Vous êtes sur la page 1sur 6

TUGAS PPK IKM-IKK PEB 2018

Kepercayaan dan Tradisi yang Mempengaruhi Kesehatan

OLEH

Nama : Haidar Humair


NIM : K1A1 14 019

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
A. Pengantar
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan yang demikian
yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya tetapi datangnya
penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang -kadang
bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak
terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan
klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya termasuk
perilaku dan tradisi.
Masyarakat dan pengobatan tradisional menganut dua konsep
penyebab sakit yaitu, Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat
Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam
tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan
penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobatan tradisional
sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang
berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan
serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan
yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari –hari
dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan
yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga
menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
seperti halnya orang yang sehat. Konsep Personalistik menganggap
munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif
yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh
jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai
budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya.
Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama yang dianggap suatu
penyakit akibat kutukan. Kebudayaan mempunyai sifat yang tidak statis,
berarti dapat berubah cepat atau lambat karena adanya kontak-kontak
kebudayaan atau adanya gagasan baru dari luar yang dapat mempercepat
proses perubahan. Hal ini berarti bahwa terjadi proses interaksi antara dasar
dari kebudayaan penyandangnya dengan ilmu pengetahuan yang baru akan
menghasilkan pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung yang
mengakibatkan terjadinya perubahan gagasan budaya dan pola perilaku
dalam masyarakat secara menyeluruh atau tidak menyeluruh. Ini berarti
bahwa, persepsi warga masyarakat penyandang kebudayaan mereka
masing-masing akan menghasilkan suatu pandangan atau persepsi yang
berbeda tentang suatu pengertian yang sama dan tidak sama dalam
konteks penyakit, sehat, sakit. Dengan demikian, nampaknya ada kelompok
yang lebih menekankan pada terapi personalistik, sedangkan lainnya pada
naturalistik berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan tubuh.. Jadi keaneka
ragaman persepsi sehat dan sakit itu ditentukan oleh pengetahuan,
kepercayaan, nilai, norma kebudayaan masing-masing masyarakat
penyandang kebudayaannya masing-masing. Dapatlah dikatakan bahwa
kebudayaanlah yang menentukan apa yang menyebabkan orang menderita
sebagai akibat dari perilakunya.
B. Pernyataan
1. Masyarakat mempunyai tradisi dan perilaku yang berbeda-beda yang
mengarah pada perilaku sakit atau perilaku sehat
2. Hubungan antara dokter dan masyarakat serta tenaga medis dan
masyarakat masih kurang
3. Modernisasi menjadi hal yang penting di era globalisasi
C. Pertanyaan
1. Bagaimana perilaku dan tradisi masyarakat mempengaruhi kesehatan?
2. Bagaimana hubungan tenaga kesehatan dan masyaraka yang mampu
mempengaruhi kesehatan?
3. Bagaimana masyarakat menerima modernisasi untuk kepentingan
kesehatannya?
D. Penanganan
1. Meningkatkan dan Menerapkan Perilaku Kesehatan
Kesehatan terkait erat dengan perilaku. Ada perilaku yang
cenderung menunjang kesehatan dan ada pula perilaku yang cenderung
membahayakan kesehatan. Perilaku sakit menurut Sarwono (1993)
segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit agar
memperoleh kesembuhan. Perilaku Sakit adalah cara seseorang
bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit yang dipengaruhi oleh
keyakinan-keyakinannya terhadap apa yang harus diperbuat untuk
menghadapinya. Perilaku sakit mencakup segala jenis upaya yang
berkenaan dengan penyakit, muai dari pengobatan diri sendiri sampai ke
pencarian bantuan medis. Sedangkan perilaku sehat menurut Glanz dan
Maddock (dalam Sunarto 2014) perilaku kesehatan merujuk pada
tindakan individu, kelompok, dan organisasi termasuk pula hal-hal yang
menyebabkan, berkorelasi dengan, dan diakibatkan oleh tindakan
tersebut-yang mencakup perubahan sosial, perkembangan dan
penerapan kebijakan, peningkatan kemampuan penanggulangan, dan
peningkatan kualitas hidup. Perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan seseorang yang merasa dirinya sehat, dan bertujuan
memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. 3 tujuan
yang ingin dicapai dalam perilaku sehat ini adalah :
• Perilaku preventive
• Protective
• Promotive
Glanz dan Maddock dalam Sunarto, 2014 membedakan perilaku
kesehatan yang dilakukan sekali dan yang dilakukan secara berkala.
Misalnya imunisasi dasar lengkap pada bayi, yaitu BCG, campak, DPT,
Hepatitis B, dan polio yang semua itu dilakukan satu kali, sedangkan
pemeriksaan tekanan darah atau pemeriksaan laboratorium terhadap
misalnya fungsi ginjal atau fungsi hati biasanya dilakukan secara
berkala. Mereka juga membedakan pula antara perilaku kesehatan yang
dilakukan seseorang untuk dirinya sendiri, dan yang mempengaruhi
orang lain. Misalnya tindakan pengolesan lotion anti nyamuk di kulit
untuk mencegah gigitan nyamuk dilakukan untuk kepentingan diri
sendiri, sedangkan tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Aedes aegypti, antara lain berupa pengasapan (fogging) dan
pembubuhan abate di tempat penampungan air di rumah dan halaman
kita untuk mencegah penyakit demam berdarah (dengue) merupakan
perilaku kesehatan yang berpengaruh pula bagi penghuni lain.

