangkan pada periode diuresis menunjukkan
peningkatan jumlah urin secara bertahap disertai dengan perbaikan filtrasi glomerulus.
Warna urin didapatkan lebih gelap/pekat.
5) B5 (bowel)
Mual, muntah dan anoreksia
6) B6 (bone)
Kelemahan fisik merupakan efek sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer
dari hipertensi.
c. Pemeriksaan diagnostic
1. Laboratorium
Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb
dan myoglobin. BJ <1,020 menunjukkan penyakit ginjal, PH > 7 menunjukkan ISK,
INT dan GGK. Osmolalitas <350 menunjukkan kerusakan ginjal dan ratio serum urin
1:1.
2. Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin
Terdapat peningkatan yang tetap pada BUN dan laju peningkatannya bergantung pada
tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan masukan protein. Kreatinin
meningkat pada kerusakan glomerulus.
3. Pemeriksaan elektrolit
Penurunan laju filtrate glomerulus tidak bisa mengekresikan kalium. Katabolisme
protein menyebabkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh yang
menyebabkan hyperkalemia berat yang bisa menyebabkan disritmia jantung dan henti
jantung.
4. Pemeriksaan pH
Penurunan karbondioksida darah dan pH darah sehingga asidosis metabolic progresif
menyertai gagal ginjal.
d. Penatalaksanaan medis
1. Dialysis
2. Koreksi hiperkalemi
3. Terapi cairan
4. Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat
5. Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialysis
e. Diagnosis keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan funsi ginjal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia, dan nyeri sendi terhadap gagal ginjal
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah,
pembatasan diet, perubahan membrane mukosa mulut

Vous aimerez peut-être aussi