2. Meningkatkan Hubungan yang baik antara petugas kesehatan dan


masyarakat
Suatu upaya kesehatan melibatkan berbagai bentuk hubungan
antara petugas kesehatan dengan klien mereka. Berhasil-tidaknya suatu
upaya kesehatan, selain dipengaruhi berbagai faktor medis dan
nonmedis lain, akan sangat dipengaruhi pula oleh hubungan yang
berlangsung antara kedua belah pihak. Contohnya, perasaan percaya
pasien terhadap ahli jantung yang merawatnya akan lebih
memungkinkan dibuatnya diagnosis yang tepat dan ditempuhnya upaya
kesehatan yang sesuai, misalnya bedah jantung. Proses penyembuhan
penyakit tidak hanya ditangani oleh dokter. Dengan makin meningkatnya
variasi penyakit dan kerumitan teknologi kedokteran, diperlukan bantuan
tenaga lain, seperti perawat, bidan, penata rontgen, ahli gizi, ahli
sanitasi, dan sebagainya, yang kesemuanya bergabung menjadi “tim
petugas kesehatan”. Ruang lingkup pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pun meluas. Bukan hanya penyembuhan dan perawatan,
melainkan juga promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
rehabilitasi. Yang dilayani tidak saja individu pasien, melainkan juga
keluarga penderita dan masyarakat luas. Dengan demikian pendekatan
petugas kesehatan tidak lagi terbatas pada pendekatan individual saja,
melainkan juga pendekatan kelompok.
3. Modernisasi Berdasarkan Nilai-Nilai yang ada pada Masyarakat
Mengubah alam pikiran manusia harus mengalami perubahan
terlebih dahulu, yaitu dari alam pikiran tradisional ke alam pikiran modern
yang ditandai dengan sifat terbuka terhadap pengalaman baru serta
terbuka untuk perubahan dan pembaharuan. Pendidikan memperoleh
posisi, semakin terdidik seseorang semakin terbuka dan semakin luas
daya pikirannya. Alam pikiran modern lebih berorientasi pada keadaan
sekarang dan mendatang daripada keadaan masa lalu, dan itu harus
ada planning untuk hari depan. Seseorang dengan alam pikiran modern
yakin bahwa manusia dapat belajar untuk memaafkan dan menguasai
alam sekitarnya dari pada pasrah atau pasif, yakin bahwa keadaan dapat
diperhitungkan, artinya orang lain atau lembaga lain dapat diandalkan
dalam memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya, artinya tidak setuju
dengan pendapat bahwa sesuatu ditentukan oleh nasib atau watak dari
sifat yang khusus dari orang tertentu, sehubungan dengan itu timbul
kesadaran akan harga diri seseorang, lebih percaya pada ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga menimbulkan keyakinan bahwa
penghargaan sebagai balas jasa diberikan kepada orang yang benar-
benar telah berjasa dan tidak atas dasar kekuasaan yang dimiliki, semua
akan dicapai jika seseorang memiliki pendidikan supaya dapat berpikir
secara ilmiah, dan ini harus melembaga dalam diri manusia, terutama
masyarakat yang sedang berkembang agar terhindar ketinggalan
budaya (Cultural log) ketinggalan budaya merupakan ketidakserasian
dalam perubahan unsur masyarakat dan kebudayaan. Modernisasi
bersifat preventif dan konstruktif agar proses tersebut tidak mengarah
dalam angan-angan, tetapi modernisasi harus dapat memproyeksikan
kecenderungan yang ada dalam masyarakat ke arah waktu mendatang
E. Pustaka
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Sosiologi Kesehatan.
Jakarta
Isniati. Kesehatan Modern dengan Nuansa Budaya. 2013. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vol. 7 No. 1. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi